i
ANALISIS UNJUK KERJA WIRELESS LAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Informatika
Oleh:
Thomas Dhani Eka Kurniawan 075314012
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
PERFOMANCE ANALYSIS OF WORKING
WIRELESS LAN
A THESIS
Presented as Partial Fulfillment of The Requirements to Obtain The Sarjana Komputer Degree in Informatics Engineering Study Program
By:
Thomas Dhani Eka Kurniawan 075314012
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM
INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
v
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat dan menggunakan hasil karya atau sebagian dari hasil karya orang lain, kecuali yang tercantum dan disebutkan dalam kutipan serta daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Februari 2012 Penulis
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Thomas Dhani Eka Kurniawan
NIM : 075314012
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“ Analisis Unjuk Kerja Wireless LAN ”
bersama perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 20 Februari 2012 Penulis
vii
ABSTRAK
Saat ini, banyak muncul perangkat yang mengutamakan nilai praktis yang artinya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun. Salah satu teknologi yang berkembang dalam bidang informasi adalah perangkat wireless. Dengan berkembangnya zaman, berkembang juga kemampuan perangkat wireless, dari standar 802.11b menjadi 802.11g. Untuk mengetahui performansi jaringan terhadap suatu trafik yang menggunakan perangkat wireless dibutuhkan parameter performa jaringan. Parameter tersebut antara lain adalah throughput, delay, dan packet loss.
Dalam tugas akhir ini, pengukuran dilakukan pada perangkat wireless untuk mengetahui hubungan antara kuat sinyal, interferensi, Maximum Transfer Unit (MTU) terhadap parameter-parameter performa jaringan tersebut. Pengukuran dilakukan terhadap protokol File Transfer Protocol (FTP) yang sederhana dalam penerapannya. Pengujian yang telah dilakukan memberikan rekomendasi bahwa jarak antara perangkat wireless yang jauh menyebabkan kecepatan aktual atau throughput menurun akibat adanya redaman pada media transmisi yaitu udara. Hal tersebut juga mengindikasikan terjadinya packet loss. Diketahui juga bahwa faktor interferensi dalam hal penggunaan channel access point yang sama berpengaruh memperburuk kinerja jaringan. Sedangkan dari hasil
pengaturan MTU sebesar 576 bytes didapatkan nilai throughput yang tinggi pada saat terjadi interferensi. Hal ini menguatkan dugaan bahwa ketika paket yang dibawa difragmentasi menjadi paket yang lebih kecil maka bila terjadi banyak packet loss akibat interferensi, proses retransmit akan lebih cepat dilakukan daripada ketika menggunakan MTU 1500 bytes.
viii
ABSTRACT
Nowdays, there are many devices that prioritize practical aspect such that it can be used everywhere and anytime. One of the popular technology is wireless device. By the development of the age, the ability of wireless devices also improve from the standard 802.11b to be 802.11g. To identify the network performance in a traffic that uses wireless devices, parameters are needed. Those parameters consist of throughput, delay, and packet loss.
In this thesis, measuring of the parameters was performed on the wireless devices to know the connection between the strength of the signals, interference, and the Maximum Transfer Unit (MTU) to that network performance parameters. Measuring was done to the File Transfer Protocol (FTP) that is simple in its application. The test that have been done gives recommendation that the distance between wireless devices that are far separated causes the actual speed or throughput down because there is attenuate in the air as transmission media. It indicates packet loss has happened. It is also identified that interference factor in the same channel access point degrades the performance. Whereas the MTU setting of 576 bytes resulted in a high throughput. It emphasites hypothesis that in a packet which is defragmented into smaller packets, if there are many packet losses due to interference, the process of retransmit will perform faster than the MTU setting of 1500 bytes.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala rahmat dan anugerah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir “Analisis Unjuk Kerja Wireless LAN” ini dengan baik. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis tidak lepas dari bantuan sejumlah pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus, yang telah menjawab semua doa-doa penulis dan mencurahkan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika.
4. Bapak Henricus Agung Hernawan, S.T, M.Kom., selaku dosen pembimbing tugas akhir dari penulis.
5. Bapak Iwan Binanto, S.Si., M.Cs. dan bapak Albertus Agung Hadhiatma, S.T., M.T. selaku penguji tugas akhir ini.
6. Orangtua dan adik dari penulis yang telah memberi dukungan doa, materi, serta semangat. Tanpa semua itu penulis tidak akan memperoleh kesempatan untuk menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi dan akhirnya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
7. Teman-teman dari penulis di Teknik Informatika angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, namun mereka semua sangat berkesan bagi penulis.
8. Frater Aldo Rivan Susanto, SX dan Hanna Christy Nugroho, teman-teman yang sangat penulis kasihi.
x
Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis juga meminta maaf kepada semua pihak bila ada kesalahan atau hal-hal yang kurang berkenan. Semoga Tuhan memberkati, amin.
Yogyakarta, 20 Februari 2012 Penulis
xi
MOTTO
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
I.6 Sistematika Penulisan ... 4
II LANDASAN TEORI ... 5
II.1 Jaringan Komputer TCP/IP ... 5
II.2 Wireless Local Area Network (WLAN) ... 12
II.2.1 Standart 802.11 a/b/g/n ... 13
II.2.2 Mode Jaringan WLAN ... 14
II.3 MTU (Maximum Transfer Unit) ... 15
II.4 Sinyal dan Noise ... 17
xiii
II.6 FTP (File Transfer Protocol) ... 23
II.7 Sniffing (Penyadapan) ... 25
II.7.1 Axence Net Tool ... 26
II.7.2 Network Stumbler ... 28
II.7.3 DU Meter ...29
III PERANCANGAN ... 30
III.1 Spesifikasi Alat ... 30
III.2 Diagram Alir Desain Pengujian ... 32
III.3 Desain Sistem Jaringan ... 33
1. Skenario Pertama...34
2. Skenario Kedua...34
3. Skenario Ketiga...35
4. Skenario Keempat...37
IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS...39
IV.1 Pembangunan Jaringan Ad-Hoc...39
IV.2 Pembangunan Jaringan Infrastruktur...42
IV.2.1 Konfigurasi Access Point...42
IV.3 Konfigurasi Transfer File...43
IV.4 Pengukuran dan Analisis...44
IV.4.1 Pengukuran Skenario 1...44
IV.4.2 Pengukuran Skenario 2...47
IV.4.3 Pengukuran Skenario 3...81
IV.4.4 Pengukuran Skenario 4...101
V KESIMPULAN DAN SARAN...106
V.1 Kesimpulan...106
V.2 Saran...107
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. 7 lapisan komunikasi data (OSI layer) dan TCP/IP ... 5
Gambar 2.2. Proses enkapsulasi data ... 7
Gambar 2.3. Format IP datagram ... 10
Gambar 2.4. Mode Ad-Hoc ... 15
Gambar 2.5. Mode infrastruktur ... 15
Gambar 2.6. Paket MTU ... 16
Gambar 2.7. Sinyal analog ... 17
Gambar 2.8. Sinyal digital ... 17
Gambar 2.9. Sinyal yang terkena noise ... 18
Gambar 2.10. Sinyal lebih tinggi dari noise... 19
Gambar 2.11. Noise lebih tinggi dari sinyal... 19
Gambar 2.12. Model hubungan FTP ... 24
Gambar 2.13. Screenshoot software Axence Net Tool... 27
Gambar 2.14. Screenshoot Network Stumbler ... 28
Gambar 2.15. Grafik sinyal wireless pada Network Stumbler ... 28
Gambar 2.16. Grafik pengukuran menggunakan DU Meter ... 29
Gambar 3.1. Adapter Intel WiFi Link 1000 BGN ... 31
Gambar 3.2. Access point Linksys WRT320N ... 31
Gambar 3.3. Flowchart pengujian wireless ... 32
Gambar 3.4. Jaringan Ad-Hoc dengan 2 user ... 34
Gambar 3.5. Jaringan infrastruktur dengan 1 access point dan 1 user ... 34
Gambar 3.6. Jaringan infrastruktur dengan 2 access point dan 2 user ... 35
Gambar 3.7. Jaringan infrastruktur dengan 3 access point dan 3 user ... 36
Gambar 3.8. Jaringan infrastruktur dengan 3 access point, pengaturan MTU ... 37
Gambar 4.1. Capture screen halaman network and sharing center ... 39
Gambar 4.2. Capture screen untuk pembuatan jaringan ad-hoc... 40
Gambar 4.3. Capture screen halaman network and sharing center ... 40
xv
Gambar 4.5. Capture screen halaman web, access point Linksys WRT320N .. 42
Gambar 4.6. Capture screen Filezilla dari XAMPP ... 43
Gambar 4.7. Capture screen pengaturan admin di Filezilla ... 43
Gambar 4.8. Grafik hubungan kuat sinyal dengan jarak ... 44
Gambar 4.9. Grafik hubungan throughput dengan kuat sinyal ... 45
Gambar 4.10. Grafik hubungan delay dengan kuat sinyal ... 46
Gambar 4.11. Grafik hubungan packet loss dengan kuat sinyal ... 47
Gambar 4.12. Grafik hubungan kuat sinyal dengan jarak ... 48
Gambar 4.13. Grafik hubungan throughput dengan kuat sinyal ... 49
Gambar 4.14. Grafik hubungan delay dengan kuat sinyal ... 50
Gambar 4.15. Grafik hubungan packet loss dengan kuat sinyal ... 51
Gambar 4.16. Grafik perbandingan kuat sinyal adhoc dengan infrastruktur ... 51
Gambar 4.17. Grafik perbandingan throughput adhoc dengan infrastruktur .... 52
Gambar 4.18. Pelemahan di media transmisi ... 53
Gambar 4.19. Grafik perbandingan delay mode adhoc dengan infrastruktur .... 54
Gambar 4.20. Grafik perbandingan packet loss adhoc dengan infrastruktur .... 55
Gambar 4.21. Grafik hubungan kuat sinyal dengan jarak ... 57
Gambar 4.22. Grafik hubungan throughput dengan kuat sinyal ... 58
Gambar 4.23. Grafik hubungan delay dengan kuat sinyal ... 59
Gambar 4.24. Grafik hubungan packet loss dengan kuat sinyal ... 60
Gambar 4.25. Grafik kuat sinyal pada transmission rate 54 dengan 36 Mbps .. 60
Gambar 4.26. Grafik throughput pada transmission rate 54 dengan 36 Mbps .. 61
Gambar 4.27. Grafik delay pada transmission rate 54 dengan 36 Mbps ... 61
Gambar 4.28. Grafik packet loss pada transmission rate 54 dengan 36 Mbps .. 62
Gambar 4.29. Grafik hubungan jarak dengan kuat sinyal ... 63
Gambar 4.30. Grafik hubungan throughput dengan kuat sinyal ... 64
Gambar 4.31. Grafik hubungan delay dengan kuat sinyal ... 65
Gambar 4.32. Grafik hubungan packet loss dengan kuat sinyal ... 66
Gambar 4.33. Grafik kuat sinyal pada transmission rate 36 dengan 18 Mbps .. 67
Gambar 4.34. Grafik throughput pada transmission rate 36 dengan 18 Mbps .. 67
xvi
Gambar 4.36. Grafik packet loss pada transmission rate 36 dengan 18 Mbps .. 69
Gambar 4.37. Grafik hubungan jarak dengan kuat sinyal ... 70
Gambar 4.38. Grafik hubungan throughput dengan kuat sinyal ... 71
Gambar 4.39. Grafik hubungan delay dengan kuat sinyal ... 72
Gambar 4.40. Grafik hubungan packet loss dengan kuat sinyal ... 73
Gambar 4.41. Grafik kuat sinyal pada transmission rate 18 dengan 9 Mbps .... 74
Gambar 4.42. Grafik throughput pada transmission rate 18 dengan 9 Mbps .... 74
Gambar 4.43. Grafik delay pada transmission rate 18 dengan 9 Mbps ... 75
Gambar 4.44. Grafik packet loss pada transmission rate 18 dengan 9 Mbps .... 76
Gambar 4.45. Grafik sinyal pada transmission rate yang berbeda ... 77
Gambar 4.46. Grafik throughput pada transmission rate yang berbeda ... 77
Gambar 4.47. Grafik delay pada transmission rate yang berbeda ... 78
Gambar 4.48. Grafik packet loss pada transmission rate yang berbeda ... 79
Gambar 4.49. Grafik throughput, channel 10 dengan channel 10 ... 81
Gambar 4.50. Grafik delay, channel 10 dengan channel 10 ... 82
Gambar 4.51. Grafik packet loss, channel 10 dengan channel 10 ... 82
Gambar 4.52. Grafik throughput, channel 10 dengan channel 9 ... 84
Gambar 4.53. Grafik delay, channel 10 dengan channel 9 ... 84
Gambar 4.54. Grafik packet loss, channel 10 dengan channel 9 ... 85
Gambar 4.55. Grafik throughput, channel 10 dengan channel 8 ... 86
Gambar 4.56. Grafik delay, channel 10 dengan channel 8 ... 87
Gambar 4.57. Grafik packet loss, channel 10 dengan channel 8 ... 88
Gambar 4.58. Grafik throughput, channel 10 dengan channel 7 ... 89
Gambar 4.59. Grafik delay, channel 10 dengan channel 7 ... 90
Gambar 4.60. Grafik packet loss, channel 10 dengan channel 7 ... 90
Gambar 4.61. Grafik throughput, channel 10 dengan channel 6 ... 92
Gambar 4.62. Grafik delay, channel 10 dengan channel 6 ... 92
Gambar 4.63. Grafik packet loss, channel 10 dengan channel 6 ... 93
Gambar 4.64. Grafik throughput pada masing-masing channel ... 94
Gambar 4.65. Grafik delay pada masing-masing channel ... 94
xvii
Gambar 4.67. Grafik pengaruh interferensi pada throughput ... 96
Gambar 4.68. Grafik pengaruh interferensi pada delay ... 97
Gambar 4.69. Grafik pengaruh interferensi pada packet loss ... 97
Gambar 4.70. Pengaruh interferensi 2 dan 3 access point pada throughput... 98
Gambar 4.71. Pengaruh interferensi 2 dan 3 access point pada delay ... 99
Gambar 4.72. Pengaruh interferensi 2 dan 3 access point pada packet loss ... 99
Gambar 4.73. Alokasi frekuensi untuk 14 channel ... 100
Gambar 4.74. Penggunaan channel kembali ... 101
Gambar 4.75. Grafik throughput pada saat terjadi interferensi ... 102
Gambar 4.76. Grafik delay pada saat terjadi interferensi ... 102
Gambar 4.77. Grafik packet loss pada saat terjadi interferensi ... 103
Gambar 4.78. Grafik throughput pada saat tidak terjadi interferensi ... 104
Gambar 4.79. Grafik delay pada saat tidak terjadi interferensi ... 104
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pembagian channel menurut ITU ... 14
Tabel 2.2. MTU untuk bermacam jenis jaringan ... 16
Tabel 2.3. Kebutuhan aplikasi terhadap parameter perfoma jaringan ... 23
Tabel 3.1. Spesifikasi adapter Intel WiFi Link 1000 BGN... 30
Tabel 3.2. Spesifikasi access point Linksys WRT320N ... 31
Tabel 4.1. Tabel pengukuran skenario 1 ... 44
Tabel 4.2. Tabel pengukuran skenario 2, transmission rate 54 Mbps ... 48
Tabel 4.3. Tabel pengukuran skenario 2, transmission rate 36 Mbps ... 56
Tabel 4.4. Tabel pengukuran skenario 2, transmission rate 18 Mbps ... 63
Tabel 4.5. Tabel pengukuran skenario 2, transmission rate 9 Mbps ... 69
Tabel 4.6. Tabel prosentase penurunan throughput masing-masing jarak ... 78
Tabel 4.7. Tabel hubungan antara jarak dengan free space loss ... 80
Tabel 4.8. Tabel interferensi, channel 10 dengan channel 10 ... 81
Tabel 4.9. Tabel interferensi, channel 10 dengan channel 9 ... 83
Tabel 4.10. Tabel interferensi, channel 10 dengan channel 8 ... 86
Tabel 4.11. Tabel interferensi, channel 10 dengan channel 7 ... 89
Tabel 4.12. Tabel interferensi, channel 10 dengan channel 6 ... 91
Tabel 4.13. Tabel interferensi, 3 access point, semua channel 10 ... 98
Tabel 4.14. Tabel interferensi dengan MTU 1500 , 750 , 576 bytes ... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi membawa kemajuan juga pada perangkat pertukaran data komputer yang terbatas tidak hanya melalui kabel, namun telah berkembang menjadi teknologi mobile seperti wireless. Wireless adalah teknologi tanpa kabel dalam hubungan telekomunikasi dengan menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai media penghubungnya. Saat ini perkembangan teknologi wireless sedang berkembang pesat. Berbagai macam perangkat komunikasi seperti handphone dan laptop, telah dapat terkoneksi dengan internet secara mudah. Teknologi wireless sendiri bermacam-macam seperti infrared, bluetooth, radio frequency, GSM/CDMA, dan wireless LAN (802.11) [1].
Tidak seperti jaringan kabel, jaringan wireless memiliki dua mode yang dapat digunakan : infrastruktur dan Ad-Hoc. Konfigurasi infrastruktur adalah komunikasi antar masing-masing komputer melalui sebuah access point pada wireless LAN atau LAN. Komunikasi Ad-Hoc adalah komunikasi secara langsung antara masing-masing komputer dengan menggunakan piranti wireless.
Wireless LAN biasanya digunakan pada sektor lingkungan yang penggunanya selalu mobile atau berpindah-pindah tempat dan tidak ada jaringan kabel untuk penyaluran data. Wireless LAN menggunakan frekuensi 2,4 Ghz yang disebut juga dengan ISM band (Industrial, Scientific, Medical) yang dialokasi oleh FCC (Federal Communication
Commission), sebuah komisi komunikasi dunia untuk keperluan industri,
sains dan badan kesehatan. Frekuensi ini bebas digunakan oleh siapa saja
2 dan 802.11n. Selain perbedaan dari segi maksimum transfer rate, juga terdapat perbedaan dari metode transmisi dan jangkauannya [2].
Jaringan WLAN juga bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz, sehingga rentan terhadap interferensi oleh perangkat lain yang berfrekuensi sama. Interferensi ini menyebabkan terjadinya noise. Terdapat berbagai macam noise menurut jenisnya yaitu thermal noise, induced noise, crosstalk, dan impulse noise [6]. Salah satu faktor lain yang penting dalam komunikasi wireless adalah sinyal. Kekuatan sinyal suatu perangkat wireless selain karena spesifikasinya, juga tergantung dari power dan jaraknya. Sinyal dan noise ini berada dalam frekuensi yang sama sehingga perlu dihitung perbandingan sinyal dengan noise dengan teori Shannon. Dalam teorema Shannon dikatakan bahwa apabila sinyal kurang akibat terganggu noise maka SNR (Signal to Noise Ratio) dalam hal ini tinggi [6].
Jaringan wireless menggunakan protocol TCP/IP dimana model transmisi datanya dengan metode fragmentasi paket per paket atau IP fragmentation . Setiap paket yang ditransmisikan dibatasi ukurannya oleh
MTU (Maximum Transfer Unit). MTU standar untuk koneksi Ethernet 100Mbps adalah 1500 bytes [7]. Dengan fragmentasi ini maka akan berpengaruh terhadap retransmit karena paket yang besar akan dipecah menjadi beberapa bagian sesuai MTU. Hal ini juga akan mempunyai konsekuensi masing-masing saat terjadi collision dan data hilang.
3 I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana mengetahui secara statistik pengaruh sinyal dari perangkat wireless terhadap delay, packet loss dan throughput ? 2. Bagaimana mengetahui secara statistik pengaruh perubahan MTU
terhadap delay, packet loss dan throughput ?
3. Bagaimana mengetahui secara statistik pengaruh interferensi terhadap delay, packet loss dan throughput ?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah
1. Mengetahui pengaruh sinyal, perubahan MTU, dan interferensi dari perangkat wireless terhadap delay, packet loss dan throughput untuk mencapai hasil yang efisien.
2. Merekomendasikan hal-hal yang mengindikasikan menyebabkan terjadinya delay, packet loss, dan throughput menjadi lebih baik dari hasil pengukuran.
I.4 Batasan Masalah
1. Pengukuran dilakukan dengan perangkat wireless tipe 802.11g 2. Pengujian dilakukan dengan transfer file (FTP)
3. Parameter yang diukur adalah delay, packet loss dan throughput.
I.5 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur:
a. Teori jaringan komputer dan wireless LAN (WLAN) b. Teori MTU (Maximum Transfer Unit)
c. Teori sinyal dan noise
4 e. Teori FTP(File Transfer Protocol)
f. Teori Sniffing
2. Perencanaan skenario pengujian dan alat pengujian 3. Pengukuran dan pengumpulan data
4. Analisis data
I.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan judul/rumusan masalah ditugas akhir.
BAB III PERANCANGAN
Bab ini menjelaskan tentang spesifikasi alat yang digunakan dan perencanaan desain pengujian.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS
Bab ini berisi tentang pelaksanaan pengujian dan hasil pengujian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Jaringan Komputer TCP/IP
Banyaknya ketidakcocokan pada sistem komunikasi pada tahun 1970, melandasi ISO (International Standarts Organization) mengembangkan model komunikasi LAN (Local Area Network) standar yang disebut OSI (Open System Interconnect) yang membagi proses komunikasi menjadi 7 lapisan/layer. Sedangkan untuk protokol TCP/IP layer presentation dan session tidak dipakai.
Gambar 2.1. 7 lapisan komunikasi data (OSI layer) dan TCP/IP [6]
Pada Gambar 1 di atas terdapat 7 tingkatan layer yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda-beda, yaitu :
1. Physical Layer
Fungsi : bertanggung jawab untuk mengaktifkan dan mengatur physical interface jaringan komputer.
6 Fungsi : mengatur topologi jaringan, error notification dan flow control.
Contoh : switch dan bridge. 3. Network Layer
Fungsi : meneruskan paket-paket data ke node-node berikutnya yang di tuju dalam suatu jaringan
Contoh : router. 4. Transport Layer
Fungsi : bertangung jawab atas keutuhan dari transmisi data. Lapisan ini sangat penting karena bertugas memisahkan lapisan tingkat atas dengan lapisan tingkat bawah. Pada lapisan ini data diubah menjadi segmen atau data stream.
Contoh : TCP, UDP 5. Session Layer
Fungsi : membuka, mengatur dan menutup suatu session antara aplikasi-aplikasi.
Contoh : OS dan penjadwalan suatu aplikasi 6. Presentation Layer
Fungsi : bertangung jawab untuk merepresentasi grafik, enkripsi, type data dan visual image.
Contoh : JPEG, GIF, ASCII, EBCDIC 7. Application Layer
Fungsi : memberikan sarana-sarana pelayanan pada jaringan komputer untuk aplikasi-aplikasi pemakai dan mengadakan komunikasi dari program ke program.
Contoh : Telnet, HTTP, FTP, WWW Browser, SMTP Gateway / Mail Client (outlook).
7 dibawahnya, kemudian memproses data tersebut sesuai fungsi protokol yang dimilikinya dan meneruskannya ke lapisan berikutnya.
Ketika dua komputer berkomunikasi, terjadi aliran data antara pengirim dan penerima melalui lapisan-lapisan di atas. Pada pengirim, aliran data adalah dari atas ke bawah. Data dari user maupun suatu aplikasi dikirimkan ke lapisan transport dalam bentuk paket-paket dengan panjang tertentu. Protokol menambahkan sejumlah bit pada setiap paket sebagai header yang berisi informasi mengenai urutan segmentasi untuk menjaga
integritas data dan bit-bit pariti untuk deteksi dan koreksi kesalahan. Dari lapisan transport, data yang telah diberi header tersebut diteruskan ke lapisan Network / Internet. Pada lapisan ini terjadi penambahan header oleh protokol yang berisi informasi alamat tujuan, alamat pengirim dan informasi lain yang dibutuhkan untuk melakukan routing. Kemudian terjadi pengarahan routing data, yakni ke network dan interface yang mana data akan dikirimkan, jika terdapat lebih dari satu interface pada host. Pada lapisan ini juga dapat terjadi segmentasi data, karena panjang paket yang akan dikirimkan harus disesuaikan dengan kondisi media komunikasi pada network yang akan dilalui. Proses komunikasi data di atas dapat dijelaskan seperti pada gambar berikut ini :
8 Selanjutnya data menuju network access layer (data link) dimana data akan diolah menjadi frame-frame, menambahkan informasi keandalan dan address pada level link. Protokol pada lapisan ini menyiapkan data dalam bentuk yang paling sesuai untuk dikirimkan melalui media komunikasi tertentu. Terakhir data akan sampai pada physical layer yang akan mengirimkan data dalam bentuk besaran-besaran listrik/fisik seperti tegangan, arus, gelombang radio maupun cahaya, sesuai media yang digunakan.
Di bagian penerima, proses pengolahan data mirip seperti di atas hanya dalam urutan yang berlawanan (dari bawah ke atas). Sinyal yang diterima pada physical layer akan diubah dalam ke dalam data. Protokol akan memeriksa integritasnya dan jika tidak ditemukan error, header yang ditambahkan akan dilepas. Selanjutnya data diteruskan ke lapisan network. Pada lapisan ini, address tujuan dari paket data yang diterima akan diperiksa. Jika address tujuan merupakan address host yang bersangkutan, maka header lapisan network akan dicopot dan data akan diteruskan ke lapisan yang di atasnya. Namun jika tidak, data akan diteruskan ke network tujuannya, sesuai dengan informasi routing yang dimiliki. Pada
9 fungsi protokol, melepas header protokol tersebut dan meneruskan ke lapisan di atasnya.
Internet Protocol (IP) berfungsi menyampaikan paket data ke alamat yang tepat. Oleh karena itu internet protocol memegang peranan yang sangat penting dari jaringan TCP/IP. Karena semua aplikasi jaringan TCP/IP pasti bertumpu kepada internet protocol agar dapat berjalan dengan baik. IP merupakan protokol pada network layer yang bersifat :
1. Connectionless
Setiap paket data yang dikirim pada suatu saat akan melalui rute secara independen. Paket IP (datagram) akan melalui rute yang ditentukan oleh setiap router yang dilalui oleh datagram tersebut. Hal ini memungkinkan keseluruhan datagram tiba di tempat tujuan dalam urutan yang berbeda karena menempuh rute yang berbeda. 2. Unreliable
Protokol internet tidak menjamin datagram yang dikirim pasti sampai ke tempat tujuan. Protokol internet hanya akan melakukan best effort delivery yakni melakukan usaha sebaik-baiknya agar
paket yang dikirim tersebut sampai ke tujuan.
10 Gambar 2.3. Format IP datagram [7]
Setiap paket IP membawa data yang terdiri atas :
• Version, yaitu versi dari protokol IP yang dipakai.
• Header Length, berisi panjang dari header paket IP dalam hitungan
32 bit word.
• Type of Service, berisi kualitas service yang dapat mempengaruhi
cara penanganan paket IP.
• Packet length, panjang IP datagram total dalam ukuran byte.
• Identifier. Identifier diperlukan untuk mengizinkan host tujuan
menentukan datagram pemilik fragment yang baru datang. Semua fragment suatu datagram berisi nilai identification yang sama.
• Flags diperlukan untuk menjaga agar fragment datagram tetap utuh
(tidak terpotong-potong) dan memberikan tanda bahwa fragment datagram telah tiba.
• Fragmentation Offset. Untuk memberitahukan diantara datagram
11 maksimum 65.536 byte dimana lebih besar dari panjang datagram IP.
• Time to Live, berisi jumlah router/hop maksimal yang dilewati
paket IP (datagram). Nilai maksimum field ini adalah 255. Setiap kali paket IP lewat satu router, isi dari field ini dikurangi satu. Jika TTL telah habis dan paket tetap belum sampai ke tujuan, paket ini
akan dibuang dan router terakhir akan mengirimkan paket ICMP time exceeded. Hal ini dilakukan untuk mencegah paket IP terus
menerus berada dalam network.
• Protocol, mengandung angka yang mengidentifikasikan protokol
layer atas pengguna isi data dari paket IP ini.
• Header Checksum, berisi nilai checksum yang dihitung dari jumlah
seluruh field dari header paket IP. Sebelum dikirimkan, protokol IP terlebih dahulu menghitung checksum dari header paket IP
tersebut untuk nantinya dihitung kembali di sisi penerima. Jika terjadi perbedaan, maka paket ini dianggap rusak dan dibuang. • Source Address dan Destination Address, isi dari masing-masing
field ini yakni alamat pengirim dan alamat penerima dari datagram.
Masing-masing field terdiri dari 32 bit, sesuai panjang IP address yang digunakan dalam internet. Destination address merupakan field yang akan dibaca oleh setiap router untuk menentukan
kemana paket IP tersebut akan diteruskan untuk mencapai destination address tersebut.
• Options. Header datagram IP mempunyai panjang yang tetap yakni
20 byte. Sedangkan panjang header yang variabel adalah 40 byte. Oleh sebab itu header datagram IP berkisar antara 20 hingga 60 byte. Panjang header variabel ini adalah options. Yang digunakan
12 options diikuti oleh field options yang panjangnya 1 byte,
kemudian oleh satu atau lebih byte-byte data.
Jaringan komputer merupakan suatu koleksi komputer-komputer terpisah yang berkomunikasi satu dengan lainnya memanfaatkan media komunikasi yang dipakai bersama-sama. LAN (Local Area Network) merupakan komunikasi sejumlah komputer di dalam suatu area terbatas, dimana satu komputer dengan komputer lain dapat terkoneksi melalui media kabel (wired) maupun tanpa kabel (wireless) [3]. WLAN (Wireless Local Area Network) telah banyak diterapkan seiring dengan
perkembangan perangkat mobile device yang memungkinkan untuk tetap berkomunikasi dengan berpindah-pindah tempat. Terdapat tiga peran yang dapat dijalankan oleh komputer-komputer di dalam LAN. Peran pertama adalah menjadi client, hanya sebagai pengguna tetapi tidak menyediakan sumber daya jaringan untuk dipakai oleh anggota jaringan lain. Peran kedua adalah menjadi peer, menjadi client yang menggunakan sekaligus menyediakan sumber daya jaringan, disebut juga peer to peer. Peran ketiga adalah menjadi server yang menyediakan sumber daya jaringan.
II.2 Wireless Local Area Network (WLAN)
WLAN adalah jaringan komputer yang menggunakan frekuensi radio dan infrared sebagai media transmisi data. WLAN sering disebut sebagai jaringan nirkabel atau wireless. Proses komunikasi tanpa kabel ini dimulai dengan munculnya alat-alat berbasis gelombang radio seperti, walkie talkie, remote control, cordless phone dan perangkat radio lainnya.
13 II.2.1 Standart 802.11a/b/g/n
Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE membuat spesifikasi/standar WLAN pertama yang diberi kode 802.11. Peralatan yang sesuai standar 802.11 dapat bekerja pada frekuensi 2,4GHz, dan kecepatan transfer data (throughput) teoritis maksimal 2Mbps. Pada bulan Juli 1999, IEEE kembali mengeluarkan spesifikasi baru bernama 802.11b. Kecepatan transfer data teoritis maksimal yang dapat dicapai adalah 11 Mbps. Kecepatan transfer data sebesar ini sebanding dengan Ethernet tradisional (IEEE 802.3 10Mbps atau 10Base-T). Peralatan yang
menggunakan standar 802.11b juga bekerja pada frekuensi 2,4Ghz. Salah satu kekurangan peralatan wireless yang bekerja pada frekuensi ini adalah kemungkinan terjadinya interferensi dengan cordless phone, microwave oven, atau peralatan lain yang menggunakan gelombang radio pada
frekuensi sama.
Pada saat hampir bersamaan, IEEE membuat spesifikasi 802.11a yang menggunakan teknik berbeda. Frekuensi yang digunakan 5Ghz, dan mendukung kecepatan transfer data teoritis maksimal sampai 54Mbps. Gelombang radio yang dipancarkan oleh peralatan 802.11a relatif sukar menembus dinding atau penghalang lainnya. Jarak jangkau gelombang radio relatif lebih pendek dibandingkan 802.11b. Secara teknis, 802.11b tidak kompatibel dengan 802.11a. Namun saat ini cukup banyak pabrik hardware yang membuat peralatan yang mendukung kedua standar tersebut.
14
Channel Frequency (GHz) Range Channel Range
1 2.412 2.401-2.423 1-3
Tabel 2.1. Pembagian channel menurut ITU(International Telecomunications Union) [2]
II.2.2 Mode Jaringan WLAN
Ad-Hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat sederhana, karena pada ad-hoc ini tidak memerlukan access point agar host dapat saling berinteraksi. Setiap host cukup memiliki transmitter dan receiver wireless untuk berkomunikasi secara langsung satu sama lain. Kekurangan
dari mode ini adalah komputer tidak bisa berkomunikasi dengan komputer pada jaringan yang menggunakan kabel. Selain itu, daerah jangkauan pada mode ini terbatas pada jarak antara kedua komputer tersebut.
15 Penambahan dan pengaturan letak access point dapat memperluas jangkauan dari WLAN.
Gambar 2.4. Mode Ad-Hoc [7]
Gambar 2.5. Mode infrastruktur [7]
II.3 MTU (Maximum Transfer Unit)
16 Gambar 2.6. Paket MTU [5]
Tabel di bawah ini menunjukkan ukuran MTU yang berbeda-beda pada setiap jenis protokol lapisan fisik.
Tabel 2.2. MTU untuk bermacam jenis jaringan [4]
17 menempuh perjalanan atau rute yang berbeda-beda, jadi perakitan/reassembly terjadi di alamat tujuan akhir.
II.4 Sinyal dan Noise
Sinyal terbagi menjadi 2 yaitu sinyal analog dan sinyal digital. Sinyal analog mengacu pada informasi kontinyu contohnya seperti jam analog dan suara manusia. Sinyal analog mempunyai level tak terhingga pada periode tertentu.
Gambar 2.7. Sinyal analog [6]
Sedangkan sinyal digital mengacu pada informasi yang mempunyai keadaan diskret, contohnya jam digital dan data komputer. Sinyal digital memiliki nilai tertentu (0 atau 1) dengan perubahan nilai yang mendadak.
18
Dimana P adalah daya sinyal.[6]
Gangguan transmisi disebabkan karena sinyal diawal media tidak sama dengan sinyal diakhir media sehingga terjadi ketidaksempurnaan. Dalam komunikasi wireless gangguan seperti ini sangat mungkin karena sinyal merambat melalui media udara. Ada 3 tipe gangguan yaitu atenuasi, distorsi dan noise [6]. Atenuasi disebabkan karena kehilangan energi akibat pentransmisian yang jauh. Distorsi disebabkan adanya perubahan bentuk sinyal karena perbedaan kecepatan perambatan yang mengakibatkan perbedaan fasa sehingga menyebabkan perubahan bentuk. Noise adalah bentuk gangguan dalam sebuah komunikasi atau semua sinyal yang tidak menjadi bagian dari input informasi. Tipe noise dibedakan menjadi thermal noise yang ditimbulkan oleh gerakan acak elektron di dalam kabel, induced noise yang ditimbulkan dari motor atau alat rumah tangga, crosstalk yang disebabkan oleh efek dari satu kabel ke kabel lain, dan impulse noise yang disebabkan oleh kilat.
19 Untuk mengetahui level antara sinyal dan noise dapat dipakai rumus SNR(Signal to Noise Ratio) yaitu :
(2)
Dapat diketahui nilai SNR dengan cara daya sinyal rata-rata dibagi dengan daya noise rata-rata. Apabila diketahui nilai SNR-nya tinggi maka berarti sinyal kurang akibat terganggu noise. SNR sering dinyatakan dalam satuan dB dengan rumus :
(3)
Apabila sinyal lebih tinggi daripada noise maka bentuk sinyalnya masih menyerupai aslinya. Tetapi apabila tinggi noise, bentuknya akan semakin menjauhi aslinya.
Gambar 2.10. Sinyal lebih tinggi dari noise [6]
Gambar 2.11. Noise lebih tinggi dari sinyal [6]
20 II.5 Parameter Perfoma Jaringan
Kemampuan untuk memberikan prioritas yang berbeda untuk berbagai aplikasi, pengguna, atau aliran data, atau untuk menjamin tingkat kinerja tertentu ke aliran data berbeda-beda. Sebagai contoh, laju bit yang diperlukan, delay, jitter, probabilitas packet dropping dan / atau bit error rate (BER) dapat dijamin. Jaminan perfoma jaringan penting jika kapasitas
jaringan tidak cukup, terutama untuk aplikasi streaming multimedia secara real-time seperti voice over IP, game online dan IP-TV, karena sering kali
aplikasi-aplikasi ini memerlukan bit rate dan tidak memperbolehkan adanya delay, dan dalam jaringan di mana kapasitas resource-nya terbatas, misalnya dalam komunikasi data selular. Sebuah jaringan atau protokol yang mendukung perfoma jaringan dapat menyepakati sebuah kontrak traffic dengan software aplikasi dan kapasitas cadangan di node jaringan,
misalnya saat sesi fase pembentukan.
Beberapa alasan yang menyebabkan perfoma jaringan penting adalah :
• Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis • Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan
• Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitif terhadap delay, seperti voice dan video.
• Merespon perubahan aliran trafik yang ada di jaringan.
Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika ditransmisikan dari asal ke tujuan, yang mengakibatkan masalah-masalah dilihat dari sudut pandang pengirim atau penerima, dan sering disebut dengan parameter-parameter perfoma jaringan.
1. Throughput
21 dengan goodput. Goodput merupakan kecepatan transfer yang berada antara aplikasi di pengirim ke aplikasi di penerima.
2. Packet Loss
Parameter yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang pada saat transmisi. Packet loss diukur dalam persen (%). Paket dapat hilang karena disebabkan oleh collision dan congestion pada jaringan. Hal ini berpengaruh pada semua aplikasi, karena retransmisi akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan,
meskipun bandwidth yang disediakan mencukupi. Bandwidth adalah lebar jalur yang dipakai untuk transmisi data atau kecepatan jaringan. Aplikasi yang berbeda membutuhkan bandwidth bandwidth yang berbeda juga. Secara umum perangkat jaringan memiliki buffer (tampungan sementara) untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi congestion yang cukup lama, maka buffer akan penuh dan tidak bisa menampung data baru yang akan
diterima, sehingga mengakibatkan paket selanjutnya hilang. Berdasarkan standar ITU-T X.642 (rekomendasi X.642 International Telecommunication Union) ditentukan persentase
packet loss untuk jaringan adalah
• Good (0-1%)
• Acceptable (1-5%)
• Poor (5-10%)
Secara sistematis packet loss dapat dihitung dengan cara :
(4)
22 3. Packet Drop
Packet drop berkaitan dengan antrian pada link. Jika ada paket datang pada suatu atrian yang sudah penuh, maka paket akan didrop/dibuang sesuai dengan jenis antrian yang dipakai.
4. Delay (Latency)
Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak
dari asal sampai ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, congestion atau juga waktu proses yang lama. Selain itu adanya antrian atau mengambil rute lain untuk menghindari kemacetan juga dapat mempengaruhi delay, oleh karena itu mekanisme antrian dan routing juga berperan.
5. Jitter
Jitter didefinisikan sebagai variasi delay dari sebuah paket yang berasal dari aliran data yang sama. Jitter yang tinggi artinya perbedaan waktu delay-nya besar, sedangkan jitter yang rendah artinya perbedaan waktu delay-nya kecil. Jitter dapat diakibatkan oleh variasi-variasi panjang antrian, waktu pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang (reasembly) paket-paket di akhir perjalanan.
6. Reliability
Realibility adalah karakteristik kehandalan sebuah aliran data dalam jaringan internet. Masing-masing program aplikasi memiliki kebutuhan realibility yang berbeda. Untuk proses pengiriman data, e-mail, dan pengaksesan internet jaringan internet harus dapat
diandalkan dibandingkan dengan konferensi audio atau saluran telepon.
7. Bandwidth
Bandwith adalah lebar jalur yang dipakai untuk transmisi data atau
23 Dalam beberapa aplikasi, kebutuhan akan parameter perfoma jaringan di atas berbeda-beda. Adapun tabel untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan ini adalah :
Tabel 2.3. Kebutuhan aplikasi terhadap parameter perfoma jaringan [16]
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan untuk e-mail sangat tinggi terhadap reliability, begitu juga dengan file transfer (FTP), namun rendah atau tidak sensitif terhadap delay, jitter dan bandwidth. Tetapi untuk aplikasi semacam audio/video, telephony dan videoconferencing sangat sensitif terhadap jitter sehingga tidak menjamin reliability data yang ditransmisikan.
II.6 FTP (File Transfer Protocol)
FTP(File Transfer Protocol) merupakan salah satu aplikasi TCP/IP yang digunakan untuk mencopy atau memindahkan file yang ada disebuah komputer ke komputer lain. FTP mulai ada ada sejak perkembangan internet dan didefinisikan menggunakan RFC sebagai standarisasi. FTP
menggunakan koneksi berbasis connection-oriented sehingga dari kedua sisi baik client ataupun server harus memiliki koneksi TCP/IP. FTP menggunakan 2 hubungan koneksi untuk melakukan transfer file.
1. Control Connection
24 oleh client. Client akan aktif untuk membuka port tersebut dan membangun control connection. Koneksi ini akan terus berlangsung selama client masih berkomunikasi dengan server. Client akan mengirimkan perintah-perintah ke server dan server akan merespon perintah tersebut.
2. Data Connection
Hubungan ini dibangun ketika file dikirim antara client-server yang bertujuan untuk memaksimalkan ukuran data yang ditransfer. Port yang digunakan untuk koneksi ini adalah port 20.
Gambar 2.12. Model hubungan FTP [5]
Fasilitas-fasilitas yang disediakan FTP diantaranya adalah : 1. Interactive access
Menyediakan fasilitas interaksi antara client dan server. 2. Format specification
Client dapat menentukan tipe dan format data.
3. Authentification control
25 II.7 Sniffing (Penyadapan)
Sniffer berarti penyadap. Sniffer paket (penyadap paket) dikenal juga sebaga network analyzer atau ethernet sniffer, sebuah aplikasi yang digunakan untuk melihat lalu lintas data pada jaringan komputer baik kabel maupun wireless. Sedangkan kegiatan penyadapan ini disebut sniffing. Aktifitas sniffing dibagi menjadi 2 yaitu pasif dan aktif. Sniffing pasif melakukan penyadapan tanpa mengubah data atau paket apapun di jaringan, sedangkan sniffing aktif lebih bersifat memanipulasi data atau merubahnya. Sniffing pasif lebih mudah ditanggulangi dibanding sniffing aktif. [14] Sniffing aktif pada dasarnya dapat memodifikasi ARP (Address Resolution Protocol) sehingga paket data yang seharusnya ke alamat
tujuan dapat dibelokkan terlebih dahulu ke komputer penyadap. Sniffer dapat digunakan antara lain untuk :
a. Menangkap password clear atau nama login dari jaringan. b. Konversi data jaringan ke bentuk yang mudah dipahami manusia c. Perfomance analysis misalnya menemukan bottleneck dalam
jaringan
d. Fault analysis, menemukan kesalahan-kesalahan di dalam jaringan.
Sniffer dapat berupa software atau hardware. Pada masa sekarang telah banyak software sniffer yang dapat digunakan untuk membantu proses penyadapan. Dalam tugas akhir ini akan digunakan sniffer Axence Net Tool untuk mengetahui bandwidth, packet loss dan mengidentifikasi
26 II.7.1 Axence Net Tool
Software Axence Net Tool ini dibuat oleh Axence Sofware, Inc yang berfungsi untuk memonitor performansi jaringan dengan cepat. Axence Net Tool berbasis grafik (GUI) sehingga dapat mudah dipahami. Terdapat berbagai macam menu yang dapat digunakan untuk mengukur performansi jaringan.
1. New Watch
Menu ini menampilkan host yang dimonitor, response time dan paket yang dikirim maupun yang hilang. Terdapat juga grafik yang menunjukkan antara response time dan packet lost (%).
2. Win Tool
Untuk mengidentifikasi informasi tentang perangkat/device yang dimiliki suatu host.
3. Local Info
Menampilkan beberapa tabel informasi tentang konfigurasi jaringan seperti statistik TCP/UDP dan ICMP, IP address table, ARP table, IP routing table, dan informasi network adapter.
4. Net Stat
Menampilkan daftar koneksi yang masuk dan koneksi yang keluar, dan informasi tentang port-port TCP/UDP.
5. Ping
Melakukan pengecekan terhadap koneksi suatu host dengan proses ping.
6. Trace
Menunjukkan rute koneksi dan informasi yang dilakukan suatu host.
7. Lookup
Untuk mengetahui informasi tentang DNS (Domain Name Server) 8. Bandwidth
27 Untuk mengukur kualitas hardware yang ada di jaringan.
10.TCP/IP Workshop
Untuk melakukan troubleshooting terhadap koneksi TCP dan UDP serta melakukan tes terhadap layanan yang berbeda.
11.Scan Host
Melakukan scanning terhadap host yang berada di jaringan beserta port-port yang digunakan.
12.Scan Network
Melakukan scanning terhadap jaringan untuk menemukan IP address, nama host, MAC, service, system dan response time.
13.SNMP
Untuk melakukan pencarian informasi terhadap suatu host dengan memakai bantuan SNMP agent.
28 II.7.2 Network Stumbler
Network Stumbler adalah salah satu software yang tidak asing lagi
bagi orang-orang yang berhubungan dengan wireless. Tool ini digunakan untuk melakukan active snanning terhadap jaringan wireless yang berada di sekitar. Network Stumbler mampu memberikan banyak informasi dengan tampilan GUI yang sangat baik. Penggunaan software ini sangat mudah, namun tidak semua wireless card adapter men-support aplikasi ini. Software ini memiliki beberapa kemampuan untuk menampilkan informasi diantaranya channel yang digunakan, alamat MAC access point, vendor, jenis enkripsi (WEP/WPA), tipe jaringan, kuat sinyal, SNR dan noise. Network Stumbler juga menampilkan rasio antara kuat sinyal dengan noise dalam bentuk grafik.
Gambar 2.14. Screenshoot Network Stumbler
29 II.7.3 DU Meter
DU Meter merupakan sebuah software untuk mengukur kecepatan
transfer data aktual atau throughput sebuah jaringan. Tanda anak panah ke
bawah dengan warna merah menunjukkan transfer rate karena aktivitas download, sedangkan tanda anak panah ke atas dengan warna hijau menunjukkan transfer rate karena aktivitas upload.
30
BAB III
PERANCANGAN
III.1 Spesifikasi Alat
Dalam tugas akhir ini akan dilakukan pengujian terhadap beberapa skenario untuk mengetahui mengetahui kinerja jaringan wireless. Pengujian dilakukan dengan menggunakan perangkat sebagai berikut :
1. Adapter Intel WiFi Link 1000 BGN
Adapter ini telah terpasang atau bawaan dari laptop. Laptop tersebut nantinya digunakan sebagai user yang melakukan transaksi data. Spesifikasi adapter Intel WiFi Link 1000 BGN adalah sebagai berikut : [17]
Dimention PCIe mini card: 2.00 in x 1.18 in x 0.12 in (50.95 mm x 30.00 mm x 3.10 mm)
Weight PCIe Mini Card: 5.25 g
Receive Diversity On-board diversity support for systems designed with two antennas
Radio ON/OFF
Control
Supported in both hardware and software
LEDs output Link, Activity
Operating Temperature
0 to +80° Celcius
Operating Systems Microsoft Windows Vista 32/64-bit, Microsoft Windows XP 32/64-bit, Ubuntu Linux,
Microsoft Windows 7 planned
IEEE WLAN
Standard
IEEE 802.11b/g/Draft-N1, 802.11d, 802.11e, 802.11i
Architecture Infrastructure or ad hoc (peer-to-peer)
Authentication WPA and WPA2, 802.1X (EAP-TLS, TTLS,
PEAP, LEAP, FAST), SIM, EAP-AKA
Encryption 64-bit and 128-bit WEP, AES-CCMP, CKIP,
TKIP
31 Gambar 3.1. Adapter Intel WiFi Link 1000 BGN.
2. Access point Linksys WRT320N
Access point ini digunakan pada sisi server untuk berkomunikasi dengan user. Perangkat ini dibuat oleh perusahaan ternama dibidang jaringan komputer yaitu CISCO. Adapun spesifikasinya adalah : [18]
Dimensions 7.95" x 6.3" x 1.34" (202 x 160 x 34 mm)
Weight 10.58 oz (0.30 kg)
Power 12V
Standards Draft 802.11n, 802.11a, 802.11g,
802.11b, 802.3, 802.3u, 802.3ab
Ports Power, Internet, and Ethernet
Buttons Reset, Wi-Fi Protected Setup
LEDs Ethernet (1-4), Wi-Fi Protected
Setup, Wireless, Internet, Power
Cabling Type CAT 5e
Operating Temp. 32 to 104°F (0 to 40°C) Security Features WEP, WPA, WPA2 Security Key Bits 128-Bit
Tabel 3.2. Spesifikasi access point Linksys WRT320N.
32 III.2 Diagram Alir Desain Pengujian
Pada pengujian perangkat wireless ini dibutuhkan suatu perencanaan yang tepat agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan. Berikut ini adalah flowchart atau diagram alir pengujian :
Gambar 3.3. Flowchart pengujian wireless.
Pengujian nantinya akan dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-masing konfigurasi sampai didapatkan 3 data tersebut memiliki kemiripan. Pengambilan data tidak dilakukan menurut aturan pengambilan sampel pada statistika karena disamping proses pengujian akan memakan waktu yang lebih lama. Oleh karena itu data yang dipakai adalah rata-rata dari ketiga data tersebut yang memiliki kemiripan, misalnya dari segi throughput didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda.
Tidak
Pencatatan delay, packet loss & throughput melalui sniffer
Berfungsi ?
Analisa data
33 III.3 Desain Sistem Jaringan
Pada pengujian ini ditentukan mode jaringan yang dipakai pertama adalah Ad-Hoc, karena keunggulan tipe jaringan ini dibandingkan dengan mode infrastruktur yaitu [19] :
• Penerapan yang sederhana.
• Pelaksanaan sniffing dengan mudah dilakukan. • Rate throughput yang lebih cepat.
34 1. Skenario Pertama
Gambar 3.4. Jaringan Ad-Hoc dengan 2 user.
Keterangan :
2 buah laptop (1 dan 2) saling terhubung pada jaringan Ad-Hoc yang memiliki SSID sama misal “tugasku”. Akan diatur jarak antara kedua laptop dari jarak yang dekat sampai yang jauh yaitu pada jarak 1m, 2m, 4m, 16m, 32m, 64m, dan 128m. Untuk lebih spesifik berapa kuat sinyal yang didapatkan pada masing-masing jarak tersebut, maka diukur menggunakan Network Stumbler. Selanjutnya disetiap jarak yang ditentukan, laptop 1 dan laptop 2 akan saling melakukan transfer file dan akan dilakukan pengukuran.
2. Skenario Kedua
35 Keterangan :
Skenario ini menggunakan mode infrastruktur. Sebuah PC dekstop akan difungsikan sebagai server dimana sebuah laptop akan melakukan proses upload dan download. Laptop tersebut terhubung ke sebuah access point yang memiliki SSID “Linksys 1”. Jarak antara access point dan laptop diatur dari yang paling dekat sampai terjauh pada jarak tertentu yaitu pada jarak 1m, 2m, 4m, 16m, 32m, 64m, dan 128m. Pada jarak inilah transfer file dan pengukuran akan dilakukan.
3. Skenario Ketiga
36 Keterangan :
Skenario ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh interferensi antar perangkat wireless dalam hal ini adalah access point. Di sini ditempatkan 2 PC dekstop, 2 access point, dan 2 laptop. Access point 1 terhubung ke PC
dekstop 1 dan ke laptop 1 sedangkan access point 2 terhubung ke PC dekstop 2 dan laptop 2. Access point 1 menggunakan SSID “Linksys 1” dan access point 2 menggunakan SSID “Linksys 2”. Laptop 1 akan melakukan transfer file dengan PC dekstop 1 melalui access point 1, begitu juga dengan laptop 2 akan melakukan transfer file dengan PC dekstop 2 melalui access point 2. Access point 1 akan diatur agar bekerja
pada channel 10, sedangkan access point 2 akan diatur berbeda-beda mulai dari channel 10, 9, 8, 7 dan 6.
37 Keterangan :
Skenario ini juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh interferensi. Dari skenario 2, jika diketahui interferensi berpengaruh terhadap throughput, delay dan packet loss maka akan dilakukan skenario 3 ini dengan penambahan jumlah access point yaitu access point 3 dengan SSID “Linksys 3”. Dalam skenario ini hanya akan dilakukan pengujian 3 access point bekerja pada channel yang sama yaitu channel 10. Selanjutnya ketiga laptop akan melakukan transfer file secara bersama-sama dalam satu waktu.
4. Skenario Keempat
38 Keterangan :
39
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN ANALISIS
IV.1 Pembangunan Jaringan Ad-Hoc
Hal pertama yang dilakukan untuk melakukan pengukuran adalah membangun jaringan ad-hoc tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan pengaturan pada kedua buah laptop agar membentuk sebuah koneksi menggunakan mode ad-hoc. Adapun langkah-langkah pada sistem operasi Windows 7 adalah
1. Klik start contol panel network and internet network and sharing center.
2. Di menu sebelah kiri pilih manage wireless networks
Gambar 4.1. Capture screen halaman network and sharing center
3. Pilih add create an ad hoc network kemudian next
40 Gambar 4.2. Capture screen untuk pembuatan jaringan ad-hoc
5. Setelah berhasil klik close.
Setelah mode ad-hoc dengan SSID “tugasku” berhasil dibentuk, dilakukan pengaturan alamat IP pada wireless adapter dengan cara :
1. Klik start contol panel network and internet network and sharing center.
2. Di menu sebelah kiri pilih change adapter settings
41 3. Pada wireless network connection klik kanan lalu pilih properties. 4. Klik pada internet protocol version 4 (TCP/IPv4) lalu klik
properties.
5. Pilih use the following ip address lalu isikan alamat IP private pada kolom ip address dan isikan subnet mask. Setelah itu klik ok.
Gambar 4.4. Capture screen untuk pengaturan ip address
Pengaturan ip address ini juga dilakukan di komputer satunya dengan alamat yang berbeda misalnya 192.168.0.2. Setelah pengaturan berhasil dilakukan komputer tersebut tinggal melakukan koneksi dengan SSID “tugasku” yang telah dibuat oleh komputer sebelumnya. Jika kedua
komputer telah terhubung dalam jaringan yang sama maka pada indikator toolbar yang ada di pojok kanan bawah akan menampilkan pemberitahuan
42 IV.2 Pembangunan Jaringan Infrastruktur
IV.2.1 Konfigurasi Access Point
Access point akan digunakan adalah Linksys WRT320N. IP address default untuk pengaturan access point ini adalah 192.168.1.1, maka harus diatur terlebih dahulu ip dari PC dekstop yang akan terhubung ke access point. Nantinya laptop yang akan terhubung dengan access point ini juga harus diatur dengan ip satu network yang sama dengan access point. Setelah dilakukan pengaturan ip address PC dekstop seperti yang dilakukan ketika pembangunan jaringan ad-hoc tadi, selanjutnya ketik pada address bar browser, ip default dari access point yaitu 192.168.1.1. Maka akan muncul halaman login. Dalam hal ini username dan password default untuk masing vendor berbeda-beda. Untuk access point Linksys WRT320N ini, username diisi dengan “admin” dan password diisi dengan “admin”. Selanjutnya setelah login berhasil,
akan muncul antarmuka untuk segala pengaturan access point.
43 IV.3 Konfigurasi Transfer File
Dalam skenario yang sudah disebutkan pada bab III, akan dilakukan transfer file dari laptop ke PC dekstop. Besar ukuran file yang akan digunakan dalam proses transfer adalah sebesar 37,5 MB. Maka dibutuhkan aplikasi untuk mempermudah proses transfer file yang disebut FTP client dan FTP server. FTP client berfungsi untuk melakukan request
pada FTP server jika akan melakukan proses upload atau download. Sedangkan FTP server bertugas melayani permintaan dari client. Dalam pengukuran ini komputer akan diinstall aplikasi XAMPP yang didalamnya telah ada Filezilla server untuk menangani proses upload dan download. Adapun tampilan dari aplikasi ini adalah sebagai berikut
Gambar 4.6. Capture screen Filezilla dari XAMPP
Dengan aplikasi ini dengan mudah dapat ditentukan folder atau drive mana yang akan digunakan untuk menempatkan file upload atau download.
44 IV.4 Pengukuran dan Analisis
IV.4.1 Pengukuran Skenario 1
Dalam pengujian untuk mengetahui pengaruh kuat sinyal terhadap throughput, delay dan packet loss dengan mode jaringan ad-hoc didapatkan hasil seperti berikut :
Jarak (m) 1 2 4 16 32 64 128
Sinyal (dBm) -35 -40 -44 -50 -60 -75 -89
Down (Mbps) 11.7 11.9 11.2 11.5 11.4 10.2 0
Up (Mbps) 8.1 8.1 8 6.8 6.7 5.6 0
Delay (s) 35.9 34.8 37 38.6 39.3 40.9 -
Loss (%) 0 0 0 0 0 0 100
Tabel 4.1. Tabel pengukuran skenario 1
Gambar 4.8. Grafik hubungan kuat sinyal dengan jarak
45 mengalami pelemahan sebesar 9,09%, untuk jarak 32 meter ke 64 meter mengalami pelemahan sebesar 11,11%, dan untuk jarak 64 meter ke 128 meter terjadi pelemahan sebesar 8,53%. Pelemahan terbesar terjadi pada jarak 32 meter ke 64 meter. Dari hasil tersebut pelemahan kuat sinyal cenderung mengalami pola yang tetap atau bertingkat.
Gambar 4.9. Grafik hubungan throughput dengan kuat sinyal
46 jarak 64 meter jaringan adhoc akan mengalami penurunan throughput yang cukup besar. Sedangkan untuk jarak 1 meter sampai 4 meter cenderung memiliki throughput yang hampir sama sehingga dapat dikatakan untuk jarak 1 meter sampai dengan 4 meter, jaringan adhoc belum terpengaruh adanya penurunan kuat sinyal.
Gambar 4.10. Grafik hubungan delay dengan kuat sinyal
47 kecil, namun apabila nilai throughput kecil maka nilai delay akan semakin besar.
Gambar 4.11. Grafik hubungan packet loss dengan kuat sinyal
Dari hasil pengukuran packet loss diketahui bahwa packet loss hanya terjadi pada kuat sinyal -89dBm yang dikarenakan perangkat sudah tidak dapat terhubung kembali.
Maka dengan melihat hasil throughput, delay dan packet loss di atas, dapat disimpulkan bahwa jaringan adhoc bekerja secara optimal pada jarak antara 1 meter sampai dengan 32 meter dan dengan menurunnya kuat sinyal yang didapatkan kedua perangkat maka akan menurunkan juga kualitas throughput-nya.
IV.4.2 Pengukuran Skenario 2
48 • Transmission Rate 54 Mbps
Jarak (m) 1 2 4 16 32 64 128
Sinyal (dBm) -23 -23 -24 -30 -41 -48 -67 Down (Mbps) 12 11.7 11.5 9.2 7.1 6 4.3 Up (Mbps) 8.4 8.9 7.8 6.6 6.2 5.4 2.1 Delay (s) 35.4 34.1 36.7 42.1 53.1 65.3 95.4
Loss (%) 0 0 0 0 0 0 1
Tabel 4.2. Tabel pengukuran skenario 2, transmission rate 54 Mbps
Gambar 4.12. Grafik hubungan kuat sinyal dengan jarak
49 128 meter. Jika melihat pola grafik di atas diketahui bahwa untuk jarak 1 meter sampai 4 meter hampir tidak ada pelemahan yang cukup besar dikarenakan daya yang dipancarkan access point masih sangat kuat. Barulah pada jarak 16 meter sampai 128 meter terlihat pengaruh dari jarak terhadap kuat sinyal.
Gambar 4.13. Grafik hubungan throughput dengan kuat sinyal
50 infrastruktur dengan transmission rate 54 Mbps. Namun ketika jarak semakin jauh yaitu antara 16 meter sampai 128 meter penurunan throughput semakin terlihat.
Gambar 4.14. Grafik hubungan delay dengan kuat sinyal
51 Gambar 4.15. Grafik hubungan packet loss dengan kuat sinyal
Berdasarkan hasil pengukuran diketahui packet loss terjadi pada jarak 128 meter dengan kuat sinyal sebesar -67dBm. Hal ini mengindikasikan bahwa pada jarak 128 meter, jaringan infrastruktur mulai rentan terjadi packet loss. Walaupun bila dilihat dari grafik nilai packet loss masih kecil yaitu sebesar 1%.
Perbandingan hasil pengukuran pada AdHoc dan infrastruktur
52 Dari grafik di atas dapat diketahui prosentase selisih kuat sinyal antara adhoc dengan infrastruktur yaitu untuk jarak 1 meter sebesar 20,68%, pada jarak 2 meter sebesar 26,98%, pada jarak 4 meter sebesar 29,41%, pada jarak 16 meter sebesar 25%, pada jarak 32 meter sebesar 18,81%, pada jarak 64 meter sebesar 21,95%, dan pada jarak 128 meter sebesar 14,10%. Selisih paling tinggi terjadi pada jarak 4 meter.
Jika diamati grafik di atas mempunyai kesamaan pola yaitu menunjukkan pelemahan sinyal secara bertingkat. Namun yang berbeda adalah nilai pelemahan atau perolehan kuat sinyal pada jaringan infrastruktur lebih baik daripada adhoc. Pada jaringan infrastruktur jarak 1 meter sampai 4 meter masih menunjukkan kuat sinyal yang hampir sama, berbeda dengan adhoc yang mulai terlihat menunjukkan pelemahan. Hal ini mengindikasikan bahwa daya pancar sinyal dari access point pada jaringan infrastruktur lebih besar sehingga jarak jangkauannya lebih jauh.
53 Dari hasil perbandingan di atas didapatkan prosentase selisih throughput masing-masing jarak antara adhoc dengan infrastruktur
yaitu untuk jarak 1 meter sebesar 1,49%, pada jarak 2 meter sebesar 1,47%, pada jarak 4 meter sebesar 0,25%, pada jarak 16 meter sebesar 7,33%, pada jarak 32 meter sebesar 15,28%, pada jarak 64 meter sebesar 16,17%, dan karena pada jarak 128 meter sudah tidak terjadi koneksi pada jaringan adhoc maka tidak dapat dibandingkan. Selisih paling tinggi terjadi pada jarak 64 meter. Jika dilihat secara keseluruhan baik adhoc atau infrastruktur cenderung menurun throughput-nya seiring dengan bertambahnya jarak. Hal ini dikarenakan oleh redaman, misalnya udara dan benda-benda penghalang sinyal lainnya [23]. Sehingga daya pancar dari perangkat mengalami atenuasi (pelemahan). Dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4.18. Pelemahan di media transmisi.
(5)
P1 merupakan daya awal yang dimiliki saat transmisi dimulai dan P2 adalah daya yang diterima ketika paket selesai ditransmisikan. Besar atenuasi (dB) yang terjadi selama transmisi dapat dihitung menurut rumus di atas.