• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V GAMBARAN UMUM PROGRAM PMUK DI KABUPATEN PELALAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V GAMBARAN UMUM PROGRAM PMUK DI KABUPATEN PELALAWAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

GAMBARAN UMUM PROGRAM PMUK DI KABUPATEN PELALAWAN

5.1. PMUK dan Proses Bergulir PMUK 5.1.1. Latar Belakang PMUK

Pada tahun 1998 terjadi peralihan dari KUT ke KKP, dari peralihan tersebut maka terjadi kelangkaan modal. Untuk itu pemerintah membuat program Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) melalui bantuan modal langsung kepada petani yang lebih dikenal dengan Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM).

Pola BPLM memberi kebebasan kepada petani (kelompok tani) yang hampir tidak terbatas dalam menggunakan bantuan dana usahatani yang produktif. Bantuan Pinjaman Langsung (BPLM) adalah memberikan pinjaman sejumlah dana penguatan modal kerja kelompok tani yang disalurkan langsung ke rekening kelompok tani, dana ini dikelola secara terorganisasi dengan azas kebersamaan untuk usaha produktivitas.

5.1.2. Dasar Hukum Pelaksanaan PMUK

Adapun sebagai dasar pelaksanaan dari kegiatan Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) ini adalah :

1. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2004 Nomor : 107.0/18-04.1/IV/2005 tanggal 1 Januari 2004.

2. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja TA. 2004 Rincian Kegiatan dan Keluaran tanggal 5 April 2004.

(2)

3. Pedoman Umum Pelaksanaan Pengembangan Agribisnis Hortikultura Tahun 2004.

4. Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Tenis Program PMUK melalaui BPLM Tahun 2004.

5. Surat edaran dari Direktorat Jenderal Anggaran Departemen Keuangan No. SE.91/A/2002 tanggal 11 Juni 2002 tentang tata cara penyaluran dana Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat kepada kelompok tani.

5.1.3. Maksud dan Tujuan PMUK

Dalam rangka upaya pemberdayaan petani dengan menggunakan pendekatan kelompok usaha bersama dalam skala usaha ekonomis dan dikelola dengan manajemen yang tepat, diharapkan petani dapat langsung memanfaatkan dana BPLM yang tersedia / dialokasikan melalui satker Propinsi dan Kabupaten. Adapun tujuan dari dilaksanakannya program PUMK melalui BPLM yaitu :

1. Meningkatkan produksi dan produktivitas (on-farm) serta mendukung ketahanan pangan.

2. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani/kelompok tani.

3. Mendorong membangun ekonomi pedesaan melalui pemberdayaan kelembagaan tani, penguatan permodalan dan mengembangkan kemitraan.

5.1.4. Langkah-Langkah Operasional PMUK melalui pola BPLM A. Tahap Persiapan

a. Sosialisasi

Sosialisasi Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) ke lokasi atau wilayah dilakukan agar bantuan langsung masyarakat melalui penyaluran KPPN benar-benar dimengerti dan dipahami prosedur / prosesnya oleh petani sehingga pencaiaran dan pengembalian dana dapat berjalan lancar.

Sosialisasi dapat dilakukan oleh petugas Kabupaten, Kecamatan dan Desa melalui kunjungan penyuluhan dan pelatihan.

(3)

Identifikasi lokasi/wilayah binaan dan petani penerima Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) yaitu dengan melakukan observasi lapangan untuk mengetahui dan menetapkan lokasi dan petani calon penerima BPLM yang tepat. Persyaratan lokasi yaitu :

1. Sesuai dengan agroklimat komoditi yang dikembangkan dan merupakan sentra produksi pengembangan komoditi tertentu.

2. Lahan tidak bermasalah (tidak rawan banjir, kekeringan serta gangguan hama / penyakit.

3. Tidak tumpang tindih dengan kegiatan lain.

4. Diutamakan lokasi yang sehamparan / lebih dalam satu kawasan binaan Balai Penyuluh Pertanian.

5. Lokasi strategis mudah dijangkau dan dibina

c. Pelatihan Petugas

Pelatihan petani / petugas dimaksud untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai pelaksanaan pencairan dan pengembalian dana BPLM sehingga memiliki rasa tanggung jawab dan kesungguhan dalam melaksanakan dan membina serta memberdayagunakan calon penerima BPLM melalui pendekatan yang saling asah, asuh dan asih.

B. Tahap Pelaksanaan

1. Persyaratan petani penerima dana BPLM yaitu :

a) Terdaftar sebagai anggota kelompok tani atau kelompok yang baru dikukuhkan.

b) Menggarap sendiri lahannya (petani pemilik) atau menggarap lahan orang lain. (petani penggarap). Apabila penggarap diperlukan surat kuasa dari pemilik lahan diketahui oleh Kepala Desa setempat.

c) Berumur sekurang-kurangnya 18 tahun atau sudah menikah.

d) Petani adalah penduduk tetap suatu wilayah yang dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan lain dari desa setempat.

e) Petani mau, mampu dan bersedia mengikuti petunjuk / pembinaan petugas Propinsi.

(4)

f) Petani tidak mempunyai tunggakan kredit pada saat menerima BPLM.

g) Petani bersedia mengikuti pertemuan kelompok dan bersedia melaksanakan kegiatan yang ditetapkan kelompok.

2. Penyaluran / Pencairan dana BPLM

Penyaluran dana dilakukan melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat dengan tata cara pembayaran langsung (LS) yaitu pemindahan bukuan (transfer) dari dana rekening Kas Negara ke rekening Ketua kelompok tani pada kantor cabang / unit bank penyalur / kantor Pos.

a. Tata Cara Penyaluran Dana.

- Rencana Usaha Kelompok ( RUK ) disahkan / ditandatangani ketua kelompok dan dua anggota kelompok.

- Ketua kelompok membuka rekening tabungan pada kantor cabang / unit BRI/Bank Pos atau Bank lain terdekat dan memberitahukan kepada PUMK yang ditunjuk oleh Dinas Kabupaten.

- Ketua kelompok mengusulkan RUK setelah diverifikasi oleh penyuluh pertanian yang telah disetujui oleh ketua tim teknis, kepada Kepala Satuan Kerja (satker) melalui pengendali kegiatan yang berada di Propinsi.

- Kepala Satuan Kerja (Saker) melalui pengendali kegiatan meneliti rencana usaha kelompok dari masing-masing kelompok yang akan dibiayai, selanjutnya membuat dan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) kepada KPPN.

Pencairan dana pada kantor cabang / Unit BRI / Bank Pos atau Bank lain terdekat dilakukan sebagai berikut :

1. Berdasarkan RUK yang telah disepakati kelompok, ketua kelompok dapat mengajukan permintaan penarikan dana yang disetujui oleh ketua tim teknis. 2. Jumlah dana yang ditarik sesuai dengan kebutuhan dan sesuai jadwal

pemanfaatannya.

3. Tim teknis bertanggung jawab atas pencairan dana dari cabang / unit Bank tersebut dari pemanfaatan penggunaan dananya.

(5)

Pengendalian dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan pemberdayaan masyarakat agribisnis melalui penguatan modal usaha kelompok. Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh tim teknis Kabupaten / Kota, Tim pembina Propinsi dan Pusat. Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran Satker Propinsi / Satker Kab / Kota. Proses pengendalian disetiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-masing instansi.

Pengawasan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, sehingga diperlukan penyebarluasan informasi kepada pihak yang terkait seperti penyuluh pertanian, pengurus kelompok, anggota kelompok, tokoh masyarakat, KTNA, LSM, aparat instansi didaerah perangkat pemerintah mulai dari Desa sampai ke Kecamatan, anggota lembaga legislatif dan lembaga lainnya.

D. Pemanfaatan dan Pengembalian Dana BPLM 1. Pemanfaatan Dana BPLM

Dana yang disalurakan ke petani / kelompok tani merupakan penguatan modal untuk terus dipupuk menjadi dana penguatan modal kelompok untuk membangun usaha kelompok secara berkelanjutan. Dengan demikian petani harus mengembalikan dengan cara jangka waktu dan tingkat bunga yang telah disepakati dengan mempertimbangkan keuntungan dan kelanjutan usaha dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing kelompok minimal 3 tahun, maksimal 5 tahun setelah penguatan modal kelompok betul-betul mampu.

Bantuan Pinjaman Langsung tersebut diberikan kepada petani/kelompok tani dalam bentuk uang ditransfer ke rekening / tabungan kelompok tani dan akan dipergunakan untuk penguatan modal usaha dan pengembangan sumberdaya manusia serta :

• Pengadaan benih/bibit tanaman pangan dan hortikultura. • Pupuk organik anorganik dan pupuk alternatif lainnya • Pestisida dan obat-obatan lainnya

• Alat dan mesin pertanian, pengelolaan hasil dan sarana lainnya.

Dana yang disalurkan kepada kelompok merupakan penguatan modal yang perlu dipupuk menjadi modal kelompok dan selanjutnya digulirkan kepada kelompok lain yang ditunjuk setelah usaha kelompok yang bersangkutan mandiri.

(6)

Dengan demikian anggota kelompok harus mengembalikan dengan cara / pola pengembalian, jangka waktu waktu dan tingkat bunga yang disepakati dengan mempertimbangkan keuntungan dan kelanjutan usaha dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing kelompok.

Pemanfaatan dana kelompok untuk modal usaha direncanakan bersama secara transparan oleh kelompok difasilitasi oleh pendamping pemanfaatan dana kelompok untuk pengadaan saprotan dilaksanakan oleh kelompok secara langsung tanpa lelang/tender. Pengadaan tersebut dilakukan secara transparan dengan jenis dan jumlah sarana produksi yang dibutuhkan oleh kelompok. Penyaluran sarana produksi (natura) kepada anggota dilegimitasi dengan berita acara serah terima barang. Pengurus kelompok membukukan seluruh aktivitas penarikan dana, pembelanjaan dan penyerahan barang kepada anggota kelompok..

2. Cara Pengembalian Dana BPLM

Mekanisme pengembalian dana BPLM untuk tanaman sayuran diatur dalam kelompok dengan waktu 1 (satu) tahun sudah mulai mengembalikan sedangkan jangka waktunya diatur oleh musyawarah kelompok juga. Untuk pergulirannya diatur juga oleh kelompok paling lambat tahun ke III dana BPLM sudah mulai digulirkan. Pengembalian dana BPLM / Penguatan modal dilaksanakan sendiri oleh petani yang bersangkutan dan disetorkan ke Rekening kelompok.

5.2. Kriteria Penerima PMUK

Kriteria penerima PMUK di Kabupaten Pelalawan adalah sebagai berikut:

1. Kelompok usaha yang sanggup dan mampu menerapkan Budidaya baik dan benar /Good Agriculture Practice (GAP) Standar Operasional Prosedur (SOP) atau menjadi peserta aktif dalam penerapan Manajemen Rantai Pasokan atau Suppy Chain Management (SCM), yaitu kelompok tani yang telah menjalin kemitraan usaha.

(7)

2. Kelompok usaha pertanian yang sudah ada minimal tiga tahun dan aktif, bukan merupakan bentukan baru, dapat dipercaya serta mampu mengembangkan usaha melalui kerjasama kelompok.

3. Kelompok yang bersangkutan belum pernah mendapat penguatan modal, BLM, BPLM atau fasilitasi dari kegiatan lain pada saat yang bersamaan atau pada tahun-tahun sebelumnya.

4. Kelompok yang bersangkutan tidak bermasalah dengan perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya.

5. Anggota kelompok adalah pelaku usaha yang berpotensi dan berminat menjadi penggerak dalam mendorong perkembangan usaha agribisnis hortikultura secara luas.

6. Anggota kelompok memiliki kesulitan dalam mengakses sumber permodalan komersial.

5.3 . Keadaan Umum Responden

Pada keadaan umum responden ini dapat dijelaskan beberapa variabel antara lain umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas garapan dan status pemilikan lahan.

Umur rata-rata petani responden adalah 45 tahun untuk petani. Kondisi umum petani kelihatannya tidak berbeda jauh, dan pada tingkat umur produktif ini petani masih dapat diharapkan untuk berbuat lebih baik dalam inovasi teknologi, lebih dinamis dan lebih responsif terhadap tantangan yang datang. Pada umur ini petani juga masih memiliki tenaga yang lebih kuat. Dengan demikian apabila ditinjau dari kegiatan petani maka penetapan petani peserta program dapat dikatakan sudah tepat.

Namun demikian apabila dilihat dari tingkat pendidikan petani responden rata-rata hanya tamat SD, dimana rata-rata lamanya mengikuti pendidikan untuk petani peserta program PMUK adalah 9 tahun. Kondisi ini sesuai dengan kondisi umum masyarakat di Propinsi Riau dimana kurang lebih 60 % penduduknya hanya berpendidikan sampai dengan tamat SD. Kondisi tingkat pendidikan yang relatif rendah ini menyebabkan perobahan pola pikir melalui program

(8)

pembangunan akan berjalan lambat, karena pada umumnya orang yang berpendidikan rendah akan lambat dalam pengambilan keputusan.

Jumlah tanggungan keluarga petani responden rata-rata adalah 5 orang (jiwa) hal ini menandakan jumlah anggota keluarga tidak begitu besar. Dan ini juga menunjukkan bahwa masih ada tersedia sumber tenaga kerja dalam keluarga untuk melaksanakan usahataninya.

Luas lahan garapan untuk petani responden peserta program PMUK adalah rata-rata 0,47 ha. Dan sebagian besar 86,67 % dari petani peserta program PMUK status lahannya adalah pinjaman. Terhadap peminjaman lahan tersebut petani penggarap tidak memberikan kompensasi apapun kepada pemilik lahan. Tentang keadaan umum petani responden untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Keadaan Umum Petani Sampel

Program PMUK No Uraian

(Rataan)

1 Umur (tahun) 45

2 Tingkat pendidikan (tahun) 9

3 Jumlah tanggungan keluarga (jiwa) 5

4 Luas lahan garapan (ha) 0.47

5 Status lahan

a. Milik (%) 13,33

b. Sewa (%) 0,00

c. Pinjam (%) 86,67

Sumber : Data primer

Dari angka-angka yang didapatkan dari keadaan umum petani responden dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani sayuran peserta program PMUK adalah petani kecil atau buruh tani yang berusaha tani dengan meminjam lahan orang lain.

Status lahan pinjaman ini menyebabkan keberlanjutan program sulit dipertahankan, karena jangka waktu pemanfaatan lahan pinjaman untuk 2-3 tahun.

(9)

Setelah itu akan diminta kembali oleh pemilik lahan. Dan petani sayuran akan pindah untuk mencari lahan baru . Relatif tidak definitifnya lahan sayuran ini menyebabkan sulitnya pembinaan melalui kelompok tani dan akan menghambat peningkatan kesejahteraan petani yang bersangkutan.

Dengan kondisi petani yang sangat rentan ini maka pengembangan kehidupan petani sayuran peserta program PMUK akan sulit dipertahankan, karena salah satu prinsip dasar dari kegiatan pengembangan masyarakat adalah dengan adanya faktor kepemilikan (ownership)

Menurut pendapat Tonny (2006), salah satu dasar dari pengembangan masyarakat adalah adanya kepemilikan komunitas. Kepemilikan tersebut menjadi aspek penting dalam membantu menciptakan identitas dan memberikan alasan untuk aktif dalam program pengembangan masyarakat dan mengefisienkan sumberdaya. Petani kecil akan sangat sulit mencapai efisiensi pemanfaatan sumberdaya yang dimilikinya, karena skala usaha yang dimiliki sangat kecil, dengan demikian penambahan modal yang besar akan menciptakan pemborosan.

5.4 . Pendapatan Keluarga Petani Responden

Pendapatan keluarga petani responden dihitung dari dua sisi yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.

1. Pendapatan dari sisi penerimaan

Pendapatan dari sisi penerimaan berasal dari tiga sumber yaitu pendapatan usaha tani sayuran, pendapatan usaha tani lainnya, dan pendapatan non usaha tani. Pendapatan keluarga petani dengan program PMUK dan keluarga petani tanpa program PMUK dapat dilihat dari Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Pendapatan Keluarga Petani Program PMUK dan Non Program PMUK (Luas Lahan Garapan Rata-Rata 0,47 Ha)

Non Program PMUK Program PMUK No Uraian (Rp) (Rp) 1 Pendapatan usaha tani utama 3.930.491,67 2.021.000,00

Pendapatan usaha tani lainnya 2

(10)

lainnya 1

b. Pendapatan usaha tani lainnya 2

1.170.200,00 193.333,33

c. Pendapatan usaha tani lainnya 3

58.000,00 46.667,00

3 Pendapatan non usaha tani 11.102.000,00 7.606.667,00 Total Pendapatan 18.676.225,00 11.037.000,66 Pendapatan per kapita 4.313.215,94 3.065.833,52 Sumber : Data primer

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa total pendapatan keluarga petani responden yaitu keluarga petani dengan program PMUK sebesar Rp 18.676.225 dengan sumber pendapatan terbesar berasal dari pendapatan non usaha tani. Sementara, rataan pendapatan per kapita peserta program PMUK sebesar Rp. 4.313.215,94. Bila dibandingkan dengan keluarga petani non program PMUK, maka dapat dilihat bahwa pendapatan petani dengan program PMUK lebih besar dibanding dengan non program PMUK. Selisih pendapatan per kapita antara petani program PMUK dengan petani non program PMUK yatiu sebesar Rp 1.247.382. Hal tersebut mengindikasikan bahwa program PMUK memang memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga petani. Pendapatan dari sisi pengeluaran

Perhitungan pendapatan dari sisi pengeluaran adalah dengan menghitung pengeluaran keluarga petani responden selama setahun untuk keperluan makanan, pendidikan, kesehatan, pakaian, energi dan listrik, dan lain-lain. Besarnya rataan pengeluaran keluarga petani dalam satu tahun untuk petani peserta program PMUK adalah pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengeluaran Keluarga Petani Responden (Rp/Tahun)

No Uraian Jumlah (Rp/Tahun)

1 Makanan/minuman Rp 9.279.213

2 Pendidikan Rp 3.807.667

3 Kesehatan Rp 450.667

(11)

5 Listrik Rp 1.241.600 6 Telekomunikasi Rp 592.000 7 Transportasi Rp 1.935.333 8 Sosial Rp 230.133 9 Pemeliharaan rumah Rp 146.667 10 Pajak (PBB) Rp 17.200 11 Pembayaran hutang Rp 763.333 12 Jumlah Rp 19.284.480 13 Per kapita Rp 4.453.690

Sumber : Data primer

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa ada perubahan dalam pendapatan berdasarkan perhitungan pengeluaran petani peserta program. Berdasarkan tabel di atas, bahwa pendapatan dari sisi pengeluaran yaitu sebesar Rp 4.453.690. Bila dibandingkan antara Tabel 10 dan 11, maka pendapatan dari sisi pengeluaran lebih besar dibading pendapatan dari sisi penerimaan. Jika selisih pendapatan dengan pengeluaran surplus akan menjadi tabungan. Namun, kondisi di atas mengindikasikan bahwa terjadi defisit pada keluarga petani responden yaitu sebesar Rp 140.474 dimana jika defisit maka petani tersebut akan mengusahakan sumber pembiayaan lain seperti pinjaman koperasi, perbankan, atau kepada pedagang pengumpul.

5.5 . Kepemilikan kekayaan (aset) keluarga petani responden

Kepemilikan kekayaan (aset) keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.

Tabel 12. Kepemilikan Kekayaan (Asset) Keluarga Petani Responden

No Uraian Jumlah Responden Nilai

(orang) (Rp) 1 Ternak a. Besar 3 Rp 36.000.000 - Sapi - Kerbau

(12)

b. Kecil 2 Rp 4.500.000 - Kambing - Kibas 2 Kendaraan a. Sepeda 4 Rp 850.000 b. Sepeda motor 11 Rp 111.500.000 c. Mobil 3 Alat a. Traktor b. Genset 2 Rp 5.000.000 c. Pompa Air 7 Rp 11.250.000 4 TV 5 Rp 14.600.000 5 Radio 5 Rp 1.020.000 6 Kulkas 2 Rp 3.300.000 7 Perhiasan 3 Rp 7.500.000 8 Kebun 6 Rp 526.000.000 9 Dan Lain-Lain 3 Rp 6.000.000 10 Total Rp. 727.520.000

11 Asset per keluarga Rp. 48.501.333 Sumber : Data primer

Apabila dilihat dari tabel di atas ternyata hanya 3 responden (20%) yang memiliki ternak besar dan 2 responden yang memiliki ternak kecil. Pada umumnya untuk transportasi petani responden telah memiliki sepeda atau sepeda motor. Dari kondisi kekayaan responden di atas dapat pula digambarkan hanya 30% responden memliki TV dan radio, hanya 2 responden yang memiliki kulkas.

Aset yang terbanyak dimiliki adalah kebun, kemudian diikuti dengan kendaraan bermotor. Namun, jika dilihat dari keseluruhan maka asset per keluarga yaitu sebesar Rp 48.501.333.

5.6 . Kondisi rumah tempat hunian responden

Kondisi rumah tempat hunian responden sebagian besar adalah rumah sangat sederhana dan rumah semi permanen. Hanya 13% petani peserta program BPLM/PMUK yang menghuni rumah permanen. Rumah tempat hunian petani

(13)

penerima PMUK dengan rataan luas rumah 38,27 m dengan kondisi Sangat Sederhana 40 persen Semi Permanen 46,70 persen dan Permanen 13,30 persen.

5.7 . Persepsi (pendapat) petani responden tentang program PMUK/BPLM

Persepsi petani responden terhadap program adalah sebagai berikut : Tabel 13. Persepsi (pendapat) petani tentang program BPLM/PMUK

Jawaban (%) No Uraian

Y T 1 Program dapat meningkatkan pendapatan usaha tani 66,67 33,33 2 Program berdampak terhadap penambahan asset (kekayaan) 46,67 53,33 3 Bimbingan teknis oleh Dinas/PPL telah terlaksana dengan baik 86,00 14,00 4 Program PMUK bermanfaat bagi petani peserta 100,00 0,00 5 Program berdampak positif terhadap aktifitas kelompok tani

(pertemuan kelompok, rencana kegiatan kelompok)

93,33 6,67

Sumber : Data primer

Berdasarkan data diatas, persepsi petani responden dapat dilihat sebagai berikut :

1. Program PMUK ternyata dapat meningkatkan pendapatan usaha tani bagi peserta program. Sebanyak 66,67 responden menjelaskan bahwa terjadi peningkatan pendapatan usaha tani. Pendapatan usaha tani meningkat disebabkan karena adanya peningkatan produksi dan produktivitas hasil. Hal tersebut juga diperkuat dengan fakta bahwa terjadi peningkatan pendapatan usaha tani jika mengikuti program PMUK yaitu sebesar Rp 1.909.491.

2. Program PMUK ternyata kurang memperlihatkan dampak yg cukup berarti terhadap penambahan aset (kekayaan) petani penerima program. Hal ini terlihat dari tanggapan responden yang menyatakan bahwa tidak adanya dampak penambahan aset dari program PMUK sebanyak 53,33 persen dibandingkan 46,67 persen yang menyatakan ada penambahan aset.

(14)

3. Petani penerima program PMUK menyatakan bahwa bimbingan teknis oleh Dinas/PPL terlaksana dengan baik. 86 persen responden menyatakan bahwa bimbingan teknis dari Dinas/PPL terlaksana dengan baik, hanya 14 persen saja yang menyatakan tidak.

4. Seluruh responden menyatakan bahwa program PMUK bermanfaat bagi petani peserta. Seluruh responden (100 persen) menyatakan bahwa program PMUK bermanfaat bagi mereka.

5. Program PMUK juga dinilai berdampak positif terhadap aktivitas kelompok tani oleh reponden. 93,33 persen responden menyatakan bahwa manfaat program juga berdampak pada aktivitas kelompok tani, hanya 6,67 persen yang menjawab tidak bermanfaat.

5.8 . Tingkat kesejahteraan petani responden

Tingkat kesejahteraan petani responden berdasarkan kriteria Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.

Tabel 14. Klasifikasi Tingkat Kesejahteraan Petani Responden Berdasarkan Kriteria BKKBN

No Uraian Jumlah Responden %

1 Pra sejahtera

2 Sejahtera I 2 13,33

3 Sejahtera II 5 33,33

4 Sejahtera III 4 26,67

5 Sejahtera III plus 4 26,67

Sumber : Data primer

Dari tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa sebagian petani responden termasuk kriteria keluarga sejahtera I sampai dengan sejahtera II (46,67%), dan sebagiannya lagi telah masuk kepada kriteria keluarga sejahtera III dan III plus (53,33%). Hal ini berarti bahwa petani peserta program tersebut telah memenuhi kebutuhan dasar keluarganya.

(15)

5.9 . Mekanisme Pemberdayaan Kelompok

Penguatan modal kelompok merupakan salah satu bentuk fasilitas dalam mengatasi keterbatasan modal. Prinsip dasar mekanisme pemberdayaan kelompok di Kabupaten Pelalawan adalah :

1. Fasilitas penguatan modal kepada kelompok merupakan stimulan dalam pendukung usaha kelompok, sedangkan motor penggerak utama pengembangan usaha kelompok adalah kemauan dan kemampuan kelompok itu sendiri.

2. Fasilitas penguatan modal merupakan dana pinjaman yang wajib dipupuk dan digulirkan atau dikelola melalui Lembaga Keuangan Mikro pedesaan.

3. Besarnya fasilitas penguatan modal disesuaikan dengan tahapan kebutuhan pengembangan usaha kelompok, yang dituangkan dalam proposal atau rencana usaha kelompok.

4. Dana penguatan modal usaha kelompok dipergunakan untuk kegiatan usaha agribisnis on farm, off-farm dan non farm.

5. Pengembangan usaha kelompok diarahkan untuk menumbuhkan dan memperbesar skala usaha, meningkatkan efisiensi usaha dan meningkatkan jaringan usahanya.

6. Pengembangan kelembagaan kelompok diarahkan pada kelembagaan koperasi agribisnis dengan manajemen yang profesional dan mandiri.

7. Pengembangan manajemen usaha kelompok diarahkan pada peningkatan kemampuan pengurus kelompok dalam mengelola usaha dan menumbuhkan partisipasi aktif para anggotanya sehingga tercapainya kemandirian kelompok. 8. Dalam rangka pengembangan kelembagaan, manajemen dan usaha kelompok

difasilitasi dengan kegiatan pembinaan, pelatihan dan pendampingan, pengembangan IPTEK.

9. Untuk optimalisasi kinerja kelompok dan pengendalian dilakukan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

(16)

Dana penguatan modal diberikan dalam bentuk tunai dan ditransfer langsung ke rekening kelompok. Penentuan besar kecilnya dana yang dialokasikan kepada kelompok didasarkan oleh usulan (proposal) yang diajukan oleh kelompok. Pemanfaatan dana dikelola langsung oleh kelompok dan penentuan penggunaannya didasarkan pada keputusan bersama seluruh anggota kelompok.

Kegiatan kelompok yang didukung pembiayaannya melalui dana penguatan modal usaha di Kabupaten Pelalawan antara lain :

1. Pengadaan sarana produksi, seperti benih/bibit, rehabilitasi kebun, kegiatan pasca panen dan pengolahan hasil dan lainnya sesuai kebutuhan penerapan teknologi.

2. Pengadaan atau optimalisasi pemanfaatan alat dan mesin pertanian, kegiatan pra-produksi, produksi, panen, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil serta pengembangan unit pelayanan jasa alat dan mesin pertanian, termasuk biaya untuk perbaikan/ perawatan sarana irigasi, pompa air, dan lainnya. 3. Kegiatan pengembangan kelembagaan seperti memperbesar jangkauan pasar,

membuka bidang usaha penunjang agribisnis, membangun jaringan kerja dengan mitra usaha, dan lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil integrasi antara kedua metode yaitu Kano dan QFD didapatkan desain kemasan pupuk organik cair yang diinovasi dari segi bahan menggunakan High Density

Both a2 -agonists produced moderate analgesia of hind quarter, perineum and ¯ank, mild ataxia and sedation.. Xylazine and medetomidine induced signi®cant ( p <0.05) decrease in

Penelitian yang dilakukan bertujuan menentukan lokasi istirahat berdasarkan konsumsi energi dan persepsi responden. Hasil persepsi responden menunjukkan bahwa pada saat

Winataputra (2013) yang merupakan salah satu tokoh pendidikan nasional yang terlibat langsung dalam perumusan kurikulum 2013, dalam suatu pertemuan Rapat Perumusan

Skripsi yang berjudul, “ Persepsi Pustakawan Terhadap Sistem Klasifikasi Dewey Decimal Classification Di Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan Dan Arsip Daerah

Faktor penghambat strategi penyelesaian pembiayaan murabhaah yang bermasalah di BMT UGT Sidogiri Capem Kraksaan adalah pihak AOA/AOP yang tidak tegas dalam menjalankan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA), selanjutnya dapat

Apakah kantor memiliki layanan yang dapat digunakan bersama oleh karyawan, pelanggan dan rekanan dan diimplementasikan dalam segemen jaringan yang sama.. Apakah rekanan