• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

D. Remaja

2. Ciri-ciri Remaja

Ciri-ciri fisik remaja atau perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja di antaranya yaitu seperti: karakteristik fisik remaja, perubahan hormonal remaja, tanda kematangan seksual, serta reaksi terhadap

54

a. Karakteristik Perubahan Fisik Remaja

Kematangan hormon seks (sex hormones) akan mengubah pola pertumbuhan seorang anak. Sebelum masa pubertas, seorang anak rata- rata mengalami pertumbuhan sepanjang 2-3 inchi setiap tahunnya (1 inchi = 2,5 cm). Ketika mencapai pubertas, anak tumbuh secara cepat yakni rata-rata 4-6 inchi pertahun. Selain mempercepat pertumbuhan fisik, hormon seks juga mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tulang-tulang kerangka (skeleton). Akhir pertumbuhan fisik yang dialami remaja diperkirakan pada usia 18 tahun dan setelah masa itu diperkirakan tidak terjadi pertumbuhan/penambahan tinggi badan lagi (Turner dan Helms, 1995; Papalia, Olds dan Feldman, 2001). Perubahan fisik remaja yaitu terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks primer maupun organ seks sekunder, yang dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual. Hormon seks pada remaja laki-laki dikenal dengan hormon androgen (testosteron), sedang pada remaja wanita disebut hormon estrogen. b. Perubahan Hormonal Remaja

Perubahan hormonal merupakan awal dari masa pubertas remaja yang terjadi sekitar usia 11-12 tahun. Perubahan ini erat hubungannya dengan perubahan di dalam otak yakni hypothalamus, suatu bagian organ otak yang bertugas untuk mengkoordinasi atau mengatur fungsi- fungsi seluruh sistem jaringan organ tubuh. Salah satu diantaranya, ialah merangsang hormon luteinizing hormone releasing hormone

55

(LHRH) dan kelenjar pituitary (pituitary gland) untuk melepaskan hormon gonadotropin. Hormon gonadotropin ini merangsang gonades

(testes dan ovaries) untuk memproduksi hormon seksual. Hormon seks pada remaja wanita disebut estrogen atau estradiol, sedangkan hormon remaja laki-laki disebut androgen atau testosteron. Hal ini yang dianggap sebagai faktor penyebab kematangan seksual seorang remaja. Hormon androgen atau testosteron bekerja mempengaruhi pertambahan berat badan maupun perubahan suara, sedangkan hormon

estrogen/estradiol mempengaruhi pertumbuhan (makin membesarnya) payudara, uterine (produksi sel telur), dan perkembangan tulang-tulang (skeletal development) (Santrock, 1999).

Para ahli psikologi perkembangan (Berk, 1993; Papalia, Olds dan Feldman, 1998; Santrock, 1999: Turner dan Helms, 1995) menyatakan ada 2 karakteristik seks yang dimiliki oleh seorang remaja sebagai tanda perubahan fisik untuk memasuki masa dewasa yaitu seks primer dan seks sekunder. Perubahan seks primer ialah perubahan-perubahan organ seksual yang semakin matang sehingga dapat berfungsi untk melakukan proses reproduksi, di mana seorang individu dapat melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis dan dapat memperoleh keturunan anak. Misalnya, testis, kelenjar prostat, penis (remaja laki-laki); vagina,

ovarium, uterus (remaja wanita). Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan karakteristik seks sekunder ialah perubahan tanda-tanda identitas seks seseorang yang diketahui melalui penampakan postur

56

fisik akibat kematangan seks primer. Untuk remaja laki-laki, misalnya jakun, bentuk tubuh (segitiga), suara membesar, kumis, jenggot, sedangkan remaja wanita, misalnya kulit halus, bentuk tubuh (guitar body), suara melengking tinggi, dan rambut kemaluan pada vagina. c. Tanda Kematangan Seksual

Kematangan seksual remaja ditandai dengan keluarnya air mani pertama pada malam hari (wet-dream, nocturnalemmission) pada laki- laki. Istilah lain untuk menyatakan keluarnya air mani pada ejakulasi pertama, disebut spermarche, sedangkan pada remaja wanita mengalami menstruasi pertama yaitu yang disebut istilah menarche.

Spermarche terjadi pada usia sekitar 13 tahun, sedangkan untuk

menarche terjadi kira-kira pada usia 11 tahun, yakni setelah tumbuhnya payudara, uterus (rahim), dan pertumbuhan rambut kemaluan. Hal ini terjadi karena adanya kematangan hormon seksual dalam diri remaja. Konsekuensinya bila terjadi pertemuan spermatozoon dengan ovum

pada remaja, maka akan menyebabkan terjadinya konsepsi yakni sebagai tanda awal kehamilan.

d. Reaksi Remaja Wanita terhadap Menarche

Tidak semua individu mampu menerima perubahan fisiologis semasa remaja. Para ahli psikologi perkembangan seperti: Berk (1993); Turner dan Helms (1995); Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih Dirga Gunarsa (1991) secara umum mengungkapkan 2 jenis reaksi remaja wanita terhadap datangnya haid pertama (menarche), yaitu reaksi

57

negatif dan reaksi positif. Reaksi negatif, yaitu suatu pandangan yang kurang baik dari seorang remaja wanita ketika dirinya memandang terhadap munculnya menstruasi. Ketika muncul menstruasi pertama, seorang individu akan merasakan adanya keluhan-keluhan fisiologis (sakit kepala, sakit pinggang, mual-mual, muntah) maupun kondisi psikologis yang tidak stabil (bingung, sedih, stres, cemas, mudah tersinggung, marah, emosional). Hal ini kemungkinan karena ketidaktahuan remaja tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada awal kehidupan seorang remaja wanita, maka menstruasi dianggap sebagai sesuatu hal yang tidak baik. Oleh karena itu, peran orang tua maupun guru di sekolah agar bersedia memberi informasi yang benar tentang kondisi perubahan masa-masa remaja, agar dapat mengurangi sikap yang membingungkan bagi remaja.

Reaksi positif, yang dimaksud dengan reaksi positif remaja wanita ialah individu yang mampu memahami, menghargai dan menerima adanya menstruasi pertama sebagai tanda kedewasaan seorang wanita. Sikap yang positif akan menjadi salah satu tolok ukur kedewasaan seseorang (the maturity of personality). Umumnya, mereka yang dewasa ditandai dengan konsep diri (self-concept) yang positif, yakni memiliki kemampuan untuk melihat gambaran diri mengenai kelebihan dan kekurangan diri sendiri, artinya mereka mampu untuk mengevaluasi diri (self-awareness). Dari kemampuan tersebut akan menumbuhkan perasaan untuk dapat menghargai diri sendiri (self-

58

esteem), yang pada akhirnya akan membentuk rasa percaya diri (self- confidence). Orang yang percaya diri, akan memiliki rasa optimis dan penuh harapan terhadap masa depannya.

e. Reaksi Remaja Laki-laki terhadap Spermarche

Para ahli seperti Gunarsa dan Gunarsa (1991) dan Berk (1993) berpendapat para remaja laki-laki akan memiliki sikap yang beragam yakni ada yang merasa biasa-biasa saja, senang, gembira, bingung, atau merasa berdosa. Mereka menganggap positif yaitu bahwa spermarche

(ejakulasi pertama, nocturno emission) merupakan sesuatu yang wajar yang terjadi pada setiap remaja laki-laki. Di sisi lain, pengalaman tersebut dirasakan sangat menyenangkan (mengesankan). Untuk itu, seringkali seorang remaja berkeinginan untuk dapat mengulangi pengalaman tersebut. Sedangkan bagi remaja yang merasa terkejut (shock) atau merasa berdosa (guilty feeling) biasanya dilatarbelakangi oleh kehidupan keluarga yang memegang nilai-nilai agama dan bersikap kaku dalam pendidikan seks terhadap anak (puritanisme). Akibatnya yang terjadi yaitu pada diri anak tidak akan mengetahui banyak tentang aspek-aspek kehidupan seksual, serta hal-hal yang berhubungan dengan seks dianggap menjijikkan, kotor, atau jorok (Dariyo, 2004: 22).

59

Dokumen terkait