• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. para penyusun laporan keuangan serta pembuat peraturan tertarik untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. para penyusun laporan keuangan serta pembuat peraturan tertarik untuk"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Internal

Pengendalian Internal telah menarik perhatian banyak orang yang merupakan sumber perdebatan sengit yang tiada habisnya. Auditor internal dan eksternal, para penyusun laporan keuangan serta pembuat peraturan tertarik untuk mendalami beberapa aspek dari pengendalian internal antara lain : apa yang membuat pengedalian internal menjadi efektif, bagaimana hubungan pengendalian intern dan pelaporan keuangan serta peran pengendalian intern dalam strategi penjualan yang efektif dan efisien.

2.1.1 Pengertian Pengendalian Intern

Pada tahun 1998, AICPA mengeluarkan SAS No.55 mendefinisikan pengendalian internal sebagai

Sebuah sebuah proses yang dihasilkan oleh dewan direksi entitas, manajemen dan personal lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak dalam pencapaian tujuan kategori – kategori antara lain : realibilitas, ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dan efektivitas dan efisiensi operasi .

Nugroho Widjayanto ( 2001 : 18 ) mengatakan “ pengendalian intern adalah suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan “.

Menurut Mulyadi ( 2001 : 163 ) sistem pengendalian intern meliputi” struktur organisasi, metode dan ukuran – ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga

(2)

kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen “.

2.1.2 Unsur - unsur pengendalian intern

Ada beberapa unsur – unsur pengendalian intern menurut Mulyadi ( 2001 : 164 ) antara lain :

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang , pendapatan dan biaya.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Pengendalian Intern bagi suatu perusahaan adalah merupakan suatu keharusan. Perkembangan kegiatan daan skalanya menyebabkan kompleksitas struktur, dan sistem dan prosedur suatu organisasi yang semakin rumit mendorong pentingnya suatu pengendalian intern. Sanyoto Gondodiyoto (2007 : 259) menjelakan tujuan utama dari pengendalian intern adalah :

1. Memperkecil kesalahan - kesalahan dalam penyajian data akuntansi, sehingga akan menghasilkan laporan yang benar.

2. Melindungi dan membatasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan penggelapan – penggelapan.

3. Kegiatan organisasi akan dapat dijalankan dengan efisien. 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan.

Menurut James Hall ( 2004, p143 ) the internal control system comprises policies, practices, and procedures employed by the organization to achieve four broad objective :

1. To saveguard assets of the firm.

2. To ensure the accuracy and realibility of occounting record and information.

3. To promote efisiensi in the firm's operations.

(3)

2.2 Audit

Audit merupakan bagian dari pengawasan. Pengawasan dapat dilakukan dari jauh ataupun dari dekat. Pengawasan yang dilakukan dari dekat dengan berhubungan langsung pada objek yang diawasi disebut audit, sedangkan pengawasan itu sendiri bagian dari pengendalian.

2.2.1 Pengertian Auditing

Audit merupakan suatu proses yang sistematis, artinya audit dilakukan secara bertahap dan memerlukan perencanaan yang baik serta pemilihan teknis audit yang memadai. Dalam audit, dikumpulkan berbagai informasi yang dapat divertifikasi mengenai objek yang di audit. Agar dapat di vertifikasi, informasi harus diukur. Informasi dikumpulkan kemudian dievaluasi dan dilakukan penilaian tingkat kesesuaiannya dengan kriteria yang ada. Informasi-informasi yang diperoleh menjadi bukti lagi auditor dalam menilai secara objektif, oleh karenanya harus diperoleh bukti dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit.

Seorang auditor seharusnya memiliki kemampuan dan mempunyai kebebasan bekerja dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan pengetahuan akan kriteria-kriteria yang digunakan, jenis dan jumlah data yang diperlukan di bidang audit, serta hal-hal lainnya yang berhubungan haruslah dikuasai oleh seseorang auditor untuk mendukung kesimpulan yang akan dibuatnya. Audit merupakan kegiatan terstruktur untuk mengaudit hal-hal yang mendukung suatu asersi

(4)

berdasarkan kriteria tertentu dan diharapkan agar kegiatan hasil audit ini dapat diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

American Accounting Association Committe dalam Basic Auditing Concepts telah mendefinisikan audit sebagai :

Suatu proses sistematis yang secara obyektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak – pihak yang berkepentingan .

Darsono & Ashari (2005 : 29) memberikan pengertian :

Audit adalah suatu proses sistematis yang bertujuan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan atau kejadian ekonomis untuk menegaskan tingkat hubungan antara asersi tersebut dengan kriteria yang ada dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak pengguna.

Dari definisi ini, dapat disimpulkan beberapa bagian yang ada dalam definisi yaitu :

- Sebuah proses sistematis, yang mengacu pada pemikiran logis, terstruktur dan mengorganisasikan sekelompok tahap atau prosedur;

- Bertujuan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang berarti memeriksa bukti yang mendukung asersi atau pernyataan dan secara bijak mengevaluasi hasil tanpa sangkaan atau bias;

- Tingkat hubungan yang berarti menganalisis tingkat kedekatan antara asersi yang ada dengan kriteria yang ada;

- Kriteria yang ada adalah standar yang digunakan untuk mengevaluasi asersi;

(5)

- Mengkomunikasikan hasil akan bisa dicapai dengan menggunakan alat komunikasi yang tepat yang menjelaskan hubungan antara asersi dengan kriteria yang ada;

- Pihak pengguna adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penemuan auditor.

Dari penjelasan mengenai definisi berbagai jenis audit tersebut di atas terdapat beberapa tujuan penting yang perlu dijelaskan lebih rinci :

a. Audit adalah proses interaktif, artinya kegiatan audit dilaksanakan melalui proses komunikasi timbal balik antara auditor (orang yang memeriksa) dan auditee (pihak yang diperiksa) dalam upaya mengumpulkan data-data relevan untuk diolah menjadi informasi signifikan.

b. Audit adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, artinya audit dilaksanakan secara metodologis mengikuti kaidah-kaidah manajemen yaitu direncanakan, dikoordinasikan, dilaksanakan dan dikendalikan agar efektif dan efisien.

c. Audit dilakukan dengan azas manfaat dan tujuan, artinya audit mengacu pada pencapaian tujuan dan mengedepankan kepastian memperoleh manfaat.

d. Audit dilakukan secara objektif/independent.

e. Audit berpijak pada data/fakta & kebenaran artinya auditor mengambil kesimpulan dalam proses auditnya secara objektif berdasarkan kenyataan atau

fakta-fakta apa adanya yang dapat dianalisa dan dibuktikan kebenarannya. f. Audit melibatkan proses analisis/evaluasi/penilaian/pengujian artinya auditor

(6)

tidak secara otomatis memperoleh informasi yang siap dilaporkan sebagai temuan audit.

g. Audit bermuara pada pengambilan keputusan, artinya audit tidak berhenti hanya sampai pengumpulan data dan informasi serta merumuskan temuan. h. Audit dilaksanakan berdasarkan azas-azas/standar tertentu, artinya auditor

melakukan penilaian dengan membandingkan antara kenyataan yang ditemukan dalam audit dengan azas-azas yang telah disepakati/berlaku sebagai acuan audit.

i. Audit merupakan kegiatan berulang, artinya audit dilakukan secara berkala dengan interval waktu sesuai keperluan organisasi.

j. Audit menghasilkan laporan. Laporan audit dibuat berdasarkan temuan auditor untuk disampaikan kepada pihak-pihak berkepentingan.

2.2.2 Jenis-jenis Audit

Jenis Audit menurut Arens dan Loebbecke yang dialihbahasakan oleh Amir Abadi Jusuf (1999: 4) yaitu:

1. Audit Laporan Keuangan 2. Audit Kepatuhan

3. Audit Operasional 1. Audit Laporan Keuangan

Audit Laporan Keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Audit ini dilakukan oleh auditor independen dengan tujuan untuk

(7)

menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum.

2. Audit_Kepatuhan

Audit kepatuhan bertujuan untuk mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti prosedur atau peraturan tertentu yang telah ditetapkan oleh yang berwenang.

3. Audit Operasional

Audit operasional adalah suatu tinjauan atau reviu terhadap setiap bagian atau prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai keefisienan dan keefektifannya. Pada akhir audit operasional akan diajukan saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi organisasi.

2.3Audit Operasional

Semakin berkembangnya suatu badan usaha maka semakin besar pula kebutuhan pelaksanaan fungsi-fungsi manajerial yang efektif dan efisien agar tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Karena itu dibutuhkan alat yang dapat membantu untuk mencapai tujuan perusahaan, salah satu alat tersebut adalah audit operasional

2.3.1 Pengertian Audit Operasional

Menurut Akmal ( 2006 : 34 ) mengatakan audit operasional merupakan pemeriksaan yang ditujukan pada operasi, atau pengelolaan oleh manajemen atau hasil kerja manajemen yang tujuan utamanya adalah untuk :

(8)

1. Menilai kecukupan dan keefektifan pengendalian manajemen. 2. Menilai efektifitas, efisiensi, dan ekonomisnya operasi. 3. Menilai dapat diandalkannya informasi.

4. Menilai kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang berlaku.

Jadi dalam operasional audit sudah terdapat pemeriksaan atas laporan keuangan dan kepatuhan. Namun jika dikehendaki dapat saja dilakukan pemeriksaan keuangan dan kepatuhan secara khusus.

Menurut Mulyadi ( 2002 : 32 ) Audit operasional merupakan " review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu.”

Tujuan operasional audit yang dimaksud adalah : 1. Mengevaluasi kinerja.

2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan. 3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan.

Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

Pemeriksaan internal audit, dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian besar yaitu ;

(9)

1. Pemeriksaan keuangan

2. Pemeriksaan operasi / manajemen

Ad. 1. Pemeriksaan Keuangan

Pemeriksaan keuangan adalah suatu pekerjaan untuk memverifikasi eksistensi kekayaan, dan meyakinkan bahwa pengamanannya cukup yakni apakah sistem akuntansi dan sistem pelaporan dapat dipercaya termasuk pembahasan internal control. Pemeriksaan keuangan sebagai pemeriksaan yang menitikberatkan pada keuangan dalam perusahaan, yang berhubungan dengan kewajaran data-data keuangan yang disajikan, transaksi-transaksi yang mendukung dan ketaatan pada standar akuntansi yang berlaku.

Kewajaran yang meliputi aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya yang disajikan dalam laporan keuangan. Kewajaran hendaknya didukung dengan bukti yang akurat. Verifikasi eksistensi kekayaan biasanya akan meliputi hal-hal pemeriksaan atas penerimaan dan pengeluaran kas, persediaan barang dengan cara mengadakan opname fisik, ketelitian penentuan harga barang, perhitungan harga pokok, pengakuan hutang, pendapatan dan biaya apakah jumlah dan penggolongan serta alokasinya tepat serta menguji efektif tidaknya sistem akuntansi dan prosedur terutama berhubungan dengan pengawasan internal.

Perlindungan terhadap harta benda perusahaan dapat diartikan sebagai perlindungan terhadap harta benda diartikan sebagai perlindungan akan kemungkinan rugi sebagai akibat kesalahan yang disengaja dan tidak sengaja dalam proses pencatatan. Selain itu fungsi melindungi harta benda perusahaan

(10)

dari kemungkinan rugi akibat kesalahan yang tidak disengaja melalui apakah manajemen berhasil maupun tidak dalam mengamankan harta benda perusahaan. Ad. 2. Pemeriksaan Operasi/manajemen

Pada dasarnya pemeriksaan operasi dilaksanakan pada berbagai tingkatan manajemen dan objek yang dinilai adalah aktivitas operasi, kebijaksanaan dan efisiensi usaha. Hasil pemeriksaan ini bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan. Manajemen audit atau pemeriksaan pengelolaan merupakan perluasan jangkauan internal auditing ke seluruh tingkat operasi dari perusahaan dan tidak hanya terbatas pada keuangan dan pembukuan.

Beberapa langkah yang umum diikuti dalam pemeriksaan operasi, yaitu melakukan pengujian atas hasil kerja unit tertentu dan membandingkannya dengan standar yang ada. Setelah itu dapat diuraikan tujuan perusahaan dalam uraian yang lebih terperinci, baik itu strategi pencapaian ataupun sasaran yang diharapkan, termasuk mengidentifikasikan tujuan dan sasaran operasi dalam satu periode. Struktur organisasi juga perlu dievaluasi, apakah dapat dengan efektif berfungsi dalam pencapaian sasaran. Dan yang terakhir seorang auditor akan memberikan saran rekomendasi.

3.3.2 Karakteristik Audit Operasional

Menurut Amin Wijaya Tunggal ( 2008 : 37 ) karakteristik audit operasional meliputi :

1. Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigatif. 2. Mencakup semua aspek perusahaan, unit atau fungsi.

3. Yang diaudit adalah seluruh perusahaan, atau salah satu unitnya, atau suatu fungsi, atau salah satu sub klasifikasinya.

(11)

4. Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari perusahaan/unit/fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggung jawab atau tugasnya.

5. Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti/data dan standar.

6. Tujuan utama audit operasional adalah memberikan informasi kepada pimpinan tentang efektif atau tidaknya perusahaan, suatu unit, atau suatu fungsi.

Audit operasional tumbuh dengan sendirinya sebagai perluasan audit keuangan, melampaui batas apa yang pada umumnya dianggap sebagai fungsi akuntansi : yang urusannya menyangkut kegiatan non-finansial yang kapan – kapan dinyatakan dengan angka dalam catatan finansial dari perusahaan.

Menurut Nugraha Widjayanto (2001:29) audit Operasional dibagi dalam 3 (tiga) tahap:

a. Tahap Pendahuluan b. Tahap Audit Mendalam c. Tahap Pelaporan

Ketiga tahapan tersebut akan membantu auditor untuk bekerja secara aktif, sistematis dan teratur, baik untuk satu maupun seluruh audit.

2.3.3 Tujuan Audit Operasional

Beberapa tujuan audit operasional menurut Amin Wijaya Tunggal ( 2008 : 40 ) adalah :

1. Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasioanl dan untuk menunjukan perbaikan apa yang dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan.

2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien.

(12)

3. Untuk menyusulkan kepada manajemen cara – cara dan alat – alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen operasi sendiri kurang pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien.

4. Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan.

5. Untuk membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan setiap fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan kepada manajemen.

6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujkuan dan tanggung jawab mereka. Ada beberapa hal yang membatasi audit operasional antara lain adalah ; waktu, pengetahuan, biaya, data, standar – standar, orang, entitas audit.

2.4 Penjualan

Kegiatan penjualan dalam suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya yaitu memperoleh laba yang maksimal. Kegiatan penjualan bergerak bersama-sama dengan perkembangan perusahaan tersebut, ketika perusahaan mengalami pertumbuhan maka kegiatan penjualan sangat perlu untuk mendapatkan perhatian yang lebih karena kegiatan penjualan adalah ujung tombak dalam keberadaan perusahaan tersebut.

Sebagaimana dikemukakan oleh A. Abdurachman (1991;7) mengenai konsep Penjualan adalah:

Penjualan adalah suatu kontrak atau perjanjian antara dua pihak, masing-masing yang dikenal sebagai penjual dan pembeli, uang mewajibkan pihak yang pertama itu atas pertimbangan akan suatu pembayaran atau suatu janji akan pembayaran sejumlah harga dalam uang tertentu, memindahkan kepada pihak yang terakhir pemilikan harta benda.

Sehingga dapatlah disimpulkan bahwa penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan

(13)

diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli. Namun, semakin berkembang suatu aktivitas perusahaan maka semakin besar pula rentang kendali yang harus dijalankan oleh pimpinan perusahaan. Untuk itu pimpinan perusahaan akan selalu berusaha agar perusahaan terus berjalan sesuai dengan pola dan kegiatan yang telah ditetapkan. Dengan hal ini pimpinan perusahaan perlu mendelegasikan wewenang dalam batas-batas tertentu kepada bawahannya. Namun pendelegasian wewenang tersebut harus disertai dengan pengawasan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh bawahan.

2.5 Pengendalian Intern Penjualan

Pengendalian Intern penjualan dapat diminimalisir atau bahkan dapat diantisipasi karena adanya audit operasional. Dan audit operasional dapat mengetahui efektifitas dan efisiensi akan suatu sistem pengendalian intern penjualan. Contoh kasus :

PT. MAYORA INDAH Tbk

PT. Mayora Indah Tbk adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen diIndonesisa. Perusahaan ini memproduksi beberapa lini produk yaitu : biskuit, permen, wafer, coklat, sereal, kopi, bubur, mie instan dan minuman. Berdasarkan laporan keuangannya dibursa efek perusahaan ini pada tahun 2007 mengalami kenaikan atau profit sebesar 25% dari tahun 2006. terlihat seperti uraian dibawah :

(14)

2006 Jenis

produk Anggaran Realisasi Penjualan Profit

Biskuit 3.760.000.000 5.110.500.000 1.350.500.000 Wafer 6.655.500.000 8.250.000.000 1.594.500.000 Kopi 7.790.600.000 9.980.000.000 2.189.400.000 Permen 5.677.800.000 8.450.000.000 2.772.200.000 Coklat 6.732.900.000 8.754.000.000 2.021.100.000 Mie Instan 6.988.000.000 9.625.000.000 2.637.000.000 Sereal 3.785.200.000 5.735.700.000 1.950.500.000 TOTAL 41.390.000.000 55.905.200.000 14.515.200.000 2007 Jenis

produk Anggaran Realisasi Penjualan Profit

Biskuit 3.860.000.000 6.708.800.000 2.848.800.000 Wafer 6.825.500.000 9.460.000.000 2.634.500.000 Kopi 8.790.600.000 12.235.000.000 3.444.400.000 Permen 6.557.800.000 9.250.000.000 3.692.200.000 Coklat 6.932.800.000 10.845.000.000 2.912.200.000 Mie Instan 8.856.000.000 14.735.000.000 5.879.000.000 Sereal 4.973.400.000 6.532.900.000 1.559.500.000 TOTAL 46.796.100.000 69.766.700.000 22.970.600.000

Pengendalian Intern penjualan cukup baik berdasarkan perbandingan antara anggaran dan realisasi penjulan produknya. Artinya pengendalian Intern perusahaan berjalan dengan efektif dan efisien.

Efektivitas operasi penjualan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara meningkatkan kuantitas atau volume penjualan dengan melihat kemampuan perusahaan dalam menyalurkan barang-barang, kebijaksanaan, strategi yang ditetapkan oleh perusahaan agar penjualan bisa efektif. Penjualan efektif bisa dilakukan dengan berbagai kegiatan pemasaran seperti penilaian kebutuhan, riset pemasaran, pengembangan produk, penetapan harga dan saluran distribusi.

(15)

2.6 Peranan Audit Operasional dalam meningkatkan Efektivitas Penjualan

Dari contoh kasus PT. MAYORA INDAH Tbk tersebut pengendalian intern penjualan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Terlihat pada keterangan angka dibawah,

Tahun Anggaran Realisasi

Penjualan Profit

2007 46,796,100,000 69,666,700,000 22,970,600,000 2006 41,390,000,000 55,905,200,000 14,515,200,000

PT. MAYORA INDAH Tbk sendiri memiliki beberapa agen untuk mendistribusikan produk mereka. Disetiap Area PT. MAYORA INDAH, Tbk memeiliki 1 orang Manager dan 2 supervisor serta 10 orang sales team untuk mengawasi jalannya kegiatan penjualan di masing – masing areanya. Ada peningkatan jumlah agen penjual dan depot – depot kecil yang mendistribusikan produk langsung kekonsumen. Berikut data total agen PT. MAYORA INDAH diseluruh Indonesia untuk tahun 2007 / 2006 adalah :

Area 2007 2006 Sumatera : 168 132 Agen Jawa : 251 212 Agen Kalimantan : 89 78 Agen Sulawesi : 87 74 Agen Bali – NTT : 93 76 Agen TOTAL : 688 572 Agen

(16)

Anggaran pada Tahun 2007 naik sebesar 12,5% dari tahun 2006. dikarenakan adanya kenaikan biaya produksi. Realisasi penjualan pada tahun 2007 meningkat sebesar 24% dari tahun 2006 dengan jumlah agen yang juga bertambah sebanyak 291 agen diseluruh Indonesia pada tahun 2007. Berdasarkan kenaikan jumlah agen PT. MAYORA pada tahun 2007 membuktikan strategi pemasaran perusahaan cukup baik. Pada angka diatas PT. MAYORA INDAH, Tbk pada tahun 2007 mendapatkan profit sebesar 22 Milyar atau meningkat sebesar 60% dari tahun 2006. Bagian penjualan PT. MAYORA INDAH, Tbk telah menjalankan fungsinya dengan baik, hal ini juga bisa dipastikan karena adanya audit operasional. Karyawan perusahaan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugasnya tanpa ada penyelewengan.

Dengan membandingkan antara yang tertuang dalam anggaran dengan realisasi penjualan, maka dapat diketahui apakah perusahaan akan berhasil dalam usahanya, untuk mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan untuk segera diambil tindakan dan penyelesaiannya. Dapat diketahui seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menjual produk perusahaan, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman, tujuan, proyeksi bagi pihak manajemen dalam melaksanakan kegiatan penjualan produk perusahaan. Efektivitas operasi merupakan kegiatan pokok yang penting didalam suatu perusahaan, karena dari kegiatan itu sasarannya adalah penghematan (waktu, tenaga, dan biaya) dan pencapaian tujuan perusahaan. Efektivitas memang berhubungan satu dengan yang lain, tetapi tidaklah selalu sering berjalan. Dalam suatu organisasi yang menerapkan pencapaian tingkat efisiensi yang tinggi,

(17)

mungkin akan terhambat dalam pencapaian efektivitas atau sebaliknya. Jadi efisiensi dapat menjadi pelengkap tetapi juga dapat bertentangan dengan efektivitas. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengendalikan tingkat efektivitas dalam pelaksanaannya. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan adanya suatu audit operasional atas suatu kegiatan guna mengetahui tercapai atau tidaknya efektivitas yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya.

Peranan audit operasional atas fungsi penjualan dalam hubungannya untuk mencapai efektivitas perusahaan meliputi seluruh aspek dan kegiatan yang bersangkutan dengan penjualan.

Dalam melakukan penilaian kegiatan penjualan, auditor harus berpegang pada prinsip bahwa prosedur yang ditetapkan dalam audit telah mengandung pokok-pokok pengendalian yang cukup, sehingga dapat mengurangi resiko ketidakefisienan dan ketidakefektivan hingga pada tingkat terendah, akan tetapi auditor harus menyadari bahwa pengendalian yang berlebihan akan mengakibatkan kegiatan menjadi kurang efisien dan kurang efektif sehingga dalam hal ini auditor harus berdiri pada posisi keduanya.

Efektivitas penjualan diukur dengan cara membandingkan rencana dengan pelaksanaannya. Dengan adanya analisa dan pengujian atas aktivitas penjualan, akan didapatkan dua kemungkinan yaitu hal yang dapat mendukung dan hal-hal yang kurang mendukung dalam mencapai efektivitas kelancaran operasi perusahaan khususnya penjualan perusahaan. Auditor dapat memberikan rekomendasi atau saran-saran bagi perusahaan untuk mempertahankan prestasi atau menanggulangi kelemahan yang ada dalam upaya mencapai efektivitas

(18)

penjualan. Dari rekomendasi atau saran-saran yang diberikan oleh auditor, perusahaan akan segera dapat mengambil tindakan untuk menanggulangi kelemahan dan meningkatkan prestasinya melalui alternatif-alternatif yang direkomendasikan berdasarkan penilaian kegiatan dan analisa penjualan.

2.6Tinjauan Peneliti Terdahulu

No. Judul Penelitian Nama Peneliti Hasil Penelitian 1. Audit Operasional terhadap

penjualan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas pada Hotel Pelangi Malang

Lilis Suhijahwatiningsih Hotel atau perusahaan tersebut telah menjalankan fungsi - fungsi penjualan dan pemasarannya dengan baik sehingga tercipta efisiensi & efektivitas yang menghasil laba bagi perusahaan

2. Strategi komunikasi

pemasaran dan sistem penjualan pada PT. XL MEDAN

Maya Winda Sari Strategi pemasaran dan sistem penjualan telah di laksanakan dan terorganisir dengan sangat baik

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil ujicoba, meskipun ukuran data yang hampir sama dan waktu query yang cenderung sedikit lebih tinggi, namun model dan algoritma yang diusulkan dianggap

al., (2102), menunjukan bahwa interaksi antara perlakuan varietas dengan jenis pupuk tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun dikarenakan perbedaan

Hasil belajar aspek kognitif siswa kelas eksperimen yang menggunakan media Fun Thinkers Book memiliki pengaruh yang signifikan dengan hasil belajar siswa kelas

Sebagai Rektor the University of Chicago, Hutchins (1963) mengembangkan suatu kurikulum mahasiswa S1 berdasarkan buku besar bersejarah (Great books) dan pembahasan

8 Ainur rohmah/ 2013/ universitas dian nuswantoro semarang Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode harga pokok pesanan untuk efisiensi biaya produk studi kasus pada

Pemerintah melalui Kementerian Sosial membantuk pendamping Orang Dengan Kecacatan (ODK) berbasis masyarakat yang terdiri dari para relawan Pekerja Sosial Masyarakat

Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 85/KPTS/BPBD- SS/2017 tentang Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

Identifikasi bahaya adalah suatu proses kajian kualitatif untuk mengetahui adanya potensi bahaya dari suatu peralatan, proses, lingkungan kerja, material atau