• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KACANG TANAH

DI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Nur Hidayat

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

Jl. Stadion Maguwoharjo, Karangsari, Werdomartani, Ngemplak,Sleman, Yogyakart E-mai : nurhid 95@yahoo.com

ABSTRAK

Kacang tanah merupakan tanaman pangan sumber protein nabati yang banyak dibudidayakan di Yogyakarta baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Agribisnis kacang tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai prospek untuk dikembangkan mengingatsumberdaya lahan yang tersedia cukup luas, kondisi iklim yang cocok, teknologi budidaya kacang tanah cukup tersedia, sumberdaya manusia cukup terampil dalam usahatani serta pasar masih terbuka lebar bagi komoditas kacang tanah. Dalam upaya pengembangan agribisnis kacang tanah diDaerah Istimewa Yogyakarta perlu tiga strategi yang harus dilaksanakan yaitu: (1) pemanfaatan potensi lahan; (2) perbaikan harga jual; dan (3) perbaikan proses produksi.Tulisan ini merupakan hasil reviewdari beberapa literatur yang berkaitan dengan pokok bahasan.

Kata kunci : prospek, agribisnis, kacang tanah.

ABSTRACT

Agribusiness development on groundnut in special region of Yogyakarta. Groundnut is a food crop and source of protein cultivated in wet and dry land in Yogyakarta agribusiness of groundnut in Yogyakarta has a prospect to be for developed remembering that land resource available is quite extensive, climatic condition is suitable, technology of groundnut cultivation is available skill of human resource in the farm is sufficient, and market is still widely opened for groundnut in developing agribusiness of groundnut in Yogyakarta, three strategies are needed, i.e: (1) the utilization of land potency, (2) improvement of selling price, and (3) improvement of production process. This paper is the result of a review from some literature related to the subject. Keywords: prospect, agribusiness, groundnut.

PENDAHULUAN

Kebutuhan akan kacang tanah terus meningkat rata-rata setiap tahun berkisar 900.000 ton dengan produksi rata-rata setiap tahun 783.110 ton (87,01%). Volume impor rata-rata setiap tahun sekitar 168.000 ton. Areal panen kacang tanah di Indonesia pada tahun 2011 seluas 539.459 ha dan produksi yang dicapai sebesar 691.289 ton dengan produktivitas rata-rata 12,81 kw/ha. Sedangkan berdasarkan ARAM II 2012 BPS, terjadi peningkatan luas panen dan produksi sedangkan produktivitas kacang tanah menurun. Sasaran tahun 2012 luas panen seluas 651.500 ha dengan produktivitas 12,57 kw/ha dan produksi kacang tanah nasional 780.000 ton. (Ditjentan Pangan 2012).

Impor kacang tanah pada tahun 1984 mencapai 21.307 ton dan pada tahun 1993 menjadi 08.097 ton atau meningkat 17,6%/tahun. Produksi kacang tanah pada tahun 2000 mencapai 814.000 ton dan permintaan dalam negeri sebesar 1.018.100 ton sehingga terjadi defisit 214.120 ton (Erwidodo dan Saptana 1996; Gaybita 1996). Berda-sarkan data BPSproduktivitas nasional kacang tanah13,04 ton per ha dengan luas panen 539.459 ha dan produksi 691.289 ton (BPS, 2012).

(2)

Sampai dengan tahun 2011 peranan sektor pertanian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menyumbang produksi pangan nasional masih rendah yaitu sekitar 1,24% untuk padi, 1,99% untuk jagung dan 4,29% untuk kedelai (Statistik Pertanian DIY, 2012). Akan tetapi bila dilihat secara khusus di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, per-tanian mempunyai peranan yang sangat penting, dimana hasilnya mampu menyumbang sekitar 15,20% produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku tahun 2011. Berdasarkan data dari BPS DIY tahun 2012, menunjukkan di Daerah Istimewa Yogyakarta hanya tersedia lahan seluas 318.580 ha yang terdiri atas lahan sawah 56.491 ha dan lahan bukan sawah 169.397, bahkan dari tahun ke tahun terjadi peralihan fungsi lahan dari pertanian ke bukan pertanian.

Pada tahun 2011 luaspanen kacang tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta59.533 ha dengan produksi kacang tanah 64.084 ton dan produktivitas sebesar 10.76 ton/ha(BPS DIY, 2012). Review ini bertujuan untuk membahas tentang prospek pengembangan agribisnis kacang tanah khususnya diDaerah Istimewa Yogyakarta.

Perkembangan Produksi dan Impor Kacang Tanah

Kebutuhan kacang tanah nasional sampai saat ini sebagian masih dipenuhi dari impor karena produksi di dalam negeri belum mencukupi. Produksi kacang tanah tahun 2012 meningkat dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 7,59% dan selebihnya dipenuhi dari impor sebesar 125.636 ton. Perkembangan impor kacang tanah dari tahun 2002 – 2012 mengalami peningkatan sebesar 1,25% sedangkan produksi kacang tanah mengalami peningkatan hanya sebesar 0,48%. Perkembangan produksi dan impor 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi dan impor kacang tanah tahun 2002 – 2012.

Tahun Produksi (ton) Impor (ton)

2001 718.071 179.521 2003 785.526 126.720 2004 837.495 158.774 2005 836.295 131.050 2006 838.096 137.467 2007 789.089 175.001 2008 770.054 206.855 2009 777.888 142.392 2010 779.228 181.808 2011 691.289 251.748 2012 743.754 125.636*)

Keterangan : *) Keadaan sampai dengan bulan juni

Perkembangan Konsumsi Kacang Tanah

Nilai konsumsi kacang tanah berfluktuasi dengan rata-rata 3,27 kg/kapita/tahun, nilai konsumsi tertinggi terjadi pada tahun 2006 (3,38 kg/kapita/thn) dan terendah tahun 2002 (3,06 kg/kapita/thn). Perkembangan nilai konsumsi kacang tanah berdasarkan pola perhitungan Neraca Bahan Makanan/NBM sejak tahun 2001 terlihat pada Tabel 2.

(3)

Tabel 2. Perkembangan konsumsi kacang tanah tahun 2001 –2011. Tahun Konsumsi(Kg/Kap/Thn) *) 2001 3,28 2002 3,06 2003 3,20 2004 3,29 2005 3,30 2006 3,38 2007 3,30 2008 3,33 2009 3,25 2010 3,22 2011 3,24 Rerata 3,27

*) Neraca Bahan Makanan, 2011;

Sumber: Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian

Potensi Sumberdaya

Lahan dan air merupakan faktor produksi utama dalam melakukan budidaya tanaman, dengan berkembangnya pembanguan diluar sektor pertanian seperti disektorpariwisata, sektor perindustrian, sektor pendidikan, sektor kesehatan seperti berkembangnya rumah sakit dan bertambahnya penduduk setiap tahunnya maka luas lahan untuk pertanian semakin berkurang. Di lain pihak, ketersediaan lahan tetap bahkan untuk ketersediaan lahan semakin berkurang karena pengelolaan lingkungan yang kurang maka pengelolaan lahanuntukmemenuhi kegiatan pertanian dituntut untuk lebih efisien dan bijak sehingga penggunaannya harus benar-benar dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia terutama dalam menyediakan bahan pangan.

Dalam upaya mengembangkan agribisnis kacang tanah dukungan sumberdaya alam, yang meliputi sumberdaya lahan dan air, serta sumberdaya manusia dalam jumlah mau-pun kualitas yang memadai sangat dibutuhkan. Sumberdaya lahan yang dimanfaatkan sebagai areal pengembangan agribisnis kedelai tercermin dari luas panen. Untuk Daerah Istimewa Yogyakartaluas panen kedelai per kabupaten disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas panen kacang tanah per kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakartatahun 2011.

Kabupaten Luas panen(ha)

Kulonprogo 1.097 Bantul 3.205 Gunungkidul 49.619 Sleman 5.611 Kota 1

Sumber: BPSProvinsi DIY, 2012

Dari Tabel 3 terlihatbahwa Kabupaten Gunungkidul mempunyai luas panen terbesar yaitu 49.619 ha sedangluas panen terkecil di Kotamadya Yogyakarta sebesar 1 ha.

(4)

Per-kembangan luas panen, produktivitas dan produksi kedelai dari tahun 2007–2011

disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas panen, produktivitas dan produksi kacang tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta

tahun 2007–2011. Tahun No. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 1. Luas(ha) 66.527 64.087 62.539 58.780 59.533 2. Produktivitas(ton/ha) 8,52 9,87 10,54 10,02 10,76 3. Produksi(ton) 56.667 63.240 65.893 58.918 34.670

Sumber: BPSProvinsi DIY 2012.

Dari Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa perkembangan produksi kacang tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama kurun waktu 5 tahun(2007–2011) mengalamipenurunan, hal

tersebut disebabkanolehpenurunan luas panen dan juga kemungkinan karena rendahnya insentif/nilai tambah yang diperoleh dibandingkan dengan komoditas tanaman lainnya.

Kendala pengembangan agribisnis kacang tanah

Kendala produksi kacang tanah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi kendala biofisik, teknis, sosial, ekonomi, dan kebijakan. Kendala biofisik berkaitan dengan masalah lahan atau jenis tanah, pola tanam, dan gangguan organism pengganggu tana-man (OPT). Jenis tanah yang beragam menunjukkan variasi karakteristik tanah yang sekaligus mencerminkan kendala dan tingkat produktivitas kacang tanah. Keragaman jenis lahan atau agroekologi mencerminkan dinamika gangguan OPT serta pola tanam. Pola tanam lebih ditentukan oleh neraca air musiman atau secara umum oleh iklim suatu wila-yah. Secara teknis, permasalahan pada system produksi tanaman meliputi: (1) penyiapan lahan dan kesuburan tanah; (2) pengairan; (3) teknik budi daya; (4) penggunaan varietas unggul; (5) pengendalian OPT; dan (6) pascapanen. Penyiapan lahan dan pengelolaan kesuburan tanah meliputi berbagai tindakan, yaitu: (1) pengolahan tanah; (2) perbaikan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun hayati; (3) pengendalian erosi tanah; (4) perbaikan kekahatan dan ketimpangan hara; (5) pengendaliankeracunan hara atau logam lain;(6) netralisasi kegaraman; (7) mengatasi krisis bahan organik tanah; (8) pengendalian panen hara yang berlebihan; dan (9) pengaturan pola tanam dan pergiliran tanaman. Secara sosial, proses produksi tanaman palawija melibatkan jutaan petani gurem dengan luas lahan yang relatif sempit dan kemampuan terbatas. Penyebaran sentra produksi palawija yang tidak merata menyulitkan dalam distribusi dan pengendalian harga (Rasahan 1999). Luas kepemilikan lahan yang sempit dengan ragam keinginan tanam yang tinggimenyebabkankonsolidasi lahan (hamparan) menjadi satu unit sistem produksi berskala komersial sulit diwujudkan. Tempat tinggal atau domisili petani pemilik lahan yang terpencar menyebabkan konsolidasikelompok petani untuk tujuan pembinaan sulit dilakukan. Kualitas sumber daya petani yang beragam dalam penguasaan iptek juga menghambat proses alih teknologi sehingga kualitas produk yang dihasilkan beragam dan menyulitkan pemasaran. Nilai ekonomi komoditas palawija kurang menarik petani untuk melakukan intensifikasi budi daya. Pemberdayaan lahan pada sektor nonpertanian yang menjanjikan imbalan nilai ekonomi lebih tinggi telah mendorong alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan pertanian di Jawa untuk pemukiman dan industri pada tahun 1994–1999

(5)

2003). Alih fungsi lahan paling luas terjadi di Jawa Barat (79,41%), Jawa Timur (17,01%), Jawa Tengah (2,69%), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (0,89%).

Strategi Pengembangan Agribisnis Kacang Tanah

DI

Yogyakarta

Produktivitas kacang tanahdi provinsi DIY pada tingkat petani masih relatif rendah berkisar antara 8–10 ton/ha sementara produktivitas kacang tanah ditingkat nasional 12,8 ton/ha.Peluang peningkatan produksi kacang tanah di DIY masih memungkinkan melalui peningkatan produktivitas di tingkat petani. Untuk peningkatan produksi dan produktivitas kacang tanah di Provinsi DIY memerlukan beberapa strategi antara lain yaitu (1) pemanfaatan potensi lahan; (2) perbaikan harga jual; dan (3) perbaikan proses produksi.

Pemanfaatan Potensi Lahan

Pemanfaatan potensi lahan yang tersedia untuk mendukung peningkatan produksi kacang tanah antara lain dapat dilakukan dengan penanaman kacang tanah sebagai tanaman utama ataupun sebagai tanaman sela, di antaranya penanaman kacang tanah secara tumpang sari dengan ubikayu, kelapa sawit, kelapa, atau tanaman tua lainnya.

Perbaikan Harga Jual

Salah satu faktor pendorong agar petani berminat untuk membudidayakan kacang tanah adalah harga jual. Harga jual yang rendah di tingkatpetani menyebabkan petani enggan untuk mengusahakan kacang tanah. Untuk itu pemerintah hendaknya mengusa-hakan agar harga jual kacang tanah dapat diperbaiki dengan harga menguntungkan petani.

Perbaikan Proses Produksi

Proses produksi yang mampu memberikan produktivitas tinggi, efisien, dan berkelan-jutan yakni melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Menurut Balitkabi (2008), PTT adalah salah satu pendekatan dalam usahatani yang bertujuan untuk mening-katkan produktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkungan produksi. Dalam implementasinya, PTT mengintegrasikan komponen teknologi pengelolaan lahan, air, tanaman, dan organisme pengganggu tanaman (LATO) secara terpadu.

KESIMPULAN

Agribisnis kacang tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai peluang untuk dikembangkan mengingatsumberdaya lahan yang tersedia cukup luas, kondisi iklim yang cocok, teknologi budidaya kacang tanah cukup tersedia, sumberdaya manusia cukup terampil dalam usahatani serta pasar masih terbuka lebar bagikomoditas kacang tanah. Dalam upaya pengembangan agribisnis kacang tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta perlu 4 strategi yang harus dilaksanakan yaitu: (1) pemanfaatan potensi lahan (2) perbaik-an harga jual; dperbaik-an (3) perbaikperbaik-an proses produksi.

DAFTAR

PUSTAKA

(6)

dan Kacang Hijau Tahun 2010–2014).

Husodo, S.Y. 2003. Membangun kemandirian di bidang pangan. Suatu kebutuhan bagi Indonesia. Artikel Tahun II No. 6. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Jakarta. 15 hlm. Erwidodo dan Saptana. 1996. Prospek harga dan pemasaran kacangtanah di Indonesia. hlm.

21–40. Dalam N. Saleh,K.Hartojo H., Heriyanto, A. Kasno, A.G.Manshuri, dan A. Winarto

(Ed.). Risalah Seminar Nasional Prospek Pengembangan Agribisnis Kacang tanah di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian,Malang. Rasahan, C.A. 1999. Kebijakan pembangunan pertanian untuk mencapai ketahanan pangan

berkelanjutan. hlm. 1-11. Dalam A.K. Makarim, S. Kartaatmadja, J. Soejitno, S. Partohardjono,dan Suwarno (Ed.). Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Konsep dan Strategi Peningkatan Produksi Pangan. Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV, 22-24 November 1999. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Subandi. 2007. Lima strategi pengembangan kedelai. Koran Sinar Tani Edisi 30 Mei–5Juni

Gambar

Tabel 1. Produksi dan impor kacang tanah tahun 2002 – 2012.
Tabel 3. Luas panen kacang tanah per kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011
Tabel 4.    Luas panen, produktivitas dan produksi kacang tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Pasal 25 ayat (6) Peraturan Bawaslu Nomor 8 tahun 2018 menyatakan bahwa syarat formil laporan dugaan pelanggaran administratif pemilu meliputi identitas

Kemampuan peserta tes (θ) setiap peserta didik dapat dikategorikan dalam lima predikat, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Interval kemampuan peserta

Itulah tips tentang cara memutihkan wajah secara alami, buat kamu yang ingin mencerahkan kulit wajah dengan produk dari tiens ayo hubungi aku

Berdasarkan pengukuran salinitas di perairan laut Paya Kundur yang dilakukan s ecara vertikal (permukaan, tengah, dan dasar) pada saat surut yaitu 31 ‰ dan pada saat pasang

Permasalahan dan tujuan penulisan artikel, untuk menganalisis mengenai perkembangan dan pertumbuhan Hukum Islam sebagai hukum yang tidak tertulis, yang dituangkan dalam bentuk

NO   PROSES/LANGK  AH APA YANG MUNGKIN GAGAL PENYEBAB KEGAGALAN EFEK  KEGAGALAN TERHADAP PASIEN SOLUSI   INDIKATOR KEBERHASILAN WAKTU EVALUASI 1 Pen!erahan hasil

Dari kelebihan dan kekurangan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SFE menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik daripada model konvensional pada

[Koreksi aritmatik untuk penawaran kontrak lump sump yang melampirkan daftar kuantitas dan harga hanya dilakukan untuk menyesuaikan volume pekerjaan yang tercantum