• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INVESTASI DAN TINGKAT UPAH TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INVESTASI DAN TINGKAT UPAH TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI ACEH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 2, No. 2, Mei 2014 - 82

PENGARUH INVESTASI DAN TINGKAT UPAH TERHADAP KESEMPATAN

KERJA DI PROVINSI ACEH

Yusrizal1, Abubakar Hamzah2, M. Nasir3

1)

Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana 2) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala

3)Darussalam Banda Aceh

Abstract : This study aims to analyze the influence of investment and the income levels on employment in Aceh Province. In this study the demand of employee influenced by salary and investment. The analytical method use multiple linear method (OLS) and lag2 addition to the variable investment using time series from 1990 to 2012. The estimation result indicate the employee demand has positive and significant effect to income variable, whereby every increment one hundred thousand rupiahs of salary will lead to increased demand of employee 6294 people and investment variable has significant and positive effect too with each increment one million rupiahs of investment will lead to increased demand of employee 1270 people.

Keywords: investment, salary, employment .

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi dan tingkat upah terhadap kesempatan kerja di Provinsi Aceh. Pada penelitian ini permintaan tenaga kerja di pengaruhi oleh upah, dan investasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode linier berganda (OLS) dan penambahan lag2 pada variabel investasi dengan menggunakan data time series dari tahun 1990-2012. Dari hasil estimasi menunjukkan, pada permintaan tenaga kerja variabel upah berpengaruh positif dan signifikan dimana setiap kenaikan Rp100.000 upah akan menyebabkan meningkatnya permintaan tenaga kerja kerja sebesar 6294 Orang dan variabel Investasi berpengaruh positif dan signifikan dimana setiap kenaikan Rp1.000.000 investasi akan menyebabkan kenaikan permintaan tenaga kerja sebesar 1270 Orang.

Kata kunci: Investasi, Upah, dan Kesempatan Kerja

PENDAHULUAN

Proses pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain pembangunan industri merupakan satu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai pembangunan saja (Sukirno,

2006). Untuk mencapai tujuan dan aspirasi yang diamanatkan dalam UUD 1945, strategi dan kebijakan pembangunan sektor industri harus tetap dilakukan bersama dengan sektor-sektor dan bidang-bidang lain dalam ruang lingkup strategi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia (Dumairy, 2007).

Usaha memperluas kegiatan industri untuk meningkatkan permintaan tenaga kerja tidak terlepas dari faktor – faktor yang mempengaruhinya, seperti jumlah unit usaha,

(2)

83 - Volume 2, No. 2, Mei 2014

nilai investasi dan upah. Salah satu cara memperluas kegiatan industri adalah melalui pengembangan

industri terutama industri

yang bersifat padat karya yaitu industri kecil menengah. Pertumbuhan unit usaha suatu sektor dalam hal ini industri kecil dan menengah pada suatu daerah akan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Hal ini berarti permintaan tenaga kerja juga bertambah. Jika unit usaha suatu industri ditambah maka permintaan tenaga kerja juga bertambah (Prabowo, 2007).

Mengenai investasi, hal ini sangat berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan pendapatan. Besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya permintaan tenaga kerja. Secara teoritis, semakin besar nilai investasi yang dilakukan maka semakin besar pula tambahan penggunaan tenaga kerja (Suparmoko, 2004). Untuk mengembangkan sektor industri perlu adanya investasi yang memadai agar pengembangan sektor industri dapat berjalan sesuai tujuan. Usaha akumulasi modal dapat dilakukan dengan melalui kegiatan investasi yang akan menggerakkan perekonomian melalui mekanisme permintaan agregat, dimana akan meningkatkan usaha produksi dan pada akhimya akan mampu meningkatkan permintaan tenaga kerja (Sudarsono, 2008).

Upah juga mempunyai pengaruh terhadap kesempatan kerja. Jika semakin tinggi tingkat upah yang ditetapkan, maka berpengaruh pada meningkatnya biaya produksi, akibatnya untuk melakukan efisiensi, perusahaan terpaksa melakukan pengurangan

tenaga kerja, yang berakibat pada rendahnya tingkat kesempatan kerja. Sehingga diduga tingkat upah mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kesempatan kerja (Simanjuntak, 2002).

Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara, wilayah, atau suatu daerah. Pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor di antaranya infrastruktur ekonomi (Kristiana, 2009:3).

Dari uraian-uraian dan pemikiran di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Pengaruh Investasi dan Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja di Provinsi Aceh”

Penelitian Sebelumnya

Manning (2000) membandingkan ketenagakerjaan Indonesia, Korea Selatan dan Thailand, menyimpulkan bahwa kesempatan kerja di Indonesia menunjukan tendensi penurunan pada lapangan kerja modern, sementara pada saat yang sama pertambahan tenaga kerja justru cukup tinggi pada sektor tradisional. Sementara itu kesimpulan untuk kesempatan kerja di Korea Selatan justru berlawanan dengan yang terjadi di Indonesia, dimana dalam jangka pendek telah terjadi pengurangan jumlah permintaan tenaga kerja akibat dari real wage (upah riil) mengalami penurunan. Pendekatan Neo klasik yang menyatakan flexible wage hypotesis dimana dampak penurunan nilai riil upah menyebabkan berpindahnya tenaga kerja dari sektor upahan (sektor formal) ke sektor non upahan (sektor

(3)

Volume 2, No. 2, Mei 2014 - 84 non formal), lebih relevan untuk masalah

kesempatan kerja di Indonesia.

Dimas dan Woyanti (2009) menyatakan bahwa peningkatan PDRB berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan PDRB yang dibarengi dengan peningkatan barang dan jasa. Permintaan akan barang dan jasa inilah yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk berproduksi. Peningkatan produksi barang dan jasa akan menyerap tenaga kerja baru.

Peningkatan upah tenaga kerja akan menurunkan penyerapan tenaga kerja. Upah dipandang sebagai beban oleh pengusaha, karena semakin besar tingkat upah akan semakin kecil proporsi keuntungan yang dinikmati pengusaha. Oleh karena itu kenaikan tingkat upah akan direspon oleh pengusaha dengan menurunkan jumlah tenaga kerja. Di samping itu kenaikan tingkat upah akan mendorong pengusaha menggunakan teknik yang cenderung padat modal dalam proses produksinya agar tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi yang lebih besar sehingga mengorbankan para pekerja.

kesempatan kerja dan pengangguran masih dapat ditanggulangi, dan tentunya perlu upaya yang baik dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan persoalan ini. Sedangkan bagi pendidikan menengah nampaknya memiliki pengaruh relatif kecil terhadap pengangguran di daerah, oleh sebab itu tentunya upaya preventif pada pengangguran di daerah dapat ditanggulangi dengan memberikan kesempatan penciptaan peluang

kerja di daerah dan meningkatkan skill kemampuan yang dimiliki, pendidikan tinggi tidak mempengaruhi pengangguran karena seorang yang memiliki pendidikan tinggi akan cenderung mencari pekerjaan pada tempat lain, karena hal ini akan lebih leluasa bersaing di daerah atau Provinsi lain yang memiliki peluang kerja yang sesuai dengan pendidikan yang dimiliki seorang tersebut.

Alim (2007) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap pengangguran, namun dengan arah negatif. Berdasarkan regresi menunjukan jika laju inflasi meningkat sebesar 1 persen, maka akan menurunkan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia sebanyak 63,246 ribu orang. Maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara inflasi dengan tingkat pengangguran terbuka, artinya memang terjadi “trade off“ antara laju inflasi dengan pengangguran di Indonesia setidaknya selama periode 1980-2007.

Mulyana (2003) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak saja membawa dampak pada jumlah penduduk yang semakin lama semakin besar, tetapi juga membawa dampak tersendiri pada ketenagakerjaan, di mana pertumbuhan angkatan kerja jauh lebih besar dari pertumbuhan kesempatan kerja. Dilihat dari tingkat pertumbuhan tahunan, maka dapat digambarkan bahwa laju peningkatan jumlah penduduk di Provinsi Aceh cenderung mengalami fluktuasi, angka rata-rata ini masih berada di bawah angka rata-rata nasional

(4)

85 - Volume 2, No. 2, Mei 2014

sebesar 1,89 persen setiap tahunnya. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat suatu pengaruh positif antara pertumbuhan penduduk dan pengangguran serta terdapat pengaruh negatif antara kesempatan kerja dan pengangguran.

Mahalli (2008) menyatakan PDRB kota Medan berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Dimana setiap kenaikan PDRB sebesar 10 persen maka kesempatan kerja akan meningkat sebesar 2,07 persen. Sektor jasa keuangan dan Perusahaan merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dimana setiap kenaikan Nilai Tambah Bruto (NTB) sebesar 10 persen maka kesempatan kerja akan meningkat sebesar 10,23 persen. Kemudian di ikuti Sektor industri pengolah dimana setiap kenaikan Nilai Tambah Bruto (NTB) sebesar 10 persen maka kesempatan kerja akan meningkatan sebesar 8,98 persen. Hal ini karena kota Medan merupakan pusat perdagangan dan industri di pulau Sumatera.

Metode Penelitian Model Analisis Data

Adapun model atau peralatan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk melihat hubungan antara angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi dan pengangguran yang dapat dilihat sebagai berikut (Gujarati, 2001:236):

Yi = βo + β1 X1i + β2X2i + Ei..

Di mana :

Yi = Variabel Dependent

βo = Konstanta

X1,2,i = Koefesien Variabel Independent

β1,2,k = KoefesienVariabel Independent

ei = Error Term

i = Jumlah data dari 1-n

kemudian akan coba diformulasikan kedalam model logaritma berikut ini :

KK = β0 + β1 W + β2 I+ ei Dimana : KK = Kesempatan Kerja W = Tingkat Upah I = Investasi β0 = Konstanta

β1 = Koefisien regresi untuk tingkat upah

β2 = Koefisien regresi untuk investasi

e = Error Term

i = jumlah data dari 1 sampai dengan N

Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadi penafsiran ganda, maka dalam penelitian ini perlu didefinisikan dengan jelas beberapa variabel-variabel yang digunakan. Adapun definisi variabel-variabel yang digunakan tersebut adalah :

1. Kesempatan Kerja (KKi) adalah

Kesempatan kerja adalah bagian dari penduduk usia kerja, 15 tahun ke atas yang mempunyai pekerjaan selama seminggu yang lalu, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti menunggu panenan atau cuti. Di samping itu, mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang

(5)

Volume 2, No. 2, Mei 2014 - 86 mencari pekerjaan juga termasuk dalam

kelompok angkatan kerja. (dalam satuan jiwa).

2. Tingkat Upah (Wd) adalah Tingkat upah

minimum yang ditetapkan oleh Pemerintahan Aceh (dalam Satuan Rupiah).

3. Tingkat Investasi (I) adalah Pembentukan Modal domestik Bruto berdasarkan harga konstan pada setiap tahunnya (dalam satuan miliar).

Hasil Pembahasan dan Analisa Hasil Estimasi dan Pembahasan

Besarnya pengaruh investasi, dan tingkat upah terhadap kesempatan kerja di provinsi Aceh di analisis dengan menggunakan model regresi linear berganda, dengan persamaan sebagai berikut :

KK = β0 + β1I + β2W + e1

Data-data yang dikumpulkan diproses dengan menggunakan program shazam dan diperoleh print out hasil yang ditabelkan pada tabel IV – 2

Variabel Koefisien P-value t-hitung C I W 0,161 -0,105 0,707 0,00 0,05 0,00 28,82 -2,084 3,468

Sumber : Hasil Estimasi, 2013

Dari hasil estimasi diatas dapat ketahui bahwa model regresi linier berganda tidak dapat digunakan dalam penelitian ini, Hal ini ditandai dengan nilai estimasi variabel investasi bernilai negatif yaitu -0.10 oleh karena

itu model OLS diatas bertentangan dengan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya oleh karena itu dilakukan uji heteroskedastisitas menggunakan uji white.

White Test CHI-SQUARE P-value

E**2ON X X**2 E**2ON X X**2 XX 2.91 4,58 3,63 5,72 0,57 0,33 0,60 0,33

Sumber : Hasil Estimasi, 2013

Dari hasil uji heteroskedastisitas diatas model mengalami atau terganggu masalah heteroskedastisitas hal ini ditandai dengan nilai p-value lebih besar dari tingkat keyakinan diatas 95% atau lebih besar dar 0,05. Oleh karena itu model kemudian disupress varian kedalam bentuk model logaritma.

Variabel Koefisien P-value t-hitung

C LI LW 14,14 -0,13 0,16 0,00 0,05 0,00 28,82 -2,084 3,468

Sumber : Hasil Estimasi, 2013

Dari hasil estimasi model logaritma di ketahui hasil variabel investasi masih bernilai negatif dan tidak berubah yaitu -0.13 hal ini masih bertentangan dengan teori penelitian. Untuk langkah selanjutnya maka ditentukan dengan menggunakan Autoregresion dan GLS

Variabel Koefisien P-value t-hitung C W I 0.15106E+07-0.50478 -0.35588E-01 0,00 0,05 0,29 16,20 3,10 -1,08

Variabel Koefisien P-value t-hitung C W I 0.14823E+07-0.65548 -0.68718E-01 0,00 0,02 0,12 16,34 3,67 -1,62 Sumber : Hasil Estimasi, 2013

(6)

87 - Volume 2, No. 2, Mei 2014

Dari Hasil kedua model analisis Autoregresi dan GLS tidak juga merubah nilai variabel investasi secara signifikan dan masih melawan teori. Hal ini ditandai dengan nilai investasi yang negatif. Kemudian dilakukan uji penentuan lag optimal untuk analisa selanjutnya.

TABEL IV-6

Hasil Estimasi Pengaruh Investasi dan Tingkat Upah

Terhadap Kesempatan Kerja Dengan Model Lag Optimal

Variabel Koefisien P-value t-hitung

Lag 1 (I) Lag 2 (I) Lw 0,00 0,01 0,06 0,10 0,01 0,00 1,72 2,58 3,77 Sumber : Hasil Estimasi, 2013

Dari hasil estimasi menggunakan lag 1 tahun pada variabel investasi di peroleh nilai koefiisien estimasi positif yaiut sebesar 0,0093 hal ini sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya dengan tingkat keyakinan 90 persen yaitu ditandai dengan nilai p-value 0,10. Dengan menggunakan lag 2 tahun terhadap variable Investasi hasil estimasi semakin lebih baik yaitu ditandai dengan nilai tingkat keyakinan diatas 95 persen hal ini ditandai dengan nilai p-value 0,01. Kenaikan investasi dua tahun yang lalu Rp.1.000.000 Citeris paribus akan menaikkan kesempatan kerja 1270 orang. Begitu juga halnya dengan tingkat upah jika terjadi kenaikan tingkat upah sebesar Rp.100.000 maka akan menaikkan tingkat kesempatan kerja sebanyak 6294 orang citeris paribus.

Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji t dan uji F, maka diperoleh

nilai thitung untuk β1 sebesar 3,77 sedangkan ttabel

sebesar 1,72. Berdasarkan hasil perbandingan dengan ttabel diperoleh hasil bahwa nilai thitung >

ttabel. Hal ini berarti bahwa secara parsial

variabel Tingkat Upah berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat Kesempatan Kerja di Provinsi Aceh. Sedangkan nilai thitung untuk

β2 sebesar -2,58 dan ttabel sebesar 1,72.

Berdasarkan hasil perbandingan dengan ttabel

diperoleh hasil bahwa nilai thitung 2,58 > ttabel

1,72 pada tingkat keyakinan (level of significant) 99 persen dengan tingkat signifikansi sebesar 0,01. Maka hal ini berarti bahwa secara parsial variabel Investasi berpengaruh secara positif dan nyata signifikan terhadap Kesempatan Kerja di Provinsi Aceh dan konsisten secara teori.

Dari hasil penelitian diatas sesuai dan konsisten dengan landasan teori dan penelitian sebelumnya. Secara teori peningkatan upah tenaga kerja akan menurunkan penyerapan tenaga kerja. Upah dipandang sebagai beban oleh pengusaha, karena semakin besar tingkat upah akan semakin kecil proporsi keuntungan yang dinikmati pengusaha. Oleh karena itu kenaikan tingkat upah akan direspon oleh pengusaha dengan menurunkan jumlah tenaga kerja. Di samping itu kenaikan tingkat upah akan mendorong pengusaha menggunakan teknik yang cenderung padat modal dalam proses produksinya agar tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi yang lebih besar sehingga mengorbankan para pekerja. (Dimas dan Woyanti 2009). Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar

(7)

Volume 2, No. 2, Mei 2014 - 88 keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta

rendahnya produktivitas namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Pada dasawarsa yang lalu, masalah pokoknya tertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output industri. Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara-negara berkembang, angka pengangguran yang meningkat pesat terutama disebabkan oleh ”terbatasnya permintaan” tenaga kerja, yang selanjutnya semakin diciutkan oleh faktor-faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan lainnya, yang pada gilirannya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyedian lapangan kerja (Todaro, 2000). Pasar tenaga kerja, seperti pasar lainnya dalam perekonomian dikendalikan oleh kekuatan penawaran dan permintaan, namun pasar tenaga kerja berbeda dari sebagian besar pasar lainnya karena permintaan tenaga kerja merupakan tenaga kerja turunan (derived demand) dimana permintaan akan tenaga kerja sangat tergantung dari permintaan akan output yang dihasilkannya (Borjas,2010:88; Mankiw,2006:487). Dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tersebut. Dengan menelaah hubungan antara produksi barang-barang dan permintaan tenaga kerja, akan dapat diketahui faktor yang

menentukan upah keseimbangan.

Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini, dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah diharapkan lebih memacu lagi pertumbuhan ekonomi dengan mendorong swasta untuk meningkatkan investasi dengan cara mempermudah akses dan memperbaiki infrastruktur pada setiap sektor perekonomian yang banyak menyerap tenaga kerja baru.

2. Upah tidak bisa dikendalikan oleh pasar secara penuh karena pekerja kita masih memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah dan akses informasi pasar tenaga kerja belum merata. Pemerintah harus melibatkan serikat pekerja dan pengusaha dalam penentuan tingkat upah layak, tanpa mengorbankan kepentingan pekerja dan pengusaha.

3. Untuk mencegah tingginya tingkat pengangguran, maka semua elemen masyarakat harus memulai prinsip kewirausahaan, agar dalam mencari kerja tidak hanya manunggu lowongan kerja, tetapi mampu menciptakan lapangan kerja baru..

(8)

89 - Volume 2, No. 2, Mei 2014 DAFTAR PUSTAKA

Aris, A. 1990, Ekonomi Sumber Daya Manusia, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan PAU Bidang Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Badan Pusat Statistik,.2011, Aceh dalam Angka. Bambang, P., dan Lina, M.J. 2005, Metode

Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi, PT RajaGrafindo, Persada, Jakarta

Boediono, 2002, Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta.

Borjas, G.Labor Economic 2010

Damodar, G. 2004. Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa : Sumarno Zain, penerbit Erlangga, Jakarta.

Dumairy. 2007, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta.

Dimas dan Woyanti, N. 2009. “Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, ISSN:1412-3126. Ehrenberg, R. G. 1982, Modern Labour

Economic, Scoot and Foresman Company

Entri, S. G. 1999, “Upah Minimum Regional : Kebijakan da Pelaksanaanya”,Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Dian Ekoomi, Vol 1 hal. 35 – 37, UKSW, Salatiga.

Fitrie, A. 2003, “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel Kayu Skala Besar dan Sedang di Kab. Jepara Tahun 1994 – 2000”, Thesis MIESP UNDIP, Tidak Dipublikasikan FX. Sugiyanto. 1991, “Hubungan Antara

Penyerapan Tenaga Kerja, Elastisitas Upah, Elastisitas Tenaga Kerja dan Produktivitas Tenaga Kerja pada Sektor Industri Pengolahan di Provinsi Jawa Tengah”, Media Ekonomi dan

Bisnis, Vol. III No. 2 hal. 14 – 19, UNDIP, Semarang.

Hadri, K. 2005, “Size Perusahaan dan Probabilitas : Kajian Empiris terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ”, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol 10 No 1 Hal 81-93, FE UII, Yogyakarta. Haryo, K. 2001, “Studi Kelayakan

Kebijaksanaan Penyesuaian Upah Minimum Regional” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 13 No. 1 hal. 31-41, BPFE,Yogyakarta

Hendra, E. 1999, Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia, PT Gramedia, Jakarta J. Supranto, 2001, Metode Ramalan Kuantitatif untuk Perencanaan Ekonomi dan Bisnis, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Listya, E. A. 1998, Upah Minimum Regional : Studi Kelayakan Kebijaksanaan dan Penyesuaian”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 13, No.1 hal 31-41, FEUII, Yogyakarta

Mudrajat, K. 1997, Ekonomi Pembangunan

(Teori dan Kebijakan) ,YKPN,

Yogyakarta, 2007, Ekonomi Industri Indonesia, ANDI, Yogyakarta.

Simanjuntak, P.J. 2002, Pengantar Sumber Daya Manusia, Lembaga Penerbit UI, Jakarta.

Sadono, S. 2000, Makroekonomi Modern Perkembangan Pemikiran Dari Klasik

Hingga Keynesian Baru, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta

Sadono, S. 2006, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sitanggang, I.R., dan Nachrowi. 2004, “Pengaruh Struktur Ekonomi pada Penyerapan Tenaag Kerja Sektoral”, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia FE UI, Vol IV No 2.

(9)

Volume 2, No. 2, Mei 2014 - 90 Soeharsono, S. 2002. Kesempatan Kerja,

Ketahanan Nasinal dan Pembangunan Manusia Seutuhnya, Alumni, Bandung. Soeroto, 2008, Strategi Pembangunan dan

Perencanaan Tenaga Kerja, Gajahmada University Pres, Yogyakarta.

Sony, S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan, Graha Ilmu, Yogyakarta

Sudarsono. 2008. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Karunika Jakarta Universitas Terbuka, Jakarta

Sugiyarto, 2002. “Pengaruh Industri Mebel / Ukir Jepara Terhadap Kesempatan Kerja”,UGM, Yogyakarta, Tidak Dipublikasikan

Suparmoko. 2004. Pengantar Ekonomika Makro, BPFE, Yogyakarta.

Taufuk, Z. 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil Mebel di Kota Semarang), Thesis MIESP UNDIP, Tidak Dipublikasikan Tulus T. H Tambunan, 2001, Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang, Gharia, Indonesia.

Tulus, T. 2001. Tingkat dan Pertumbuhan PDRB serta Kontribusi Sektoral di Kawasan Indonesia Timur : Suatu Analisis Empiris. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan. Vol. IV. No : 2. PEP. LIPI.

Tri, W. R. 2004. “Mengukur Besarnya

Peranan Industri Kecil Dalam

Perekonomian Di Provinsi Jawa

Tengah, Jurnal Dinamika

Pembangunan”, Vol 1 No :2, Hal :125 – 136

Referensi

Dokumen terkait

Adanya komunikasi untuk Mempengaruhi dan Mengupayakan kepada Pemerintah Kabupaten Jombang agar bisa membantu pengembangan BMTNU (LPNU) Terfasilitasinya pendirian

Kebijakan komunitas untuk kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan tsunami di Nagari Tiku Selatan dengan cara menerapkan konsep Sister Village untuk mengurangi risiko menunjukkan

Tujuan dari penelitian ini yaitu mencari model terbaik untuk melihat pola data antara observasi dan prediksi, selain itu bagaimana perbandingan antara observasi data

Untuk mengoptimalkan penggunaan CT scan toraks sebagai modalitas radiologi dalam menentukan jenis sitologi/histologi kanker paru serta membantu meningkatkan ketepatan

0HQXUXW *LGGHQV UHDOLWDV VRVLDO KDUXV PHPSHUWLPEDQJNDQ VWUXNWXU GDQ DJHQ 6WUXNWXU DGDODK DWXUDQ QRUPD QRUPD GDQ NHSHUFD\DDQ \DQJ PHQDQGDL GXQLD VRVLDO $JHQ DGDODK SHULODNX GDQ

Orde kristalisasi ZrCuNiAl lebih beşar daripada ZrNiAl, hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan unsur pemadu tembaga semakin meningkatkan orde kristalisasi, sehingga

Untuk individu, pertahanan yang paling efektif melawan spam adalah menggunakan penyaring pada program email untuk menghapus jenis pesan yang telah Anda ketahui atau Anda tidak

Pengenceran 10 -2 diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi aquades steril sebanyak 9 ml dan diberi label 10 -3.. Pengenceran 10 -3 diambil