• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Hamil Pranikah di Kalangan Remaja di Tinjau dari Perspektif Pendidikan Islam (Studi Kasus pada Remaja Putus Sekolah di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Fenomena Hamil Pranikah di Kalangan Remaja di Tinjau dari Perspektif Pendidikan Islam (Studi Kasus pada Remaja Putus Sekolah di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang - Test Repository"

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA HAMIL PRANIKAH DI KALANGAN

REMAJA DI TINJAU DARI PERSPEKTIF

PENDIDIKAN ISLAM

(Studi Kasus pada Remaja Putus Sekolah

di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

LAILIA ANIS AFIFAH

NIM: 11113264

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

(6)

vi

MOTTO

“ Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji,

dan suatu jalan yang buruk. “ (Qs. Al-Isra’: 32)

“ Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi

mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. “

(Qs. An-Nur: 30)

“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga

pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan

perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka

menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan

perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau

ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka,

atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra saudara laki-laki mereka, atau

putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra sudara perempuan

mereka, atau para perempuan sesama Islam mereka, atau hamba sahaya yang

mereka miliki, atau para pelayan laki-laki tua yang tidak memiliki keinginan

terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat

perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui

perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah,

wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung. ”

(Qs. An-Nur: 31)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Allah Swt. Kupersembahkan skripsi ini dengan harapan semoga Allah dapat membukakan akal pikiranku, membimbingku, menyinari dan menunjukkan pada ku mana yang baik agar bisa diikuti, dan mana yang batil agar bisa dihindari.

2. Ayahku dan ibundaku tersayang, Amanto dan Nawiyah yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.

3. Adikku Anisa Nurul Atika dan Kayla Alma Amelia atas motivasi yang tak ada hentinya kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai. 4. Mas Bambang Prasetyo yang selalu memberi dukungan dan motivasi untuk

mencapai hasil yang seperti sekarang ini.

5. Sahabat dan adek-adek kos, mak rifa, isna, widi, tiga serangkai, vita, amel, faizah yang tidak pernah berhenti menyemangatiku untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman KKN Dusun Konang, Abidin, Beni, Ayis, Lina, Esa, Nia, Nadiya, Lupita, yang tidak pernah berhenti meneriakkan yel-yelnya supaya cepat menyelesaikan skripsi dan menikah.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hamil Pranikah di Kalangan Remaja (Studi Kasus pada Remaja Putus Sekolah di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang) Tahun 2017.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. 2. Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga, Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. 3. Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd. selaku pembimbing akademik.

(9)
(10)

x ABSTRAK

Afifah Anis, Lailia. 2017. ”Fenomena Hamil Pranikah di Kalangan Remaja di Tinjau dari Perspektif Pendidikan Islam (Studi Kasus pada Remaja Putus Sekolah di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang)”. Program Studi S1 PAI Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si.

Kata Kunci: Hamil Pranikah, Remaja, Pendidikan Islam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hamil pranikah di kalangan remaja di tinjau dari perspektif pendidikan Islam di kecamatan Jambu. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Mengetahui faktor apa yang menyebabkan terjadi kasus hamil pranikah di tinjau dari kurangnya pendidikan Islam. 2) Bagaimana kondisi kehidupan remaja hamil pranikah setelah di tinjau dari kurangnya pendidikan Islam. 3) Mengetahui apa alasan remaja hamil pranikah melakukan hubungan seksual di luar nikah di tinjau dari kurangnya memahami nilai-nilai pendidikan Islam.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus (case study) dan bersifat kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yang diperoleh dari informan, dan informan utama dalam penelitian ini adalah remaja yang putus sekolah akibat hamil pranikah di Kecamatan Jambu. Pengumpulan data ini dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

DEKLARASI ... v

D.Kegunaan Penelitian ... 12

E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI A.Pernikahan ... 19

1. Pengertian Pernikahan ... 19

2. Rukun dan Syarat Pernikahan ... 21

3. Persiapan Diri Menjelang Pernikahan yang Ideal ... 25

B.Hamil Pranikah ... 28

1. Pengertian Hamil Pranikah ... 28

2. Faktor Penyebab Hamil Pranikah ... 29

3. Akibat yang ditimbulkan dari Hamil Pranikah ... 35

(12)

xii

C.Pernikahan Wanita Hamil Pranikah Menurut Fiqih Islam ... 41

1. Pergaulan Bebas dan Larangan Mendekati Zina Menurut Pandangan Pendidikan Islam ... 41

2. Pernikahan Wanita Hamil Pranikah Menurut Pandangan Fiqih ... 48

D.Remaja ... 52 A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 62

B.Lokasi Penelitian ... 63

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A.Paparan Data ... 78

1. Deskripsi Kecamatan Jambu ... 78

a. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 78

b. Jumlah Penduduk ... 79

c. Jenis Pekerjaan ... 80

d. Kondisi Keagamaan di Kecamatan Jambu ... 81

e. Kondisi Sosial Budaya di kecamatan Jambu ... 83

f. Jumlah Remaja di Kecamatan Jambu ... 87

g. Jumlah Pernikahan Dini Akibat Hamil Pranikah di Kecamatan Jambu ... 88

(13)

xiii

2. Hamil Pranikah di Kalangan Remaja ... 93

a. Jumlah Pernikahan Dini Akibat Hamil Pranikah di Kecamatan Jambu ... 93

b. Faktor Penyebab Terjadi Hamil Pranikah di Kecamatan Jambu di Tinjau dari Kurangnya Pendidikan Islam... 98

c. Kondisi Kehidupan Remaja Hamil Pranikah di Kecamatan Jambu di Tinjau dari Kurangnya Pendidikan Islam ... 106

d. Alasan Remaja Hamil Pranikah Melakukan Hubungan Seksual Sebelum Menikah di Tinjau dari Kurangnya Memahami Nilai-Nilai Pendidikan Islam ... 111

B.Analisis Data ... 114

1. Jumlah Pernikahan Dini Akibat Hamil Pranikah ... 114

2. Faktor Penyebab Terjadi Hamil Pranikah di Tinjau dari Kurangnya Pendidikan Islam... ... 116

3. Kondisi Kehidupan Remaja Hamil Pranikah di Tinjau dari Kurangnya Pendidikan Islam... 119

4. Alasan Remaja Hamil Pranikah Melakukan Hubungan Seksual Sebelum Menikah di Tinjau dari Kurangnya Memahami Nilai-Nilai Pendidikan Islam ... 122

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 125

B.Saran ...126

DAFTAR PUSTAKA ... 129

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Batas-batas Wilayah Kecamatan Jambu...79

2. Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Setiap Desa...80

3. Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk yang Bekerja di Berbagai Bidang...81

4. Tabel 4.4 Data Jumlah Tempat Peribadatan di Kecamatan Jambu...82

5. Tabel 4.5 Data Jumlah Penduduk Pemeluk Berbagai Agama di Kecamatan Jambu...83

6. Tabel 4.6 Data Jumlah Sarana Pendidikan TK, SD, SMP, SMU, SMK (Negeri dan Swasta) di Kecamatan Jambu...84

7. Tabel 4.7 Data Jumlah Sarana Pendidikan Pondok Pesantren dan madrasah Diniyah di Kecamatan Jambu...85

8. Tabel 4.8 Data Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Jambu...86

9. Tabel 4.9 Data Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Jambu...87

10. Tabel 4.10 Data Jumlah Penduduk Kelompok Remaja Mulai Umur 10-24 Tahun di Kecamatan Jambu...87

11. Tabel 4.11 Data Jumlah Pemohon Dispensasi Pernikahan di Pengadilan Agama Ambarawa Wilayah Jambu dan Sekitarnya Tahun 2015-2016...88

12. Tabel 4.12 Data Jumlah Pemohon Dispensasi Pernikahan di Wilayah Kecamatan Jambu Tahun 2014-2017...89

13. Tabel 4.13 Data Nama Remaja yang Melakukan Pernikahan Dini Akibat MBA (Married By Accident) dan Mengajukan Dispensasi Pernikahan di Pengadian Agama Ambarawa Kecamatan Jambu Tahun 2014...89

14. Tabel 4.14 Data Nama Remaja yang Melakukan Pernikahan Dini Akibat MBA (Married By Accident) dan Mengajukan Dispensasi Pernikahan di Pengadian Agama Ambarawa Kecamatan Jambu Tahun 2015...90

(15)

xv

16. Tabel 4.16 Data Nama Remaja yang Melakukan Pernikahan Dini Akibat MBA (Married By Accident) dan Mengajukan Dispensasi Pernikahan di Pengadian Agama Ambarawa Kecamatan Jambu Tahun 2017...92 17. Tabel 4.17 Data Jumlah Pemohon Dispensasi Pernikahan di Pengadilan

Agama Ambarawa Wilayah Jambu dan Sekitarnya Tahun 2015-2016...94 18. Tabel 4.18 Data Jumlah Pemohon Dispensasi Pernikahan di Wilayah

Kecamatan Jambu Tahun 2014-2017...95 19. Tabel 4.19 Data Nama Remaja yang Melakukan Pernikahan Dini Akibat MBA

(Married By Accident) dan Mengajukan Dispensasi Pernikahan di Pengadilan Agama Ambarawa Kecamatan Jambu Tahun 2014...96 20. Tabel 4.20 Data Nama Remaja yang Melakukan Pernikahan Dini Akibat MBA

(Married By Accident) dan Mengajukan Dispensasi Pernikahan di Pengadilan Agama Ambarawa Kecamatan Jambu Tahun 2015...96 21. Tabel 4.21 Data Nama Remaja yang Melakukan Pernikahan Dini Akibat MBA

(Married By Accident) dan Mengajukan Dispensasi Pernikahan di Pengadilan Agama Ambarawa Kecamatan Jambu Tahun 2016...97 22. Tabel 4.22 Data Nama Remaja yang Melakukan Pernikahan Dini Akibat MBA

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 KUA (Kantor Urusan Agama) Kecamatan Jambu. 2. Gambar 2 Blanko Pendaftaran Nikah Model N8.

3. Gambar 3 Blanko Penolakan Pernikahan Model N-9. 4. Gambar 4 Blanko Pendaftaran Nikah Model N8. 5. Gambar 5 Blanko Penolakan Pernikahan Model N-9. 6. Gambar 6 Blanko Pendaftaran Nikah Model N8. 7. Gambar 7 Blanko Penolakan Pernikahan Model N-9. 8. Gambar 8 Blanko Pendaftaran Nikah Model N8.

9. Gambar 9 Blanko Pendaftaran Nikah Model N8 dan Blanko Penolakan Pernikahan Model N-9 di KUA (Kantor Urusan Agama) Kecamatan Jambu). 10. Gambar 10 Meminta Data Pemohon Dispensasi Pernikahan di Kantor

Pengadilan Agama Ambarawa.

11. Gambar 11 Mencari Data Pemohon Dispensasi Pernikahan di Kantor Pengadilan Agama Ambarawa.

12. Gambar 12 Meminta Data Dispensasi Pernikahan di Kantor Pengadilan Agama Ambarawa.

13. Gambar 13 Wawancara dengan Ibu PR Tetangga DL. 14. Gambar 14 Wawancara dengan Bapak DT.

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Pedoman Observasi Lampiran 3 Pedoman Wawancara Lampiran 4 Verbatim Wawancara Lampiran 5 Gambar Dokumentasi Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 8 Nota Pembimbing

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekarang ini, kasus tentang kenakalan remaja semakin marak dan menarik perhatian. Permasalahannya semakin meningkat dan mengkhawatirkan. Salah satunya adalah kasus penyimpangan seksual yang dilakukan oleh kaum remaja saat ini banyak menimbulkan dampak negatif serta meresahkan masyarakat. Banyak pemberitaan diberbagai media yang mengangkat tentang permasalahan remaja. Salah satunya adalah banyaknya pasangan remaja yang mengajukan dispensasi pernikahan yang sebagian besar karena persoalan hamil pranikah. Hal ini dikarenakan pasangan remaja tersebut yang masih di bawah umur atau belum cukup umur. Namun, karena terjadi kasus hamil pranikah, maka mereka harus melakukan pernikahan dini sehingga harus mengajukan dispensasi pernikahan terlebih dahulu ke pihak pengadilan karena ditolak oleh KUA (kantor urusan agama) akibat kurangnya persyaratan pernikahan. Menurut informasi yang peneliti peroleh dari dari pihak KUA (Kantor Urusan Agama) di Kecamatan Jambu, pasangan remaja yang masih dibawah umur jika ingin menikah harus mengajukan dispensasi terlebih dahulu ke pengadilan supaya disidang dan diperbolehkan untuk menikah.

(19)

2

berasal dari wilayah Kecamatan Jambu maupun wilayah sekitar Kecamatan Jambu. Hamil pranikah di Kecamatan Jambu rata-rata terjadi pada remaja usia belasan tahun atau usia pendidikan SMP-SMA. Perilaku melakukan hubungan seksual di luar nikah menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya hamil pranikah pada remaja di Kecamatan Jambu. Selain melakukan hubungan seksual di luar nikah, gagalnya pendidikan dalam keluarga, seperti perceraian orang tua, broken home juga menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja di Kecamatan Jambu. Faktor lingkungan pergaulan bebas dan pendidikan keagamaan yang kurang juga menjadi penyebab terjadinya hamil pranikah pada remaja di Kecamatan Jambu.

(20)

3

dan taraf inteligensi rendah. Sebab kedua, terdapat di luar diri individu, seperti lingkungan pergaulan yang kurang baik, kondisi keluarga yang tidak mendukung terciptanya perkembangan kepribadian anak yang baik, pengaruh media massa, kurangnya kasih sayang yang dialami anak-anak, dan karena kecemburuan sosial atau frustasi terhadap keadaan sekitar (Basri, 2004: 15).

(21)

4

pernah mengakses pornografi, bahkan 62,7% pernah melakukan hubungan seksual. Data ini diambil dari survei yang dilakukan pada 4.500 remaja di 12 kota seluruh Indonesia (Kompas.com, 10/05/2010) (Fathurrofiq, 2014: 30).

Seorang remaja yang tidak mampu untuk mengendalikan diri sehingga terlibat dalam kehidupan seksual secara bebas (di luar aturan norma sosial), misalnya seks pranikah, kumpul kebo (sommon leven), akan berakibat negatif

seperti terjangkit STD’s (seksually transmitted diseases), kehamilan (pregnancy) drop-out dari sekolah. Biasanya merekalah yang memiliki sifat ketidakkonsistenan (inconsistency) antara pengetahuan, sikap, dan perilakunya. Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan sikap bahwa seksual-pranikah itu tidak baik, namun karena situasi dan kesempatan itu memungkinkan, serta ditunjang niat untuk melakukan hubungan seks pranikah, maka individu ternyata tetap saja melakukan hal itu. Akibatnya perilakunya tidak konsisten dengan pengetahuan dan sikapnya (Dariyo, 2004: 88).

(22)

5

yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser (Kaiser Family Foundation, dalam Santrock, 1998) adalah faktor mispersepsi terhadap pacaran yaitu bentuk penyaluran kasih sayang yang salah di masa pacaran. Faktor religiuitas yaitu kehidupan iman yang tidak baik. Faktor kematangan biologis yaitu dalam hubungan seksual dianggap sebagai bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dalam masa pacaran. Pada pandangan ini seringkali remaja berpandangan bahwa masa pacaran merupakan masa dimana seseorang boleh mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya, bentuk ungkapan rasa cinta atau kasih sayang dapat dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya: pemberian hadiah bunga, berpelukan, berciuman, dan bahkan melakukan hubungan seksual.

(23)

6

32, An-Nur ayat 30-31, dan Al-Ma’arij ayat 29-31 yang menjelaskan bahwa larangan Allah untuk mendekati zina apalagi berzina, dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang mendekati zina, serta perintah untuk menjaga dan memelihara kemaluannya dari perbuatan keji yang diharamkan oleh Allah Swt. seperti zina, homoseksual, lesbian, dan perbuatan lainnya yang menuju ke arah zina.

Pada faktor kematangan biologis, seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi sebagaimana layaknya orang dewasa lainnya, sebab fungsi organ seksualnya telah bekerja secara normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya, misalnya dengan melihat film porno, cerita cabul. Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri, cenderung akan berakibat negatif yakni terjadinya hubungan seksual pranikah di masa pacaran remaja. Sebaliknya, kematangan biologis disertai dengan kemampuan pengendalian diri akan membawa kebahagiaan remaja di masa depannya, sebab ia tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah (Dariyo, 2004: 90).

(24)

7

sebagian besar di sebabkan oleh faktor pernikahan dini akibat hamil pranikah. Kasus pernikahan dini ini terjadi karena pregnancy (kehamilan) sebelum pernikahan atau menikah karena kecelakaan hamil duluan sehingga menyebabkan remaja tersebut harus terkena drop out dari sekolah. Kasus pernikahan dini akibat hamil pranikah ini rata-rata terjadi pada usia 13 tahun sampai 18 tahun atau sedang menempuh pendidikan SMP sampai dengan SMU di Kecamatan Jambu. Menurut informasi yang penulis peroleh dari pihak KUA (kantor urusan agama) Kecamatan Jambu, sesuai keterangan yang diberikan oleh Bapak RR, selaku kepala KUA (kantor urusan agama) mengatakan 6 (enam) tahun sebelum tahun 2016 penyumbang pernikahan dini akibat hamil pranikah terbanyak di sumbang oleh Desa BY. Desa BY ini aslinya berasal dari Kecamatan Jambu, sebelum akhirnya terjadi pemekaran wilayah. Setelah terjadi pemekaran wilayah, Desa BY sekarang ikut di Kecamatan Bandungan. Sejak Desa BY ikut Kecamatan Bandungan terjadi penurunan persentase pernikahan dini akibat hamil pranikah di Kecamatan Jambu. Persentase pernikahan dini akibat hamil pranikah yang dahulu sekitar 3% (tiga persen) sekarang menurun menjadi kurang dari 3% (tiga persen).

(25)

8

dispensasi pernikahan. Khusus wilayah Kecamatan Jambu sendiri, pada tahun 2014 ada 2 orang pemohon dispensasi pernikahan, dan pada tahun 2015 ada 6 orang pemohon dispensasi pernikahan, tahun 2016 ada 11 orang pemohon dispensasi pernikahan, dan dari tahun 2017 sejak bulan januari sampai maret sudah ada 3 orang pemohon dispensasi pernikahan. Total jumlah pemohon dispensasi pernikahan dari tahun 2014-2017 bulan maret sejumlah 22 orang pemohon dispensasi pernikahan. Sejumlah 22 orang pemohon dispensasi pernikahan, itu artinya telah terjadi pernikahan dini akibat hamil pranikah dari 10 desa yang ada di Kecamatan Kecamatan Jambu. Kecamatan Jambu sendiri masuk dalam Kabupaten Semarang, yang di pimpin oleh seorang Camat, dan terdiri dari 10 desa atau kelurahan.

(26)

9

disidang oleh pengadilan dan mendapat persetujuan untuk menikah oleh pengadilan. Tentu saja, hal ini sangat memprihatinkan, mengingat remaja adalah calon penerus dan harapan bangsa. Sungguh disayangkan pergaulan remaja sekarang ini, banyak terpengaruh oleh faktor lingkungan pergaulan yang tidak sehat, gaya berpacaran yang kelewat bebas, sehingga muncul kasus persoalan remaja pernikahan dini akibat hamil pranikah. Selain faktor lingkungan dan pergaulan yang tidak sehat, berdasarkan pengamatan peneliti di Kecamatan Jambu, faktor orang tua juga sangat berpengaruh pada tingkah laku remaja. Orang tua yang terlalu sibuk bekerja mengejar materi, sehingga anak menjadi kurang diperhatikan. Persaingan ekonomi pada masyarakat di Kecamatan Jambu menjadi faktor penyebab orang tua di Kecamatan Jambu menjadi sibuk bekerja, sehingga perhatian kepada anak remajanya menjadi kurang, dan anak menjadi kurang terpantau, termasuk dalam hal pergaulan yang sampai akhirnya berakibat pada pernikahan dini akibat hamil pranikah. Jumlah penduduk remaja di Kecamatan Jambu mulai umur 10-24 tahun mencapai 7.755.27 orang, karena jumlah penduduk remaja sangat banyak, sehingga penting memberikan perhatian kepada penduduk remaja, termasuk dalam hal pergaulan. Orang tua dan masyarakat sangat berperan penting dalam hal ini, supaya dapat mengurangi angka putus sekolah akibat pernikahan dini akibat hamil pranikah di Kecamatan Jambu.

(27)

10

akibat hamil pranikah di tinjau dari pendidikan Islam terutama usia 13-18 tahun atau sedang menempuh pendidikan SMP-SMU, di Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Kedua, kondisi kehidupan sebagian besar remaja di Kecamatan Jambu yang putus sekolah karena tersandung pernikahan dini akibat hamil pranikah, baik setelah mengetahui dirinya hamil, setelah menikah, maupun setelah mempunyai anak. Ketiga, alasan remaja hamil pranikah melakukan hubungan seksual sebelum menikah di tinjau dari kurangnya pendidikan Islam.

Penulis berusaha meneliti “Fenomena Hamil Pranikah di Kalangan Remaja di Tinjau dari Perspektif Pendidikan Islam” yang merupakan studi kasus pada remaja putus sekolah (khususnya remaja putus sekolah karena tersandung pernikahan dini akibat hamil pranikah), di Kecamatan Jambu. Di sini penulis berusaha meneliti mengenai problematika apa saja yang menyebabkan banyak remaja putus sekolah karena tersandung kasus pernikahan dini akibat hamil pranikah, khususnya pada remaja usia 13-18 tahun atau sedang menempuh pendidikan SMP-SMU di Kecamatan Jambu. Masalah yang berkaitan dengan kehidupan remaja hamil pranikah itu pasca

hamil atau sesudah menikah atau mempunyai anak, baik mengenai kondisi psikologisnya, ekonominya, maupun kondisi kehidupan lainnya, dan apa alasan remaja hamil pranikah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

B. Fokus Penelitian

(28)

11

pemecahan dalam skripsi ini. Adapun perumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor apa yang menyebabkan terjadi kasus hamil pranikah di kalangan remaja, khususnya remaja usia 13-18 tahun atau sedang menempuh pendidikan SMP-SMU di Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang di tinjau dari kurangnya pendidikan Islam?

2. Bagaimana kondisi kehidupan remaja hamil pranikah di tinjau dari kurangnya pendidikan Islam, khususnya remaja usia 13-18 tahun atau sedang menempuh pendidikan SMP-SMU di Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang?

3. Apa alasan remaja hamil pranikah di Kecamatan Jambu melakukan hubungan seksual sebelum menikah di tinjau dari kurangnya memahami nilai-nilai pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor apa yang menyebabkan terjadi kasus hamil pranikah di kalangan remaja, khususnya remaja usia 13-18 tahun atau sedang menempuh pendidikan SMP-SMU di Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang di tinjau dari kurangnya pendidikan Islam?

(29)

12

3. Mengetahui apa alasan remaja hamil pranikah di Kecamatan Jambu melakukan hubungan seksual sebelum menikah di tinjau dari kurangnya memahami nilai-nilai pendidikan Islam?

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoretis

a. Adanya tulisan ini, diharapkan dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya tentang faktor yang menjadikan banyak remaja yang terjerumus ke dalam seks pranikah sehingga hamil dan putus sekolah.

b. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis. 2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai pembelajaran bagi peneliti dalam menjalani kehidupan rumah tangga, mendidik anak dan menjaga keluarga dari perbuatan yang dilarang oleh agama.

b. Bagi Orang Tua di Kecamatan Jambu

1) Menjadi pendidikan bagi orang tua agar dapat mencegah hamil pranikah bagi anaknya.

(30)

13

c. Bagi Remaja di Kecamatan Jambu

1) Dapat menjadikan remaja supaya lebih berhati-hati dalam bergaul dengan lawan jenis, supaya menghindari perilaku gaya berpacaran bebas.

2) Memberikan input atau masukan kepada remaja bahwa hubungan seksual yang dilakukan sebelum pernikahan itu melanggar ajaran agama dan secara susila merupakan perilaku negatif, yang dapat menyebabkan terjadinya hamil pranikah, drop out dari sekolah, juga memberi masukan pada remaja bahwa pernikahan dan mengurus anak itu tidaklah sesederhana yang dibayangkan, karena membutuhkan berbagai persiapan, baik persiapan fisik, psikis, maupun ekonomi.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Pembahasan mengenai permasalahan hamil di luar nikah, termasuk didalamnya membahas mengenai faktor penyebab hamil di luar nikah dan akibat yang ditimbulkan dari hamil di luar nikah telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang membahas tentang permasalahan hamil di luar nikah.

1. Anita Indah Sari, Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2013, dengan judul skripsi

“Fenomena Hamil di Luar Nikah pada Masyarakat Desa Wonokromo

Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen”. Hasil penelitian menunjukkan

(31)

14

(32)

15

2. Novarianto Wijaya Saputra, Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta Tahun 2011, dengan judul skripsi “Kecemasan

pada Remaja Hamil di Luar Nikah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perasaan remaja yang hamil di luar nikah saat mengetahui hamil adalah muncul perasaan bingung apabila pacarnya tidak bertanggung jawab, takut dan merasa bersalah terhadap orang tua serta merasa malu dengan lingkungan sekitar. Selain itu remaja yang hamil di luar nikah mengalami kecemasan dalam bentuk kesulitan untuk tidur, tidak nafsu makan, gelisah, khawatir dengan keadaannya, mual, malas beraktivitas, kepala terasa pusing, sering merasa bingung atas kondisi yang tengah dialami, kondisi emosi yang labil, misalkan informan menjadi mudah marah dan mudah lepas kontrol. Sehingga informan masuk kedalam bentuk kecemasan realistic yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada dilingkungan informan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Novarianto Wijaya Saputra tahun 2011, meneliti mengenai kecemasan pada remaja hamil di luar nikah. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis, meneliti tentang faktor, kondisi, serta alasan remaja hamil pranikah melakukan hubungan seksual di tinjau dari kurangnya memahami nilai-nilai pendidikan Islam, di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.

(33)

16

ditinjau dari Tradisi dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Kecamatan

Amali Kabupaten Bone Tahun 2017”. Hasil penelitian menunjukkan

(34)

17

F. Sistematika Penulisan

Sistematika di sini adalah gambaran umum tentang skripsi ini. Skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal berisikan sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan lembar pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran. Adapun bagian inti berisi tentang pendahuluan sampai dengan penutup. Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, riwayat hidup penulis. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

A.Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian

C.Tujuan Penelitian D.Kegunaan Penelitian

E. Kajian Penelitian Terdahulu F. Sistematika Penulisan BAB II : Landasan Teori

(35)

18 BAB III : Metode Penelitian

A.Pendekatan dan Jenis Penelitian B. Lokasi Penelitian

C.Sumber Data

D.Prosedur Pengumpulan Data E. Analisis Data

F. Pengecekan Keabsahan Data G.Tahap-tahap Penelitian BAB IV : Paparan Data dan Analisis

A.Paparan Data

1. Gambaran Umum Kecamatan Jambu

2. Hamil Pranikah di Kalangan Remaja Studi Kasus pada Remaja Putus Sekolah di Kecamatan Jambu.

B. Analisis Data

1. Jumlah Pernikahan Dini Akibat Hamil pranikah di Kecamatan Jambu.

2. Faktor Penyebab Terjadinya Hamil Pranikah di Kecamatan Jambu.

3. Kondisi Kehidupan Remaja Hamil Pranikah setelah Hamil, Menikah, dan Mempunyai Anak.

4. Alasan Remaja Hamil Pranikah Melakukan Hubungan Seksual Sebelum Menikah.

(36)

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Kata nikah berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk masdar dari

“nakaha” yang artinya menggabungkan, mengumpulkan, atau

menjodohkan. Selain itu, nikah juga berarti bersetubuh. Menurut

syara’adalah suatu aqad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki -laki dan perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Jadi, kata nikah dalam bahasa Arab, yaitu

“nakaha” artinya menggabungkan, mengumpulkan, atau menjodohkan. Selain itu, dapat berarti bersetubuh. Menurut syara’ nikah adalah aqad menghalalkan pergaulan antara perempuan dan laki-laki yang bukan muhrim serta menimbulkan hak dan kewajiban bagi keduanya. Dalam suatu pengertian yang luas, pernikahan merupakan suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan keturunan yang dilaksanakan menurut ketentuan syariat Islam (Saifulloh, 2005: 473). Jadi, pernikahan dalam pengertian luas berarti ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan mempunyai keturunan.

(37)

20

Fulanah, yang dimaksud ialah akad nikah, namun jika dikatakan seseorang menikahi isterinya, maka yang dimaksud adalah jimak. Al-Qadhi Husain, misalnya, ia berpendapat bahwa makna asal dari kata nikah adalah jimak, sedangkan akad merupakan makna kiasan (Takariawan, 2008: 3). Jadi, menurut Al-Farisi orang Arab membedakan nikah dengan jimak secara tipis. Sedangkan menurut Al-Qadhi Husain asal dari kata nikah adalah jimak, dan akad merupakan kiasan.

Pernikahan adalah cara menyalurkan kebutuhan biologis yang pasti muncul pada laki-laki dan perempuan dewasa. Jalan yang menghantarkan setiap orang, apapun agama dan ideologinya, untuk bisa saling mencintai dan menyayangi pasangan hidupnya. Menumpahkan syahwat secara bertanggung jawab kepada pasangannya (Takariawan, 2008: 12). Jadi, kesimpulannya adalah lewat pernikahan, laki-laki dan perempuan dewasa bisa menyalurkan kebutuhan biologisnya. Serta dapat mengantarkan orang supaya bisa menumpahkan syahwatnya secara bertanggung jawab kepada pasangannya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan BAB I Dasar Perkawinan Pasal 1 mengatakan: “Perkawinan

adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Penjelasan

(38)

21

berdasarkan Pancasila, dimana Sila yang pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga perkawinan bukan saja mempunyai peranan yang penting. Membentuk keluarga yang bahagia rapat hubungan dengan keturunan, yang pula merupakan tujuan perkawinan, Pemeliharaan dan Pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua. Hal ini berarti, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan BAB 1 Dasar Perkawinan Pasal 1, pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin seorang pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut penjelasan Undang-Undang bahwa perkawinan mempunyai hubungan erat dengan agama, sehingga perkawinan mempunyai peranan yang penting.

2. Rukun dan Syarat Pernikahan

Dalam agama Islam, dalam hal pernikahan terdapat rukun dan syarat pernikahan, di antaranya sebagai berikut:

a. Rukun Nikah diantaranya yaitu: 1) Pengantin laki-laki.

2) Pengantin perempuan. 3) Wali.

(39)

22 b. Syarat-Syarat Nikah diantaranya yaitu:

1) Tidak dipaksa/terpaksa.

2) Tidak dalam ihram haji atau umrah.

3) Islam (apabila kawin dengan perempuan Islam). 4) Jika (perempuan) bukan dalam masa iddah.

5) Tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain. 6) Antara laki-laki dan perempuan tersebut bukan muhrim. 7) Bukan perempuan musyrik.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan BAB II Syarat-Syarat Perkawinan Pasal 6 ayat (1)

menyebutkan: “Perkawinan harus di dasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai”. Keduanya harus rela dan sama-sama suka untuk melangsungkan perkawinan. Kerelaan dan persetujuan tersebut tentunya harus didahului dengan adanya saling kenal, melihat dalam batas-batas yang dibolehkan dalam agama (Saifulloh, 2005: 477).

Pasal 6 ayat (2) menyebutkan: “Untuk melangsungkan perkawinan

seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua”. Ayat (3) menyebutkan: “Dalam hal seorang dari kedua orang tua meninggal atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin yang dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang

mampu menyatakan kehendaknya”. Ayat (4) menyebutkan: “Dalam hal

(40)

23

untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan

menyatakan kehendaknya”. Penjelasan Pasal 6 ayat (1) yaitu: oleh karena

perkawinan mempunyai maksud agar suami dan isteri dapat membentuk keluarga yang kekal dan bahagia, dan sesuai pula dengan hak asasi manusia, maka perkawinan harus disetujui oleh kedua belah pihak yang melangsungkan perkawinan tersebut, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Ketentuan dalam pasal ini, tidak berarti mengurangi syarat-syarat perkawinan menurut ketentuan hukum perkawinan yang sekarang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang ini. Sedangkan penjelasan Pasal 6 ayat (2), ayat (3) dan (4) cukup jelas.

Pasal 7 ayat (1) menyatakan: “Perkawinan hanya diizinkan jika

pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun”. Ayat (2)

menyatakan: “Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk

oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita”. Penjelasan Pasal 7

(41)

24

mengatur tentang pemberian dispensasi terhadap perkawinan yang dimaksud pada ayat (1) seperti diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen (S. 1933 Nomor 74) dinyatakan tidak berlaku. Sedangkan pada Pasal 8 menyatakan Perkawinan dilarang antara dua orang yang:

a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun keatas.

b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya.

c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri.

d. Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan bibi/paman susuan.

e. Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari seorang.

f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin.

(42)

25

Selain itu syarat perkawinan lainnya yaitu pria sudah berusia 19 (sembilan belas) tahun, dan wanita 16 (enam belas) tahun. Akan tetapi jika terjadi penyimpangan dalam hal ini, misal seperti hamil pranikah, maka dapat meminta dispensasi ke Pengadilan atau Pejabat yang ditunjuk kedua orang tua baik dari pihak pria ataupun dari pihak wanita. Pasal 8 menjelaskan perkawinan dilarang antara dua orang yang berhubungan darah, berhubungan semenda, berhubungan susuan, berhubungan saudara, serta mempunyai hubungan dengan peraturan lain yang berlaku, maka dilarang kawin.

3. Persiapan Diri Menjelang Pernikahan yang ideal

(43)

26

Kesiapan secara spiritual ditandai oleh mantapnya niat dan langkah menuju kehidupan rumah tangga. Tidak ada rasa gamang atau keraguan tatkala memutuskan untuk menikah, dengan segala konsekuensi atau resiko yang akan dihadapi paska pernikahan. Jika seorang laki-laki, ada kesiapan dalam diri untuk bertindak sebagai qawam dalam rumah tangga, untuk berfungsi sebagai bapak dari anak-anak yang akan lahir nantinya dari pernikahan. Ada kesiapan dalam diri untuk menanggung sgala beban-beban yang disebabkan posisi sebagai suami dan bapak. Jika seorang perempuan, harus ada kesiapan dalam diri untuk membuka ruang baru bagi intervensi seorang mitra yang bernama suami. Kesiapan untuk mengurangi sebagian otoritas atas dirinya sendiri lantaran tunduk pada prinsip syura dan ketaatan pada suami. Kesiapan untuk hamil, melahirkan dan menyusui. Kesiapan untuk menanggung beban-beban baru yang muncul akibat hadirnya anak (Takariawan, 2008: 20).

Persiapan konsepsional, kesiapan ini ditandai dengan dikuasainya berbagai hukum, etika, aturan dan pernak-pernik pernikahan serta kerumahtanggaan (Takariawan, 2008: 22). Persiapan fisik, ditandai dengan adanya kesehatan yang memadai sehingga kedua belah pihak akan mampu melaksanakan fungsi diri sebagai suami isteri dengan optimal. Apabila ada

(44)

27

(45)

28

B. Hamil Pranikah

1. Pengertian Hamil Pranikah

Hamil menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) berasal dari kata /ha-mil/ yang artinya mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa. Tetapi, pada intinya kehamilan dapat terjadi jika sperma dan dan telur bertemu dan terjadi pembuahan (Masland, 1997: 91). Kehamilan sendiri ditandai dengan gejala mual hingga muntah. Gejala ini menunjukkan adanya perubahan kadar hormon, stres, dan kelelahan (Ana, 2010: 72). Sedangkan pranikah menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) berasal dari kata /pra-ni-kah/ yang berarti sebelum menikah. Jadi, hamil pranikah artinya kehamilan yang terjadi sebelum pernikahan. Seorang remaja yang tidak mampu mengendalikan diri, sehingga terlibat dalam kehidupan seksual secara bebas (di luar aturan norma sosial), misalnya seks pranikah, kumpul kebo (sommonleven), prostitusi, akan

(46)

29

2. Faktor Penyebab Hamil Pranikah

Faktor penyebab hamil pranikah di kalangan remaja salah satunya di akibatkan dari seks bebas atau seks pranikah atau seks yang dilakukan sebelum pernikahan. Dalam hal ini seorang remaja yang tidak mampu untuk mengendalikan dirinya, sehingga terlibat dalam kehidupan seksual secara bebas (di luar aturan norma sosial), seperti seks pranikah akan berakibat negatif terhadap dirinya sendiri, seperti kehamilan (pregnancy)

drop-out dari sekolah (Dariyo, 2004: 88).

Seks bebas atau seks pranikah atau seks yang dilakukan sebelum pernikahan sendiri berawal dari kenakalan remaja. Kenakalan remaja sendiri berawal dari gagalnya pendidikan dalam keluarga atau kehidupan keluarga yang tidak harmonis. Karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pertama kali untuk mendidik anak, Oleh karena itu, keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak. Keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh negatif. Karena sejak kecil anak dibesarkan oleh keluarga dan untuk seterusnya, sebagian besar waktunya adalah di dalam keluarga, maka sepantasnya kalau kemungkinan timbulnya delinquency (kenakalan) itu sebagian besar juga berasal dari keluarga (Sujanto, 1981: 226).

(47)

30

yakni ditandai dengan pertengkaran, percekcokan maupun konfliks terus-menerus, sehingga menyebabkan ketidakbahagiaan perkawinan. Tidak terselesaikan masalah ini, akan berdampak buruk, seperti perceraian suami istri. Selama terjadi pertengkaran,anak-anak akan melihat, mengamati, dan memahami tidak adanya kedamaian, ketentraman, kerukunan hubungan antara kedua orang tua mereka. Kondisi ini membuat anak tidak merasakan perhatian, kehangatan kasih sayang, ketentraman, maupun kenyamanan dalam lingkungan keluarganya. Akibatnya mereka melarikan diri untuk mencari kasih-sayang dan perhatian dari pihak lain, dengan cara melakukan kenakalan-kenakalan di luar rumah (Dariyo, 2004: 110).

Broken home sendiri pada prinsipnya struktur keluarga tersebut sudah tidak lengkap lagi, misalnya: salah satu/kedua orang tuanya meninggal dunia, perceraian orang tua, salah satu kedua orang tua atau

keduanya “tidak hadir” secara kontinyu dalam tenggang waktu yang cukup

(48)

31

Orang tua bekerja tanpa kenal lelah demi untuk mengejar kehidupan materi yang berkecukupan agar ekonomi keluarga tidak berkekurangan. Semakin lama ada kecenderungan tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua dalam memelihara, mendidik, dan membimbing anak. Apalagi kalau hubungan suami-isteri tersebut, sebagai orang tua selalu bertengkar dan tidak menemukan kedamaian rumah tangga, maka anak-anak cenderung tidak betah tinggal di rumah. Akibatnya, mereka pun dapat melarikan diri dengan cara melakukan pergaulan bebas. Anak yang sering memperoleh perlakuan kasar dan keras dari orang tua, mungkin anak akan taat dan patuh di hadapan orang tua. Akan tetapi, sifat kepatuhan itu semu dan sementara. Mereka cenderung akan melakukan tindakan-tindakan yang negative, sebagai pelarian maupun protes terhadap orang tuanya. Misalnya, dengan melakukan tindakan anarkis, melawan hukum, terlibat kenakalan, antisocial, dan sebagainya (Dariyo, 2004: 112). Selain kenakalan remaja disebabkan oleh gagalnya pendidikan dalam keluarga seperti broken home, perceraian, dan kurangnya perhatian orang tua, seks pranikah atau hubungan seksual di luar nikah (sex pre-marital) juga bisa disebabkan karena seringnya menonton video porno.

(49)

32

(50)

33

Nasional Perlindungan Anak. Data itu menunjukkan 97 persen anak remaja pernah mengakses situs pornografi. Bahkan 62,7 persen pernah melakukan hubungan seksual. Data ini diambil dari survei yang dilakukan pada 4.500 remaja di 12 kota seluruh Indonesia (Kompas.com, 10/05/2010) (Fathurrofiq, 2014: 30).

(51)

34

kasih sayang yang salah dalam masa pacaran. Dalam pandangan ini, seringkali remaja berpandangan bahwa masa pacaran merupakan masa di mana seseorang boleh mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya. Dalam hal ini, bentuk ungkapan rasa cinta (kasih sayang) dapat dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya: pemberian hadiah bunga, berpelukan, berciuman, dan bahkan melakukan hubungan seksual. Dengan anggapan yang salah ini, maka juga akan menyebabkan tindakan yang salah. Karena itu, sebelum pacaran, sebaiknya orang tua wajib memberi pengertian yang benar kepada anak remajanya agar mereka tidak terjerumus pada tindakan yang salah.

(52)

35

agamanya. Agama hanya dijadikan sebagai kedok atau topeng untuk mengelabui orang lain (pacar), sehingga tidak heran, kemungkinan besar orang tersebut dapat melakukan hubungan seksual pranikah (Dariyo, 2004: 89).

Ketiga, adalah faktor kematangan biologis. Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa masa remaja ditandai dengan adanya kematangan biologis. Dengan kematangan biologis, seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi sebagaimana layaknya orang dewasa lainnya, sebab fungsi organ seksualnya telah bekerja secara normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya, misalnya, dengan melihat film porno, cerita cabul. Kematangan biologis yang tidak disertai dengan kemampuan mengendalikan diri, cenderung berakibat negatif, yakni terjadinya hubungan seksual pranikah di masa pacaran remaja. Sebaliknya, kematangan biologis, disertai dengan kemampuan pengendalian diri akan membawa kebahagiaan remaja di masa depannya, sebab ia tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah (Dariyo, 2004: 90).

3. Akibat yang ditimbulkan dari Hamil Pranikah

(53)

36

pergaulan bebas antarremaja yang berbeda jenis kelamin, yang cenderung tidak dapat dikendalikan dengan baik. Kehamilan di luar nikah merupakan cermin dari ketidakmampuan remaja seorang remaja dalam mengambil suatu keputusan dalam pergaulannya dengan lawan jenis.

Juhasz, seorang psikolog remaja (dalam Thornburg, 1982) menyebutkan dua hal pertimbangan yang harus dihadapi oleh remaja ketika akan mengambil suatu keputusan, yakni apakah dirinya akan memiliki anak atau tidak ingin memiliki anak. Pada keputusan remaja untuk mempunyai anak, berarti ia akan melakukan melakukan hubungan seksual, mengalami dan merawat kehamilan, melahirkan anak, memelihara dan mendidik anak, dan seterusnya. Keputusan ini dianggap salah, sebab dirinya belum terikat dalam pernikahan yang sah dengan pacarnya. Sebaliknya, pada remaja yang tidak ingin memiliki anak, maka ia tidak akan melakukan hubungan seksual. Hal ini tentu dirinya akan dapat mempertahankan keperawanan maupun keperjakaan seorang remaja. Dengan demikian, ia melakukan keputusan yang tepat (adequate desicion making) bagi dirinya.

(54)

37

remaja memilih akan melahirkan bayi yang dikandungnya atau akan menjadi orang tua dari anak yang akan dilahirkannya. Sebagai orang tua, maka hal-hal yang harus dilakukannya, menurut Thornburg ialah: merawat kehamilan, memberi pemenuhan kebutuhan makanan yang bergizi atau bernutrisi, memiliki ketrampilan untuk merawat kesehatan anak secara teratur, harus merasa siap untuk dimintai kebutuhan-kebutuhan anak (kesehatan, pendidikan, rekreasi, sandang-pangan, perumahan).

Kedua yaitu memberikan anak untuk diadopsi atau diberikan kepada panti asuhan. Setelah melahirkan bayi remaja dapat pula memberikan anak itu kepada pihak lain agar ada yang merawatnya. Misalnya, kepada orang tua yang tidak mempunyai keturunan, tetapi merasa siap untuk mengadopsi bayi itu sebagai anaknya sendiri. Bisa juga, remaja menyerahkan bayi yang dilahirkan kepada lembaga panti asuhan. Namun ini berarti, remaja tidak mampu menjadi orang yang bertanggung jawab atas semua tindakannya. Ia melanggar dan mengingkari martabatnya sebagai manusia yang beradab.

(55)

38

Di Amerika Serikat, mungkin aborsi telah disetujui dan diresmikan oleh pemerintah, namun untuk negara berkembang, seperti Indonesia,

aborsi belum diakui secara resmi. Tindakan aborsi dianggap melanggar nilai-nilai agama dan norma sosial-masyarakat, karena aborsi berarti melakukan pembunuhan terhadap calon-calon manusia (Dariyo, 2004: 92).

Aborsi merupakan akibat perilaku seks yang tidak terkendali. Kasus aborsi

lebih banyak diakibatkan dari kehamilan di luar nikah. Kehamilan yang dialami remaja putri diluar nikah atau gadis pelajar yang memalukan seringkali berdampak pada aborsi. Dampak lain dari kehamilan remaja, adalah membuat remaja merasa tertekan, stress dan seringkali tidak mampu menghadapinya dengan baik.

Para ahli dari berbagai bidang pendidikan, sosiologi, ekonomi, kedokteran, hukum, menyimpulkan ada lima masalah konsekuensi logis dari kehamilan yang harus ditanggung oleh remaja, yaitu:

(56)

39

b. Konsekuensi sosiologis: sangsi sosial. Orang tua yang anaknya hamil, akan menanggung rasa malu. Maka untuk menyelesaikan masalah ini, jalan terbaik ialah segera menikahkan anaknya yang hamil dengan remaja laki-laki (pelaku utama) yang menghamilinya. Demikian pula, masyarakat akan mencemooh, mengisolasi atau mengusir terhadap orang-orang yang melanggar norma masyarakat.

c. Konsekuensi penyesuaian dalam kehidupan keluarga sebagai orang yang telah menikah, tentu remaja harus dapat menyesuaikan diri dalam keluarganya yang baru. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, sehingga sering terjadi konflik-konflik, pertengkaran, percek-cokan, maka akan dapat berakhir dengan perceraian. Dengan demikian, ia akan berstatus sebagai janda muda maupun duda muda.

(57)

40

uang/ kebutuhan ekonomi rumah-tangga. Hal ini membawa akibat pada masalah-masalah percek-cokan, konflik perceraian, kemiskinan, dan ketidakpuasan kerja.

e. Konsekuensi hukum. Karena telah hamil, maka untuk memperkuat rasa tanggung jawab, maka sebaiknya remaja melakukan pernikahan secara resmi yang diakui oleh pemerintah melalui kantor catatan sipil atau kantor urusan agama. Dengan menikah resmi, mereka akan terhindar dari sangsi sosial, sebab mereka menjadi suami-isteri yang sah. Sehingga kalau mereka mempunyai anak, maka anak tersebut sudah sah secara hukum yang tertuang dalam hukum perkawinan (Dariyo, 2004: 94).

4. Upaya Mencegah Hamil Pranikah

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk menanggulangi penyimpangan seks atau seks pranikah yang dilakukan oleh remaja, di antaranya sebagai berikut:

a. Pemahaman permasalahannya. b. Penanaman informasi agama.

c. Pembiasaan melakukan ibadah yang tepat sehingga menumbuhkan kesadaran diri.

d. Contoh teladan yang sehat.

(58)

41

f. Peninjauan kembali media massa dengan segala eksposenya yang berhubungan dengan perangsangan seksual (Basri, 2004: 11).

g. Selain itu juga, pemberitahuan tentang seks juga penting, remaja diberikan informasi mengenai seks, bahaya yang ditimbulkan akibat hubungan seksual pranikah, serta konsekuensi yang harus diterima remaja apabila melakukan hubungan seksual pranikah, dan lain sebagainya. Hal ini berguna agar remaja paham dan tidak melakukan hubungan seksual pranikah atau hubungan seksual sebelum pernikahan.

C. Pernikahan Wanita Hamil Pranikah Menurut Islam

1. Pergaulan Bebas dan Larangan Mendekati Zina Menurut Pandangan

Pendidikan Agama Islam

Menurut pandangan hukum Islam, perbuatan zina merupakan dosa besar yang dilarang keras oleh Allah Swt. Bahkan, Allah Swt. telah menegaskan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 32 yang menjelaskan bahwa zina dikategorikan sebagai perbuatan yang keji, hina dan buruk. Hal ini seperti yang tercantum pada firman Allah Swt. di dalam Al-Qur’an

“ Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. “(Qs. Al-Isra’: 32).

(59)

42

untuk menjauhi zina, juga telah dijelaskan perintah untuk memelihara kemaluannya atau menjaga kehormatan dan rasa malunya dari perbuatan yang dilarang seperti zina, seperti yang terdapat dalam firman Allah Swt. Surat An-Nur ayat 30-31:

“ Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. “ (Qs. An-Nur: 30).

(60)

43

Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 30-31 di atas menjelaskan kepada laki-laki dan perempuan beriman untuk menjaga kehormatan dan rasa malunya. Pada Surat An-Nur ayat 30 menjelaskan perintah Allah Swt. kepada laki-laki untuk menjaga mata dan syahwatnya. Sedangkan pada Surat An-Nur ayat 31 menjelaskan giliran wanita yang diperintahkan untuk mengontrol dua hal tersebut, yaitu mata dan syahwatnya. Tetapi, ayat ini kemudian memberikan penekanan terhadap tiga hal untuk melindungi wanita dari pandangan tidak baik. Pertama adalah memakai jilbab yang menutup kepala, leher hingga dada. Kedua, menyembunyikan perhiasan seperti anting-anting, kalung dan gelang dihadapan pria non muhrim. Ketiga, perempuan ketika berjalan tidak menjejakkan kaki ke tanah yang dapat menarik perhatian orang lain. Jelas bahwa gaya bertutur, berlaku dan berpakaian perempuan dan laki-laki sangat berpengaruh bagi kebaikan hubungan sosial, menjaga kehormatan dan rasa malu. Itulah mengapa dari satu sisi Allah mengharamkan pandangan yang tidak layak dan di sisi lain melarang penampilan perempuan di tengah masyarakat agar tidak memamerkan sesuatu yang dapat menggerakkan nafsu orang lain.

(61)

44

pandangan dan kemaluannya, bahkan Allah Swt. memerintahkan perempuan beriman untuk tidak memamerkan sesuatu (aurat) yang dapat menggerakkan nafsu orang lain.

Zina adalah melakukan hubungan biologis layaknya suami istri di luar tali pernikahan yang sah. Rosulullah Saw. telah memberikan peringatan bahwa merebaknya perzinahan merupakan salah satu tanda kehancuran peradaban manusia dan merupakan tanda-tanda datangnya kiamat.

ُ ي ْنَا ِةَعاَسلا ِطاَرْشَا ْنِم َلاَق َمَلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِبَِّنلا ُتْعَِسَ َلاَق ْسَنَا اَنَرَ بْحَا َةَدَتَ ق ْنَع

ُلْهَجَا َرَهْظَيَو ُمْلِعلا َََفْر

ْوُكَي َّتََّح ِءاَسِّنلا َرُ ثْكَيَو ُلاَجِّرلا َلِقَيَو اَنِّزلا ُرَهْظَيَو ُرْمَلحا ُبَرْشَيَو

)يراخبلا هاور ُدِحاَوْلا ُمِّيَقْلا َةَأَرْما َْيِْسِمَخْلِل َن

“ Dari Qatadah telah mengabarkan kepada kami Anas mengatakan,

aku mendengar Nabi Saw. bersabda: diantara tanda kiamat adalah ilmu diangkat, kebodohan merajalela, khamr ditenggak, zina mewabah, jumlah (laki-laki) menyusut dan jumlah (wanita) melimpah ruah, hingga jika ada lima puluh wanita itu berbanding dengan seorang laki-laki.” (HR. Bukhari).

(62)

45

Surat Al-Mu’minun ayat 1-14, yang menjelaskan tentang pendidikan masyarakat muslim seperti khusyu dalam melaksanakan shalat, menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, menunaikan zakat, memelihara kemaluannya dari perbuatan zina, memelihara shalatnya, dan proses penciptaan manusia.

َنْوُ نِمْؤلما َحَلْ فَأ ْدَق

orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang yang menjauhkan

diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna. Dan orang yang menunaikan zakat. Dan orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi, barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya. Serta orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi. (yakni) yang akan mewarisi (surga) firdaus. Mereka kekal di dalamnya. Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain, Mahasuci Allah,

(63)

46

Selain itu, perintah untuk menjaga dan memelihara kemaluannya dari perbuatan zina, juga terdapat pada firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surat Al-Ma’arij ayat 29-31:

﴿ َنْوُظِفَح ْمِهِجُرُفِل ْمُى َنْيِذْلاو

“ Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka, dan hamba sahaya yang mereka miliki. Sesungguhnya mereka tidak tercela. Maka barang siapa mencari diluar itu (seperti zina, homoseks, dan lesbians), mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. “ (Qs. Al-Ma’arij: 29-31).

Pada Surat Al-Ma’arij Ayat 29-31 di atas menceritakan kepada kita tentang salah satu sifat/karakteristik seorang Muslim yang memiliki rasa takut kepada Rabb-Nya. Sifat tersebut adalah berupaya untuk menahan diri dari perbuatan keji yang diharamkan-Nya dengan memelihara kemaluannya. Adapun perbuatan keji yang dimaksud adalah berzina, homoseks, dan lesbian. Sehingga barangsiapa yang menyalurkan hasrat biologisnya kepada hal-hal yang telah disebutkan dalam ayat di atas (istri-istri atau budak-budak) maka tidak ada celaan baginya. Sedangkan bagi mereka-mereka yang menyalurkan hasrat biologisnya selain kepada hal-hal yang telah disebutkan tersebut, maka dia termasuk ke dalam orang-orang yang melampaui batas. Sifat ini merupakan sifat ke-6 yang

disebutkan Allah ta’ala dalam surat Al Ma’arij mengenai sifat seorang

Muslim yang merasa takut kepada-Nya. Perlu diketahui, bahwa rasa takut

(64)

47

diperhatikan oleh sebagian orang-orang mukmin, padahal hal itu menjadi dasar beribadah dengan benar.

Ayat ini memerintahkan kita untuk menjaga kemaluan dari kotoran syahwat dengan cara yang tidak halal, menjaga hati dari menginginkan sesuatu yang tidak halal, dan menjaga masyarakat dari munculnya syahwat dan keinginan yang tidak terbatas serta dari kerusakan rumah dan nasab. Sebab, kerusakan rumah dan bercampurnya nasab adalah faktor kehancuran masyarakat, yang menebarkan berbagai penyakit di dalamnya, menghadapkannya pada kebinasaan, dan mencerai-beraikan sendi-sendinya (Al-khatib, 2005: 85-87). Bahkan Allah berfirman tentang hukuman pezina di dalam Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 2:

و َّلُك اوُدِلْجاَف ِنِاَّزلاَو ُةَيِناَّزلا

“ Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. “ (Qs. An -Nur: 2).

(65)

48

Muhsan, yaitu pezina sudah baligh, berakal, merdeka, sudah pernah menikah. Hukuman terhadap zina muhsan adalah didera seratus kali dan rajam (dilempari dengan batu sederhana sampai meninggal). Ghairu Muhsan, yaitu pezina masih lajang, belum pernah menikah. Hukumannya adalah didera seratus kali dan diasingkan selama satu tahun.

2. Pernikahan Wanita Hamil Pranikah Menurut Pandangan Pakar

Fiqih

Menurut ketentuan hukum adat yang berlaku pada masyarakat, wanita yang telah hamil di luar nikah maka harus segera melangsungkan pernikahannya dengan laki-laki yang menghamilinya, hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi anggapan buruk pada lingkungan masyarakat tempat si wanita hamil di luar nikah tinggal (Bakri, 1988: 201).

Pandangan pakar fiqih mengenai perkawinan wanita hamil karena zina dapat dibedakan menjadi dua yaitu: ulama yang mengharamkan perkawinan wanita hamil karena zina, dan ulama yang membolehkan perkawinan hamil karena zina (Mubarok, 2005: 105-107). Akan tetapi, secara lebih rinci, pendapat mereka dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu:

(66)

49

b. Abu Yusuf dan Zukar berpendapat bahwa perkawinan wanita hamil karena zina tidak boleh seperti ketidak-bolehan perkawinan wanita hamil selain zina (seperti ditinggal wafat oleh suami dalam keadaan hamil), karena tidak memungkinkan tidur bersama, maka tidak boleh melaksanakan perkawinan.

c. Ulama malikiyah tidak membolehkan perkawinan wanita hamil zina secara mutlak sebelum yang bersangkutan benar-benar terbebas dari

hamil (istibra’) yang dibuktikan dengan tiga kali haidh selama tiga

bulan. Apabila perempuan tersebut nikah sebelum istibra’, pernikahan

tersebut fasid (batal dengan sendirinya), karena khawatir bercampurnya keturunan di dalam rahim dan Nabi Saw. melarang kita menyirami tanaman orang lain.

d. Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa wanita hamil zina boleh dinikahkan, karena kehamilannya tidak dapat dinasabkan kepada seseorang (kecuali kepada ibunya), adanya kehamilan dipandang sama dengan tidak adanya kehamilan. Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa wanita yang hamil karena zina tidak diwajibkan melaksanakan iddah (waktu tunggu), alasannya adalah karena wanita hamil zina tidak termasuk yang dilarang kawin, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 21 yang artinya:

“ Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang

(67)

50

e. Ulama Hanabilah menentukan dua syarat mengenai kebolehan menikahi wanita yang hamil karena zina. Menurut Ulama Hanabilah, seorang laki-laki yang mengetahui seseorang wanita telah berzina, tidak halal menikahi wanita tersebut kecuali dengan dua syarat yaitu:

1) Telah habis masa tunggunya, waktu tunggu bagi wanita hamil zina adalah sampai anak yang ada dalam kandungannya lahir, sebelum anak yang ada dalam kandungan lahir, wanita yang hamil karena zina haram menikah karena Nabi Saw. melarang kita menyirami hasil tanaman orang lain.

2) Wanita yang hamil zina telah bertaubat (menyesali perbuatannya dan tidak mengulanginya). Sebelum bertaubat, wanita hamil karena zina haram dinikahi oleh seorang yang beriman, sebagaimana terdapat pada Al-Qur’an Surat An-Nur Ayat 3, yang artinya:

“ Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik, dan pezina perempuan tdak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik, dan yang demikian itu, diharamkan bagi

orang-orang mukmin.”

(68)

51

Di Indonesia yang paling berpengaruh adalah Mazhab Syafi’i yang

membolehkan pernikahan gadis hamil, maka ketentuan hukum adat itu pun

menjadi diperkuat oleh ketentuan fiqih Mazhab Syafi’i itu. Menurut ajaran Mazhab Syafi’i perempuan hamil yang tidak pernah bersuami,

dihukumkan hamilnya itu bukan hamil iddah. Hamil iddah hanyalah hamilnya seorang janda yang suaminya mati setelah dia hamil atau ketika dia ditalak oleh suaminya ternyata dia telah hamil. Hal ini sesuai dengan maksud ayat Al-Qur’an sebagaimana terdapat pada surat At-Thalaq ayat 4 yang artinya:

Sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan

baginya dalam urusannya. “

Adapun gadis hamil karena dia tidak pernah menikah, maka mereka tidak mempunyai masa iddah, setiap saat dia bisa dinikahi laki-laki yang

melamarnya. Pendapat Mazhab Syafi’i ini disetujui oleh dua Mazhab

lainnya yaitu Hanafi dan Maliki dengan sedikit perbedaan syaratnya.

Menurut Syafi’i semua laki-laki boleh menikahi gadis hamil itu, dan setelah menikah boleh menggaulinya walaupun laki-laki itu bukan yang menghamilinya (Bakri, 1988: 201-202).

Para ulama Mazhab Syafi’i tetap membenarkan (meskipun

memakruhkan atau tidak menyukai) pernikahan dengan perempuan yang sedang hamil karena zina (yakni sebelum melahirkan anaknya) mengingat bahwa perzinaan menurut mereka, sebagaimana telah disebutkan di atas

(69)

52

pun (baik tentang adanya kehamilan tersebut ataupun tentang anak yang akan lahir sebagai akibatnya), karena itu tidak ada hambatan untuk menikahi perempuan seperti itu (Baqir, 2008: 26).

D. Remaja

1. Pengertian Remaja

(70)

53

Adolescentia berasal dari istilah latin, adolescentia, yang berarti masa muda yang terjadi antara 17-30 tahun. Yulia dan Singgih D. Gunarsa, menyimpulkan bahwa proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12-22 tahun. Jadi, remaja (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/13-21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (search for self-identity).

Penggolongan remaja menurut Thornburg (1982) terbagi 3 tahap, yaitu: remaja awal (usia 13-14 tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun), remaja akhir (18-21 tahun). Masa remaja awal, umumnya individu telah memasuki pendidikan di bangku sekolah menengah tingkat pertama (SLTP), sedangkan masa remaja tengah, individu sudah duduk di sekolah menengah atas (SMU). Kemudian, mereka yang tergolong remaja akhir, umumnya sudah memasuki dunia perguruan tinggi atau lulus SMU dan mungkin sudah bekerja (Dariyo, 2004: 14).

2. Ciri-Ciri Remaja

Ciri-ciri fisik remaja atau perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja di antaranya yaitu seperti: karakteristik fisik remaja, perubahan hormonal remaja, tanda kematangan seksual, serta reaksi terhadap

Gambar

Tabel 4.3.
TABEL 4.11
TABEL 4.17
TABEL 4.18
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan menentukan diagonal

Interaksi dan personel lebih penting daripada proses dan alat, di dalam agile interaksi antar anggota tim sangatlah penting, karena tanpa adanya interaksi yang

Sistem ini belum dapat memberikan solusi masalah keterlambatan pelaporan data dari rumah sakit ke Puskesmas, karena sistem ini digunakan hanya untuk data yang sudah tersedia

Metode yang digunakan untuk steganografi dalam penelitian adalah Low Bit Encoding dengan enkripsi

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

a.) Obyek yang akan di teliti adalah Communication Privacy Management Anak kepada Orang Tua. Peneliti ingin mengetahui batasan-batasan yang dilakukan anak kepada

Customer Satisfaction also has a strong relationship and contributed to Brand Image, while Service quality has no contribution to both Customer Satisfaction and

Pengamatan morfologi bakteri dilakukan dengan mengamati koloni bakteri yang meliputi bentuk koloni, ukuran, margin, elevasi, pertumbuhan pada media miring dan tegak seperti