• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kota Bandung Sebagai Pusat Pertumbuhan Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kota Bandung Sebagai Pusat Pertumbuhan Nasional"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Kota Bandung Sebagai Pusat Pertumbuhan Nasional

Gambar 1.1 Peta Kota Bandung (Sumber:www.google.com)

Dengan fungsi dan kedudukannya sebagai salah satu pusat pertumbuhan nasional, Kota Bandung selalu menjadi daya tarik pendatang dengan berbagai aktivitas setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung dalam 5 tahun terakhir mencapai 0,89% per tahun dan di wilayah perluasan perluasan mencapai 6,79% per tahun. Dengan luas wilayah hanya sekitar 17.000 Ha, Bandung kini dihuni oleh 2.523.901 jiwa (sumber: SPPIP Diskimrum Jabar tahun 2010). Laju pertambahan penduduknya diatas laju pertumbuhan penduduk rata-rata penduduk Provinsi Jawa Barat. Tidak heran jika tingkat kepadatan penduduk rata-rata 145 jiwa/ha, bahkan ada 850 jiwa/ha. Kondisi ini telah menempatkan Bandung sebagai salah satu kota terpadat didunia. Padahal idealnya kepadatan penduduk Kota Bandung adalah 50-60 jiwa/Ha.

(2)

Implikasi dari tingginya urbanisasi Kota Bandung telah menyudutkan pada masalah permukiman dan infrastruktur dalam berbagai skala. Dalam skala metropolitan Bandung hingga skala kawasan muncul masalan vicinity yaitu integrasi permukimann dengan fungsi sekitarnya, penyeimbang supply infrastruktur dengan tingginya demand urbanisasi dan commuter, keterbatasan daya dukung dan daya tampung ruang kota.

Cihampelas merupakan pusat perdagangan yang berada di Kota Bandung dengan radius pusat pemerintahan 1 km. Jalan ini memiliki karakter yang begitu kuat dengan wajah warna-warni “superhero”-nya, hingga sampai saat ini, citranya masih dapat mewakili citra Kota Bandung secara keseluruhan. Beragam macam kegiatanpun dapat ditemukan pada jalan ini. Hal ini membuat Jalan Cihampelas menjadi begitu potensial akan perkembangan-perkembangan yang tiada batas.

Berkembangnya bangunan “mixeduse” pada jalan ini merupakan salah satu sebuah pengembangan kota, seringkali, perkembangan yang terjadi tidak terduga ke arah mana dan berdampak apa. Hal ini adalah sebuah fenomena yang dapat kita jadikan dasar pemahaman terhadap Jalan Cihampelas, bermula pada tahun 1987 dengan munculnya toko IBC di Jalan Cihampelas no 114. Sesuai dengan teori tentang “Urban Catalyst” yang terdapat pada buku American Urban Architecture yang ditulis oleh Wayne Attoe, dengan mulai munculnya aktifitas komersial ini, kawasan permukiman Cihampelas perlahan berubah fungsi menjadi kawasan perdagangan dan wisata. Investor-investor pun melihat kesempatan strategis untuk menanamkan dananya pada jalan ini. Sebuah proses perubahan pada jalan cihampelas haruslah dapat memperkuat elemen yang telah ada atau malah mentransformasi elemen ke arah yang lebih baik. Dalam kasus Jalan Cihampelas, terjadi proses perubahan wajah atau fasade bangunan yang sangat ramai dan akhirnya memberi warna yang cerah pada kota Bandung..

Perubahan pandangan akan kota Bandung inilah yang mulai merusak kekuatan karakter kota ini. Kini perubahan yang telah terjadi pada jalan pedestrian di Cihampelas ini merupakan salah satu peran yang memberi dampak sangat buruk pada fungsi awalnya. Tipologi bangunan mixed-use yang luas dan menyedot banyak kendaraan bermotor dan para pedagang kaki lima yang tidak lagi memperkuat elemen sebelumnya dan tidak juga memberi transformasi ke arah yang lebih baik.

(3)

1.1.2 Cihampelas Sebagai Kawasan Perdagangan

Gambar 1.2

Peta kedudukan Jalan Cihampelas dan Gambar Site Jalan Cihampelas (Sumber : www.google.com)

Shopping street Jalan Cihampelas merupakan koridor jalan dengan dominasi aktivitasnya adalah sebagai pusat perdagangan. Tidak lepas dari julukan Bandung sebagai kota mode munculnya Cihampelas sebagai kawasan perdagangan adalah ide dari segelintir orang yang ingin menjadikan Cihampelas sebagai pusat perdagangan dan tekstile kota Bandung.

1.1.2 Cihampelas Sebagai Kawasan Perdagangan

Gambar 1.2

Peta kedudukan Jalan Cihampelas dan Gambar Site Jalan Cihampelas (Sumber : www.google.com)

Shopping street Jalan Cihampelas merupakan koridor jalan dengan dominasi aktivitasnya adalah sebagai pusat perdagangan. Tidak lepas dari julukan Bandung sebagai kota mode munculnya Cihampelas sebagai kawasan perdagangan adalah ide dari segelintir orang yang ingin menjadikan Cihampelas sebagai pusat perdagangan dan tekstile kota Bandung.

1.1.2 Cihampelas Sebagai Kawasan Perdagangan

Gambar 1.2

Peta kedudukan Jalan Cihampelas dan Gambar Site Jalan Cihampelas (Sumber : www.google.com)

Shopping street Jalan Cihampelas merupakan koridor jalan dengan dominasi aktivitasnya adalah sebagai pusat perdagangan. Tidak lepas dari julukan Bandung sebagai kota mode munculnya Cihampelas sebagai kawasan perdagangan adalah ide dari segelintir orang yang ingin menjadikan Cihampelas sebagai pusat perdagangan dan tekstile kota Bandung.

(4)

Gambar 1.3

Situasi Eksising Jalur Cihampelas (Sumber : Dokumentasi Penulis)

Namun kemudian berkembangnya Cihampelas sebagai pusat perdagangan tidak terkontrol lagi dan memicu para pedagang kaki lima membuka kios-kios dagang sesuka mereka disepanjang jalan Cihampelas. Selain itu sisi negative dari berkembangnya Cihampelas adalah semakin padatnya jalan sehingga memicu kemacetan lalu lintas. Bus pariwisata, angkutan umum, kendaraan pribadi, baik yang singgah maupun yang hanya lewat bertambah dan semakin ramai kompleksnya kegiatan perdagangan disepanjang Cihampelas. Lebar jalan yang relatif sempit dan jumlah kendaraan yang lewat semakin bertambah adalah faktor yang memicu terjadinya kemacetan. Apalagi ditambah dengan banyaknya kendaraan pengunjung yang diparkirkan di bahu-bahu jalan. Kurangnya lahan parkir khusus pengunjung Cihampelas adalah akibat dari tidak direncanakannnya kawasan tersebut secara matang dari kawasan pemukiman berubah menjadi kawasan perdagangan tanpa melihat potensi dan permasalahan yang ditimbulkannya. Namun sekarang menurut RTBL Kawasan, bahwa kawasan cihampelas menjadi kawasan komersial.

1.1.3 Pentingnya Pedestrian (Ikaputra, 2007)

Mengapa pedestrian atau ruang “berjalan kaki” bagi warga kota sangat penting? dan apa keistimewaan orang berjalan kaki?

Gambar 1.3

Situasi Eksising Jalur Cihampelas (Sumber : Dokumentasi Penulis)

Namun kemudian berkembangnya Cihampelas sebagai pusat perdagangan tidak terkontrol lagi dan memicu para pedagang kaki lima membuka kios-kios dagang sesuka mereka disepanjang jalan Cihampelas. Selain itu sisi negative dari berkembangnya Cihampelas adalah semakin padatnya jalan sehingga memicu kemacetan lalu lintas. Bus pariwisata, angkutan umum, kendaraan pribadi, baik yang singgah maupun yang hanya lewat bertambah dan semakin ramai kompleksnya kegiatan perdagangan disepanjang Cihampelas. Lebar jalan yang relatif sempit dan jumlah kendaraan yang lewat semakin bertambah adalah faktor yang memicu terjadinya kemacetan. Apalagi ditambah dengan banyaknya kendaraan pengunjung yang diparkirkan di bahu-bahu jalan. Kurangnya lahan parkir khusus pengunjung Cihampelas adalah akibat dari tidak direncanakannnya kawasan tersebut secara matang dari kawasan pemukiman berubah menjadi kawasan perdagangan tanpa melihat potensi dan permasalahan yang ditimbulkannya. Namun sekarang menurut RTBL Kawasan, bahwa kawasan cihampelas menjadi kawasan komersial.

1.1.3 Pentingnya Pedestrian (Ikaputra, 2007)

Mengapa pedestrian atau ruang “berjalan kaki” bagi warga kota sangat penting? dan apa keistimewaan orang berjalan kaki?

Gambar 1.3

Situasi Eksising Jalur Cihampelas (Sumber : Dokumentasi Penulis)

Namun kemudian berkembangnya Cihampelas sebagai pusat perdagangan tidak terkontrol lagi dan memicu para pedagang kaki lima membuka kios-kios dagang sesuka mereka disepanjang jalan Cihampelas. Selain itu sisi negative dari berkembangnya Cihampelas adalah semakin padatnya jalan sehingga memicu kemacetan lalu lintas. Bus pariwisata, angkutan umum, kendaraan pribadi, baik yang singgah maupun yang hanya lewat bertambah dan semakin ramai kompleksnya kegiatan perdagangan disepanjang Cihampelas. Lebar jalan yang relatif sempit dan jumlah kendaraan yang lewat semakin bertambah adalah faktor yang memicu terjadinya kemacetan. Apalagi ditambah dengan banyaknya kendaraan pengunjung yang diparkirkan di bahu-bahu jalan. Kurangnya lahan parkir khusus pengunjung Cihampelas adalah akibat dari tidak direncanakannnya kawasan tersebut secara matang dari kawasan pemukiman berubah menjadi kawasan perdagangan tanpa melihat potensi dan permasalahan yang ditimbulkannya. Namun sekarang menurut RTBL Kawasan, bahwa kawasan cihampelas menjadi kawasan komersial.

1.1.3 Pentingnya Pedestrian (Ikaputra, 2007)

Mengapa pedestrian atau ruang “berjalan kaki” bagi warga kota sangat penting? dan apa keistimewaan orang berjalan kaki?

(5)

Gambar 1.4 Jalan Orchard Road (Sumber : www.google.com)

Walking is first and foremost a type of transportation, a way to get around, but also provide an informal and uncomplicated possibility for being present in the public environment.(gehl, 2001: 135)

Berjalan adalah moda transportasi yang paling dasar dan utama bersifat informal dan tidak rumit bagi seseorang untuk berkeliling atau berada pada suatu lingkungan publik. Jalan-jalan kota mestinya dapat menyediakan pedestrian yang layak, karena moda transportasi ini merupakan moda yang bisa dilakukan oleh hampir semua orang tanpa mengeluarkan biaya. Dengan berjalan kaki orang akan lebih lama “berkunjung” ke suatu tempat. Pergerakan pejalan kaki akan akan relative lebih lamban memungkinkan para pejalan kaki mampu mengamati kanan-kiri jalur pejalan kaki secara lebih seksama. Dengan demikian rentang waktu “tinggal” para pejalan kaki yang lebih lama pada suatu kawasan dan pergerakan pejalan kaki yang lebih lamban sangat menguntungkan bagi sektor komersial kawasan dalam memajang secara menarik dan menawarkan berbagai produk promosi.

Permasalahan penting bagi kota-kota saat ini di Indonesia adalah memiliki kecenderungan untuk mewadahi moda transportasi “non-pejalan kaki”, akibatnya kawasan-kawasan komersial hanya di kunjungi oleh kalangan “bermobil”, yang berkunjung pada spot tertentu, atau blok supermall, dan

Gambar 1.4 Jalan Orchard Road (Sumber : www.google.com)

Walking is first and foremost a type of transportation, a way to get around, but also provide an informal and uncomplicated possibility for being present in the public environment.(gehl, 2001: 135)

Berjalan adalah moda transportasi yang paling dasar dan utama bersifat informal dan tidak rumit bagi seseorang untuk berkeliling atau berada pada suatu lingkungan publik. Jalan-jalan kota mestinya dapat menyediakan pedestrian yang layak, karena moda transportasi ini merupakan moda yang bisa dilakukan oleh hampir semua orang tanpa mengeluarkan biaya. Dengan berjalan kaki orang akan lebih lama “berkunjung” ke suatu tempat. Pergerakan pejalan kaki akan akan relative lebih lamban memungkinkan para pejalan kaki mampu mengamati kanan-kiri jalur pejalan kaki secara lebih seksama. Dengan demikian rentang waktu “tinggal” para pejalan kaki yang lebih lama pada suatu kawasan dan pergerakan pejalan kaki yang lebih lamban sangat menguntungkan bagi sektor komersial kawasan dalam memajang secara menarik dan menawarkan berbagai produk promosi.

Permasalahan penting bagi kota-kota saat ini di Indonesia adalah memiliki kecenderungan untuk mewadahi moda transportasi “non-pejalan kaki”, akibatnya kawasan-kawasan komersial hanya di kunjungi oleh kalangan “bermobil”, yang berkunjung pada spot tertentu, atau blok supermall, dan

Gambar 1.4 Jalan Orchard Road (Sumber : www.google.com)

Walking is first and foremost a type of transportation, a way to get around, but also provide an informal and uncomplicated possibility for being present in the public environment.(gehl, 2001: 135)

Berjalan adalah moda transportasi yang paling dasar dan utama bersifat informal dan tidak rumit bagi seseorang untuk berkeliling atau berada pada suatu lingkungan publik. Jalan-jalan kota mestinya dapat menyediakan pedestrian yang layak, karena moda transportasi ini merupakan moda yang bisa dilakukan oleh hampir semua orang tanpa mengeluarkan biaya. Dengan berjalan kaki orang akan lebih lama “berkunjung” ke suatu tempat. Pergerakan pejalan kaki akan akan relative lebih lamban memungkinkan para pejalan kaki mampu mengamati kanan-kiri jalur pejalan kaki secara lebih seksama. Dengan demikian rentang waktu “tinggal” para pejalan kaki yang lebih lama pada suatu kawasan dan pergerakan pejalan kaki yang lebih lamban sangat menguntungkan bagi sektor komersial kawasan dalam memajang secara menarik dan menawarkan berbagai produk promosi.

Permasalahan penting bagi kota-kota saat ini di Indonesia adalah memiliki kecenderungan untuk mewadahi moda transportasi “non-pejalan kaki”, akibatnya kawasan-kawasan komersial hanya di kunjungi oleh kalangan “bermobil”, yang berkunjung pada spot tertentu, atau blok supermall, dan

(6)

mengabaikan sebagian toko lainnya. Situasi ini juga tidak menguntungkan bagi upaya memotivasi pemilik toko atau usaha di sepanjang jalan yang tidak memiliki jalur pedestrian yang baik. Toko atau mall yang sering di kunjungi akan semakin mempercantik diri sementara yang tidak pernah di kunjungi pengunjung bermobil, semakin tidak berkembang usahanya dan semakin kusam. Sebaliknya, jika seluruh kawasan terhubung dan di lewati jalur pejalan kaki yang nyama, tak satupun toko atau tempat usaha melewatkan kesempatan untuk ”bersolek” agar di lirik para pejalan kaki yang lewat di depannya.

Dengan potensi yang sangat besar dari Jalan Cihampelas ditambah dengan sangat pentingnya berjalan kaki demikian perlu adanya kajian jalur pedestrian pada Jalan Cihampelas yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi pejalan kaki.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang mengemukakan potensi dan permasalahan pada Jalan Cihampelas. Menimbulkan pertanyaan dalam penelitian yaitu:

 Bagaimanakah setting fisilk jalur pedestrian pada Jalan Cihampelas Bandung?

 Bagaimanakah kualitas jalur pedestrian berdasarkan komponen connectivity, convenience, attractivness, safety, security.

 Bagaimanakah rekomendasi untuk peningkatan kualitas jalur pedestrian pada Jalan Cihampelas Bandung?

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang di harapkan dari hasil penelitian ini adalah:

 Sebagai arah rancangan/guidline penataan pada Jalan Cihampelas

 Secara teoritis manfaat dari penelitian ini memberikan gambaran terhadap temuan-temuan masalahan dan solusi pada jalan cihampelas.

(7)

 Menjadi pertimbangan pemerintah daerah dalam pembentukan peraturan-peraturan, penataan, pengembangan serta pengendalian ruang Jalan Cihampelas.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penyebab utama masalah atau konflik yang terjadi pada kawasan serta mendapatkan alternative pemecahan masalah/konflik pada Jalan Cihampelas Bandung.

1.5 Keaslian Penelitian

Table 1.1

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan No Nama Judul penelitian Fokus Penelitian Lokus

Penelitian

Metoda Penelitian 1 Hartanti,

1997

Fungsi laten, jalur pejalan kaki, study kasus trotoar jalan malioboro Mengidentifikasi keragaman kegiatan laten untuk mendapatkan gambaran deskriptif Fungsi laten jalur pejalan kaki ditrotoar jalan malioboro Analisis dilakukan dengan cara induktif, 2 Erwan Kertajaya, 2003 Penataan jalur pedestrian dijalan utama pangeran diponogoro Mendapatkan kebijakan penataan terhadap pemanfaatan jalur pedestrian dalam kaitannya denganfungsi yang seharusnya Jalur pedestrian di penggal selatan jalan utama pangeran di ponogoro Penelitian dilakukan dengan deskriptif kuantitatif yaitu menganalis dengancara mendeskifsian masalah yang ada 3. Purwanto, 2002 Elemen-elemen utama yang signifikan pada jalur pedestriandi penggal jalan ahmadyani, womosobo Mendapatkan alternative solusi konflik kepentingan di jalur pedestrian Jalur pedestrian di penggal jalan acmad yani wonosobo Penelitian di lakukakn dengan model study kasus dengan menilai dan menganalisis suatu permasalahan pada kawasan 4 Astir prautama, 2005 Arahan penataan jalur pedestrian koridor kota depok Mengidentifikasi factor, dalam rangka mengusulkan solusi dalam pemecahan masalah tentang konflik yang terjadi dan pengaruhnya terhadap fungsi di jalur pedestrian Jalur pedestrian di penggal jalan margonda raya depok Penelitian dilakukan dengan deskriptif kualitatif yaitu menganalisisde ngan cara mengdeskifsika n permasalahan yang ada

(8)

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman mengenai tulisan ini, disusunlah sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, pentingnya jalur pedestrian, perumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tinjauan teoritis mengenai public space, definisi pedestrian, standarisasi jalur pedestrian yang baik, definisi dan tipe jalan, elemen yang membuat jalan menjadi jalan yang baik.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan membahas tipe penelitian, lingkup penelitian, penentuan lokasi penelitian, tahapan penelitian.

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab ini akan membahas gambaran umum Kota Bandung dan wilayah penelitian yang berada di Jalan Cihampelas.

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan hasil identifikasi dan temuan-temuan yang ada di lapangan sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Selanjutnya hasil pemelitian tersebut dianalisa.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan membahas hasil kesimpulan dari analisa hasil penelitian. Dari kesimpulan tersebut dibuat rekomendasi berupa arahan desain (design guidelines) serta saran-saran dari penelitian ini terhadap beberapa pihak seperti pemerintahan, developer dan peneliti selanjutnya.

Gambar

Gambar 1.1 Peta Kota Bandung (Sumber:www.google.com)
Gambar 1.4 Jalan Orchard Road (Sumber : www.google.com)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kiblat Media Online Tirto.id Dalam Pemberitaan Pasca Debat Pertama Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019 (Analisis

hal ini disebabkan antara lain: (a) personil yang berfungsi melakukan pembinaan terhadap pengawas pendidikan pada umumnya adalah menduduki jabatan struktural pada Dinas

Sementara itu, pada edisi kedua ini, MP menampilkan artikel-artikel yang terkait dengan alternatif kebijakan pertanian, penge- lolaan wilayah pesisir indonesia, manfaat

Grafik hubungan antara tegangan terhadap suhu untuk lapisan tipis Cu 1 /Ni 1 /Cu 2 /Ni 2 pada pelapisan dengan variasi. tegangan

Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Matematika melalui Pemanfaatan Media Lingkungan di Kelas II Sekolah Dasar

[r]