• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laboratorium merupakan bagian dari layanan kesehatan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan. Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk dasar menentukan diagnosis, pemberian pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan, serta penentuan prognosis. Oleh karena itu, pelayanan laboratorium perlu selalu mengadakan pembenahan sehingga menghasilkan pemeriksaan yang bermutu.

Di dalam manajemen pemeriksaan laboratorium dibagi 3 tahap yaitu, tahap praanalitik (persiapan sampel), analitik (proses pemeriksaan) dan tahap pasca analitik (setelah pemeriksaan). Semua faktor dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan laboratorium.

Kegiatan praanalitik di laboratorium memiliki peranan penting terhadap keberhasilan pelayanan laboratorium, dengan cara memastikan suatu sampel dapat diperiksa atau tidak. Pada proses awal penerimaan sampel di laboratorium hendaknya dilakukan pengamatan dengan teliti tentang keadaan sampel. Penanganan yang tepat dari awal penerimaan sampel menjadi tanggung jawab petugas laboratorium.

Kesalahan pada proses praanalitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. Proses praanalitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : praanalitik ekstra laboratorium meliputi persiapan pasien, kelengkapan formulir permintaann dan pengiriman sampel ke laboratorium. Proses praanalitik intra laboratorium meliputi pengambilan sampel bila pasien dari rawat jalan, penanganan sampel dan penyimpanan sampel. (htt://labkesehatan.blogspot.com/2010/07 pemantapan-mutu-praanlitik.html)

Kegiatan praanalitik pada pasien rawat inap meliputi pemberian identitas pasien pada formulir pengantar pemeriksaan maupun pada etiket wadah

(2)

sampel, persiapan pasien dan pengambilan sampel. Identifikasi jenis sampel harus sesuai dengan jenis pemeriksaan.

Mengingat pentingnya kegiatan praanalitik dalam keberhasilan pemeriksaan laboratorium, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana kelayakan sampel dan kelengkapan formulir permintaan pada sampel pasien rawat inap di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Penelitian yang dilakukan di RSUD dr. Doris sylvanus karena pasiennya lebih banyak jadi kesalahan praanlitik kemungkinan lebih besar disana, selain pasiennya banyak SDM yang banyak dan waktu yang terburu-buru yang akan menyebabkan kesalahan praanalitik.

B. Identifikasi Masalah

1. Apa kepentingan dari kegiatan praanalitik ?

2. Apa risiko yang terjadi terhadap pemeriksaan laboratorium apabila terjadi kesalahan pada kegiatan praanalitik?

3. Berapa persentase formulir permintaan yang lengkap dan tidak lengkap pada kegiatan praanalitik periode bulan Januari 2013 di laboratorium RSUD dr. Doris Slylvanus Palangka Raya?

4. Berapa persentase sampel layak dan tidak layak pada kegiatan praanalitik periode bulan Januari 2013?

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kegiatan praanalitik dalam hal kelengkapan formulir permintaan dan kelayakan sampel pemeriksaan laboratorium pasien rawat inap di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan Januari 2013?

D. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada pengambilan data kegiatan praanalitik berupa kelengkapan formulir permintaan dan kelayakan sampel pemeriksaan

(3)

laboratorium pasien rawat inap pada bulan Januari 2013 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

E. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa persentase kelengkapan formulir yang lengkap dan tidak lengkap serta sampel layak dan tidak layak pada kegiatan praanalitik di laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

F. Manfaat Penelitian

Ada pun manfaat penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan bagi peneliti dalam proses praanalitik khususnya kelayakan sampel dan kelengkapan formulir sampel pasien dari rawat inap di laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

2. Bagi staf RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya khususnya di ruangan rawat inap, memberikan informasi tentang pentingnya kegiatan praanalitik khususnya kelengkapan formulir permintaan dan sampel pasien rawat inap.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jenis Kegiatan Laboratorium

Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (keputusan mentri kesehatan RI No. 364/MENKES/SK/III/2003).

Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi terpenting dalam diagnostik. Dengan pengukuran dan pemeriksaan laboratorium akan di dapatkan data ilmiah yang di gunakan dalam menghadapi masalah yang diidentifikasi melalui pemeriksaan klinis dan merupakan bagian asensial dari data pokok pasien. Indikasi permintaan laboratorium merupakan pertimbangan terpenting dalam pendaftaran laboratorium. Kepentingan dari kegiatan praanalitik adalah untuk melakukan pencegahan dan pengawasan dalam sampel agar diperoleh hasil yang tepat.

Pada umumnya permintaan tes laboratorium mempunyai tujuan antara lain :

1. Menyaring berbagai penyakit dan mengarahkan tes penyakit tertentu misalnya dengan urinalisis ditemukan bilirubin dan urobilin positif yang berarti ikterus, maka tes selanjutnya adalah untuk melihat faal hati. 2. Menegakkan atau menyingkirkan diagnosis misalnya anemia, malaria,

TBC dan DM.

3. Memastikan diagnosis dari diagnosis dugaan, misalnya tifoid, hepatitis B, HIV.

4. Memasukkan atau mengeluarkan dari diagnosis diferensial misalnya pasien dengan panas ; tifoid, malaria, dengue hemorrhagic fever (DHF). 5. Menentukan beratnya penyakit misalnya hepatitis, infeksi saluran kemih. 6. Menentukan tahap penyakit kronis; TBC paru, sirosis hati.

(5)

7. Menyaring penyakit dalam seleksi calon donor darah.

8. Membantu menentukan rawat inap, misalnya observasi tifoid, observasi leukimia.

9. Membantu dalam menentukan terapi atau pengelolaan dan pengendalian penyakit, misalnya leukemia, diabetes.

10. Membantu ketepatan terapi misalnya tes kepekaan kuman terhadap antimikroba.

11. Monitor terapi misalnya tes HbA1c pada diabetes, widal pada tifoid. 12. Menghindari kesalahan terapi dan pemborosan obat, setelah ditemukan

diagnosis.

13. Membatu mengikuti perjalanan penyakit misalnya diabetes, hepatitis. 14. Membatu menentukan penangulangan pasien rawat inap misalnya bila

hasil tes laboratorium kembali normal.

15. Memprediksi atau menentukan prognosis penyakit misalnya dislipidemia dengan penyakit jantung koroner, kanker dengan kematian.

16. Membatu dalam bidang kedokteran kehakiman misalnya tes untuk membuktikan perkosaan.

17. Memgetahui status kesehatan umum general check-up (Hardjoeno dkk, 2003)

Adapun jenis kegiatan laboratorium berlangsung dalam 3 tahap, dimulai dari tahap praanalitik, analitik dan pasca analitik

B. Praanalitik 1. Definisi

Tahap praanalitik adalah tahap awal sampel untuk siap diperiksa, dimulai dari persiapan pasien, pengambilan sampel, pemberian identitas sampel, kondisi penyimpanan sampel dan penanganan sampel untuk dianalisa dengan identifikasi sampel yang sesuai jenis pemeriksaan. Dalam tahap praanalitik juga perlu diperhatikan yaitu kelengkapan formulir pengantar pemeriksaan, persyaratan wadah dan kondisi sampel (volume tepat (Depkes RI, 1997).

(6)

2. Proses Kegiatan Praanalitik a. Persiapan Pasien

Banyak faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium sehingga persiapan pasien perlu diperhatikan. Contoh : untuk pemeriksaan tertentu (glukosa, tes toleransi glukosa) pasien harus puasa selama 8-12 jam sebelum diambil darah.

Faktor-faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain :

1) Makanan dan Minuman

a) Pemeriksaan gula darah dan trigliserida dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan minuman. Karena pengaruhnya yang sangat besar, maka pada pemeriksaan ini pasien perlu dipuasakan sebelum darah diambil.

b) Pemeriksaan laju endap darah, aktifitas enzim, dan besi. Pemeriksaan ini dipengaruhi secara tidak langsung oleh makanan dan minuman karena mempengaruhi reaksi dalam proses pemeriksaan.

2) Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan baik secara oral maupun secara intramuskular akan mengakibatkan enzim yang di kandung oleh otot masuk kedalam darah, selanjutnya subsrat dan enzim dalam darah akan meningkat karena terjadi hemokonsentrasi dan mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain pemeriksaan Hb (hemoglobin), hitung sel darah, hematokrit, elekrolit, kreatinin kinase, enzim hati dan pada urin akan terjadi pengeceran.

3) Aktifitas fisik

a. Peningkatan penggunaan glukosa oleh jaringan yang mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah dan perbedaan yang besar antara kadar gula darah di arteri dan vena.

(7)

b. Perubahan kadar substrat dan enzim

Contoh : konsentrasi kadar asam urat, kreatinin, AST, LED, Hb, Hitung sel darah dan produksi urin.

4) Demam

Pada waktu demam terjadi :

a. Peningkatan kadar gula darah sebagai akibat meningkatnya pelepasan insulin.

b. Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal deman karena terjadi peningkatan metabolisme lemak dan asam lemak bebes serta benda-benda keton.

c. Lebih mudah menentukan parasit malaria dalam darah.

d. Terjadi reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan titer widal.

5) Trauma

Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadinya penurunan kadar substrat maupun aktivitas enzim yang diukur, termasuk kadar Hb, hematokrit dan produksi urin. Ini disebabkan karena terjadi pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya pengenceran darah.

6) Variasi Harian

Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal), seperti :

a. Besi serum

Kadar besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih daripada pagi hari.

b. Glukosa

Kadar Insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga apabila tes oleransi glukosa dilakukan pada siang

(8)

hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila dilakukan pada pagi hari.

c. Enzim

Aktivitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan oleh kadar hormon yang berbeda dari waktu ke waktu.

d. Eosinofil

Jumlah eosinofi menunjukan variasi diurnal. Jumlahnya akan lebih rendah pada malam sampai pagi hari dibandngkan pada siang hari.

3. Macam /Jenis Sampel

Sampel/spesimen yang berasal dari manusia untuk pemeriksaan laboratorium dapat berupa :

a. Serum b. Plasma

c. Darah ( Whole Blood ) d. Urin

e. Tinja f. Sputum g. Cairan otak h. Apus Tenggorok

i. Sekret (Uretra, telinga, hidung, mata ) j. Sperma

k. Cairan plaura C. Pengambilan Sampel

1. Peralatan

Peralatan yang digunakan tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan dan mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya. Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat adalah sebagai berikut :

a. Bersih b. Kering

(9)

d. Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat yang ada pada sampel e. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya

f. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan peralatan yang steril. Pengambilan spesimen yang bersifat invasif harus menggunakan peralatan yang steril dan sekali pakai dibuang. 2. Wadah

Wadah yang digunakan untuk pemeriksaan harus selalu diperhatikan kebersihannya dan juga penangganan harus hati-hari karena kebanyakan peralatan laboratorium mudah pecah. Wadah sampel harus memenuhi syarat :

a. Terbuat dari gelas atau plastik, untuk spesimen darah, wadah harus terbuat dari gelas.

b. Tidak bocor atau tidak merembes

c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir d. Besar wadah disesuaikan dengan volume sampel e. Bersih

f. Kering

g. Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam sampel h. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen D. Pengawet sampel

Pengawet adalah zat kimai yang ditambahkan kedalam sampel agar sampel yang diperiksa dapat dipertahankan kondisi dan jumlahnya untuk kurun waktu tertentu. Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah membeku. Beberapa sampel memerlukan bahan tambahan berupa pengawet atau antikoagulan. Contoh antikoagulan atau pengawet untuk sampel yang berasal dari manusia.

E. Waktu pengambilan

Umumnya pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari, terutama untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan imunologi. Tetapi ada beberapa pemeriksaan yang waktu pengambilannya disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi harian, misalnya :

(10)

1. Demam Tyfoid

Untuk pemeriksaan biakan darah, paling baik dilakukan pada minggu I atau II sakit, sedangkan biakan urin atau feses dilakukan pada minggu II atau III.Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase akut.

2. Pemeriksaan Mikrofiloria

Untuk menemukan parasit mikrofilaria dalam darah, pengambilan darah sebaiknya dilakukan pada waktu senja dan menjelang tengah malam. 3. Pemeriksaan Tuberkulosis

Dahak diambil pada pagi hari segera setelah pasien bangun tidur memungkinkan ditemukan kuman Mycobacterium Tuberkulosis lebih besar dibandingkan dengan dahak sewaktu.

F. Lokasi Pengambilan Sampel

Sebelum mengambil sampel, harus ditetepkan terlebih dahulu lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya :

1. Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan darah vena umumnya diambil di fossa cubiti daerah lipat siku bagian dalam. Spesimen darah arteri umumnya diambil dari Arteri radialis di pergelengan tangan atau arteri femoralis daerah lipat paha. Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tangan III atau IV bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telinga pada bayi.

2. Spesimen untuk pemeriksaan biakan, harus diambil ditempat yang sedang mengalami infeksi.

G. Volume Sampel

Volume sampel yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa. Volume sampel yang dibutuhkan untuk beberapa pemeriksaan dapat dilihat pada tabel1.

(11)

Tabel 1. Persyaratan penyimpanan beberapa spesimen berasal dari manusia untuk beberapa pemeriksaan

Jenis pemeriksaan Spesimen Antikoagulan

Jenis Jumlah

HEMATOLOGI

Hematokrit Darah 2 ml Na2EDTA 1-1,5

mg/ml darah

LED Westergen Darah 2 ml Na2EDTA 1-1,5

mg/ml darah

Hitung Jumlah Leukosit Darah 2 ml Na2EDTA 1-1,5

mg/ml darah

Hemostatis (PT, APTT) Darah 2 ml

Sitrat 3,8 % dengan perbandingan 1:9

Serum 2 ml

Retikulosit, Trombosit Darah 2 ml Na2EDTA 1-1,5

mg/ml darah KIMIA KLINIK

Gula Darah Darah 2 ml NAF – Oksalat

4,5 mg/ml darah Darah beku

(serum) 2 ml -

Kolesterol Darah beku

(serum) 2 ml -

Bilirubin Darah beku

(serum) 3 ml -

Protein total Darah beku

(serum) 3 ml -

Asam urat Darah beku

(serum) 2 ml -

Na, K, Cl Darah beku

(serum) 3 ml -

Alkali Phospate Darah beku

(serum) 2 ml -

Kreatinin Darah beku

(serum) 3 ml -

GPT Darah beku

(serum) 3 ml -

GOT Darah beku

(serum) 3 ml -

SEROLOGI

Widal Darah beku

(12)

HBs Ag Darah beku

(serum) 3 ml -

Anti HIV Darah beku

(serum) 3 ml -

Treponema, VDRL Darah beku

(serum) 3 ml -

URINALISA

Pemeriksaan urin 24 jam Urin 5 ml -

Protein, Reduksi Urin 5 ml -

Urin rutin (pH, Bj, Protein, glukosa, urobilinogen, bilirubin, keton)

Urin pagi

10 ml -

Kehamilan Urin pagi 10 ml -

PARASITOLOGI dan MIKROBIOLOGI Malaria Darah Kapiler/ darah EDTA 3 tetes darah kapiler (apusan

tebal dan tipis

Na2EDTA 1-1,5 mg/ml darah Filaria Darah Kapiler/ darah EDTA 3 tetes darah kapiler (apusan

tebal dan tipis

Na2EDTA 1-1,5 mg/ml darah Trichomonas / Candida Sekret vagina/ uretra Secukupnya -

Sumber : Depkes RI, 1997 Keterangan :

P : Plastik ( polietilen atau sederajat) G : Gelas

T : Tabung reaksi

H. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel harus dilaksanakan dengan cara yang benar benar, agar sampel tersebut mewakili keadaan sebenarnya. Teknik pengambilan untuk beberapa sampel yang sering diperiksa adalah sebagai berikut:

(13)

1. Darah vena

a) Posisi lengan pasien harus llurus, jangan membengkokkan siku, pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas.

b) Pasien diminta mengepalkan tangan c) Pasang “toniquet” ± 10 cm di atas lipat siku.

d) Pilih bagian vena mediana cubital atau chepalic

e) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

f) Tusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap keatas dengan sudut kemiringanan antara jarum dan 15 derajat, (bila menggunakan tabung vakum, tekan tabung vakum sehingga vakumnya berkerja dan darah terisap kedalam tabung). Bila jarum keluar, ganti posisi penusukan (bila terlalu dalam, tarik sedikit dan sebaliknya), usahan darah dapat keluar dengan satu kali tusuk. g) Setelah volume darah dianggap cukup, lepaskan torniquet dan pasien

diminta membuka kepalan tangannya. Volume darah diambil ± 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemriksaan. h) Lepaskan/tarik jarum dan segera letakkan kapas alkohol 70% diatas

bekas suntikan untuk menekan bagian tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah berhenti, plester bagian ini selama ± 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum torniquet dibuka.

(14)

Gambar. 1 : cara pengambilan darah vena 2. Darah kapiler

a. Bersihkan bagian yang ditusuk dengan alkohol 70 % dan biarkan sampai kering.

b. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supayan rasa nyeri berkurang.

c. Tusuklah dengan cepat memakai lansey steril. Pada jari tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dfengan itu. Tusukan harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangn menekan jari atau telinga untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan.

d. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.

(15)

3. Urin

a. Pada wanita

Pada prngambilan sampel urin posisi tengah dilakukan oleh penderita sendiri, sebelunya harus diberikan penjelasan sebagai berikut :

1) Penderita harus mencuci tangan memakai sabun kemudian dikeringkan dengan handuk.

2) Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan. 3) Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril yang lain. 4) Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan kelaboratorium. b. Pada laki-laki

1) Penderita harus mencucui tangan dengan sabun

2) Jika tidak disunat tarik kulit preputium kebelakang, keluarkan urin mengenai lapisan tepi wadah. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.

3) Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium. c. Pada bayi dan anak-anak

1) Penderita sebelumnya diberi minum untuk memudadahkan buang air kecil.

2) Bersihkan alat genital seperti yang telah diterangkan di atas. 3) Pengambilan urin dilakukan dengan cara : (anak duduk

dipakuan perawat, pengaruhi anak untuk mengeluarkan urin, tampung urin dalam wadah atau kantung plastik steril, bayi dipasang kantung penampung urin pada alat genital ).

d. Urin kateter

1) Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70 % pada bagian selang ktateter yang terbuat dari karet (jangan bagian yang terbuat dari plastik )

2) Aspirasi urin dengan menggunakan samprit sebanyak kurang dari 10 ml.

(16)

4) Kirimkan segera ke laboratorium. 4. Tinja

Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari deteksi spontan, jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja dari rektum dengan jari bersarung tangan.

5. Sputum

Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan dan pemeriksaan yang akan dilakukan dan jelaskan perbedaan dahak dengan ludah. Bila pasien mengelami kesulitan mengeluarkan sputum, pada malam hari sebelumnya diminta minum teh manis.

a. Sebelum pengambilan sampel, pasien diminta untuk berkumur dengan air. Bila memakai gigi palsu sebaiknya dilepas.

b. Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.

c. Pasien diminta untuk menarik napas dalam 2-3 kali kemudian keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai sputum keluar.

d. Sputum yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara mendekatkan wadah ke mulut. Amati keadaan sputum yang berkualitas baik akan tampak kental atau purulen dengan volume cukup (3-5 ml)

6. Sekret uretra

a. Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan b. Kenakan sarung tangan

c. Bagi yang tidak disirkumsisi, preputium ditarik ke arah pangkal d. Bersihkan sekitar lubang kemaluan dengan NaCl fisiologis steril,

kemudian sekret dikeluarkan dengan menekan atau mengurut uretra. e. Sekret yang keluar diambil dengan lidi kapas steril atau sengkelit.

Apabila tidak ada sekret yaang keluar atau terlalu sedikit, masukkan sengkelit atau lidi kapas steril berpenampung 2 mm kedalam uretra kedalam uretra kira-kira 2-3 cm sambil diputar searah jarum jam, kemudian ditarik keluar.

(17)

f. Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk biakan.

7. Sekret vagina

Pengambilan bahan pemeriksaan pada vagina disarankan hanya untuk wanita yang telah hysterectamy. Pangambilan sekret dilakukan pada fomix posterior.

8. Usap tenggorok

a. Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku) b. Penderita diminta membuka mulut.

c. Lidah ditekan dengan spatel lidah

d. Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga menyentuh dinding belakang paring.

e. Usap kekiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar dengan hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut yang lain. f. Masukkan lidi kapas kedalam media transpor atau langsung tanam

pada media isolasi (Agar darah, agar Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan buat sediaan.

I. Pemberian Identitas

Pemberian identitas pasien atau sampel merupakan hal yang penting, baik pada saat pengisian surat pengatar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah sampel. Pada surat pengatar/formulir permintaan laboratorium sebaiknya memuar secara lengkap :

1. Tanggal permintaan

2. Tanggal dan jam pengambilan sampel

3. Identitas pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruangan) 4. Identitas pengirim (Nama, Alamat, nomor telepon)

5. Nomor laboratorium

6. Diagnosis / keterangan klinik

7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian 8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta

(18)

9. Jenis sampel

10.Lokasi pengambialn sampel 11.Volume sampel

12.Transpor media/ pengawet yang digunakan 13.Nama pengambil sampel

Label sampel yang akan dikirim atau diambil kelaboratorium harus memenuhi syarat :

a. Tanggal pengambilan sampel b. Nama dan nomor pasien

c. Jenis sampel ( DEPKES RI, 2004)

Label wadah sampel yang diambil dilaboratorium harus memuat : a. Tanggal pengambilan sampel

b. Nomor /kode sampel

Formulir hasil harus memuat : a. Tanggal pemeriksaan

b. Identitas pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat) atau identitas sampel

c. Nomor/kode laboratorium d. Hasil pemeriksaan

e. Satuan nilai hasil pemeriksaan f. Nilai rentang parameter

g. Keterangan lain yang diangap perlu misal : penjelasan mengenai persiapan pasien yang tidak mungkin dilaksanakan, penjelasan hasil pemeriksaan hanya berlaku untuk sampel tersebut.

h. Tanggal hasil pemeriksaan laboratorium dikeluarakan

(19)

J. Pengolahan sampel

Beberapa jenis pemeriksaan memerlukan pengolahan terlebih dahula. Pengolahan sampel anatara lain sentrifuge, destruksi, homogenisasi. Pengetahuan mengenai teknik pengolahan harus dikuasai benar, karena pengolahan yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas sampel yang selanjutnya akan mempengaruhi pula hasil pemeriksan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan sampel, yaitu : 1. Serum : biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama

20-30 menit kemudia sentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit, serum yang memenuhi syarat tidak terlihat tidak kelihatan merah dan keruh (lipemik). Cara pembuatan darah EDTA yaiti mempunyai berbagai tujuan sebagai berikut :

a. Sediakan botol tabung berisi 2 mg EDTA

b. Alirkan 2 ml darah vena kedalam botol dari spuit

c. Tutuplah botol atau tabung dan segera campur darah dengan antikoagulan EDTA selama 60 detik atau lebih

d. Ambilah darah untuk pemeriksaan langsung dari botol/tabung tersebut, tutuplah botol segera. Bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera, simpanlah botol/ tanung itu dalam lemari es, biarkan suhu kamar terlebih dahulu sebelum botol/ tabuk darah tersebut diperiksa.

2. Plasma : kocok darah EDTA atau citrat dengan segera pelan-pelan kemudian pemisahan plasma dilakukan waktu 2 jam setelah pengambilan sampel, serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh ( lipemik).

3. Darah lengkap (whole blood ) : darah yang diperoleh alirkan dalam botol yang telah berisi antikoagulan yang sesuai, kemudian homogenisasi dengan cara membolak-balik botol sampel 10-12 kali secara perlahan-lahan dan merata.

4. Urin : untuk pemeriksaan carik celup tidak perlu perlakuan khusus, kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan

(20)

untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara :

a. Wadah urin digoyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur (homogen).

b. Masukkan ± 15 ml urin ke dalam tabung sentrifus. c. Putar urin selama 5 menit pada 1500-2000 rpm.

d. Buang supernatannya,sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk meresuspensikan sedimen.

Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin untuk menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.

K. Penyimpanan dan pengiriman spesimen 1. Penyimpanan

Spesimen yang udah diambil harus segera dikirim ke laboratorium untuk diperiksa karena stabilitas spesimen dapat berubah.

Faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antra lain :

a. Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke laboratorium lain.

b. Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya.

c. Hindari penyimpanan darah (whole blood) di refrigerator.

d. Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.

e. Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi/ pengulangan.

f. Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.

g. Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.

(21)

h. Memberi bahan pengawet pada spesimen.

i. Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri. Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :

1. Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator 2. Imunologi : 1 minggu dalam referigerator 3. Hematologi : 2 hari pada suhu kamar 4. Koagulasi : 1 hari dalam referigerator 5. Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator 6. Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator

Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.

2. Pengiriman

Sampel yang akan dikirimkan ke laboratorium lain, sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil. Untuk itu perlu diperhatiakan persyaratan pengiriman antara sampel lain :

a. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.

b. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang. c. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.

d. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :

1) Penurunan kadar natrium (Na+), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.

2) Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik 3) PPT / APTT memanjang.

(22)

4) Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT. 5) Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.

6) Perkembangbiakan bakteri

7) Penundaan pengiriman sampel urine :

a) Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.

b) Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain. c) Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan

terkena sinar matahari.

d) Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH.

e) Jamur akan berkembang biak

f) Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat menghilang. Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8 oC paling lama 8 jam.

e. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa..

L. Kesalahan Pada Tahap Praanalitik

Beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada proses kegiatan praanalitik di antaranya dapat pada kegiatan pengambilan sampel yaitu :

1. Kesalahan identitas misalnya penulisan nama yang kurang jelas, umur, atau jenis kelamin

2. Kesalahan pemberian pelabelan misalnya nama pasien beda dengan formulir pemeriksaan

(23)

3. Pemakaian antikoagulan tidak tepat seperti kurangnya antikoagulan atau kelebihan yang tidak sesuai dengan volume darah

4. Ada bekuan pemberian antikoagulan yang kurang atau bisa juga dalam menghomogenkan darah tidak tercampur dengan rata.

5. Kesalahan penampung misalnya pecah, harusnya untuk pemeriksaan kimia klinik penampung untuk hematologi

6. Lisis karena waktu pengambilan darah tidak tepat

7. Waktu mengatar sampel yang lambat misalnya untuk pemeriksaan glukosa dalam darah

M. Analitik

1. Pengertian

Tahap analitik yaitu tahap di mulai dari mengolah sampel, mengkalibrasi peralatan laboratorium dan pengecekan reagensia. Pada tahap ini, sangat memerlukan ketelitian untuk menghindari keselahan yang terjadi.

2. Proses kegiatan

a. Pengolahan sampel

1) Sampel darah, urin, feses harus khusus segera sampai laboratorium.

2) Darah segera disentrifuge

3) Bahan yang lain sesuai dengan permintaan pemeriksaan. b. Kalibrasi peralatan

1) Kalibrasi pipet dengan cara: mengisi larutan dan di timbang pada timbingan analitik

2) Kalibrasi fotometer dengan melihat nilai panjang gelombang pada setiap filter

3) 1000 jam lampu harus sudah diganti c. Uji ketepatan dan ketelitian

Uji ketelitian dan kecepatan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan control yang telah diketahui nilainya.

(24)

Pemeriksaan bahan control dilakukan tiap hari. Uji ini bermaksud ketelitian dari sampel.

N. Tahap Pasca Analitik

Sebelum dilakukan pencatatan hasil hasil, harus dilakukan pengecekan hasil pemeriksaan terlebih dahulu. Apabila terjadi kejanggalan hasil contohnya : hasil didapat melebihi dari nilai normal, maka harus dilakukan pemeriksaan ulang. Kemudian dilanjutkan dengan pencatatan hasil, harus diperhatikan nama pasien, umur, jenis kelamin, pasien rawat inap, nomor register, dan jenis pemeriksaan.

Sampel yang diterima di laboratorium berhak ditolak jika sampel tidak memenuhi syarat sesuai dengan pemeriksaan misalnya : sampel sudah kelihatan lisis, ada bekuan, persiapan pasien tidak tepat antara pengatar sama sampel.

O. Komputerisasi Di Bidang Laboratorium

Perkembangan Teknologi informasi yang sangat pesat, juga terjadi di bidang laboratorium. Dewasa ini paket berupa Sistem Informasi Laboratorium (LIS/Laboratory Information System), sudah banyak dipakai oleh laboratorium yang besar di Indonesia.

LIS adalah paket software yang didesain untuk mendukung berbagai kegiatan di laboratorium, seperti ; kegiatan praanalitik (memasukkan data pasien, memasukkan parameter laboratorium yang diminta oleh dokter, data administrasi, dan lain-lain), data hasil, data pemantapan mutu, maupun data kegiatan laboratorium secara umum.

Banyak penyedia jasa layanan LIS yang menawarkan berbagai kemudahan. Kegiatan pokok LIS biasanya dimulai dari memasukkan data pasien dalam komputer, kemudian memasukkan macam-macam parameter pemeriksaan dan data-data lain yang mendukung. Akhir-akhir ini juga sudah berkembang sistem barcode untuk identitas pasien dan macam-macam parameter yang diminta. Label berupa barcode akan memudahkan petugas karena barcode dapat ditempel pada gelang pasien sekaligus pada sampel.

(25)

Gambar. 3 Label Barcode pada Pasien dan Sampel

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2013 di bagian administrasi laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien dari ruangan (rawat inap) di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya bulan Januari 2013

2. Sampel

Sampel yang diambil adalah sampel pasien rawat inap yang di antar saat Peneliti berada di ruangan administrasi laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus. Selanjutnya dilakukan pengamatan mengenai kelayakan sampel dan kelengkapan formulir permintaan sampel rawat inap di laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya bulan Januari 2013.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif, dimana penelitian ini menggambarkan dan mengamati kegiatan praanalitik kelengkapan formulir dan kelayakan sampel yang ditemukan pada populasi sampel pasien dari ruangan (rawat inap) di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Kelengkapan formulir meliputi : tanggal permintaan, nama, umur, ruangan, dokter yang meminta dan diagnosis. Untuk kelayakan sampel meliputi : identitas pada wadah sampel, jumlah/volume sampel, ada tidaknya bekuan (untuk pemeriksaan hematologi), ada tidaknya sampel berupa liur (untuk pemeriksaan BTA)

(27)

D.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi/pengamatan pada sampel pasien rawat inap dan kegiatan dengan melihat kelayakan sampel dan juga kelengkapan formulir permintaan sampel dari ruangan yang selanjutnya ditulis pada tabel pengamatan.

E. Teknik Analisis Data

Analisa yang di gunakan adalah analisa deskriptif kuantitatif yaitu data yang diambil dalam bentuk tabel dan persentase dari jumlah sampel pasien rawat inap. Rumus presentase : P = N F x 100% Keterangan:

P = Persentase hasil penelitian

F = Frekuensi Jumlah Kegiatan praanalitik N = Jumlah sampel keseluruhan

(28)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan observasi/pengamatan langsung terhadap sampel dan lembar permintaan pada pasien rawat inap di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, sedangkan sampel yang diambil adalah pasien rawat inap yang diantar saat jam kerja, sehingga diperoleh 359 sampel. Hasil penelitian dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Kelengkapan Formulir permintaan

Jumlah Formulir Lengkap Formulir tidak lengkap

359 orang 122 237

persentase 34 % 66 %

Formulir yang sudah lengkap sebanyak 122 (34%) sedangkan yang tidak lengkap sebanyak 237 pasien (66%), meliputi kekurangan dalam hal ; umur, ruangan dokter yang meninta dan diagnosis.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Formulir lengkap Formulir tidak lengkap Grafik. 1 Persentase kelengkapan formulir

66 %

(29)

Untuk kelengkapan formulir permintaan secara keseluruhan diperoleh persentase formulir len

persentase formulir yang tidak lengkap sebesar 62 % (sebanyak perincian ; ada tidaknya umur sebanyak 94 pasien (

64 (11,4%), dokter yang meminta sebanyak 121 (2 (16,4%).

Tabel Jumlah 359 sampel

Persentase

Adapun untuk kelayakan sampel yang di amati adalah ; untuk

hematologi meliputi ; volume dan bekuan, sampel kimia klinik ; volume kurang, sampel mikro

sampel urinalisis; volume kurang.

Persentase Formulir tidak lengkap

11,4 21,5

16,4

Untuk kelengkapan formulir permintaan secara keseluruhan diperoleh persentase formulir lengkap sebesar 38 % (sebanyak 135), sedangkan untuk persentase formulir yang tidak lengkap sebesar 62 % (sebanyak 224)

perincian ; ada tidaknya umur sebanyak 94 pasien (16,7%), ruangan sebanyak er yang meminta sebanyak 121 (21,5%) dan diagnosis 92

Tabel 3. Persentase kelayakan sampel

Layak Tidak layak

sampel 318 41

Persentase 88 % 12%

Adapun untuk kelayakan sampel yang di amati adalah ; untuk

hematologi meliputi ; volume dan bekuan, sampel kimia klinik ; volume kurang, sampel mikrobiologi meliputi ; sampel liur/dahak, sedangkan untuk sampel urinalisis; volume kurang.

Persentase Formulir tidak lengkap

Formulir lengkap umur Ruangan dr. yang meminta Diagnosis 16,7% 34 % 11,4 16,4%

Formulir tidak Lengkap: Untuk kelengkapan formulir permintaan secara keseluruhan diperoleh

), sedangkan untuk 224), dengan %), ruangan sebanyak %) dan diagnosis 92 Tidak layak %

Adapun untuk kelayakan sampel yang di amati adalah ; untuk sampel hematologi meliputi ; volume dan bekuan, sampel kimia klinik ; volume dahak, sedangkan untuk

Formulir lengkap

dr. yang meminta Formulir tidak Lengkap:

(30)

Grafik 3. Persentase Kelayakan Sampel

Untuk kelayakan sampel secara keseluruhan diperoleh persentase sampel layak sebesar 88 % (sebanyak 318), sedangkan untuk persentase formulir yang tidak lengkap sebesar 12 % (sebanyak 41), dengan perincian layak/tidaknya sampel ; hematologi sebanyak 15 sampel (1,9%), bekuan sebanyak 3 sampel (0,3%), sampel kimia klinik sebanyak 11 sampel (1,4 %), sampel mikrobiologi sebanyak 7 sampel (0,9%), sampel urinalisis sebanyak 1 sampel (0,1%), volume urin sebanyak 5 sampel (0,6 %) dan identitas sampel sebanyak 38 (4,9%), liur sebanyak 13 sampel (1,6%).

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Layak Tidak Layak 88 % 92 % 19 % 19 % 43 % 14 % 30 % 19 % 65 % 3 % 65 %

Persentase sampel tidak layak

Sampel yang layak

Hematologi: Bekuan, Volume Kurang.

Kimia Klinik : Volume Kurang Mikrobiologi : Liur

Urinalisis : Volume kurang indetitas sampel Volum Urin Bekuan Liur 88 % 12 %

(31)

B. Pembahasan

Penelitian ini termasuk deskritif yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengamati kegiatan praanalitik kelengkapan formulir dan kelayakan sampel yang ditemukan pada populasi sampel pasien dari ruangan (rawat inap) di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan praanalitik di rumah sakit dr RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya dari bulan Januari 2013 dengan sampel sebanyak 359, masih terdapat formulir permintaan pemeriksaan laboratorium yang tidak lengkap diisi, sehingga dari hasil penelitian dapat diketahui jumlah persentase kegiatan praanaitik pada sampel pasien dari ruangan (rawat inap).

Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan praanalitik di RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya masih terdapat formulir permintaan pemeriksaan laboratorium yang tidak lengkap diisi oleh dokter yang meminta misalnya tanggal permintaan perlu ditulis karena bila hasil pemeriksaan tidak diambil pada hari itu juga maka waktu pengambilan selanjutnya lebih mudah dikonfirmasi.

Berdasarkan permintaan forrmulir pada nama pasien sangat penting karena sering terjadi kesamaan nama, sedangkan tidak ada tertulis umur pada formulir permintaan bila hasil pemeriksaan dengan hasil pemeriksaan rendah atau tinggi dapat di konfirmasi sesuai nilai normal masing-masing umur.

Berdasarkan permintaan formulir ruangan sangat penting nama sama sulit untuk membedakan dan mengakibatkan hasil yang tertukar atau kelengkapan ruangan asal yang tidak ada.

Berdasarkan permintaan formulir dengan dokter yang meminta supaya lebih jelas untuk menulis nama dokter itu sendiri di dalam formulir permintaan.

Berdasarkan permintaan formulir pemriksaan laboratorium diagnosis itu perlu karena hasil pemeriksaan dengan hasil yang rendah/tinggi yang tidak sesuai dengan nilai normal pada parameter pemeriksaan yang diminta agar

(32)

dalam menegakkan diagnosis dokter tidak salah dalam pemberian pengobatan yang sesuai dengan keadaan pasien.

Jenis sampel pada pemeriksaan hematologi harusnya darah dengan antikoagualan EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) dengan komposisi darah yang sesuai dengan volume sampel untuk mencegah sampel darah beku, jika terjadi sampel beku atau tidak bisa digunakan maka petugas laboratorium untuk meminta ulang kepada petugas ruangan untuk mengambil kembali sampel yang akan di periksa.

Berdasarkan jenis pemeriksaan untuk kimia klinik menggunakan darah beku/sampel tanpa antikoagulan, dengan volume sampel yang banyak dengan proses pemindahan darah beku yang ada dalam spuit ke tabung secara pelan untuk menghindari sampel yang lisis.

Berdasarkan kegiatan praanalitik pada pemeriksaan mikrobiologi pemberiaan label pada wadah penampung spesimen dahak dan jenis sampel harus benar-benar berupa dahak yang purulen, dan bukan air liur dengan volume sampel 3-5 ml. Bila sampel tidak sesuai yang terkumpul diberikan hanyak air liur maka dapat mempengaruhi upaya dalam menegakkan diagnosis pada pasien tuberkulosis (TB).

Berdasarkan kelayakan sampel di temukan serum lisis dapat mempengaruhi pemeriksaan kimia klinik misalna pada pemeriksaan Aspartat Amino Transaminase serum (SGOT/SGPT) dan pemeriksaan kreatinin. Serum lisis hendaknya dihindari karena sel-sel darah merah akan menyebabkan peningkatan kadar aktivitas enzim transaminase yang mengandung 15 kali lebih banyak dibanding serum. Jika sampel ada bekuan khususnya untuk pemeriksaan hematologi tidak bisa digunakan untuk pemeriksaan. Jika terdapat air liur dalam pemeriksaan mikrobiolgi akan mempengaruhi upaya penegakan diagnosis karena tidak mewakili hasil sebenarnya sedangkan untuk wadah atau penampung harus sesuai dengan jenis pemeriksaan.

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pada penelitian ini tenteang tentang kegiatan praanalitik di laboratorium RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya dapat disimpulkan :

1. Berdasarkan persentase kelengkapan formulir yang diperoleh rata-rata pada formulir yang lengkap 34 % dan formulir permintaan yang tidak lengkap 66 %.

2. Pada persentase kelayakan sampel diperoleh rata-rata yang layak 88 % dan yang tidak layak 12 %.

B. Saran

1. Kepada petugas laboratorium agar selalu memperhatikan dan mencermati formulir permintaan dan sampel yang dikirim untuk diperiksa sehingga tidak ada kesalahan dalam melakukan pemeriksaan dan penulisan hasil. 2. Kepada mahasiswa analis kesehatan ini masih penelitian awal sehingga

diharapkan ada penelitian lanjutan yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan praanalitik di laboratorium.

3. Kepada dokter yang meminta untuk melengkapi data dalam formulir karena untuk memudahkan petugas Laboratorium dalam pemberian hasil yang akurat.

4. Kepada pihak rumah sakit untuk menyediakan kotak khusus (travel box) di setiap ruangan untuk membawa sampel dari ruangan ke laboratorium.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997. Petunjuk Pelaksana Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan. Jakarta : Bakti Husada Depkes RI

Ananoim, 2004. Pedoman Laboratorium. Yang Benar (GOOD Laboratory Practice ). Depkes RI

Hardjoeno, H, 2003. Intrepretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnosis. Makasar: Lembaga Penerbitan Universitas Hassanudin (Lephas)

Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Rika Michael. 2012. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Laboratorium Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan menggunakan total Architecturo syntesis. http : // Catatan-Ferdian blogspot. Com/2012-03-01-Achiva. Html [ 15 januari 2013]

Ripani Muayaffa. 2012. Pengendalian. Mutu Laboratorium. http : //ripanimusyaffalab. Blogspot. Com /2012/11/ pengendalian-mutu-Labortaorium-html [8 januari 2013]

Willam, Lipponcot dan Wilkins. 2012. Phlebotomy Essentials Fifth Edition. Philadelphia : Wolters Kluwer.

Gambar

Tabel 1. Persyaratan penyimpanan beberapa spesimen berasal dari manusia untuk  beberapa pemeriksaan
Tabel 2. Kelengkapan Formulir permintaan
Tabel  Jumlah  359 sampel
Grafik 3. Persentase Kelayakan Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya melalui alat analisis Partial Least Square atau PLS mengenai Pengaruh Employee Engagement, Budaya

Berdasarkan hasil uji F, nilai F htiung lebih besar dari F tabel yaitu sebesar 34,3 dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan, kepuasan kerja, dan komitmen

Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui

Hanya katup siram kloset air yang terdaftar dan diberi label di bawah MWELS dengan efisiensi konsumsi air 2-tik atau lebih baik (setara dengan volume siram ≤4 liter per siram),

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui viabilitas Lactobacillus yang diisolasi dari asinan rebung kuning bambu betung dalam sari buah pepaya

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah mengaruniakan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) dengan judul : ”

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam peningkatan efisiensi boiler ini adalah dengan menambahkan suatu alat Pemanas Udara (air heater) pada saluran pembuangan gas buang (flue

Seluruh dosen Jinan University yang mengajar di Program Studi Sastra China dari saya semester satu sampai semester akhir semester delapan ini, dan staf pengajar Fakultas Ilmu