• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Rencana Pengembangan Permukiman - DOCRPIJM e3abe915ab BAB IVBAB 4 Rencana Program Investasi Infrastruktur Buru Sel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "4.1 Rencana Pengembangan Permukiman - DOCRPIJM e3abe915ab BAB IVBAB 4 Rencana Program Investasi Infrastruktur Buru Sel"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV - 1

4.1

Rencana Pengembangan Permukiman

4.1.1 Petunjuk Umum

A. Umum

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di

perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi

perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman,

damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.

Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat

memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan

berkeadilan sosial.

Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan

prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman

yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah,

proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta

penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan

aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar

pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam

lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, dan

(2)

BAB IV - 2 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan

permukiman, diantaranya adalah :

1. Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah

2 Rencana pembangunan Kabupaten/Kota

3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota

bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan

sebagainya

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk

(Masterplan) Pengembangan Permukiman.

6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi

dalam Pengembangan Permukiman.

7. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya

dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan

pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap

perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun

dalam perencanaan teknik.

8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta

petunjuk/pedoman yang tersedia.

9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi dalam

Pengembangan Perkotaan pada kota bersangkutan.

10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan

kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi

keberlanjutan lingkungan.

11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah,

masyarakat maupun swasta.

12. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman

13. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama

(3)

BAB IV - 3 14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau

pengelolaan sarana dan prasarana dalam Pengembangan

Permukiman, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut.

15. Safeguard Sosial dan Lingkungan.

16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk

mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran

B. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pembangunan

Permukiman

Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya

Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang

bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Tujuan

Pengembangan Permukiman:

1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan

prasarana dasar permukiman)

2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat,

aman, serasi, dan teratur

3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah

4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan

permukiman

Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah:

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman

2. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA

3. Terarahnya pertumbuhan wilayah

4. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan

permukiman

Keluaran dari Sub Bidang Pengembangan Permukiman adalah:

1. Lahan siap bangun

2. Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air

bersih) kawasan

3. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat

(4)

BAB IV - 4

5. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak

perekonomian yang dinamis

6. Tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana

secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang

bertahap dengan menciptakan kawasan permukiman yang tersusun

atas satuan-satuan lingkungan permukiman dan mengintegrasikan

secara terpadu dengan lingkungan permukiman yang telah ada di

sekitarnya

Asumsi dari Pengembangan Permukiman adalah:

1. Kelompok sasaran masyarakat untuk RSH, RUSUNAWA diutamakan

masyarakat berpenghasilan rendah

2. Mengacu pada UU no. 4/1992 tentang perumahan dan peraturan

perundangan terkait

Melalui penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah

Bidang PU/Cipta Karya diharapkan dapat diwujudkan permukiman yang

layak huni dan mendukung pengembangan perkotaan. Selain itu, mampu

mendorong kerjasama antar stakehoder dalam mendanai dan

menyelenggarakan Program Pengembangan Permukiman oleh

Pemerintah Pusat dalam hal ini Dinas PU/Cipta Karya yang diwujudkan

dalam Program Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Program

Pengembangan Permukiman Perdesaan.

C. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

1. Penyediaan PSD Bagi Kawasan RSH

Target:

 Perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat

berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri.

 Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.

 Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan

Lisiba BS

 Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS,

(5)

BAB IV - 5

 Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan

yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah.

 Sudah mendatangani MoU antara Pemerintah Daerah

dengan Bapertarum.

Penanganan:

 Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan

permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi

kawasan yang mewujudkan keberpihakan pada

masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI dan

POLRI

 Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang

menghubungkan kawasan baru

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

2. Penataan dan Peremajaan Kawasan

Target:

 Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur

sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman

perkotaan.

 Lingkungan permukiman sebagai trip distributions

(distribusi pergerakan) tidak accessible terhadap

infrastruktur perkotaan.

 Pengembangan kawasan permukiman yang tidak

terkendali sehingga berdampak pada lingkungan

perkotaan.

 Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.

Penanganan:

 Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota

(6)

BAB IV - 6

 Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman

Perkotaan.

 Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui

peremajaan kawasan perkotaan.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

3. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa

Target:

 Untuk Rusunawa yang diperuntukan bagi masyarakat

berpendapatan rendah.

 Sebagai salah satu solusi penanganan kawasan kumuh

perkotaan (peremajaan kawasan permukiman

perkotaan/urban renewal).

 Tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan

daerah.

 Hanya dibangun pada lokasi yang memenuhi syarat

administratif, fisik, ekologik, dan tidak berdampak sosial

yang negatif.

 Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi buruh

 Diusulkan apabila sudah menjadi permasalahan bagi

pemerintah daerah setempat.

 Bukan merupakan bantuan bagi salah satu

perusahaan/pabrik.

 Dibangun di atas tanah Pemerintah Daerah.

 Dengan persyaratan-persyaratan yang disepakati

bersama.

Penanganan:

 Penetapan Pedoman Perencanaan, Pengembangan,

(7)

BAB IV - 7

 Penetapan Pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal

oleh pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan

Rusunawa.

 Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan

pengelolaan Rusunawa.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyusun renstra pembangunan permukiman termasuk

pembangunan Rusunawa.

 Menyiapkan rencana pembangunan Rusunawa (dalam

kawasan sesuai RUTR berkelanjutan dan mandiri).

 Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD dalam

penunjangan Rusunawa.

 Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan

Rusunawa pasca konstruksi.

 Mengalokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun

melalui APBD

4. Peningkatan Kualitas Permukiman

Target:

 Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan

perkotaan yang tinggi.

 Kabupaten/Kota yang memiliki komitmen untuk

melaksanakan program penanggulangan kemiskinan dan

membentuk lembaga permukiman serta melaksanakan

proses secara partisipatif.

 Kabupaten/Kota yang mengalokasikan dana pendamping

NUSSP pada setiap tahun pelaksanaan yang dinyatakan

dalam konfirmasi dengan surat resmi oleh Walikota/Bupati

dan disetujui oleh DPRD, sesuai dengan Naskah Perjanjian

Hibah dengan Departemen Keuangan menurut kapasitas

(8)

BAB IV - 8

Penanganan:

 Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan/RP4D dalam

bidang Perumahan dan Permukiman.

 Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR.

 Pembangunan Infrastruktur Permukiman bagi KBR.

 Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat

melalui kegiatan Pelatihan dan Pendampingan.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

D. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

1. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan

Desa (KTP2D)

Target:

 Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah

penduduk miskin lebih dari 35%

 Kawasan-kawasan di perdesaan yang potensial

berkembang, dan punya nilai lebih dari kawasan lainnya

 Mempunyai Desa Pusat dan desa-desa hinterland yang

punya kaitan erat terutama di bidang ekonomi,

(hinterland sebagai pemasok, desa pusat sebagai

pengumpul atau pusat pelayanan )

 Kecamatan urban/perkotaan yang jumlah kelurahan lebih

besar dari Desa sesuai data PODES/BPS.

 Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran

Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

 Kondisi fisik lingkungan yang memungkinkan; tidak

rawan bencana, strategis

 Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif.

(9)

BAB IV - 9

Penanganan:

 Bantuan Teknis berupa:

Identifikasi lokasi KTP2D (DPP beserta desa-desa

hinterlandnya).

Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal

untuk dapat menyusun perencanaan pengembangan

kawasan perdesaan secara mandiri

Penyusunan PJM yang berbasis pada pengembangan

potensi ekonomi lokal, bertumpu pada kebutuhan

nyata dengan melibatkan masyarakat.

 Bantuan Fisik berupa bantuan PS kawasan sesuai dengan

apa yang tertera dalam matriks program pada PJM.

Diutamakan pada akses dari DPP ke desa-desa

hinterland, dan akses pada kawasan lain.

 Peningkatan PS desa pusat pertumbuhan diarahkan pada

Penyediaan PSD Perdesaan yang dapat menstimulasi ”Kegiatan Ekonomi Perdesaan”.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Mencantumkan rencana penanganan KTP2D pada

Renstrada

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

2. Pengembangan Kawasan Agropolitan

Target:

 Kawasan pertanian yang terdiri dari kota Pertanian,

desa-desa sentra produksi pertanian dan desa-desa penyangga

yang ada di sekitarnya, yang memiliki fasilitas untuk

(10)

BAB IV - 10

Penanganan:

 Pembangunan prasarana dan sarana untuk mendukung

kawasan agropolitan.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

3. Pengembangan PS Kawasan Eks Transmigrasi

Target:

 Lokasi sasaran pada kawasan eks Transmigrai dalam

upaya mengembangkan Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan

meningkatkan PS di kawasan transmigrasi yang telah

berumur di atas 5 th (UPT Bina)

Penanganan:

 Bantuan teknis berupa identifikasi kawasan eks

transmigrasi dan identifikasi kebutuhan prasarana dan

sarana dasar permukiman di kawasan eks transmigrasi.

 Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana

dasar permukiman, dilaksanakan dalam rangka

mendukung program Departemen Transmigrasi

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati.

 Review minimal setahun sekali.

4. Penyediaan PS Permukiman di Pulau Kecil dan Terpencil

Target:

 Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam

(11)

BAB IV - 11

 Sebagian besar penduduknya adalah tertinggal baik

dalam hal sosial budaya maupun ekonomi.

 Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat

terbatas (belum banyak tersentuh oleh program

pemerintah/non pemerintah)

Penanganan:

 Bantuan teknis berupa:

ö Pedoman Pengembangan PS di Pulau Kecil dan

Terpencil

ö Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau

kecil yang ada dalam pemerintah Kabupaten/Kota

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

ö Penyusunan PJM berbasis pada upaya

penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan

kwalitas hidup dan penghidupan masyarakat yang

tinggal didalamnya, bertumpu pada kebutuhan riil

dengan melibatkan masyarakat

 Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana

dalam rangka pengembangan kawasan sesuai dengan

apa yang tertera dalam perencanaan program/PJM dan

Rencana Tindak

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

5. Pengembangan PS Kawasan Perbatasan

Target:

 Kawasan yang berbatasan dengan Negara lain

(kepulauan dan daratan) sesuai Jakstra Pengembangan

(12)

BAB IV - 12

 Rawan isu hankamnas, ekonomi, politik, sosial dan

budaya

Penanganan:

 Bantuan Teknis berupa:

ö Pedoman Pengembangan PS Kawasan Perbatasan

ö Identifikasi lokasi-lokasi pada kawasan perbatasan

dengan negara lain serta pulau terluar.

ö Penyusunan PJM yang berbasis pada kebutuhan nyata

sesuai dengan kriteria kawasan perbatasan dan pulau

terluar.

 Bantuan fisik berupa bantuan PS dalam rangka

pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera

dalam matriks program pada PJM.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali.

6. Penyediaan PS dalam rangka Penanganan Bencana

Target:

 Lokasi pada daerah bencana yang mengalami kerusakan

prasarana dan sarana dasar permukimannya.

 Sudah ada laporan dari Pemerintah Daerah atau media

massa mengenai kejadian bencana, jenis kerusakan

prasarana dan sarana dasar permukiman serta jumlah

korban yang ditimbulkan

Penanganan:

 Mengembalikan kondisi prasarana dan sarana dasar

permukiman untuk bisa memberikan fungsi pelayanannya

(13)

BAB IV - 13

 Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana

dasar permukiman untuk mengembalikan kondisi yang

rusak akibat bencana.

Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyediakan dana pendamping.

 Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

4.1.2 Profil Pembangunan Permukiman

4.1.2.1 Kondisi Umum

4.1.2.1.1 Gambaran Umum

Kawasan permukiman merupakan salah satu komponen

penting dalam penataan ruang wilayah Kabupaten Buru

Selatan yang pengembangannya akan sangat mempengaruhi

pengembangan pusat-pusat kegiatan. Hasil proyeksi jumlah

penduduk sampai tahun 2027 adalah sekitar 80.075 jiwa.

Dengan mengasumsikan satu rumah untuk satu keluarga (5

jiwa setiap keluarga) maka di tahun 2027 diperkirakan

dibutuhkan rumah sebanyak 16.015 rumah. Dengan asumsi

setiap rumah membutuhkan luas lahan rata-rata 100 m2 maka

di tahun 2027 tersebut dibutuhkan lahan untuk permukiman

yang luasnya sekitar 160,15 Ha. Dengan mengasumsikan

bahwa 40% dari luas kawasan permukiman adalah sebagai

prasarana pendukung, maka diperkirakan luas lahan untuk

kawasan permukiman pada tahun 2027 adalah sekitar 96.09

Ha.

Berdasarkan lokasi dan karakteristiknya, dapat

dibedakan ada dua jenis kawasan permukiman yang berbeda

yaitu kawasan permukiman perkotaan dan kawasan

(14)

BAB IV - 14

a. Kawasan Permukiman Perkotaan,

adalah kawasan permukiman yang keberadaannya

dimanfaatkan oleh penduduk yang terlibat dalam

kegiatan/aktivitas perkotaan. Lokasi kawasan permukiman

perkotaan ini berada di dalam wilayah kota atau di sekitarnya.

Berdasarkan karakter tersebut, maka kawasan permukiman

perkotaan ini umumnya merupakan satu kesatuan kawasan

yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pelayanan

lingkungan serta terpisah dari fungsi-fungsi non perkotaan

seperti sawah, kebun, ladang dan sejenisnya. Dengan

demikian dibandingkan dengan kawasan permukiman

perdesaan, kawasan permukiman perkotaan memiliki tingkat

kepadatan bangunan yang relatif lebih tinggi.

b. Kawasan Permukiman Perdesaan,

adalah kawasan permukiman yang keberadaannya

merupakan bagian dari komunitas perdesaan dan

aktivitasnya. Kawasan permukiman ini umummnya

dimanfaatkan oleh penduduk yang terlibat dalam

aktivitas/kegiatan perdesaan. Keberadaan kawasan

permukiman ini tidak terlepas dari kegiatan kawasan

perdesaan lainnya seperti sawah, kebun, ladang dan

sejenisnya, sehingga dibandingkan dengan kawasan

permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan ini

memiliki tingkat kepadatan bangunan yang relatif lebih

rendah.

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan

diarahkan di pusat-pusat kegiatan perkotaan terutama di

kota-kota yang diarahkan sebagai pusat kegiatan bagi kawasan

sekitarnya yaitu Leksula dan Wamsisi. Dalam

pengembangannya, arahan pengembangan kawasan

permukiman ini, khususnya untuk permukiman perdesaan

(15)

BAB IV - 15 berkembang terlebih dahulu. Pengembangan di masa datang

akan berupa perluasan kawasan permukiman yang telah ada

serta pembangunan kawasan baru di lokasi-lokasi lain

khususnya di Leksula dan Wamsisi.

4.1.2.1.2 Prasarana dan Sarana Dasar

Permukiman

Karakteristik wilayah Kabupaten Buru Selatan yang

sebagian besar adalah daratan, masih dihadapkan pada

terbatasnya prasarana jalan yang merupakan kebutuhan

utama dalam membuka aksesibilitas, mobilitas dan

keterisolasian hubungan transportasi dari Ibukota kabupaten

ke kecamatan, antara kecamatan dan desa.

Kota Elfule (Kec. Namrole) sebagai ibukota kabupaten

belum tertata secara baik sesuai standar kota kabupaten

sehingga sangat membutuhkan perhatian penanganannya

terutama yang terkait dengan prasarana jalan kota kabupaten,

drainase, ketenaga listrikan dan fasilitas pendukung kota

lainnya.

4.1.2.1.3 Aspek Pendanaan

Pembiayaan pengembangan bidang permukiman

berasal dari Dana Pemerintah Kota/Kabupaten, masyarakat,

swasta dan bantuan pemerintah pusat, bantuan simultan,

bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan.

Sedangkan macam bantuan dan besarannya akan disesuaikan

(16)

BAB IV - 16 4.1.2.1.4 Aspek Kelembagaan

Pelaksana Kegiatan pembangunan bidang permukiman

menjadi tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum khususnya

Cipta Karya

4.1.2.2 Sasaran

Berdasarkan dengan gambaran diatas pembangunan

dan pengembangan/peningkatan kualitas kawasan khususnya

pada bidang perumahan dan permukiman diarahkan pada

kawasan-kawasan tertentu sesuai pola penggunaaan lahan

pada kawasan perencanaan.

4.1.3 Permasalahan Pembangunan Permukiman

4.1.3.1 Analisis Permasalahan

Kondisi eksisting sarana dan prasarana masih sangat

terbatas belum tertata secara baik. Kawasan Elfule sesuai

dengan standar kota kabupaten masih membutuhkan

perhatian penanganannya, terutama yang terkait dengan

prasarana jalan kota kabupaten, drainase, ketenaga listrikan

dan fasilitas pendukung kota lainnya.

4.1.3.2 Alternatif Pemecahan

Pembangunan secara bertahap sarana dan prasarana

yang menunjang program pemerintahan khususnya bidang

permukiman bagi peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

4.1.3.3 Rekomendasi

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka

pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman

(17)

BAB IV - 17

 Perlunya segera dilakukan pembenahan ataupun

penambahan sarana dan prasarana pendukung dalam

rangka perkembangan wilayah pada kawasan

perencanaan.

 Peningkatan kualitas pada sarana dan prasarana dilakukan

pada kondisi eksisting yang ada pada wilayah perencanan.

 Perlunya perubahan pola perilaku masyarakat untuk ikut

serta dalam rangka menjaga dan merawat prasarana dan

sarana yang telah dibangun

4.1.4 Usulan dan Prioritas Kegiatan Pembangunan PS Permukiman

4.1.4.1 Usulan dan Prioritas Program Pembangunan PS

Permukiman

Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

Pembangunan Jalan

ö Pembangunan Jalan Nasional

ö Pembangunan Jalan Provinsi

ö Pembangunan Jalan Kabupaten

ö Pembangunan Jalan Desa

ö Pembangunan Jalan Lingkungan

Pembangunan Jembatan

4.1.4.2 Usulan dan Prioritas Kegiatan Pembangunan PS

Permukiman

Berdasarkan hasil analisa di atas terdapat kebutuhan

kegiatan pembangunan sarana dan prasarana permukiman pada

wilayah perencanaan yaitu Kabupaten Buru Selatan sebagai acuan

untuk pengembangan di wilayah tersebut Secara detil kebutuhan

(18)

BAB IV - 18

4.2 Rencana Investasi Penataan Bangunan Lingkungan

4.2.1. Petunjuk Umum

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan

yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan

ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik

diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik bangunan

gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan

adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni

dan berjati diri, sedangkan misinya adalah :

a. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan

gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan

b. Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan

lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa

permasalahan dan tantangan yang antara lain:

a. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan

kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah

rawan bencana.

 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak

berfungsi dan kurang mendapat perhatian.

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di

daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

b. Permasalahan dan tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara

 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi

persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang

tertib dan efisien.

 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan

(19)

BAB IV - 19

c. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan

 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional

dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi

wisata.

 Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi

ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

 Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana

olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan hampir di semua

kota, terutama kota Metro dan Besar.

d. Permasalahan dan tantangan di bidang Pemberdayaan Masyarakat

di Perkotaan

 Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan

peran masyarakat.

 Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses

perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan

diwilayahnya.

e. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

 Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan

Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang

Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung

harus layak fungsi pada tahun 2010.

 Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa

pada tahun 2015, 200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada

tahun 2020 semua Kabupaten/Kota bebas kumuh.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan

dan lingkungan antara lain :

a. Peran dan fungsi Kabupaten/Kota,

b. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota

c. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota

bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi,

(20)

BAB IV - 20

d. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,

e. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk

(Masterplan) Pengembangan Kota,

f. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan

pengembangan,

g. Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain

dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan

pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap

perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun

dalam perencanaan teknik,

h. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta

petunjuk/pedoman yang tersedia,

i. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penataan

bangunan dan lingkungan pada kota bersangkutan,

j. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan

lingkungan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi

keberlanjutan lingkungan,

k. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah,

masyarakat maupun swasta,

l. Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan

lingkungan,

m. Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan

terutama dalam hal pemulihan biaya investasi,

n. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan

dan lingkungan, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut,

o. Safeguard sosial dan lingkungan,

p. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk

mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan

Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang

(21)

BAB IV - 21 Bangunan Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya

mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan

kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan

gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.

Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih banyak

daerah yang belum menindak lanjutinya sebagaimana mestinya,

sebagaimana terlihat dari :

a. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Perda

Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau

terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran masih belum memiliki

Perda Bangunan Gedung;

b. Masih banyak Kabupaten/Kota; terutama Kabupaten/Kota hasil

pemekaran yang belum memiliki atau melembagakan

institusi/kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang

bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan;

c. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum memulai pelaksanaan

pendataan bangunan gedung;

d. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menerbitkan Sertifikat

Layak Fungsi (SLF) bagi seluruh bangunan gedung yang ada

terutama bangunan yang baru hasil pembangunan sejak

2003-2006;

e. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menyusun manajemen

pencegahan kebakaran Kabupaten/Kota atau belum melakukan

pemeriksaan berkala terhadap prasarana dan sarana

penanggulangan bahaya kebakaran agar selaku siap pakai setiap

saat;

f. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan

prasarana bagi penyandang cacat;

g. Masih banyak Kabupaten/Kota pengembangannya belum

berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

h. Masih banyak Kabupaten/Kota yang mempunyai kawasan yang

(22)

BAB IV - 22

i. Masih banyak daerah yang belum memiliki rencana penanganan

kawasan kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan

kawasan bersejarah yang secara kewenangan sudah menjadi tugas

dan tanggung jawab Kabupaten/Kota;

j. Masih banyak Kabupaten/Kota belum melaksanakan pembangunan

lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong

kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan

permukiman yang berkelanjutan.

Untuk itu, Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga

pembina teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai

kewajiban untuk meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar

mampu melaksanakan amanat UU No 28/2002 tentang Bangunan

Gedung.

Untuk tahun anggaran 2007, sebagai kelanjutan dari kegiatan

tahun-tahun sebelumnya, perlu melanjutkan dan memperbaiki serta

mempertajam kegiatannya agar lebih cepat memampukan Kabupaten/

Kota.

Disamping hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992

tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan

kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah

(RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara

komprehensive, akomodatif dan responsif.

Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs),

yakni: mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015,

proporsi penduduk miskin tahun 1990 (target 1); dan mengurangi

sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk

tanpa akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan

(23)

BAB IV - 23 dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat setempat,

kelompok peduli dan dunia usaha secara aktif.

Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu

dilakukan secara komprehensive dengan berbasis konsep tridaya melalui

proses pemberdayaan masyarakat sesuai siklus P2KP.

4.2.2 Strategi Pendukung

a.Grand Strategy 1: Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung

Agar Tertib, Fungsional, Andal Dan Efisien.

Tujuan :

Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi

persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan,

serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Sasaran :

 Tersusunnya Perda bangunan gedung untuk kota besar di seluruh

Indonesia tahun 2009, dan Kabupaten/Kota lainnya tahun 2020.

 Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi

pada tahun 2010.

 Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan

gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi

penerapan peraturan bangunan gedung pada tahun 2009.

 Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum

di seluruh wilayah Kabupaten/Kota pada tahun 2009.

 Terlaksananya pendataan bangunan gedung di 33 Propinsi pada

tahun 2009.

 Terwujudnya Pusat Informasi Arsitektur dan Bangunan Gedung di

tingkat Propinsi tahun 2009.

 Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO

9000 pada tahun 2009.

 Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis dan

wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan diseluruh

(24)

BAB IV - 24

 Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan

di tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota yang didukung oleh SDM dan

prasarana dan sarana kerja pendukungnya pada tahun 2009.

 Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan

bangunan gedung pada tahun 2009.

 Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)

di 30 Propinsi percontohan hingga tahun 2009.

b.Grand Strategy 2: Menyelenggarakan Penataan Lingkungan

Permukiman Agar Produktif dan Berjati diri.

Tujuan :

Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan

yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan.

Sasaran :

 Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh di 733

kawasan pada tahun 2009.

 Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional

bersejarah di 223 kawasan pada tahun 2009.

 Terlaksananya pengelolaan RTH di 150 kota pada tahun 2009.

 Pemberdayaan komunitas di 13.271 kelurahan pada tahun 2009.

c. Grand Strategy 3: Menyelenggarakan Penataan dan Revitalisasi

Kawasan dan Bangunan Agar Dapat Memberikan Nilai Tambah Fisik,

Sosial dan Ekonomi.

Tujuan :

Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat

memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi

masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan

masyarakat yang lebih baik.

Sasaran :

 Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis sebanyak 247 lokasi

(25)

BAB IV - 25

 Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk

menyelenggarakan revitalisasi kawasan.

d.Grand Strategy 4: Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan

Lingkungan Untuk Mewujudkan Arsitektur Perkotaan, dan Pelestarian

Arsitektur Bangunan Gedung yang Dilindungi dan Dilestarikan Untuk

Menunjang Kearifan Budaya Lokal.

Tujuan :

Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional,

visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras

dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya

lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat

secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Sasaran :

Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian

bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas

arsitektur perkotaan di 9 kawasan kota Metropolitan pada tahun 2009.

e.Grand Strategy 5: Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa

Arsitektur Bangunan Gedung untuk Menunjang Pembangunan

Regional/Internasional Yang Berkelanjutan

Tujuan :

Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang

mengedepankan teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi

standar internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang

bangunan gedung dan lingkungan secara internasional.

Sasaran :

Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan

dengan teknologi dan rekayasa arsitektur pada 5 lokasi melalui

(26)

BAB IV - 26 4.2.3 Kebijakan, Penataan bangunan Gedung dan Lingkungan

Kabupaten Buru Selatan

a. Kebijakan

Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung,

termasuk bangunan gedung dan rumah negara.

Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan

masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung

dan Penataan Lingkungan Permukiman.

Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan

lingkungan permukiman.

Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung

pengembangan jatidiri dan produktifitas masyarakat.

Mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki peran dan

potensi strategis bagi pertumbuhan kota.

Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan

lembaga-lembaga nasional maupun internasional lainnya di

bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan

Permukiman.

Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/

mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai

tradisional.

Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang

dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan

budaya).

Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi

rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama

dengan pihak-pihak yang kompeten.

b. Program Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Pelaksanaan program-program tersebut diatas dilakukan melalui

(27)

BAB IV - 27

1.Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung

Secara terperinci terdiri dari:

Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan

bangunan dan lingkungan

 Sasaran Kegiatan,

 Meningkatkan peran pemerintah daerah dan

masyarakat dalam penyelenggaraan penataan

bangunan dan lingkungan sehingga dapat turut aktif

ambil bagian dalam proses penyelenggaraan

pembangunan bangunan gedung dan penataan lingkungan, serta

 Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menyeleraskan

peraturan perundangan tentang bangunan gedung di

wilayahnya agar memenuhi persyaratan administratif dan teknis yang diamantkan Undang-Undang Bangunan Gedung dan peraturan pelaksanaannya.

 Bentuk dan Pelaksanaan Kegiatan,

 Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam bentuk

Sosialisasi dengan peserta Kabupaten/Kota

 Paket materi yang disosialisasikan terdiri dari; (i) UU 28

tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung dan PP 36

tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan UUBG, (ii)

Standar pelaksanaan teknis tentang bangunan gedung,

(iii) Pedoman teknis tentang bangunan gedung negara,

(iv) Peraturan dan pedoman tentang penataan

lingkungan permukiman dan (v) Materi lokal terkait

dengan penataan bangunan dan lingkungan.

 Keluaran/Produk Kegiatan

 Produk dari kegiatan ini adalah laporan

penyelenggaraan Diseminasi Peraturan

(28)

BAB IV - 28 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan

gedung

 Sasaran kegiatan

 Memberikan pemahaman dan wawasan dalam

penyusunan Raperda bangunan gedung, sekaligus

peningkatan pemahaman kelembagaannya

 Peningkatan kemampuan kelembagaan bangunan

gedung di daerah Kabupaten/Kota

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

 Fasilitasi Raperda bangunan gedung, berupa penyiapan

materi yang diperlukan dalam penyusunan perda

bangunan gedung di daerah dan memberikan

pengarahan kepada Kabupaten/Kota dalam penyusunan

perda bangunan gedung,

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan

gedung berupa penyelenggaraan sosialisasi serta

bantuan teknis pembentukan kelembagaan bangunan

gedung di Kabupaten/Kota

 Bantuan teknis pembentukan tim ahli bangunan gedung

di Kabupaten/Kota

 Keluaran/produk kegiatan

 Laporan kegiatan bangunan gedung di Kabupaten/Kota

yang memuat inventarisasi lembaga/instansi terkait

dengan penyelenggaraan, bangunan gedung di

Kabupaten/Kota,termasuk didalamnya tupoksi dan

susunan organisasinya serta konsep pengembangan

kelembagaan

 Laporan kegiatan fasilitasi penyusunan raperda

bangunan gedung di Kabupaten/Kota, dengan

ketentuan memuat pemetaan substansi Perda dan

(29)

BAB IV - 29 bangunan gedung dan peraturan pelaksanaanya serta

tindak lanjutnya

 Laporan kegiatan bantuan teknis pembentukan tim ahli

bangunan gedung, dengan ketentuan memuat laporan

penyelenggaraan sosialisasi mengenai pedoman teknis

pembentukan tim ahli bangunan gedung

Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan

arsitektur

 Sasaran kegiatan

 Tercapainya keseragaman pemahaman, kesadaran, dan

tanggungjawab para instansi/aparat dan pelaksana

khususnya para pejabat pembuat komitmen Pembinaan

Teknis Bangunan Gedung dan mampu

mengimplementasikan di provinsi di seluruh Indonesia.

 Tercapainya Pelayanan pusat informasi bidang

bangunan gedung bagi masyarakat, dunia usaha dan

instansi pemerintah sendiri yang maksimal di

daerah/provinsi.

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

 Pembinaan teknis kepada para pelaksana

pembangunan bangunan gedung;

 Pembuatan/Pengembangan Website Pusat Informasi

Bangunan;

 Penyusunan materi informasi PIPPB (Arsitektur

Bangunan Gedung, perundang-undangan bidang

bangunan gedung dan permukiman, daftar harga, dsb);

 Pelayanan sistem informasi dan teknologi;

 Penyuluhan Bidang Penataan Bangunan Gedung dan

Lingkungan;

 Penyelenggaraan pameran bidang Penataan Bangunan

(30)

BAB IV - 30

 Pemberian fasilitasi kegiatan diskusi/seminar/

komunikasi dan pembahasan yang berkaitan dengan

bangunan gedung dan lingkungan.

 Keluaran/produk kegiatan

 Produk dan kegiatan ini adalah laporan yang berisi:

laporan hasil forum diskusi, penyuluhan dan pameran;

dokumentasi bahan publikasi dan tutorial website.

Pelatihan teknis tenaga pendata HSBG dan keselamatan

bangunan

 Sasaran kegiatan

Terwujudnya bangunan gedung yang andal dan tertib

pembangunan bangunan gedung negara melalui tersedianya

tenaga yang terampil di masing-masing kabupaten/kota

dalam hal :

 Pengecekan keandalan bangunan gedung khususnya

keselamatan dan kemudahan,

 Pendata harga pembangunan bangunan gedung negara,

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

 Pelatihan teknis masing-masing diselenggarakan dengan

peserta dari seluruh kabupaten/kota (petugas pendata

harga dan dinas kebakaran).

 Keluaraan/produk kegiatan

 Laporan hasil pelatihan teknis bidang pendataan harga

standar pembangunan bangunan gedung negara dan

tenaga pengecekan keselamatan bangunan, yang harus

diserahkan kepada pusat, Dinas PU/Kimpraswil provinsi,

(31)

BAB IV - 31 Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara

 Sasaran kegiatan

Terpenuhinya tertib pengelolaan bangunan gedung dan

rumah Negara melalui:

 Terselenggaranya proses pemanfaatan dan

penghapusan

 Terselenggaranya proses pendaftaran, pengalihan

status dan hak rumah negara yang tertib, dan

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

 Penyusunan format pengendalian untuk proses

pendaftaran. pengalihan status dan pengalihan hak.

 Melakukan Inventarisasi BGN (pendataan gedung dan

rumah negara).

 Melakukan penataan arsip Bangunan Gedung Negara.

 Peningkatan keterampilan tenaga arsiparis.

 Pendataan harga dan Penyusunan HSBGN sesuai

dengan mekanisme penyusunan dan penetapan.

 Pelaksanaan administrasi pelaporan terhadap proses

pengalihan status dan pengalihan hak di Daerah.

 Penyusunan laporan pengelolaan gedung dan rumah

negara.

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan

gedung

 Keluaraan/produk kegiatan

 Laporan pengelolaan bangunan gedung negara yang

(32)

BAB IV - 32

- Jumlah rumah negara yang telah ditetapkan

statusnya menjadi golongan III

- Jumlah surat ijin penghunian/SIP rumah negara

dengan golongan III

- Jumlah dan nilai penaksiran/penilaian harga rumah

Negara golongan III

- Jumlah dan nilai pengalihan hak dan penetapan

harga rumah negara golongan III beserta tanahnya

- Jumlah Perjanjian Sewa Beli rumah negara golongan

III

- Penerimaan negara dari penjualan/pengalihan hak

rumah negara golongan III setiap tahun

- Jumlah dan nilai penyerahan hak milik rumah

negara dan pelepasan hak atas tanahnya

 Keluaran dari kegiatan Inventarisasi BGN, yang berupa:

Daftar Inventaris Bangunan Gedung Negara yang terdiri

dari :

- Bangunan Gedung Negara;

- Rumah Negara golongan I dan golongan II;

- Rumah Negara Golongan III;

- Ledger yang terdiri dari:

• Kartu Ledger Bangunan Gedung Negara;

• Kartu Ledger Bangunan Rumah Negara.

Pembinaan teknis pembangunan gedung negara

 Sasaran kegiatan

 Tersedianya tenaga teknis yang memenuhi syarat,

terampil dan handal, yang dapat melaksanakan tugas

dan fungsinya secara profesional.

 Terwujudnya proses penyelenggaraan bangunan

gedung Negara yang fungsional, memenuhi

(33)

BAB IV - 33 kenyamanan serta efisien dalam penggunaan sumber

daya dan serasi dengan lingkungannya.

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

 Melakukan penugasan tenaga bantuan teknis kepada

instansi Pemegang Mata Anggaran baik berupa bantuan

tenaga (Pengelola Teknis, Tenaga Teknis, narasumber,

penatar/ penyuluh), informasi (peraturan pedoman/

petunjuk/ standar teknis, dan advise teknik), maupun

percontohan (model pengaturan, fisik).

 Melakukan inventarisasi dan evaluasi tenaga teknis

yang dapat ditugasi.

 Melakukan pembinaan terhadap tenaga teknis dan

koordinasi berkala.

 Menyusun laporan pelaksanaan bantuan teknis.

 Keluaraan/produk kegiatan

 Laporan pelaksanaan pembinaan,

 Laporan bulanan pelaksanaan bantuan teknis

penyelenggaraan bangunan gedung negara (form F1

dan F2) yang berisi; laporan pembinaan, Jumlah

instansi, kegiatan pembangunan, dana pembangunan,

data bangunan, tenaga bantuan teknis dan

persoalan-persoalan yang muncul, serta sarana pemecahannya.

 Laporan tahunan yang berisi rekapitulasi pelaksanaan

bantuan teknis penyelenggaraan bangunan gedung

negara dan laporan bulanan (bulan Januari -

Desember).

Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

(RISPK)

 Sasaran kegiatan

 Sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya

(34)

BAB IV - 34 di kabupaten/kota, dalam rangka meningkatkan

kemampuan kelembagaan pemadam kebakaran/Dinas

Pemadam kebakaran dan masyarakat dalam

pelaksanaan tugas pencegahan dan penanggulangan

kebakaran, serta menurunnya kejadian kebakaran,

jumlah kerugian dan korban jiwa akibat bencana.

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan berupa :

 RIK merupakan acuan pencegahan penanggulangan

kebakaran kab/kota untuk kurun waktu 5-10 tahun

 Pemantapan lokasi Kabupaten/Kota terpilih dengan

melakukan kesepakatan dengan pemerintah daerah

 Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di kab/

kota terpilih.

 Keluaran/produk kegiatan

 Naskah kajian akademis Rencana Induk Sistem Proteksi

Kebakaran (RISPK) Kabupaten/Kota, yang minimal

memuat:

 Hasil identifikasi dan kajian teknis tentang latar

belakang permasalahan, pengalaman pemerintah

daerah terhadap penanganan kawasan/wilayah yang

mengalami peristiwa kebakaran, narasumber, dinas/

instansi yang berkepentingan dengan pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran

 Hasil pelaksanaan kegiatan penyusunan RISPK

Kabupaten/Kota serta pelaksanaan strategi pencegahan

dan penanggulangan bahaya kebakaran di Kabupaten/

Kota, serta hasil studi literatur yang terkait

 Draft Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

(RISPK) Kabupaten/Kota hasil konsensus, yang minimal

memuat :

 Program kebutuhan pencegahan dan penanggulangan

(35)

BAB IV - 35

 Penjabaran mengenai potensi topografi, kondisi alam,

dan persebaran titik-titik rawan kebakaran, dan

penentuan daerah yang memiliki potensi sumber air,

serta faktor-faktor lain yang mendukung RISPK

Kabupaten/Kota ;

 Rencana Umum pencegahan dan penanggulangan

bahaya kebakaran;

 Rencana Detail pencegahan dan penanggulangan

bahaya kebakaran;

 Program pengendalian, pengawasan dan pembinaan

dalam rangka pencegahan dan penanggulangan bahaya

kebakaran;

 Tahapan program dan pendanaan yang diusulkan; dan

 Ditetapkan sebagai Rancangan Peraturan

Bupati/Walikota, dan untuk Daerah Khusus Ibukota

Jakarta sebagai Rancangan Peraturan Gubernur.

 Kesepakatan untuk ditindaklanjuti dalam bentuk

Peraturan Bupati/Walikota

Penyusunan RANPERDA Bangunan Gedung

 Sasaran kegiatan

 Tersedianya rancangan peraturan daerah tentang

Bangunan Gedung usulan Pemerintah kabupaten/kota

yang siap untuk dibahas dan diperdakan di

kabupaten/kota dalam rangka mewujudkan bangunan

gedung yang fungsional, andal, berjati diri serasi dan

selaras dengan lingkungannya serta tertib dalam

penyelenggaraannya.

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan.

 Penyusunan Raperda Bangunan Gedung dilakukan

(36)

BAB IV - 36

Penentuan kabupaten/kota berdasarkan surat

permintaan daerah yang bersangkutan.

 Melakukan pengendalian pekerjaan yang dilakukan

dengan:

 Koordinasi dengan dinas provinsi terkait;

 Konsultasi dan identifikasi dengan instansi terkait pada

kabupaten/kota yang bersangkutan;

 Konsultasi dan pembahasan;

 Penyiapan materi Raperda untuk dikirimkan kepada

dewan.

 Keluaran/produk kegiatan

 Produk dari kegiatan ini adalah Raperda Bangunan

Gedung, yang siap untuk dibahas dengan DPRD,

termasuk seluruh data pendukungnya, antara lain hasil

pembahasan raperda dengan instansi terkait dan

masyarakat;

 Kesepakatan pemerintah daerah untuk menindaklanjuti

dalam bentuk Perda BG.

Percontohan Pendataan Bangunan Gedung

 Sasaran kegiatan

 Terselenggaranya tertib pendataan bangunan gedung,

melalui penyusunan database bangunan gedung .

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan.

 Pendataan Bangunan Gedung pada salah satu

kabupaten/kota terpilih pada Provinsi dimaksud.

 Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota atau

dinas yang menangani pembinaan bangunan gedung

 Memfasilitasi pelatihan pengoperasian program

(37)

BAB IV - 37

 Program/Sistem informasi Pendataan Bangunan

Gedung disediakan oleh Direktorat Penataan Bangunan

dan Lingkungan DJCK

 Melakukan pengendalian pekerjaan dalam hal:

 Melakukan survey bangunan gedung yang ada dalam

kabupaten/kota terpilih;

 Memasukkan data peta maupun data IMB kedalam

Sistim Informasi Pendataan Bangunan Gedung.

 Menyempurnakan data sehingga sistem komputerisasi

pendataan bangunan gedung dapat dioperasikan secara

maksimal

 Keluaran/produk kegiatan

 Laporan Percontohan Pendataan Bangunan Gedung,

yang memuat hasil pelaksanaan kegiatan percontohan

pendataan bangunan gedung di kabupaten/kota

terpilih, dengan dilampiri data hasil pendataan dan

analisis atas kasus-kasus permasalahan di lapangan.

Percontohan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan

 Sasaran kegiatan

 Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya fasilitas aksesibilitas pada bangunan gedung untuk mewujudkan

bangunan gedung pelayanan umum yang aksesibel

bagi semua.

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan.

 Penyusunan kelengkapan aksesibilitas ini merupakan

pekerjaan konstruksi fisik yang dilakukan oleh penyedia

jasa pelaksana konstruksi yang ditugasi, berdasarkan

rencana teknis yang sesuai Peraturan Menteri

(38)

BAB IV - 38 Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada

Bangunan Gedung dan Lingkungan;

 Melakukan kegiatan:

 Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan instansi

pengelola/pemilik bangunan gedung;

 Survey dan inventarisasi kondisi bangunan gedung ybs;

 Penyusunan rencana teknis

 Uji coba dan penyerahan pada pengelola bangunan

 Keluaran/produk kegiatan

 Produk dari kegiatan ini adalah fisik fasilitas

aksesibilitas.

Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

 Sasaran kegiatan

 Terlaksananya rehabilitasi bangunan gedung negara

yang fungsional memenuhi persyaratan keselamatan,

kesehatan, kemudahan dan kenyamanan serta efisien

dalam penggunaan sumberdaya dan serasi dengan

lingkungannya sehingga mampu meningkatkan kualitas,

keandalan dan umur pemanfaatan bangunan gedung

negara.

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan.

 Merupakan pekerjaan konstruksi fisik.

 Melakukan kegiatan:

 Koordinasi dengan dinas provinsi dan instansi

pengelola/pemilik bangunan gedung;

 Survey dan inventarisasi kondisi bangunan gedung ybs;

 Pengendalian pekerjaan.

 Keluaran/produk kegiatan

 Bangunan gedung negara yang sesuai dengan

(39)

BAB IV - 39

 Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as

built drawings);

 Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat

pelaksanaan konstruksi;

 Dokumen pendaftaran sebagai bangunan gedung

negara.

Dukungan Prasarana dan Sarana Pusat Informasi

Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIPPB)

 Sasaran kegiatan

 Tersedianya pilot proyek Pusat Informasi

Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIPPB)

sebagai wadah pelayanan publik di ibukota provinsi

untuk dapat dikembangkan di kabupaten/kota lainnya

dalam rangka mendukung perwujudan bangunan

gedung yang fungsional, andal dan berjati diri.

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan.

 Merupakan pekerjaan konstruksi fisik;

 Melakukan kegiatan:

 Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan instansi

pengelola/pemilik bangunan gedung, termasuk

penyediaan lahan dan kontribusi pendanaan;

 Survey lahan dan/atau inventarisasi kondisi bangunan

gedung ybs;

 Menginventarisasi kebutuhan kelengkapan bangunan

gedung dan peralatannya;

 Pengendalian pekerjaan.

 Keluaran/produk kegiatan

 Bangunan gedung Pusat Informasi Pengembangan

Permukiman dan Bangunan (PIPPB) yang sesuai

(40)

BAB IV - 40

termasuk kelengkapan bangunan gedung dan

peralatannya;

 Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as

built drawings);

 Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat

pelaksanaan konstruksi;

 Dokumen pendaftaran sebagai bangunan gedung

negara.

2.Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

 Sasaran kegiatan

 Sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya

panduan rancang bangun suatu kawasan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui

Perwujudan kualitas lingkungan yang layak huni

(liveable), berjatidiri (imageable), dan produktif

(enduring).

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan berupa :

 RTBL merupakan pengaturan persyaratan tata

bangunan dan lingkungan sebagai tindak lanjut dari

RTRW Kabupaten/Kota dan atau RTDRKP, digunakan

dalam pengendalian pemanfaatan ruang suatu kawasan

dan sebagai panduan rancangan kawasan untuk

mewujudkan kesatuan karakter serta kuwalitas

bangunan gedung dan lingkungan yang berkelanjutan ;

 Pemantapan lokasi dan batas lokasi wilayah

perencanaan di setiap Kabupaten/Kota terpilih dan

melakukan kesepakatan dengan pemerintah

Kabupaten/Kota;

 Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di

(41)

BAB IV - 41

 Melakukan pengendalian produk konsultan berupa

naskah RTBL sesuai dengan substansi yang ada

didalam Pedoman Umum Penyusunan RTBL;

 Fasilitasi konsultasi dan pembahasan produk RTBL

dengan instansi terkait di tingkat propinsi dan

Kabupaten/Kota;

 Memfasilitasi Dinas yang membidangi Ke-Cipta

Karya-an untuk membuat kesepakatKarya-an dengKarya-an pemerintah

kabupaten/kota agar menindaklanjuti naskah RTBL

menjadi Peraturan Bupati/Walikota.

 Keluaran/produk kegiatan

 Naskah kajian akademis RTBL, yang minimal memuat :

ö Hasil identifikasi dan kajian teknis tentang latar

belakang permasalahan, pengalaman pemerintah

daerah terhadap penanganan kawasan/wilayah

yang menjadi obyek RTBL;

ö Hasil pelaksanaan kegiatan penyusunan RTBL

kawasan dan pelaksanaan strategi penanganannya,

serta hasil studi literatur yang terkait;

 Draft Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sesuai

dengan Pedoman Umum yang minimal memuat:

» Penetapan lokasi dan delineasi RTBL (disetujui Dinas

Teknis, Pemerintah Kota);

» Program Bangunan dan Lingkungan;

» Program Investasi;

» Rencana Umum (Design Plan);

» Rencana Detail (Design Guidelines);

» Administrasi Pengendalian Program dan Rencana;

» Arahan Pengendalian pelaksanaan;

 Draft Pengaturan Kepala Daerah berupa Draft Peraturan

(42)

BAB IV - 42 mengoperasionalkan muatan pengaturan RTBL yang

telah disusun;

 Kesepakatan untuk ditindak lanjuti dalam bentuk

program pelaksanaan dan pembiayaan;

Bantuan Teknis Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

 Sasaran kegiatan

 Tersedianya usulan penataan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) untuk satu kawasan di kabupaten/kota yang

terpilih, untuk mewujudkan kawasan kota yang nyaman

dan sehat.

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

 Pendataan Ruang Terbuka Hijau pada salah satu

kabupaten/kota terpilih;

 Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota atau

dinas yang menangani pembinaan RTH;

 Melakukan pengendalian pekerjaan konsultan dalam :

 Melakukan survey RTH yang ada dalam kabupaten/kota

terpilih;

 Melakukan kajian dan analisis;

 Menyusun rencana penataan RTH;

 Keluaran/produk kegiatan

 Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah

laporan identifikasi RTH, dan usulan penataannya

beserta sarana prasarananya dan indikasi arahan

pengembangannya;

Pembangunan Prasarana dan Sarana Peningkatan Lingkungan

Permukiman Kumuh dan Nelayan

 Sasaran kegiatan

 Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya fungsi

(43)

BAB IV - 43 kumuh dan nelayan sehingga mampu memberikan

dukungan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan

ekonomi;

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

 Penetapan jenis kegiatan dilakukan oleh masyarakat

melalui penyusunan Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL), Community Action Plan (CAP)

maupun rembug warga yang tertuang dalam PJM

pronangkis pada kegiatan penanggulangan kemiskinan

di perkotaan;

 Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam bentuk

prasarana dan sarana dasar, fasilitas penunjang dan

rehabilitasi prasarana dan sarana dasar yang telah ada;

 Diutamakan untuk dilaksanakan oleh masyarakat

dengan KSO (Kerja Sama Operasional) untuk pekerjaan

sederhana dengan pendampingan oleh konsultan;

 Penyediaan prasarana dan sarana serta dukungan

rehabilitasi fasilitas pelayanan sosial-ekonomi,

dilaksanakan dengan mempertimbangkan keberadaan

fasilitas serupa disekitar lokasi;

 Untuk hasil yang lebih optimal disarankan untuk

menterpadukan dan mengintegrasikan program

program prasarana dan sarana perkotaan ke kawasan

ini;

 Bentuk pekerjaan dapat berupa:

• Jalan Lingkungan/Jalan Setapak;

• Gorong-gorong;

• Saluran Lingkungan/Drainase;

• MCK Umum;

• Terminal Air/Hidran Umum/PS Air Bersih sederhana;

• Sarana persampahan;

(44)

BAB IV - 44

• Bangunan fasilitas umum lainnya;

 Keluaran/produk kegiatan

 Keluaran dari kegiatan ini adalah adalah tersedianya

prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman

kumuh dan nelayan yang mampu mendukung

masyarakat dalam peningkatan perkonomian dan

kesejahteraanya;

Pembangunan Prasarana dan Sarana Penataan Lingkungan

Permukiman Tradisional

 Sasaran kegiatan

 Sasaran kegiatan ini adalah tertatanya kembali

lingkungan permukiman tradisional/bersejarah sehingga

mampu memberikan dukungan peningkatan taraf hidup

dan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat yang

berada di dalamnya dalam rangka melestarikan budaya

lokal sebagai aset nasional.

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

 Pelaksanaan kegiatan di kawasan yang merupakan

kawasan strategis dan telah disusun RTRP-nya;

 Merupakan lokasi permukiman Tradisional dan atau

Bersejarah;

 Kabupaten atau Kota yang sedang berupaya melakukan

penataan dan perbaikan kawasan lingkungan

permukiman tradisionil dan bersejarah;

 Lokasi dapat berada atau tidak berada pada peruntukan

(45)

BAB IV - 45 Dalam hal tidak ada peruntukan perumahan perlu

dilakukan review terhadap rencana tata ruang atau

rencana turunannya;

 Masyarakat cukup kooperatif dan dapat menerima

masukan, perubahan sepanjang tidak mengganggu

tradisi dan budaya setempat;

 Dukungan dari Pemerintah Kabupaten dan atau Kota;

 Pelaksanaan fisik dilakukan setelah disusun Rencana

Tindak Revitalisasi Permukiman yang disusun bersama

masyarakat;

 Bentuk kegiatan berupa:

• Gerbang/Gapura;

• Balai karya; • Balai pertemuan;

• Jalan Lingkungan/Jalan Setapak;

• Gorong-gorong;

• Saluran Lingkungan/Drainase;

• MCK Umum;

• Terminal Air/Hidran Umum/PS Air Bersih sederhana;

• Sarana persampahan;

• Sarana penunjang ruang terbuka hijau;

• Talud;

• Sumur gali/bor; • Dermaga;

• Sarana dan prasarana lainnya yang terkait yang

dihasilkan melalui kesepakatan bersama masyarakat;

 Keluaran/produk kegiatan

 Keluaran dari kegiatan ini adalah adalah tersedianya

prasarana dan sarana dasar mendukung penataan

kembali lingkungan permukiman tradisional/bersejarah

(46)

BAB IV - 46

peningkatan kemampuan perekonomian dan

kesejahteraanya.

3. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan

Bantuan Teknis Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

 Sasaran kegiatan

 Sasaran kegiatan ini adalah tersalurkannya bantuan

langsung masyarakat program penanggulangan

kemiskinan di perkotaan serta meningkatnya pemahaman

masyarakat dan aparat pemerintah terhadap prinsip

dasar, kriteria, dan mekanisme penyaluran bantuan.

 Bentuk dan pelaksanaan kegiatan

 Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan

kegiatan penanggulangan kemiskinan di perkotaan agar

pelaksanaannya lebih efektif;

 Menserasikan pelaksanaan penanganan kemiskinan

secara nasional yang bertumpu pada keswadayaan dan

potensi lokal;

 Mengembangkan peran masyarakat, kelembagaan lokal,

kelembagaan terkait dan pemerintah daerah dalam

penanganan permasalahan kemiskinan;

 Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dan

pemerintah daerah dalam mengantisipasi dan menangani

permasalahan kemiskinan yang ada di wilayahnya.

 Keluaran/produk kegiatan

 Keluaran dari kegiatan ini adalah adalah meningkatnya

akuntabilitas dalam pelaksanaan kegiatan

penanggulangan kemiskinan di perkotaan

Paket dan Replikasi

 Pemberian Bantuan Penanggulangan Kemiskinan Terpadu

Gambar

Tabel 4.1 Perkiraan Volume Timbunan Sampah di Kabupaten Buru Selatan Tahun 2009 - 2029

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perkembangan pengolahan nilai MI Roudlotuzzahidin masih belum memaksimalkan sistem komputerisasi pegolahan datanya. Permasalahan yang dihadapi oleh MI

menggunakan ADT untuk Eclipse akan memudahkan kita dalam membuat aplikasi project android, membuat GUI aplikasi, dan menambahkan komponen- komponen yang lainnya,

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya serta nikmat kesehatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi

kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam. hubungan dengan orang

Nilai karakter rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan selalu berupaya mengetahui secara mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari. Rasa ingin tahu

paham, pandangan dan gerakan yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan kepada ajaran agama. Prinsip esensial dari sekularisme adalah menemukan perbaikan atau

didominasi sifat ekstravert rnemiliki intensitas yang relatif lebih tinggi dalam. penggunaan

Sebaliknya jika faktor protektif lebih rendah daripada faktor risiko maka besar kemungkinan individu tidak dapat atau memiliki kemampuan yang rendah untuk bangkit