• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam bentuk bunyi yang berirama sebagai wujud pikiran dan perasaaannya. Musik terlahir dari daya cipta manusia, seperti diungkapkan Soeharto(1995:58) bahwa:

Musik selalu mengandung keindahan dan merupakan hasil daya cipta yang bersumber pada ketinggian budi dari jiwa yang menjelmakan musik tersebut, sehingga musik selalu dijadikan tolak ukur dari tinggi rendahnya nilai-nilai dan karakter (watak) bangsa yang bersangkutan. Salah satu bentuk musik hasil daya cipta masyarakat Indonesia adalah musik keroncong. Latar belakang sejarah keberadaan musik keroncong di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bangsa Portugis sekitar abad ke 16 yang melakukan ekspansi ekonomi ke nusantara dengan mencari rempah-rempah, seperti diungkapkan Soeharto (1995:24) bahwa :

Tahun 1511 bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Alburqueque merebut Malaka yang waktu itu dipimpin oleh Sultan Alauddin Syah. Setelah 11 tahun bercokol di Malaka, maka pada tahun 1522 pedagang-pedagang Portugis itu melanjutkan ekspansi ke Ternate dan Ambon untuk mencari rempah-rempah khususnya cengkeh.

Berdasarkan kutipan di atas awal kedatangan bangsa Portugis ke nusantara bukan untuk memperkenalkan budaya atau musik mereka, tetapi untuk tujuan perdagangan, sementara banyak pendapat yang mengatakan bahwa musik keroncong berasal dari Portugis, padahal apabila kita mengetahui sejarah lahirnya musik keroncong, sama sekali bangsa Portugis tidak mengenal tentang musik keroncong. Dalam perjalanannya menuju ke arah timur itu,

▸ Baca selengkapnya: berikut ini yang merupakan perilaku kehidupan manusia pada masa krtayuga adalah

(2)

pedagang yang sekaligus pelaut Portugis telah singgah pula di beberapa pulau yang dilaluinya, diantaranya di pantai sebelah timur laut kota Jakarta atau sekarang lebih dikenal dengan nama kampung Tugu, dan diduga dari daerah inilah musik keroncong lahir. Nama Tugu sendiri berasal dari kata ”portuguesa”, seperti diungkapkan Sopaheluwakan (2008:12), bahwa :

Ketika Portugis membuat perkampungan (Tugu), mereka bermain musik di sela-sela kehidupan mereka sehari-hari. Mereka berkumpul bersama-sama untuk mengusir kesepian.

Keturunan bangsa Portugis sampai saat ini masih terdapat di Kampung Tugu Jakarta Utara, daerah yang diduga sebagai tempat lahirnya musik keroncong. Hal ini dapat kita lihat pada sebuah grup keroncong yang bernama Keroncong Tugu. Sampai saat Keroncong Tugu masih mempertahankan keasliannya, baik dari musikalitas maupun pemainnya. Dari segi musikalitas, permainan musiknya masih memainkan gaya lama sama seperti awal lahirnya musik ini, sementara dari segi pemainnya sampai saat ini Keroncong Tugu masih beranggotakan para keturunan langsung dari bangsa Portugis.

Keroncong Tugu cukup diakui eksistensinya di dunia keroncong, baik nasional maupun internasional. Bukti dari pengakuan eksistensi mereka adalah dengan pengalaman tampil di mancanegara, selain sering tampil di depan Presiden Indonesia sejak Presiden Soekarno hingga saat ini. Keroncong Tugu pun menjadi langganan tampil mengisi acara tiap tahun di Pasar Malam tahunan yang diadakan di Denhaag, Belanda.

Dalam perkembangannya musik keroncong baru dilakukan pada awal abad 20, ketika itu musik dan lagu-lagu keroncong dimainkan tanpa partitur dan

(3)

hanya mengandalkan improvisasi saja. Perkembangan jenis aliran musik keroncong dalam berbagai gaya dan pendekatan persentase lagu, teknik dan aransemen musik yang cukup berbeda, seperti diungkapkan Harmunah (1996:49), bahwa : Dengan perkembangan-perkembangan yang dialami oleh musik keroncong ini, hingga masa sekarang, dapatlah kita melihat kurun waktu dari perkembangan masing-masing jenis musik keroncong,

yaitu :

- Keroncong Asli : 1. Zaman lama sekitar tahun 1920 2. Sekitar zaman perjuangan 3. Sekitar zaman modern/sekarang - Stambul 1. Sekitar tahun 1920

2. Zaman sekarang

- Langgam Keroncong 1. Sekitar tahun 1940 2. Zaman sekarang - Ekstra keroncong 1. Sekitar tahun 1924

2. Zaman sekarang

Pada dasarnya perbedaan-perbedaan terpenting gaya atau aliran musik keroncong terletak pada panjang-pendeknya struktur birama lagu, serta teknik dan cara pembawaan lagu terutama dalam teknik vokalnya. Misalnya, tidaklah mudah bagi seorang penyanyi keroncong pop untuk membawakan lagu keroncong asli, langgam atau stambul, begitu pun sebaliknya. Namun di luar perubahan dan perbedaan-perbedaan gaya dan aliran seperti jenis- jenis musik lainnya, musik keroncong bagaimana pun juga memiliki pola-pola tersendiri. Pada Awalnya musik keroncong dimainkan dengan hanya menggunakan instrumen cuk dan rebana, hingga pada perkembangannya mengalami penambahan instrumen, dan pada akhirnya terbentuklah susunan instrumen pokok yang biasa dimainkan dalam musik keroncong. Susunan

(4)

instrumen pokok yang dimainkan dalam musik keroncong adalah : biola, flute, gitar, cak, cak, cello dan bass.

Instrumen pokok yang dimainkan dalam musik keroncong dan jenis aliran keroncong, penulis merasa tertarik dengan instrumen cello. Cello keroncong dimainkan dengan improvisasi. Improvisasi dari teknik permainan cello keroncong sangat terasa dalam keroncong jenis langgam Jawa. Langgam Jawa merupakan jenis keroncong hasil dari perkembangan jenis langgam, hal ini karena di daerah Jawa Tengah musik keroncong berkembang pesat hingga pada akhirnya berkembang menjadi Campursari. Teknik permainan cello dalam langgam Jawa lebih menyerupai kendang Jawa atau ciblon, dengan istilah teknik kendangan. Kemiripan tersebut lebih terasa lagi dalam keroncong langgam Jawa dan tidak jarang dalam permainannya sering dimainkan pula teknik yang disebut ”kepla’an”.

Teknik kendangan cello keroncong langgam Jawa yang biasa dimainkan oleh grup-grup keroncong di Cimahi kebanyakan tidak ada bedanya dengan teknik kendangan pada musik keroncong jenis lain, hanya sedikit grup keroncong yang dalam teknik kendangannya terdapat kemiripan dengan permainan kendang Jawa atau ciblon. Grup tesebut adalah Orkes Keroncong Sederhana. Peneliti merasa tertarik dengan Orkes Keroncong Sederhana dikarenakan berdasarkan pengamatan peneliti, grup ini berbeda dengan yang lain adalah dilihat dari teknik kendangan cellonya yang sangat kental dengan irama kendang Jawa atau ciblon dan penerapan teknik kepla’annya, tentunya selain mereka masih sering menyajikan lagu-lagu langgam Jawa. Berdasarkan

(5)

hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul: “TEKNIK KENDANGAN INSTRUMEN CELLO DALAM

MUSIK KERONCONG LANGGAM JAWA PADA ORKES

KERONCONG SEDERHANA CIMAHI JAWA BARAT”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana sejarah berdirinya Orkes Keroncong Sederhana Cimahi Jawa Barat?

1.2.2 Bagaimana teknik kendangan instrumen cello dalam musik keroncong langgam Jawa pada Orkes keroncong Sederhana?

1.2.3 Bagaimana penerapan teknik kepla’an dalam permainan instrumen cello keroncong langgam Jawa pada Orkes Keroncong Sederhana?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui sejarah berdirinya Orkes Keroncong Sederhana Cimahi Jawa Barat

1.3.2 Untuk mendeskripsikan teknik kendangan instrumen cello dalam musik keroncong Jawa pada Orkes keroncong Sederhana

1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana penerapan teknik kepla’an dalam permainan cello keroncong langgam Jawa pada Orkes keroncong Sederhana

(6)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dipastikan memiliki nilai manfaat bagi orang-orang yang memiliki minat tingi terhadap musik keroncong, terutama bagi mereka yang ingin memperdalam teknik memainkan instrumen Cello. Secara rinci manfaat tersebut dapat disampaikan sebagai berikut :

1.4.1 Peneliti

Sebagai pengalaman empiris dan merupakan salah satu upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang musik keroncong, terutama dalam teknik memainkan instrumen Cello pada musik keroncong langgam jawa. 1.4.2 Mahasiswa

Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah laporan ilmiah mengenai teknik memainkan instrumen Cello yang sampai saat ini sangat jarang diteliti dan ditulis orang. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pedoman di dalam mempelajari instrumen Cello keroncong.

1.4.3 Grup Orkes Keroncong Sederhana

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan umpan balik tidak saja kepada pemain Cello pada Orkes Keroncong Sederhana, tetapi juga kepada seluruh pemain yang ada. Selain itu diharapkan bahwa hasil penelitian ini akan memberikan motivasi ke arah yang lebih baik kepada seluruh pemain yang ada.

(7)

1.5 Definisi Operasional

Teknik Kendangan : Cara atau aturan yang telah diuji kebenarannya untuk melakukan suatu proses memainkan alat musik kendang. (http/wikipedia.org/kamus_besar_bahasa_ind onesia)

Instrumen Cello : Sejenis alat musik gesek yang biasa dimainkan dalam musik klasik. Cello pada musik keroncong memiliki bentuk yang sama, namun terdapat perbedaan dalam bahan senar yang digunakannya. Pada cello keroncong, senar yang digunakan terbuat dari bahan nylon atau dari kulit sapi (Hardjana, 2008 : 3)

Musik Keroncong : Jenis musik yang berkembang di Indonesia pada sekitar abad ke 16, yang bermula dari sebuah alat musik yang di bawa oleh bangsa Portugis, bernama Ukulele. (Soeharto, 1995:25)

Langgam Jawa : Salah satu jenis aliran dan gaya musik yang terdapat dalam musik keroncong (Hardjana, 2008 : 2)

(8)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah musik keroncong yang merupakan salah satu bentuk musik hasil daya cipta masyarakat Indonesia. Dari berbagai macam instrumen yang dimainkan dalam musik keroncong dan jenis aliran keroncong, dalam penelitian ini hanya membahas tentang teknik kendangan cello langgam Jawa. Pada umumnya di grup keroncong lain sudah jarang menyajikan keroncong langgam Jawa, sekalipun ada penyajiannya berbeda dengan Orkes Keroncong Sederhana. Hal lain yang menurut peneliti grup ini berbeda dengan yang lain adalah dilihat dari teknik kendangan Cello yang sangat kental dengan irama kendang Jawa atau Ciblon dan penerapan teknik kepla’annya.

1.6 Asumsi Penelitian

Teknik kendangan instrumen Cello dalam musik keroncong langgam jawa menghasilkan bunyi pukulan kendang Jawa. Namun berbeda dengan kendang, Cello merupakan alat musik melodis, sehingga dari hasil petikannya cello memainkan trinada dari akord lagu yang diiringinya.

!.7 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan dan mencari data tentang teknik kendangan instrumen cello dan penerapan teknik kepla’an dalam musik keroncong langgam Jawa pada Orkes Keroncong Sederhana Cimahi Jawa Barat.

(9)

1.7.1 Lokasi dan Subjek Penelitian 1.7.1.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan penelitian bertempat di grup Orkes Keroncong Sederhana jalan Sukimun Rt 02 Rw 04 No.28 Baros Cimahi Jawa Barat. Alasannya berdasarkan dari pengamatan langsung grup Orkes Keroncong Sederhana masih menyajikan Keroncong langgam Jawa dengan berbagai ornamen dan improvisasi.

1.7.1.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini teknik kendangan instrumen cello dan penerapan teknik kepla’an dalam musik keroncong langgam Jawa dengan berbagai ornamen dan improvisasi yang dimainkan oleh grup Orkes Keroncong Sederhana Cimahi Jawa Barat.

1.7.2 Teknik Analisis 1.7.2.1 Studi Kepustakaan

Pengumpulan data dari sumber-sumber tertulis, hasil-hasil penelitian, jurnal, buku-buku, majalah, makalah, maupun hasil-hasil laporan yang relevan atau berkaitan erat dengan objek yang akan diteliti.

1.7.2.2 Wawancara

Wawancara ini dilakukan secara langsung untuk memperoleh data dari responden yang berkenaan dengan permasalahan yang penulis temukan dalam obkej yang akan diteliti, dalam hal ini mengenai teknik kendangan instrumen cello keroncong dan penerapan teknik kepla’an dalam musik keroncong langgam Jawa.

(10)

1.7.2.3 Observasi

Untuk memperoleh data yang akurat dengan cara mengamati langsung di lokasi penelitian. Observasi yang digunakan adalah partisipan atau terjun langsung ke lapangan, sehingga penulis dapat melihat langsung keadaan yang sebenarnya dan memperoleh gambaran langsung dari objek yang diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangk an hasil opt im asi bilangan perok sida dengan m odel persam aan 3 diperoleh pada k ondisi saddle point dengan t it ik krit is m assa zeolit 43,28 gram dan diam et

6. Informed consent yang sudah di tanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien disimpan dalam rekam medic.. Bila informed consent yang diberikan oleh pihak lain atau pihak ke

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa, biaya social yang merupakan keperpihakan perusahaan terhadap lingkungan, sosial seperti biaya lingkungan, masyarakat

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING LANGKAH KAKI DENGAN SENSOR MPU6050 BERBASIS ANDROID beserta seluruh isinya

Dalam bahasannya, penulis membahas keterkaitan Ahmad Tohari dengan berbagai media dalam proses publikasi Pengemis dan Shalawat Badar, posisi Ahmad Tohari sebagai bagian dari

Mahasiswa mampu menjelaskan tiga level budaya (S9, KU1, KU5)  Ketepatan menjelaskan peran kosep budaya organisasi dalam proses bisnis  Ketepatan menjelaskan

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disumpulkan mengenai bentuk konflik sosial oleh Coser yang dialami oleh

Dokumen ini dan informasi yang dimilikinya adalah milik Jurusan Teknik Komputer- Diploma IPB dan bersifat rahasia. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui oleh