• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut UU no 28 tahun 2007 tentang KUP, Pajak adalah kontribusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut UU no 28 tahun 2007 tentang KUP, Pajak adalah kontribusi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan teori

2.1.1. Pengertian Pajak

Menurut UU no 28 tahun 2007 tentang KUP, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rachmat, Soemitro SH dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990:5) menyatakan pengertian pajak adalah iuran pajak kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat disahkan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah :

1. Pajak dapat dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

(2)

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai publik investment.

Saat ini, ada lima jenis pajak di Indonesia.

1. Pajak penghasilan

2. Pajak Pertambahan Nilai

3. Pajak Bumi dan Bangunan

4. Bea Meterai

5. Bea Perolehan Hak atas tanah dan bangunan

Pemungutan pajak di Indonesia menganut system self assessment. System self assessment adalah system pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Menurut UU No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

(3)

1. Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imabalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran.

2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan keajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.2 Pendaftaran Wajib Pajak

2.1.2.1. Nomor Pokok Wajib Pajak

Menurut Casavera (2009) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam adminstrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan. Oleh karena itu, kepada setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP. Selain itu, NPWP juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan adminstrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, wajib pajak diwajibkan mencantumkan NPWP yang dimilikinya.

Nomor Pokok wajib pajak terdiri atas 15 digit, digit pertama merupakan kode wajib pajak dan 6 digit berikutnya merupakan kode adminstrasi.

(4)

2.1.2.2. Kewajiban Mendaftarkan Diri

Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan berdasarkan system self assessment, wajib pajak mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus mendapatkan NPWP. Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau yang diwajibkan untuk melakukan pemotongan atau pemungutan sesuai dengan ketentuan UU Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya. (Casavera, 2009:6)

Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan. Saat usaha mulai dijalankan adalah saat pendirian atau saat usaha, atau pekerjaan bebas nyata-nyata mulai dilakukan.

Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas, apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama pada akhir bulan berikutnya.

Wajib pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ke Kantor Pelayanan Pajak yang diwilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan

(5)

usaha dibeberapa tempat, juga wajib mendaftarkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat-tempat kegiatan usaha wajib pajak. Selain itu, bagi wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu, yaitu wajib pajak orang pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat, misalnya pedagang elektronik yang mempunyai toko dibeberapa pusat perbelanjaan, disamping wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, juga diwajibkan mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak wilayah yang kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak dilakukan.

Jika tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usaha wajib pajak berada 2 atau lebih wilayah kerja kantor pelayanan pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar.

Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Wanita kawin selain tersebut diatas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat melakukan hak dan kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suaminya.

Warisan yang belum terbagi dalam kedudukannya sebagai subjek pajak menggunakan NPWP dari wajib pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut.

(6)

Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.1.3. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian NPWP

Tata cara pendaftaran dan pemberian NPWP adalah sebagai berikut :

1. Wajib Pajak atau orang diberi kuasa khusus yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan atau Pengusaha yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan formulir pendaftaran ke Kantor Pelayanan Pajak.

2. Berdasarkan formulir pendaftaran tersebut, Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan kartu NPWP dan surat Keterangan Terdaftar dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

3. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama tiga hari kerja berikutnya setelah pelaporan beserta persyaratannyaa diterima secara lengkap.

4. Dalam hal Wajib Pajak melakukan pendaftaran sekaligus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka Kartu NPWP, Surat Keterangan Terdaftar, dan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diterbitkan secara bersamaan paling lama 3 hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan beserta persyaratannya diterima secara lengkap.

(7)

Syarat-syarat Kelengkapan Pendaftaran Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas :

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau Paspor.

2. Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

3. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

Syarat-syarat Kelengkapan Pendaftaran Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas :

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau paspor.

2. Surat Keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang sekurang kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

2.1.4. Penyetoran Pajak

Wajib Pajak membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas Negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

(8)

Surat Setoran pajak berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Wajib Pajak dapat membuat sendiri SSP Standard sepanjang bentuk, ukuran dan isinya sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak. SSP standard adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan atau berfungsi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kantor penerima pembayaran dan digunakan sebagai bukti pembayaran dengan bentuk, ukuran dan isi sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Direktur jenderal Pajak.

2.1.5. Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat pemberitahuan merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama antara wajib pajak dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang.

Pengertian SPT dalam pasal 1 butir 10 UU KUP dijelaskan bahwa, surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Waluyo, 2011:31)

(9)

2.1.6 Fungsi SPT

Fungsi SPT bagi wajib pajak adalah:

1. Memberikan data dan angka yang relevan dengan penghitungan kena pajak.

2. Menentukan besarnya pajak yang harus dibayar.

3. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau pemotongan, pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak, atau bagian tahun pajak (wajib pajak penghasilan).

4. Melaporkan pembayaran dari kegiatan pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain (wajib pajak penghasilan).

5. Melaporkan pembayaran pajak yang dipungut dalam hal ini adalah pajak pertambahan nilai dan pajak atas penjualan barang mewah (PPN dan PPnBM), bagi pengusaha kena pajak.

Sesuai dengan prinsip self assessment system, setiap wajib pajak harus melaporkan pajak bulanan dan pajak tahunan. Pelaporan ini menggunakan surat pemberitahuan (SPT) yang dapat diambil di Kantor Pelayanan Pajak, atau dapat difotokopi (Waluyo, 2011 :32)

2.1.7 Jenis Surat Pemberitahuan

Jenis surat pemberitahuan ada 2 macam, yaitu :

1. SPT tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 tahun kalender

(10)

kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 Tahun Pajak.

2. Surat Pemberitahun Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu. Masa pajak sama dengan 1 bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan paling lama 3 bulan kalender. Surat pemberitahuan ini dipakai oleh pemotong atau pemungut pajak untuk melaporkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan dalam setiap masa. (Casavera, 2009:7)

2.1.8. Penyampaian SPT Tahunan Secara Elektronik

Wajib pajakdapat menyampaikan SPT dan Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik (e-Filling) melalui satu atau bebrapa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditujuk oleh Direktur Jenderal Pajak. E-felling adalah suatu cara penyampaian SPT dan penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik secara online dan real time melalui ASP.

Wajib pajak yang akan menyampaikan SPT dan Pemberitahuan Perpanajngan SPT Tahunan secara elektronik harus memiliki Elektronic Filling Identification Number (e-FIN) dan memeproleh sertifikat DC (digital certificate) dari Direktorat Jenderal Pajak. Elektronik Filling Identification

(11)

Number (e-FIN) adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk melaksanakan e-filling. Digital Certificate adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam transaksi elektronik yang dikeluarkan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik.

Digital sertificate seterusnya akan digunakan sebgai alat yang berfungsi sebgai pengamanan data wajib pajak dalam setiap proses penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik (e-felling) melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) ke Direktorat Jendral Pajak.

Perusahaan Penyedia jasa Aplikasi (ASP) harus mengirimkan :

1. Tata cara pelaksanaan e-felling

2. Applikasi dan petunjuk penggunaan e-SPT dan e-SPTy, dan

3. Informasi lainnya.

Kepada wajib pajak yang telah mendaftarkan diri.

Penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik (e-filling) dapat dilakukan salaam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu dengan standar Waktu Indonesia Bagian Barat.

SPT dan Pemberitahuan Perapnajngan SPT Tahunan disampaikan secara elektronik pada akhir batas waktu Penyampaian SPT dan Pemberitahun

(12)

Perpanjangan SPT Tahunan yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu (Waluyo, 2011:39)

2.1.9. Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 yang mengatur mengenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi dan badan, yang dimaksud dengan pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.

Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri yang disingkat PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan denga pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri. (Cassavera, 2009:78)

2.1.9.1 Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21

Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan status Subjek Pajak Dalam Negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan bentuk apapun dari pemotong PPh Pasal 21, seperti

(13)

2. Penerima uang pesangon, pensiun dan manfaat uang pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya

3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :

1. Tenaga ahli yang melakukan pekrjaan bebas, yang terdiri atas pengacara akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, foto model, peragawan, pemain drama, penari , pemahat, pelukis dan seniman lainnya.

3. Olahrgawan

4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,

5. Pengarang, peneliti, penerjemah

6. Pemberi kerja dalam segala bidang, termasuk tehnik komputer dan system aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan social serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.

7. Agen iklan

8. Petugas penjaja barang dagangan

9. Pengawas atau pengelola proyek

(14)

11.Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam dalam suatu kegiatan antara lain meliputi :

1. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni, ketangakasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan perlombaan lainnya.

2. Peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, dan kunjungan kerja

3. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu

4. Peserta pendidikan, pelatihan dan magang

5. Peserta kegiatan lainnya.

2.1.10.Sanksi Pidana Perpajakan

Pidana Atas Kesengajaan Untuk Tidak Memenuhi Kewajiban Perpajakan. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan hal-hal berikut ini sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pelanggaran kewajiban perpajakan yang merupakan tindak pidana tersebut, meliputi :

(15)

2. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau pengukuhan PKP

3. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan

4. Menyampaikan SPT dan keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap

5. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan pajak

6. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

7. Tidak menyelenggarkan pembukuan atau pencataatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain.

8. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarkan secara program aplikasi online di Indonesia (padahal wajib pajak memiliki untuk menyimpan selama 10 tahun).

9. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.

Perbuatan atau tindakan yang tertulis di atas yang dilakukan dengan sengaja dikenai sanksi yang berat mengingat pentingnya peranan penerimaan pajak dalam penerimaan negara (Waluyo, 2011:108).

(16)

2.1.11. Kemauan Membayar Pajak

Kemauan membayar pajak merupakan suatu nilai dimana seseorang rela untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk memperoleh barang dan jasa (Widayati,2011).

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat dikembangkan atau definisi untuk kemauan membayar pajak. Kemauan membayar pajak dapat diartikan sebagai suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung.

Kemauan membayar pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi system administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, dan tarif pajak (Widayati, 2011).

Berikut ini akan mengkaji lebih jauh tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemauan wajib pajak dalam membayar pajak. Adapun penjelasan untuk masing-masing faktor adalah sebagai berikut :

2.1.12. Kesadaran Membayar Pajak

Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam dan kemungkinan masa depannya (Widayati,2010).

(17)

Bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak untuk membayar pajak. Terdapat tiga bentuk kesadaran utama terkait pembayaran pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini, wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari digunakan untuk pembangunan negara guna meningkatkan kesejahteraan warga negara. Kedua, kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaranan pajak dan pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya financial yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara.

2.1.13. Pengetahuan dan Pemahaman terhadap Peraturan Perpajakan

Pengetahuan adalah hasil kerja fikir (penalaran) yang merubah tidak tahu menjadi tahu dan menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara (Widayati,2011)

Terdapat beberapa indikator bahwa wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan. Pertama, kepemilikan NPWP. Setiap wajib pajak yang memiliki penghasilan wajib untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP sebagai salah satu sarana untuk pengadministrasian pajak. Kedua, pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai wajib pajak. Apabila pajak telah mengetahui dan memahami kewajibannya sebagai wajib pajak, maka mereka akan melakukannya, salah satunya adalah

(18)

membayar pajak. Ketiga, pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan. Semakin tahu dan paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan mereka. Hal ini tentu akan mendorong setiap wajib pajak yang taat akan menjalankan kewajibannya dengan baik. Keempat, pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP dan tarif pajak. Dengan mengetahui dan memahami mengenai tarif pajak yang berlaku, maka akan dapat mendorong wajib pajak untuk dapat menghitung kewajiban pajak sendiri secara benar. Kelima, adalah wajib pajak mengetahui peraturan perpajakan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh KPP dan keenam, bahwa wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan pajak melalui training perpajakan yang mereka ikuti.

2.1.14. Persepsi yang baik atas efektifitas Sistem Perpajakan

Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengorganisasian, penginteprestasian terhadap stimulus oleh organisasi atau individu sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktifitas integrated dalam diri individu. Sedangkan efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah tercapai (widayati, 2011).

Hal-hal yang mengidentifikasikan sistem perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain pertama, adnaya sistem pelaporan melalui e-SPT dan e-Filling. Wajib Pajak dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat. Kedua, pemabyran melalui e-Banking yang memudahkan wajiib

(19)

penyampaian SPT mellaui drop box yang dapat dilakukan di berbagai tempat, tidak harus di KPP temapt wajib pajak terdaftar. Keempat, adalah bahwa peraturan perpajakan dapat diakses secara cepat melalui internet, tanpa harus menunggu adanya pemberitahuan dari KPP temapt wajib pajak terdaftar. Dan kelima, adalah pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara online melalui e-register dari website pajak. Hal ini akan memudahkan wajib pajak untuk memperoleh NPWP secara lebih cepat.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak wajib pajak orang pribadi (studi kasus pada KPP Pratama Jepara) merupakan replikasi dari Widayati dengan hasil bahwa kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan dapat mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak oleh wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdapat di KPP Kudus.

(20)

2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan pada uraian Landasan teori di atas maka dapat dibuat kerangka penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1

Gambar Kerangka Pikir Teoritis

2.4. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan pada kerangka pemikiran teoritis tersebut diatas, maka dapat di tarik beberapa hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 1 : Kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak wajib pajak.

Hipotesis 2 : Pengetahuan dan Pemahaman tentang peraturan pajak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

Hipotesis 3 : Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak.

X1 Kesadaran Membayar Pajak

X2 Pengetahuan dan pemahaman Tentang peraturan pajak

(Y) Kemauan membayar pajak

X3 Persepsi yang baik atas Efektifitas perpajakan

(21)

This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only. This page will not be added after purchasing Win2PDF.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan, pengaruh terhadap diameter lumen uterus pada kelompok ekstrak umbi teki dan tamoxifen tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara

Komponen elektronika ini terbuat dari bahan semikonduktor.Fungsinya adalah sebagai penyearah arus listrik, sehingga arus listrik yang semula bolak-balik bisa menjadi

Berikut adalah hasil observasi pada siklus I, Aktivitas yang dilakukan siswa pada pembelajaran yaitu membaca materi hal ini terlihat dari hasil observasi kegiatan membaca

Selain itu dapat juga dilakukan dengan menggunakan perhitungan dengan persamaan sebagai berikut : KVA = I x kV (2.24) maka : kV KVA I = (2.25) Drop tegangan akan

Satpol-PP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota di bidang ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan hukum daerah,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen dan media audio visual pada materi struktur dan

Adapun definisi pajak menurut Pasal 1 ayat 1 UU KUP adalah “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang