• Tidak ada hasil yang ditemukan

LINGKUNGAN BISNIS, ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN, ORIENTASI PASAR, DAN KINERJA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LINGKUNGAN BISNIS, ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN, ORIENTASI PASAR, DAN KINERJA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

45

LINGKUNGAN BISNIS, ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN,

ORIENTASI PASAR, DAN KINERJA USAHA MIKRO, KECIL

DAN MENENGAH

Maria Pampa Kumalaningrum

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta Jalan Seturan Yogyakarta 55281

Telepon 0274 486321, Fax. 0274 486155

E-mail: pampa_maria@yahoo.com

ABSTRACT

This study examined the effect of environmental factors, entrepreneurial orientation, and market orientation on profitability in small business. In this study, we consider two dimensions of external environment: technological turbulence and competitive intensity. Theoretically, technological turbulence, competitive intensity, and entrepreneurial orientation are correlated, but distinct construct. Data was processed with Structural Equation Modeling using AMOS program. The results showed that technological turbulence has no direct effect on market orientation, but competitive intensity proved to have significant impact on market orientation. Entrepreneurial orientation has a direct effect and an indirect effect on profitability mediated by market orientation. The result also showed that market orientation proved to have significant impact on profitability. Based on the results, this study suggest, at least in small firms, competitive intensity and entrepreneurial orientation complements market orientation by instilling an opportunistic culture that impacts the profitability.

Keywords: technological turbulence, competitive intensity, entrepreneurial orientation,

market orientation, and profitability.

PENDAHULUAN

Pada masa sekarang, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dituntut untuk memiliki kapabilitas dinamik dan strategi yang mampu menangkap peluang dan memperbaharui pasar. Tekanan dan persaingan bisnis global mempengaruhi Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM), seperti halnya globalisasi, peningkatan teknologi, perubahan demografi dan sosial, kemampuan untuk melakukan inovasi, dukungan dana, maupun kewirausahaan.

Tetapi, dalam kenyataannya, tuntutan dari lingkungan bisnis saat ini, ternyata masih sulit untuk dipenuhi Usaha Kecil dan Menengah (Kuncoro, 2006).

Kuncoro (2006) menyatakan bahwa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia secara kualitas sulit berkembang di pasar karena menghadapi beberapa masalah internal, yaitu rendahnya kualitas sumberdaya manusia seperti kurang terampilnya sumberdaya manusia, kurangnya orientasi kewira-usahaan (entrepreneurial orientation),

(2)

46

rendahnya penguasaan teknologi dan manajemen, minimnya informasi, dan rendahnya orientasi pasar (market orientation). Dua dari permasalahan internal yang banyak dihadapi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yaitu orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan ternyata juga menjadi perhatian besar dalam banyak penelitian dewasa ini.

Orientasi kewirausahaan ( entrepre-neurial orientation) adalah orientasi perusahaan yang memiliki prinsip pada upaya untuk mengidentifikasi dan mengeksploitasi kesempatan (Lumpkin & Dess, 1996). Miller (1983) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai orientasi untuk menjadi yang pertama dalam hal inovasi di pasar, memiliki sikap untuk mengambil risiko, dan proaktif terhadap perubahan yang terjadi pasar.

Miller dan Friesen (1983) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan yang kuat akan memiliki kemampuan untuk melakukan inovasi lebih kuat dibanding-kan perusahaan lain. Lumpkin dan Dess (1996), menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan yang kuat, akan lebih berani untuk mengambil risiko, dan tidak cuma bertahan pada strategi masa lalu. Pada lingkungan yang dinamis seperti saat ini, orientasi kewirausahaan jelas merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Orientasi pasar (market orienta-tion) adalah orientasi perusahaan yang memiliki prinsip pada upaya untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen (Kohli & Jaworski, 1993). Perusahaan yang memiliki orientasi pasar, memiliki dasar perbaikan yang lebih cepat, serta akan tercermin pada kesuksesan produk unggulan baru perusahaan, profitabilitas, bagian pasar (market share), dan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Baker & Sinkula, 2009; 1999; Narver & Slater, 1994; Hult &

Ketchen, 2001; Narver & Slater, 1998; Becherer & Maurer, 1997; Day 1994).

Hasil dari implementasi strategi yang berdasarkan pada orientasi pasar, memungkinkan perusahaan beradaptasi dengan sukses terhadap perubahan lingkungan. Orientasi pasar, secara signifikan merupakan faktor penting yang memungkinkan perusahaan memahami pasar dan mengembangkan strategi produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kebutuhan pasar (Baker & Sinkula, 2009). Dalam penelitian Kohli dan Jaworski (1990), ditemukan bahwa semakin besar orientasi pasar suatu organisasi, semakin besar pula kinerja keseluruhan. Narver dan Slater (1994) menemukan hubungan positif antara orientasi pasar dan profitabilitas bisnis (Day, 1994; Narver & Slater, 1998).

Namun tidak demikian dengan orientasi kewirausahaan. Orientasi kewirausahaan berkaitan lebih pada identifikasi dan eksploitasi kesempatan daripada memenuhi kebutuhan pelanggan, sehingga tidak diharapkan memiliki efek pada profitabilitas yang langsung seperti halnya orientasi pasar. Ketika efek orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar dikembangkan dalam suatu model bersama-sama secara simultan, orientasi kewirausahaan tidak memiliki efek langsung terhadap profitabilitas perusa-haan (Matsuno, Mentzer, & Ozsomer, 2002). Narver dan Slater (1998) melakukan regresi secara simultan terhadap orientasi kewirausahaan (Covin & Slevin’s 1989 scale) dan orientasi pasar (Narver & Slater’s 1990 scale) terhadap ROI. Mereka menemukan efek yang signifikan dari orientasi pasar, tetapi tidak pada orientasi kewirausahaan. Hal ini bisa saja terjadi karena dampak orientasi kewirausahaan pada profitabilitas mungkin tidak secara langsung. Karena orientasi kewirausahaan adalah suatu konstruk yang

overlapping dengan orientasi pasar, ada kemungkinan pengaruhnya pada

(3)

profita-47

bilitas dimediasi oleh konstruk lainnya, yaitu orientasi pasar.

Lingkungan merupakan salah satu faktor perubahan dalam teori organisasi. Dalam makalah ini, ada dua teori lingkungan eksternal yaitu pergolakan teknologi (technological turbulence) dan intensitas persaingan (competitive intensity). Pergolakan teknologi mene-rangkan tingkat perubahan teknologi yang dialami organisasi. Intensitas persaingan menjelaskan tingkat persaingan dalam industri, dimulai dari persaingan rendah, konsumen terperangkap dalam suatu produk sampai dengan persaingan tinggi, konsumen memiliki banyak alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka (Frishamar and Horte, 2007).

Penelitian Hasim, et al. (2011) yang menyatakan bahwa pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Feifei Yu (2012), dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa intensitas persaingan memoderasi penga-ruh antara entrepreneurial orientation terhadap kinerja perusahaan. Tetapi Frishamar dan Horte (2007) dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda. Ke dua faktor tersebut tidak memoderasi pengaruh orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan.

Kondisi Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan berbagai penelitian di atas memicu keingintahuan peneliti untuk mencoba menggabungkan orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan dalam satu model. Peneliti telah dua kali melakukan penelitian dengan topik orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar. Di dalam penelitian pertama (Kumalaningrum, 2011), peneliti menguji

efek orientasi kewirausahaan terhadap profitabilitas dengan variabel orientasi pasar sebagai pemediasi. Dalam penelitian pertama, ditemukan bahwa orientasi kewirausahaan hanya bisa mempengaruhi profitabilitas jika di mediasi oleh orientasi pasar. Di dalam penelitian kedua (Kumalaningrum, 2012), peneliti mencoba memasukkan unsur kesuksesan inovasi sebagai pemediasi hubungan antara orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar terhadap profitabilitas. Di penelitian kedua, ternyata ditemukan hasil bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh ke profitabilitas bila dimediasi oleh kesuk-sesan inovasi.

Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan faktor-faktor lingkungan selain orientasi kewirausahaan sebagai faktor yang di harapkan berpengaruh terhadap profitabilitas. Peneliti mencoba untuk menguji apakah orientasi kewirausahaan berpengaruh langsung ke profitabilitas jika orientasi kewirausahaan berhubungan dengan faktor-faktor lingkungan. Selain itu, peneliti juga meneliti orientasi pasar sebagai variabel pemediasi hubungan antara orientasi kewirausahaan dan faktor-faktor ling-kungan terhadap profitabilitas.

KAJIAN LITERATUR

Gambar 1 merupakan model utama dalam penelitian ini. Hipotesis penelitian mengacu pada model ini. Model ini berupaya untuk menganalisis konstruk orientasi pasar (MO) sebagai variabel pemediasi antara pergolakan teknologi (IT), intensitas persaingan (KOM), dan orientasi kewirausahaan (EO) terhadap profitabilitas (PROF). Model penelitian menggunakan profitabilitas sebagai pengukuran kinerja perusahaan.

(4)

48 IT KOM EO MO PROF Gambar 1 Model Penelitian

Lumpkin dan Dess (1996) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai suatu metode, praktik, dan gaya pengambilan keputusan para manajer yang mengarah ke orientasi kewirausahaan. Hal ini mencakup proses eksperimen teknologi baru yang menjanjikan, keinginan untuk memperbesar kesempatan pasar produk baru dan predisposisi untuk mengambil kesempatan berisiko. Perusahaan dengan orientasi kewirausahaan yang kuat memiliki kemampuan mengubah ketidak-pastian lingkungan menjadi suatu manfaat bagi perusahaan. Covin dan Slevin (1989) memandang kewirausahaan sebagai suatu eksploitasi kesempatan untuk memper-baharui dan memperbaiki perusahaan.

Orientasi kewirausahaan memiliki tiga dimensi (Lumpkin & Dess, 1996), yaitu inovasi (innovativeness), proaktif (proactiveness), dan pengambilan risiko

(risk taking) (Zahra & Covin, 1995; Miller, 1983). Mengacu pada tiga dimensi kewirausahaan, Miller (1983) memberikan definisi pada orientasi kewirausahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki suatu semangat orientasi kewirausahaan jika bisa menjadi yang pertama dalam melakukan inovasi produk baru di pasar, memiliki keberanian mengambil risiko,

dan selalu proaktif terhadap perubahan tuntutan akan produk baru.

Zahra dan Covin (1995) menyatakan bahwa perusahaan dengan orientasi kewirausahaan dapat mencapai target pasar dan posisi pasar lebih dibandingkan para pesaing mereka. Perusahaan selalu mengamati perubahan pasar dan melakukan respon dengan cepat terhadap perubahan tersebut. Kemampuan perusahaan untuk proaktif dan keberanian mengambil risiko, menjadikan perusahaan memiliki kemampuan untuk menciptakan produk inovatif mendahului pesaing mereka sehingga memiliki orientasi pasar yang kuat karena akan mampu untuk memuaskan pelanggan dan mengidentifi-kasi faktor-faktor yang mempengaruhi para pelanggan.

H1: Orientasi kewirausahaan berpengaruh

terhadap orientasi pasar.

Perusahaan yang memiliki orientasi pasar yang kuat akan memiliki prioritas pembelajaran tentang (1) pelanggan (seperti, suka atau tidak suka, ketidak-puasan, persepsi, dan lainnya), (2) faktor yang mempengaruhi pelanggan (misalkan, persaingan, kecenderungan ekonomi, sosial budaya, dan lainnya), dan (3) faktor

(5)

49

yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mempengaruhi dan memuaskan pelanggan (misalkan teknologi, regulasi, dan lainnya) (Narver & Slater, 1994; Kohli & Jaworski, 1990; Narver & Slater, 1994)

Perusahaan yang berorientasi pada pasar memiliki keterampilan untuk menilai kebutuhan konsumen, sehingga mungkin menjadi yang pertama menawarkan generasi baru produk dan jasa pada pasar (Day, 1994). Selain itu, perusahaan lebih mungkin membuat perluasan lini dan merek terhadap pasar target baru (Baker & Sinkula, 1999; Gatignon & Xuereb, 1997; Kohli & Jaworski, 1990; Narver & Slater, 1990). Riset empiris memberi dukungan atas perspektif ini.

Penelitian Kohli dan Jaworski (1990), menemukan bahwa semakin besar orientasi pasar suatu organisasi, semakin besar pula kinerja keseluruhan. Narver dan Slater (1990) menemukan hubungan positif antara orientasi pasar dan profitabilitas bisnis (Day, 1994; Narver & Slater, 1998). Orientasi pasar, secara signifikan merupakan faktor penting untuk memungkinkan perusahaan memahami pasar dan mengembangkan strategi produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan kebutuhan pasar.

Penelitian yang penting dan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya adalah penelitian Kohli dan Jaworski (1993) serta Narver dan Slater (1990). Aliran yang intensif dari riset empiris telah secara konsisten, tetapi tidak secara bulat, melaporkan hubungan orientasi pasar dan profitabilitas, bahkan pada perusahaan kecil (Baker & Sinkula, 2009, 1999; Hult & Ketchen 2001; Narver & Slater, 1998, Pelham 2000; Pelham & Wilson 1996).

H2: Orientasi pasar berpengaruh pada profitabilitas.

Literatur melaporkan pengaruh langsung orientasi kewirausahaan pada

profitabilitas, tetapi hanya pada saat pengaruh orientasi pasar tidak dikontrol (misalkan pada saat efek orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar tidak dimodel secara simultan). Pada beberapa tipe dan ukuran perusahaan, aliran riset empiris mendukung efek langsung orientasi kewirausahaan pada penjualan dan profitabilitas (Zahra and Covin, 1995; Smart and Conant, 1994; Zahra, 1991; Covin and Slevin, 1986). Juga, beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek orientasi kewirausahaan pada profitabilitas adalah lebih dinyatakan dalam lingkungan pasar yang bergolak daripada lingkungan yang stabil (Covin and Slevin, 1989; McKee, Vadarajan, and Pride, 1989). Upaya yang dilakukan masih sedikit untuk meneliti efek simultan dari orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar atas kinerja organisasional.

Berbagai studi telah dilakukan namun tidak memberi dukungan efek independen dari orientasi kewirausahaan atas profitabilitas. Slater and Narver (1998b) meregres secara simultan orientasi kewirausahaan (Covin and Slevin’s, 1989 scale) dan orientasi pasar (Narver and Slater’s, 1990 scale) terhadap ROI. Mereka menemukan efek yang signifikan dari orientasi pasar, tetapi tidak pada orientasi kewirausahaan. Demikian juga, Matsuno, Mentzer, dan Ozsomer (2002) melaporkan efek lang-sung orientasi pasar

atas profitabilitas, tetapi efek negatif langsung orientasi kewirausahaan atas ROI. Dengan menggunakan sampel 750 perusahaan Tunisia berukuran besar, menengah, dan kecil Barrett dan Weinstein (1998) melaporkan efek langsung secara simultan dari orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan atas ukuran kinerja menyeluruh tetapi tidak ada efek orientasi kewirausahaan atas profitabilitas.

Uraian di atas menunjukkan bahwa berbagai studi menemukan ada yang menemukan efek langsung dan ada yang menemukan efek tidak langsung dari

(6)

50

orientasi kewirausahaan atas profitabilitas ketika orientasi pasar dimasukkan dalam model baik sebagai variabel independen yang terpisah atau variabel pemediasi. Berdasarkan prediksi ini, hipotesis dirumuskan sebagai

H3: Orientasi kewirausahaan berpenga-ruh pada profitabilitas.

Lingkungan merupakan salah satu faktor perubahan dalam teori organisasi. Dalam makalah ini, ada dua teori lingkungan eksternal yaitu pergolakan teknologi (technological turbulence) dan intensitas persaingan (competitive intensity). Pergolakan teknologi menerangkan tingkat perubahan teknologi yang dialami organisasi. Intensitas persaingan menjelaskan tingkat persaingan dalam industri, dimulai dari persaingan rendah, konsumen terperangkap dalam suatu produk sampai dengan persaingan tinggi, konsumen memiliki banyak alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka (Frishamar and Horte, 2007).

Frishamar dan Horte (2007) dalam penelitiannya menguji efek pemoderasi ke dua faktor pada pengaruh orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan. Dalam penelitian Frishamar dan Horte tidak dihasilkan pengaruh pemoderasi dari kedua faktor tersebut. Hasil penelitian itu berbeda dengan penelitian Hasim, et al. (2011) yang menyatakan bahwa pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Feifei Yu (2012), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa intensi-tas persaingan memoderasi pengaruh antara orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan.

Di dalam lingkungan stabil, orientasi pasar tidak akan terlalu berperanan. Sebaliknya, dalam lingkungan yang tingkat perubahan teknologinya cepat, maka orientasi perusahaan terhadap

apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen akan semakin beperan dalam pengembangan produk baru. Demikian juga dalam lingkungan yang memiliki tingkat persaingan tinggi, konsumen memiliki banyak alternatif pilihan akan produk dan jasa, maka orientasi pasar akan diperlukan. Kohli dan Jaworski (1993) berpendapat bahwa pada persaingan yang tinggi dan agresif, bisnis harus menemukan keinginan konsumen dan menciptakan nilai konsumen yang superior untuk memuaskan konsumen.

H4: Pergolakan teknologi berpengaruh terhadap orientasi pasar

H5: Intensitas persaingan berpengaruh

terhadap orientasi pasar

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di DIY sebagai unit analisis. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dipilih karena diharapkan memiliki fleksibilitas dan daya respon pada peristiwa lingkungan. Teknik atau prosedur pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel penelitian diambil berdasarkan kriteria tertentu yaitu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di DIY yang memiliki kriteria kekayaan bersih maksimal 200 juta; hasil penjualan tahunan maksimal satu milyar; milik warga negara Indonesia; berdiri sendiri; usaha perseorangan; usaha tidak berbadan hukum; usaha berbadan hukum; atau koperasi.

Penelitian ini membutuhkan reponden UKM yang beragam untuk mengetahui kondisi orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan UKM di DIY. Karakteristik responden sampel yang terdiri dari pria dan wanita, serta memiliki keberagaman dalam hal jenis usaha, lama berdiri, serta jumlah pekerja, diharapkan dapat mencerminkan keberagaman UKM yang ada di DIY.

(7)

51

Dalam penelitian ini, kuesioner yang disebar sebanyak 135 yang kembali hanya 115. Dari 105 tersebut yang layak digunakan hanya 100. Jumlah ini sesuai dengan syarat ukuran sampel minimal untuk SEM yaitu 100-200 (Ferdinand, 2002: 51).

Untuk operasionalisasi variabel, orientasi pasar diukur dengan menggunakan skala MORTN (Deshpane & Farley, 1998). Orientasi pasar diukur berdasarkan 11 pertanyaan yang berkaitan dengan komitmen perusahaan pada kepuasan konsumen. Contoh pertanyaan untuk variabel ini adalah mengenai tingkat keterbukaan perusahaan mengkomunikasi-kan kesuksesan dan kegagalan dalam usaha memuaskan konsumen.

Orientasi kewirausahaan diukur dengan menggunakan konseptualisasi Miler (1983) yang dikembangkan oleh Covin dan Slevin (1989). Orientasi kewirausahaan terdiri atas tiga dimensi, yaitu keinovasian (innovativeness), proaktif, dan pengambilan risiko. Diukur dengan 8 butir pertanyaan. Contoh pertanyaan variabel ini adalah mengenai tingkat penekanan perusahaan pada R&D, dan kepemimpinan dalam teknologi dan inovasi.

Profitabilitas adalah ukuran luaran (outcome) keuangan. Pengukuran profita-bilitas menggunakan daftar pertanyaan yang dikembangkan oleh Baker dan Sinkula (2009). Ukuran profitabilitas terdiri 3 butir pertanyaan. Daftar pertanyaan berkaitan dengan perubahan penjualan, perubahan laba, dan perubahan laba margin (profit margin). Contoh pertanyaan variabel ini adalah mengenai perubahan dalam profit perusahaan.

Faktor-faktor lingkungan yaitu pergolakan teknologi dan tingkat persai-ngan menggunakan daftar pertanyaan yang dikembangkan oleh Jaworski aand Kohli (1993). Pergolakan teknologi adalah tingkat perubahan teknologi yang dialami perusahaan. Variabel pergolakan teknologi

dihitung dengan 4 pertanyaan. Salah satu contoh pertanyaan adalah teknologi di dalam industri kami berubah dengan cepat. Faktor lingkungan yang kedua adalah intensitas persaingan yang menunjukkan tingkat persaingan dalam industri. Variabel intensitas persaingan diukur dengan 6 pertanyaan. Salah satu contoh pertanyaan adalah para pesaing kita relatif lemah.

HASIL PENELITIAN

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total. Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment Pearson. Untuk proses perhitungan, peneliti menggunakan SPSS. Untuk menentukan valid tidaknya suatu variabel yang diuji, maka secara statistik hasil korelasi dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi dengan taraf signifikansi 1% atau 5%. Semua variabel penelitian valid pada signifikansi 0.05 (lampiran).

Uji validitas digunakan untuk meyakinkan apakah pengukuran memang mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa instrumen benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten sehingga dapat berlaku dengan baik pada kondisi yang berbeda-beda. (Cooper & Emory, 1995:153). Pengujian reliabilitas metode konsistensi internal dengan teknik Cronbach’s alpha

untuk uji reliabilitas.

Penelitian ini menggunakan metode konsistensi internal dengan teknik

Cronbach’s alpha untuk uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas ditunjukkan oleh koefisien alpha variabel yang diuji. Proses perhitungan uji reliabilitas menggunakn

SPSS for Windows. Pada penelitian ini, alat pengukur (kuesioner) yang diperguna-kan untuk mengukur semua variabel yang

(8)

52

digunakan dalam penelitian ini semuanya dapat diandalkan atau reliable (lampiran).

Untuk menghitung orientasi pasar digunakan 11 pertanyaan. Jawaban terendah dari sebelas item pertanyaan tersebut adalah 3, sedangkan jawaban tertinggi adalah 10. Nilai jawaban rata-rata pertanyaan adalah 6, 9891. Variabel orientasi kewirausahaan dihitung dengan 8 pertanyaan. Jawaban terendah dari 8 item tersebut adalah 2,13 sedangkan jawaban tertinggi 9, 25 dan nilai jawaban rata-rata 5, 9225.

Variabel lain yaitu profitabilitas, pergolakan teknologi dan intensitas persaingan. Profitabilitas dihitung dengan 3 pertanyaan, dengan nilai terendah 3,3 dan nilai tertinggi 10, serta jawaban nilai rata-rata 7, 1833. Pergolakan teknologi dihitung dengan 4 pertanyaan, dengan nilai terendah 1,00 dan nilai tertinggi 4,25. variabel terakhir, intensitas persaingan diukur dengan 6 pertanyaan, dengan nilai terendah 1,50 dan nilai tertinggi 5,00. Tabel 5 menunjukkan deskripsi data.

Tabel 5 Deskripsi Data

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

MO EO PROF IT KOM 100 100 100 100 100 3.00 2.13 3.33 1.00 1.50 10.00 9.25 10.00 4.25 5.00 6.9891 5.9225 7.1833 3.1800 3.1833 1.23337 1.48262 1.55438 0.66008 0.61340

Untuk menguji kecocokan secara menye-luruh, peneliti menggunakan chi square ( 2

), indek kecocokan (GFI), indek Tucker Lewis (TLI), indek kecocokan yang

dinormalkan (Adjusted GFI), dan chi square yang dinormalkan (Normed 2 ) seperti yang tampak dalam Tabel 6.

Tabel 6

Ringkasan Goodness-of Fit

Pengukuran Goodness-of Fit Hasil computer Kriteria diterima

Absolute:

1. Chi-square ( 2

)

2. Goodness-of Fit (GFI)

2

: 1.136

Signifikan level (p): 0.111 GFI: 0.995

p > 0.05, 2

kecil dan tidak signifikan

GFI = 0.90 atau lebih

Incremental:

1. Tucker Lewis Index (TLI) 2. Normed Fit Index (NFI) 3. Adjusted GFI (AGFI)

TLI: 1.067 NFI: 0.985 AGFI: 0.966

TLI = 0.90 atau lebih NFI = 0.90 atau lebih AGFI = 0.90 atau lebih

Parsimony:

1. Normed Chi square Normed 2: 0.568 Limit bawah: 1.0; Limit atas: 2.0, 3.0, atau 5.0.

(9)

53

Berdasarkan Tabel 6, dapat disim-pulkan bahwa chi-square = 1.136 dengan df. 1, dan p: 0.111 > 0.10. Hasil uji ini menunjukkan bahwa model tersebut

acceptable fit (secara statistik mengin-dikasikan kecocokan yang baik) atau tidak terdapat beda yang signifikan antara data observasi dengan model penelitian yang diajukan oleh peneliti (Hair et al. (1995): 682). GFI menunjukkan derajat kecoco-kan model secara keseluruhan. Ukuran ini merupakan ukuran nonstatistical. Nilai GFI berkisar dari 0 (poor fit) sampai dengan 1 (perfect fit). GFI model penelitian ini sebesar 0.995. Hal ini menunjukkan model penelitian dapat diterima karena kriteria model diterima adalah GFI = 0.90 atau lebih.

Tucker Lewis Index (TLI), Normed Fit Index (NFI), dan Adjusted GFI (AGFI) menunjukkan perbandingan antara model penelitian dengan baseline model, yang disebut dengan null model. Null model

adalah model yang diharapkan dapat diungguli oleh model penelitian yang diajukan. Indikator-indikator ini merupakan ukuran nonstatistical. Kriteria penerimaan TLI adalah 0.90 atau lebih, NFI adalah 0.90 atau lebih, dan AGFI

adalah 0.90 atau lebih. TLI, NFI, dan AGFI dalam penelitian ini menunjukkan angka di atas kriteria penerimaan.

Normed chi-square menunjukkan dua kriteria suatu model tidak dapat diterima. Kriteria pertama, model peneli-tian “overfitted,” ditunjukkan dengan nilai

normed chi-square yang kurang dari 1.0. Kriteria kedua adalah model tidak betul-betul mencerminkan data yang diobservasi, ditunjukkan dengan nilai

normed chi-square lebih besar dari 2.0 atau 3.0, atau batas yang lebih liberal yaitu 5.0. Indikator ini merupakan ukuran

nonstatistical. Normed chi-square dalam penelitian ini menunjukkan nilai di bawah batas bawah tetapi masih bisa dikatakan marginal.

Dalam hasil analisis AMOS masih banyak angka-angka lain yang dapat menunjukkan dapat diterima atau tidaknya suatu model penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan beberapa indikator, seperti yang tertulis dalam Tabel 6, karena indikator-indikator di atas telah cukup mencerminkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini acceptable fit.

Gambar 2

Hasil Pengujian Hipótesis Penelitian .43 IT .37 KOM 2.18 EO MO .14 1.04 e1 1.93 e2 PROF 1 1 .32 .11 .25 -.34 -.28 .44 .06

(10)

54

Pada gambar 2 terlihat hasil pengujian hipotesis penelitian. Pengujian secara simultan pengaruh intensitas persaingan, pergolakan teknologi, dan orientasi kewirausahaan terhadap

profita-bilitas dengan pemediasi orientasi pasar, dilakukan dengan model persamaan struktural. Tabel 7 menunjukkan hasil pengujian hipotesis penelitian.

Tabel 7

Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Variabel Penelitian

Exogenous Variables

Endogenous Variables

Beta CR P value Keterangan

H1 Entrepreneurial orientation (EO) Market orientation (MO) 0.436 6.245 Signifikan H2 Market orientation (MO) Profitabilitas (Y2) 0.250 1.908 Signifikan H3 Entrepreneurial orientation (EO) Profitabilitas (Y2) 0.319 2.924 Signifikan H4 Technological Turbulence (IT) Market orientation (MO) -0.281 -1.686 Tidak Signifikan H5 Competitive Intensity (Kom) Market orientation (MO) -0.337 -1.867 Signifikan

Uji dua arah, df. 14, : 0.10, t tabel: 1.761; : 0.05, t tabel: 2.145; : 0.01, t tabel: 2.977; dan

: 0.002, t tabel: 3.787 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap orientasi pasar. Hal ini mendukung penelitian Covin dan Slevin (1986) serta Baker dan Sinkula (2009). Inovasi yang terjadi karena orientasi kewirausahaan adalah inovasi yang berupaya untuk penyegaran, pembaharuan, dan redefinisi organisasi, pasar, dan industri. Melalui proses identifikasi kesempatan dengan tujuan penyegaran, pembaharuan, dan redefinisi konsep, maka produk baru yang radikal dilahirkan. Perusahaan dengan orientasi kewirausahaan yang kuat, diprediksikan akan mampu mengembangkan konsep produk baru yang menuju kepada

kebutuhan pelanggan yang ada maupun pelanggan potensial.

Hasil penelitian juga mendukung penelitian Zahra dan Covin (1995) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan orientasi kewirausahaan dapat mencapai target pasar dan posisi pasar lebih dibandingkan para pesaing mereka. Perusahaan selalu mengamati perubahan pasar dan melakukan respon dengan dengan cepat terhadap perubahan tersebut. Kemampuan perusahaan untuk proaktif dan keberanian mengambil risiko, menjadikan perusahaan memiliki kemam-puan untuk menciptakan produk inovatif mendahului pesaing mereka sehingga memiliki orientasi pasar yang kuat karena akan mampu untuk memuaskan pelanggan

(11)

55

dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi para pelanggan.

Hasil penelitian juga menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan orientasi pasar terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu secara konsisten, tetapi tidak secara bulat, melaporkan hubungan orientasi pasar dan profitabilitas (Baker & Sinkula, 2009, 1999; Hult & Ketchen 2001; Narver & Slater 1998), termasuk efek pada perusahan kecil (Pelham 2000; Pelham & Wilson 1996).

Di samping bukti empiris tersebut, ada dukungan teoritis bagi hubungan antara orientasi pasar dan profitabilitas. Perusahaan dengan orientasi pasar yang kuat seharusnya mampu menghasilkan profit margin yang lebih tinggi daripada perusahaan yang dengan orientasi pasar yang lemah. Profit margin yang lebih tinggi adalah hasil sinergi dari pemilihan pasar target, pengembangan produk, strategi harga, distribusi dan promosi, sehingga memungkinkan penyampaian produk dan jasa sesuai dengan kebutuhan target pasar.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan berpe-ngaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini mendu-kung beberapa penelitian sebelumnya. Pada beberapa tipe dan ukuran perusahaan, aliran riset empiris mendukung efek langsung orientasi kewirausahaan pada penjualan dan profitabilitas (Zahra and Covin, 1995; Smart and Conant, 1994; Zahra, 1991; Covin and Slevin, 1986). Efek orientasi kewirausahaan pada profitabilitas ternyata lebih nyata dalam lingkungan pasar yang bergolak daripada lingkungan yang stabil (Covin and Slevin, 1989; McKee, Vadarajan, and Pride, 1989).

Dalam penelitian ini hanya intensitas persaingan yang terbukti berpengaruh positif dan signifikan pada

orientasi pasar. Pergolakan teknologi tidak terbukti berpengaruh secara signifikan. Dalam penelitian Frishamar dan Horte (2007), ditemukan bahwa ke dua faktor tersebut tidak signifikan memoderasi pengaruh orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Hasim, et al. (2011) yang menyatakan bahwa pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Feifei Yu (2012), dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa intensitas persaingan memoderasi pengaruh antara orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Pada hasil penelitian ini ditunjukkan bahwa orientasi pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan orientasi pasar yang kuat ternyata mampu menghasilkan profit margin yang lebih tinggi daripada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan orientasi pasar yang lemah. Profit margin yang lebih tinggi adalah hasil dari pemilihan pasar target, pengembangan produk, strategi harga, serta distribusi dan promosi, yang mengakibatkan penyampaian produk dan jasa bisa sesuai dengan kebutuhan pasar.

Hal ini menimbulkan implikasi perlunya penumbuhan kesadaran yang lebih besar mengenai pentingnya orientasi pada pasar. Perusahaan-perusahaan yang memiliki kesadaran akan perlunya bisnis berorientasi pada pasar akan mengembangkan tindakan-tindakan untuk semakin berfokus pada kebutuhan pelanggan, sehingga dapat meningkatkan profitabilitas.

Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa orientasi kewirausahaan

(12)

56

berpengaruh positif dan siginikan pada profitabilitas. Orientasi kewirausahaan yang dimaksud dalam penelitian ini menimbulkan inovasi untuk penyegaran, pembaharuan, serta redefinisi organisasi, pasar, dan industri. Melalui proses identifikasi kesempatan dengan tujuan penyegaran, pembaharuan, dan redefinisi konsep, maka produk baru yang radikal dilahirkan sehingga akan memperkuat posisi perusahaan di pangsa pasar dan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan orientasi kewirausahaan yang kuat, akan mengembangkan konsep produk baru yang menuju kepada kebutuhan pelanggan yang ada. Implikasi dari hasil ini adalah perlunya semakin menumbuhkan jiwa dan semangat kewirausahaan, sehingga selalu muncul semangat untuk mengembangkan produk-produk baru yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan berpe-ngaruh secara positif pada orientasi pasar. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berorientasi pada kewirausahaan memiliki ketrampilan untuk menilai kebutuhan konsumen, sehingga mungkin menjadi yang pertama menawarkan produk dan jasa pada pasar serta membuat perluasan lini dan merek terhadap pasar target baru.

Dari kesimpulan di atas, penelitian ini memberikan implikasi bahwa pimpinan perusahaan atau Usaha Kecil dan Menengah (UKM) perlu untuk lebih meningkatkan komitmennya terhadap penerapan orientasi kewirausahaan karena telah terbukti dalam penelitian empiris bahwa orientasi kewirausahaan berhubu-ngan dan berpengaruh positif terhadap orientasi pasar. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan orientasi kewirausahaan yang kuat, akan mengem-bangkan konsep produk baru yang menuju kepada kebutuhan pelanggan yang ada.

Maka Usaha Kecil dan Menengah (UKM) perlu semakin menumbuhkan jiwa dan semangat kewirausahaan, sehingga selalu muncul semangat untuk mengem-bangkan produk-produk baru.

Untuk pengaruh faktor-faktor lingungan terhadap orientasi pasar, yang terbukti signifikan hanyalah intensitas persaingan. Hal ini membawa implikasi bahwa manajer perlu meningkatkan orientasi pada pasar jika berada pada kondisi persaingan yang tinggi. Pada kondisi persaingan tinggi, bisnis perlu semakin memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai apa yang diperlu-kan konsumen, sehingga bisnis dapat bersaing dan bertahan di pasar.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan pertama, sampel penelitian hanyalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang ada di wilayah Yogyakarta. Keterbatasan peneliti menyebabkan lingkup penelitian hanya terbatas. Keterbatasan kedua, pengukuran penelitian sepenuhnya berdasarkan pada pengukuran subyektif yaitu menggunakan persepsi para pemilik dan pengambil keputusan dalam perusahaan. Hal ini disebabkan data obyektif belumlah tersedia. Meskipun dalam banyak peneli-tian, pengukuran secara subyektif secara metodologis dapat dibenarkan, tetapi tetap saja dapat menimbulkan bias.

Berdasarkan keterbatasan peneliti-an, maka peneliti memberikan beberapa saran. Pertama, mengembangkan peneliti-an dengpeneliti-an membagi sampel berdasarkpeneliti-an karakteritik Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sehingga bisa dipetakan dalam jenis perusahaan apa, faktor-faktor lingkungan dan orientasi pasar mempe-ngaruhi profitabilitas. Saran kedua, mereplikasi penelitian dengan sampel yang lebih luas baik secara geografis, demo-grafis, maupun cakupan industrinya. Ini dilakukan agar generalisasi hubungan antara orientasi pasar, orientasi kewira-usahaan, faktor-faktor lingkungan, dan

(13)

57

profitabilitas dapat lebih tercapai. Ketiga, mengembangkan penelitian dengan cara menambahkan variabel gender sebagai pemoderasi, sehingga bisa diketahui apakah ada perbedaan antara wirausaha perempuan dengan wirausaha laki-laki dalam hal pengembangan pola pikir ke arah orientasi pasar dan oriantasi kewirausahaan.

DAFTAR REFERENSI

Baker, W. E., and Sinkula, J. M. 2009. “The Complementary Effects of Market Orientation and Entrepre-neurial Orientation on Profitability in Small Business”. Journal of Small Business Management, 47 (4), 443-464.

Baker, W. E., and Sinkula, J. M. 1999. “The Synergistic Effect of Market Orientation and Learning Orient-ation on OrganizOrient-ational Perfor-mance”. Journal of the Academy of Marketing Science 27, 411-427.

Becherer, R.C., and Maurer, J.G. 1997. “The Moderating Effect of Environmental Variables on the Entrepreneurial and market Orientation of Entrepreneur-Led Firms”. Entrepreneurship: Theory and Practice, 22, 47-58.

Cooper, D. R. and Emory, C.W. 1991.

Business Research Methods, Fifth Edition, Chicago: Ricard D. Irwin, Inc.

Covin, J. G., and Slevin, D. P. 1989. “Strategic Management in Small Firm in Hostile and Benign Envi-ronments”. Strategic Management Journal, 10 (1), p.75-84.

Day. 1994. “The Capabilities of Market-Driven Organizations”. Journal of Marketing, 58 (4), 37-52.

Feifei, Y. 2012. “Strategic Flexibility, Entrepreneurial Orientation and Firm Performance: Evidence from Small and Medium Sized Business (SMB) in China”. African journal of Business Management, 6 (4), 1711-1720.

Gatignon, H., and Xuereb, J.M. 1997. “Strategic Orientation of the Firm and New Product Performance”.

Journal of Marketing Research, 34, 77-90.

Ghozali, Imam. 2005. Konsep & Aplikasi dengan Program Amos 16. Semarang: UNDIP.

Hair, J. F., Jr., Rolph, E. A., Ronald, L. T., dan William, G. B. 1995. Multiva-riate Data Analysis with Reading,

Ed. 4. New jersey: Prentice Hall International, Inc.

Hult, G.T. and Ketchen, D.J. 2001. “Does Market Orientation Matter?: A Test of The Relationship Between Positional Advantage and Perfor-mance”. Strategic Manag-ement Journal, 26, 899-906.

Kohli, A.K. and Jaworski, B.J. 1993. “Market Orientation: Antecedents and Consequences”. Journal of Marketing, 57 (3), 53-70.

Kohli, A. L., and Jaworski, B.J. 1990. “Market Orientation: The Constru-ct, Research propositions, and Managerial Implications”. Journal of Marketing, 54(2), 1-18.

Kohli, A.K.,B. J. Jaworski, and A. Kumar. 1993. “MARKOR: A Measure of

(14)

58

Market Orientation,” Journal of Marketing Research, 30, 467-477.

Koncuro, Mudrajad. 2006. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Erlangga.

Kumalaningrum, M.P. 2011. ”Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Profitabilitas UKM Dengan Orientasi Pasar Sebagai Variabel

Pemediasi”. Jurnal Riset

Manajemen & Bisnis. 6(2):99-112

Kumalaningrum, M.P. 2012. ”Market Orientation, Entrepreneurial Orientation, Innovation Success, dan Profitabilitas Usaha Kecil dan Menengah”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen(JAM), 23 (1): 13-25.

Lee, J and Miller, D. 1996. “Strategy, Environment, and Performance in Two Technological Context: Contingency Theory in Korea”.

Organization Studies, 17 (5):729-750.

Lumpkin, G. T., and Dess, G. G. 1996. “Claryfying the Entrepreneurial Orientation Construct and Linking it to Performance”. Academy of Management Review, 21: 135-172.

Matsuno, K., J. T. Mentzer, and A. Ozsomer. 2002. “The Effects of Entrepreneurial Proclivity and Market Orientation on Business

Performance,” Journal of

Marketing, 66 (3):18-33.

McKee, D.O., Varadarian, P.R. and Pride, W.M.1989. “Strategic Adaptability and Firm Performance: A Market: Contingent Perspective”. Journal of Marketing, 53 (3): 21-35.

Miller, D. 1983, “The Correlated of Entrepreneurship in Three Types of Firms”. Management Science, 29:770-791.

Miller D and P.H. Friensen. 1983. “Strategy-Making and Environ-ment: The Third Link,” Strategic Management Journal, 4 (3), p.221-235.

Narver, John and Stanley, F Slater. 1990. “The Effect of Market Orientation on Business Profitability”. Journal of Marketing, 20-35.

Narver, J. and Slater, S. F. 1994. “Does Competitive Environment Mode-rate the Market Orientation Perfor-mance Relationship”. Journal of Marketing, 46-55.

Narver, J. and Slater, S. F. 1998. “Customer-led and Market-Orien-ted: Let’s Not Confuse The Two”.

Strategic Management Journal, 1001-1006.

Pelham, A.M. 1997. “Mediating Influen-ces on the Relationship between Market Orientation and Profitabi-lity in Small Industrial Firms”.

Journal of Marketing Theory and Practice, 5: 55-57.

Pelham, A. M. 2000. “Market Orientation and Other Potential Influences on Performance in Small and Medium –Sized Manufacturing Firms”.

Journal of Small Business Manag-ement, 38:48-67.

Pelham, A.M., and Wilson, D.T. 1996. “Longitudinal Study of The Impact of Market Structure, Strategy, and Market Orientation Culture on Dimensions of Small Firm

(15)

59

Performance”. Journal of Market-ing Science, 24: 27-43.

William E. B and James, M. S. 2009. ‘The Complementary Effects of Market Orientation and Entrepreneurial Orientation and Profitability in Small Business”. Journal of Small Business Management, 47( 4): 443-464.

Zahra, S. and Covin, J.G. 1995. “Context-ual Influences on The Corporate Entrepreneurship-Performance: A Longitudinal Analysis”. Journal of Business Venturing, 10(1):43-58.

Zahra, S. and Covin, J.G. 1995. “Contextual Influences on The Corporate Entrepreneurship-Perfor-mance: A Longitudinal Analysis”.

Journal of Business Venturing, 10(1): 43-58.

Gambar

Tabel 5  Deskripsi Data

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Goldmann (1977b: 9), karya sastra dapat dipandang tidak hanya sebagai sekedar refleksi sebuah kenyataan dan kesadaran suatu kelompok atau secara kolektif tertentu,

Hasil pendekatan hanya lima UMKM yang bersedia bekerja sama untuk mengikuti kegiatan pelatiahan pmahaman penerapan SNI ISO 9001:2008 yaitu UMKM pempek tince,

Penjenisan nilai karakter, baik dari tujuan pendidikan nasional maupun seperti yang diungkapkan Saryono atau mungkin diungkapkan oleh pakar lain, kemungkinan besar bisa

Pengaturan level kecepatan pada Gambar 3.3 dilakukan pada komputer operator, lalu perintah tersebut akan dikirimkan ke rangkaian kontrol mikrokontroler melalui media

Dalam pelaksanaannya sudah berjalan dengan baik, dimana BPD sudah menjalankan penjaringan ke masing-masing dusun untuk menyerap aspirasi masyarakat dalam 1 (satu)

Analisis hasil penelitian sesuai dengan metode yang dipakai dalam penelitian, peneliti akan menyajikan data-data tersebut dalam hasil observasi, rekapitulasi data

Unilab Perdana antara lain: bagi perusahaan, yaitu membantu perusahaan untuk mengetahui apakah pengendalian internal pada sistem akuntansi siklus pendapatan yang berlangsung

Keunggulan dari metode modifikasi kimia dibandingkan dengan metode amobilisasi enzim adalah : (1) interaksi antara enzim dengan substrat tidak terhalangi oleh adanya matriks