• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi yang ditandai dengan perubahan progresif pada servik, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney, 2002). Namun demikian menurut Rose (2006), meskipun persalinan merupakan proses yang fisiologis, tetapi masih ada beberapa komplikasi yang terjadi pada proses persalinan seperti persalinan lama, posisi yang sulit, posisi sungsang, kembar, persalinan dengan penyulit, atau penyedotan dengan pompa (vacuum). Kondisi-kondisi demikian dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama.

Persalinan lama dapat disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang hebat. Nyeri pada persalinan bukan hal yang baru dikenal sekarang tetapi sudah ada sejak zaman dahulu. Ibu – ibu yang akan melahirkan sering mengalami nyeri dan tidak jarang nyeri akan menimbulkan rasa cemas, otot menjadi spastik, kaku, jalan lahir menjadi sempit dan kurang relaksasi. Selain itu juga dapat menyebabkan keletihan dan penurunan kontraksi uterus. Nyeri yang hebat akan berpengaruh buruk pada fisiologis persalinan, walaupun nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami tubuh yaitu suatu peringatan akan adanya bahaya (Suheimi, 2008). Sensasi nyeri umumnya dirasakan sangat berat terutama oleh ibu yang baru menjalani persalinan anak pertama(Ahmad, 2008).

(2)

Penyebab lain yang mengakibatkan persalinan lama adalah karena ibu tidak atau belum mempunyai gambaran persalinan yang bisa menjadi acuan tentang apa yang akan terjadi selama proses persalinan dan apa yang harus dilakukan. Kondisi inilah yang menjadi penyebab sebagian besar kegugupan yang dirasakan calon ibu dalam menghadapi persalinannya (Nolan, 2003).

Rasa nyeri dalam persalinan dapat disebabkan banyak hal antara lain terjadinya anoksia (kekurangan oksigen) pada otot rahim, otot rahim yang berkontraksi terlalu kuat, peregangan serviks (mulut rahim), adanya tarikan pada tuba (saluran telur), ovarium dan ligamen – ligamen penyangga uterus, penekanan pada saluran dan kandung kemih dan rectum, dan adanya regangan otot – otot dasar panggul. Lebih dari itu berbagai hambatan fisik dan psikologis pada ibu saat persalinan akan menambah rasa nyeri yang terjadi (Suheimi, 2008).

Saat yang paling melelahkan dan berat, dan kebanyakan ibu mulai merasakan sakit atau nyeri pada saat persalinan adalah kala I fase aktif. Dalam fase ini kebanyakan ibu merasakan sakit yang hebat karena kegiatan rahim mulai lebih aktif. Pada fase ini kontraksi semakin lama semakin kuat dan semakin sering (Danuatmaja, 2004 ).

Kondisi nyeri yang hebat pada kala I persalinan memungkinkan para ibu cenderung memilih cara yang paling gampang dan cepat untuk menghilangkan rasa nyeri. Fenomena yang terjadi saat ini ibu memiliki kecenderungan untuk melakukan operasi sesar walau tanpa indikasi yang jelas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gulardi dan

(3)

Basalamah ( 2001 ) dalam Kasdu (2003), didapatkan data bahwa dari 64 rumah sakit di Jakarta terdapat 17.665 kelahiran dimana sebanyak 33,7– 55,3%-nya melahirkan dengan operasi sesar. Bahkan diketahui sebanyak 13,9 % operasi sesar dilakukan tanpa pertimbangan medis. Operasi sesar tersebut dilakukan atas keinginan ibu sendiri karena mereka beranggapan bahwa dengan operasi sesar ibu tidak akan mengalami nyeri seperti pada persalinan normal (Gulardi dan Basalamah, 2001, dalam Kasdu, 2003 ).

Semakin banyaknya wanita yang ingin melahirkan dengan proses persalinan yang berlangsung tanpa rasa nyeri, maka berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi maupun non-farmakologi. Pengendalian nyeri dengan farmakologi antara lain dengan pemberian analgesi inhalasi, analgesi opioid, dan anestesi regional (Mander, 2004). Pengendalian nyeri secara farmakologi memang lebih efektif dibandingkan dengan metode non-farmakologi, namun demikian metode farmakologi lebih mahal dan berpotensi mempunyai efek yang kurang baik (Arifin, 2007).

Jordan (2003), bahkan menyebutkan bahwa metode farmakologi mempunyai pengaruh yang merugikan bagi ibu, janin, ataupun bagi kemajuan persalinan itu sendiri. Metode farmakologik merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-obatan. Obat merupakan bentuk pengendalian nyeri yang paling sering diberikan oleh perawat dengan berkolaborasi dengan dokter. Terdapat 4 kelompok obat nyeri yaitu: Analgetik Nonopioid (obat anti inflamasi non steroid/ OAISN), Analgetik Opioid,. Antagnis dan Agonis-Antagonis Opioid,

(4)

Adjuvant atau Koanalgetik. Obat yang sering digunakan adalah jenis Analgetik Nonopioid yaitu asam mefenamat untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan (Price & Wilson, 2006).

Sementara itu menurut Potter (2005) metode non-farmakologi dapat dilakukan melalui kegiatan tanpa obat antara lain dengan teknik distraksi, biofeedback, hypnosis-diri, mengurangi persepsi nyeri, dan stimulasi kutaneus (masase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin, stimulasi saraf elektrik transkutan). Pengendalian nyeri non-farmakologi menjadi lebih murah, simpel, efektik dan tanpa efek yang merugikan. Disamping itu metode ini juga dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaan dan kekuatannya (Arifin, 2007).

Kompres panas atau dingin yang merupakan salah satu metode non-farmakologi dianggap sangat efektif dalam menurunkan kasus-kasus nyeri. Kompres panas adalah tindakan dengan memberikan kompres hangat yang bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat (Uliyah & Hidayat, 2006). Menurut Asmadi (2008) kompres hangat adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Panas yang disalurkan melalui kompres panas dapat meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk – produk inflamasi, seperti bradikinin, histamine, dan prostaglandin yang akan menimbulkan nyeri lokal. Panas juga merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi implus nyeri ke medulla spinalis dan otak dapat dihambat (Price, 2005). Pada umumnya panas cukup berguna untuk pengobatan dan meningkatkan aliran darah kebagian yang

(5)

cidera (Potter, 2005).

Penggunaan kompres panas untuk area yang tegang dan nyeri dianggap mampu meredakan nyeri. Panas mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iskemia yang merangsang neuron yang memblok transmisi lanjut rangsang nyeri menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke area yang dilakukan pengompresan (Nicholas dan Zwelling, 1997; Simkin, 1995, dalam Walsh, 2007).

Keuntungan dari penggunaan kompres panas kering menurut Smeltzer & Bare (2001) adalah dapat meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut munurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Namun di sisi lain kompres panas kering juga dapat merugikan jika mengenai jaringan secara terus menerus karena akan merusak sel – sel kapitel, menyebabkan kemerahan, rasa perih, bahkan kulit menjadi melepuh ( Potter, 2005 ). Oleh karena itu kompres harus digunakan dengan hati – hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cidera kulit (Smelzer & Bare, 2001).

Penelitian lain tentang pengaruh kompres hangat terhadap rasa nyeri pada saat proses persalinan dikemukakan oleh Varney (2007). Dalam penelitian ini diketahui bahwa para bidan melakukan kompres panas kering karena dianggap sebagai tindakan yang tepat untuk meredakan nyeri, dan pada beberapa wanita yang akan melahirkan diketahui bahwa penggunaan kompres panas kering secara bergantian mampu memberikan rasa nyaman (Varney, 2007).

(6)

Berdasarkan data yang diperoleh dari survey pendahuluan pada tanggal 15 Januari 2009 diketahui bahwa angka rata-rata persalinan yang ada di kecamatan Slawi kabupaten Tegal adalah berkisar 600 - 641 orang pertahun. Berdasarkan survey pada 4 Rumah Bersalin (RB) besar yang ada di Tegal diketahui bahwa Rumah Bersalin (RB) Siti Khadijah memiliki angka persalinan tertinggi jika dibandingkan dengan RB lainnya yaitu sebanyak 641 kelahiran. Sementara di RB lainnya yaitu RB Rahma, RB Budi Asih, RB Siti Hajar berkisar antara 66 hingga 638 kelahiran / pertahun (Ali,wawancara,14 Januari 2009).

Survey pendahuluan diketahui pula bahwa yang dilakukan Rumah Bersalin untuk melakukan manajemen nyeri pada proses persalinan kebanyakan dengan cara farmakologi (pemberian obat). Hal ini dilakukan selain untuk menghasilkan efek yang cepat dirasakan oleh ibu yang bersalin, juga merupakan kebijakan yang diterapkan di RB – RB yang bersangkutan (hasil wawancara dengan salah satu bidan di RB setempat). Padahal penggunaan obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri memungkinkan timbulnya efek samping yang tidak diharapkan.

Berdasarkan fenomena tersebut kiranya perlu dilakukan penelitian untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri (managemen nyeri) dengan cara non-farmakologi, salah satunya adalah dengan pemberian kompres panas kering (buli-buli panas) pada ibu bersalin primipara.

(7)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah perbedaan tingkat nyeri pada ibu bersalin primipara kala I fase aktif sebelum dan setelah diberikan kompres panas kering (buli – buli panas)?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan tingkat nyeri pada ibu bersalin primipara kala I fase aktif sebelum dan setelah diberikan kompres panas kering (buli – buli panas).

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan tingkat nyeri sebelum dan setelah pemberian kompres panas kering pada kala I.

b. Menganalisis perbedaan tingkat nyeri pada ibu bersalin primipara kala I fase aktif sebelum dan setelah diberikan kompres panas kering (buli – buli panas).

D. Manfaat Penelitian 1 Ibu Bersalin

Membantu menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin setelah dilakukan kompres panas kering (buli-buli panas).

(8)

2 Peneliti

Data dan informasi yang diperoleh selama penelitian dapat dijadikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang pengaruh kompres panas kering (buli-buli panas) pada ibu bersalin primipara terhadap pengaruh penurunan tingkat nyeri pada kala I.

3. Institusi

Untuk menambah wawasan dan sebagai referensi bagi pembaca khususnya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang tentang pengaruh kompres panas kering (buli-buli panas) pada ibu bersalin primipara terhadap penurunan tingkat nyeri pada kala I.

4. Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam rangka gerakan sayang ibu dalam proses persalinan.

E. Bidang Ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, Orang Dengan Skizofrenia yang memiliki gangguan pada fungsi otak seperti kesulitan berpikir, berbicara, dan mengambil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi serta klasifikasinya pada kabupaten dan kota, kemudian untuk mengetahui seberapa besar tingkat

Untuk melihat kemampuan keuangan Kabupaten Maros dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan

-- Jenis Jenis--jenis penghuni pulau memiliki ukuran tubuh yang jenis penghuni pulau memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari kerabatnya yang berada di dataran utama lebih

Oleh karena itu, berdasarkan sosiohistoris maupun sosioyuridis yang memuat ketentuan-ketentuan sosiospiritual, sosiofilosofis, sosiopolitis berdirinya Daerah Istimewa Yogyakarta

Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan gunting tali pusat diantara kedua klem tersebut.. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steri

Dalam semua kes-kes di mana terdapat kemungkinan segera kematian dan ia tidak mungkin untuk menghubungi seorang majistret, perisytiharan itu mati mesti direkodkan oleh doktor

Berdasarkan hasil penelitian maka tindakan menurunkan nyeri haid yang mudah dilakukan responden yang mengalami dismenore yaitu melakukan hidroterapi.hidroterapi ini