• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN BLENDED LEARNING DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN BLENDED LEARNING DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN BLENDED LEARNING DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BALAI DIKLAT

KEAGAMAAN MANADO

Oleh: Wiwin Sunarsi Tubagus, S.Si

Widyaiswara Pertama Balai Diklat Keagamaan Manado Abstrak :

Artikel ini membahas mengenai penerapan Blended Learning dalam pendidikan dan pelatihan di Balai Diklat Keagamaan Manado.Blended Learning merupakan suatu metode kombinasi antara metode pembelajaran tatap muka di kelas dengan online training. Dengan menggunakan metode ini diharapkan pembelajaran pada pendidikan dan pelatihan di Balai Diklat Keagamaan Manado dapat mencapai hasil yang lebih optimal.

Kata Kunci: blended learning, metode pembelajaran, online training, diklat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Metode belajar dan pembelajaran berubah dan berkembang menjadi lebih baik dari masa ke masa.Metode-metode tersebut berkembeng sesuai dengan perkembangan zaman selain itu karena munculnya teori-teori baru yang lebih kompleks dan lebih baik untuk digunakan. Untuk terwujudnya sebuah kegiatan pembelajaran yang baik maka dibutuhkan peran dari keseluruhan pihak yang terkait dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas, entah dari pendidik maupun peserta didik. Pendidik harus berperan lebih aktif dalam memberikan materi pembelajaran dengan metode dan media pembelajaran yang tepat sedangkan peserta didik berperan dengan sama aktifnya ketika menerima informasi yang diberikan oleh Pendidik. Perkembangan teknologi di dunia yang semakin tinggi ikut memengaruhi terbentuknya beberapa metode pembelajaran yang baru.

Salah satu metode pembelajaran yang saat ini kerap dipakai yaitu metode Blended Learning, merupakan suatu metode pembelajaran yang mengkombinasikan metode pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online atau online learning.Metode pembelajaran bisa berupa tatap muka

(2)

sehari–hari, kemudian ada beberapa komponen pembelajaran e–learning yang disisipkan, maupun sebaliknya, kebanyakan pembelajaran e- learning, lalu disisipkan metode tatap muka untuk review atau untuk ujian.Ada yang perlu diperhatikan oleh peserta saat hendak mengikuti metode pembelajaran ini adalah komitmen waktu untuk mempelajari suatu topik, kemampuan untuk beradaptasi dengan metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya.Metode pembelajaran ini bisa jadi menjadi suatu solusi yang baik untuk memenuhi kebutuhan peserta didik, dimana metode pembelajaran tatap muka dirasa sulit karena adanya kendala waktu maupun tempat, adanya pengurangan biaya operasional, peserta dapat menentukan sendiri kecepatan mereka dalam belajar, tidak terikat waktu namun tetap harus memiliki komitmen.

Metode Blended Learning diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran pada pendidikan dan pelatihan di Balai Diklat Keagamaan Manado, sehingga kualitas hasil pembelajaran diharapkan dapat lebih optimal.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Menghadapi tantangan dunia pendidikan yang semakin maju pesat diharapkan adanya inovasi dalam pembelajaran khususnya metode pembelajaran.Metode konvensional yang hanya mengandalkan tatap muka di dalam kelas yang terikat ruang dan waktu dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang ada.Perlu adanya suatu metode yang dapat mengakomodir kebutuhan peserta didik yang terkendala waktu maupun tempat.

C. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang dirumuskan adalah bagaimana menerapkan suatu metode pembelajaran yang dapat mengkombinasikan metode pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online atau online learning.

(3)

D. TUJUAN PENULISAN

Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode Blended Learning dalam pembelajaran pada pendidikan dan pelatihan di Balai Diklat Keagamaan Manado.

BAB II

KONSEP DAN PEMBAHASAN

A. KERANGKA TEORETIS 1. Blended Learning

Blended Learning berasal dari Bahasa inggris kata blendedyang berarti kombinasi atau campuran dan learningyang berarti belajar. Istilah lain yang sering digunakan adalah hybrid course (hybrid = campuran/kombinasi, course = mata kuliah). Blended Learning dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran yang mengkombinasikan metode pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online atau online learning. Thorne (2003) menggambarkan blended learning sebagai "It represents an opportunity to integrate the innovative and technological advances offered by online learning with the interaction and participation offered in the best of traditional learning”. Sedangkan Bersin (2004) mendefinisikan blended learning sebagai: “the combination of different training “media” (technologies, activities, and types of events) to create an optimum training program for a specific audience. The term “blended” means that traditional instructor-led training is being supplemented with other electronic formats. In the context of this

(4)

book, blended learning programs use many different forms of e-learning, perhaps complemented with instructor-led training and other live formats”. Istilah blended learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan mata kuliah yang mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Saat ini istilah blended menjadi populer, maka semakin banyak kombinasi yang dirujuk sebagai blended learning. Dalam metodologi penelitian, digunakan istilah mixing untuk menunjukkan kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif.Adapula yang menyebut di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi penyampaian pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis komputer (offline), dan komputer secara online (internet dan mobile learning). Pembelajaran berbasis Blended learning berkembang sekitar tahun 2000 dan sekarang banyak digunakan di Amerika Utara, Inggris, Australia, kalangan perguruan tinggi dan dunia pelatihan. Melalui blended learning semua sumber belajar yang dapat memfasilitasi terjadinya belajar bagi orang yang belajar dikembangkan. Pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendekatan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Pebelajar dan pengajar/fasilitator bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai karakteristik peserta didik agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.

(5)

Sejarah Blended Learning dimulai sejak ditemukan komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya pembelajaran awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pendidik dan peserta didik, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak.Pada saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran mengkombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun terminologi blended learning muncul setelah berkembangnya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh peserta didik secara offline maupun online.

2. Blended Learning dalam Pendidikan dan Pelatihan

Saat ini, pembelajaran berbasis blended learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer, dan teknologi m-learning (mobile learning). Bersin (2004) menggambarkan sejarah blended learning yang berkembang di dunia pelatihan pada awalnya juga seperti yang dilakukan pada lembaga pendidikan yaitu sumber belajar utama adalah pelatih/fasilitator. Dengan ditemukannya teknologi komputer, pelatihan dilakukan menggunakan mainframe based yang dapat melakukan kegiatan pelatihan secara individual tidak bergantung pada waktu dan materi yang sama (tidak sinkron). Perkembangan berikutnya pembelajaran yang tetap menggunakan basis komputer tetapi daya jangkaunya menjadi lebih luas melintasi pulau dan benua karena perkembangan teknologi satelit.Demikian pula, isi pelatihan dilakukan duplikasinya melalui CD ROM dan internet. Saat ini pelatihan menggabungkan semua itu agar pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dengan konsep kombinasi (blended).

Unsur-Unsur Blended Learning Pembelajaran berbasis blended learning mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learning tinggi paling tidak memiliki 6 (enam) unsur, yaitu:

(6)

 belajar mandiri,  aplikasi,

 tutorial,  kerjasama, dan  evaluasi.

Pembelajaran Tatap muka Pembelajaran tatap muka dilakukan seperti yang sudah dilakukan sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio visual, dan komputer, pengajar sebagai sumber belajar utama.Widyaiswara menyampaikan isi pembelajaran, melakukan tanya jawab, diskusi, memberi bimbingan, tugas-tugas kuliah, dan ujian. Semua dilakukan secara sinkron (synchronous), artinya semua peserta belajar isi pembelajaran pada waktu dan tempat yang sama. Dengan menggunakan pendekatan berpusat pada peserta, pembelajaran dilakukan dengan tutorial, buku kerja, menulis makalah, dan penilaian.Pembelajaran Mandiri dalam pembelajaran tatap muka, untuk mengakomodasi perbedaan individual kemudian berkembang dengan memberikan tugas belajar mandiri melalui pembelajaran menggunakan modul, sekarang di sekolah digunakan Lembar Kerja Siswa. Tujuannya tentu agar siswa yang berlainan karakteristik kecerdasannya akan belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya. Dalam sumber belajar untuk pembelajaran mandiri ini, kebanyakan pengajar memerlukan buku teks 2 atau atau lebih sebagai sumber belajar. Dalam pembelajaran berbasis blended learning, akan banyak sumber belajar yang harus diakses oleh pebelajar, karena sumber-sumber tersebut tidak hanya terbatas pada sumber belajar yang dimiliki pengajar, perpustakaan lembaga pendidikannya saja, melainkan sumber-sumber belajar yang ada di perpustakaan seluruh dunia. Pengajar yang profesional dan kompeten dalam disiplin ilmu tentu dapat merancang sumber-sumber belajar mana saja yang dapat diakses untuk mengkombinasikan dengan buku, multi media, dan sumber belajar lain. Pembelajaran Berbasis Masalah Aplikasi dalam pembelajaran berbasis blended learning dapat

(7)

dilakukan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Melalui pembelajaran berbasis masalah, pebelajar akan belajar berdasarkan masalah yang harus dipecahkan, kemudian melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang harus diakses untuk memecahkan masalah tersebut. Ini berbeda dengan pembelajaran konvensional, yang di tahap awal disajikan konsep, prinsip, dan prosedur yang diakhiri dengan menyajikan masalah.Asumsinya, peserta dianggap belum memiliki pengetahuan prasyarat untuk memecahkan masalah, sehingga konsep-konsep tersebut disajikan terlebih dahulu. Melalui pembelajaran berbasis masalah, pebelajar akan secara aktif mendefinisikan masalah, mencari berbagai alternatif pemecahan, dan melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.

B. PEMBAHASAN

Balai Diklat Keagamaan Manado pesertanya berasal dari tiga provinsi yang berbeda yakni Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Gorontalo. Kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu pembelajaran secara konvensional tatap muka di depan kelas. Dengan menerapkan blended learning pada pembelajaran dapat memfasilitasi terjadinya belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar dengan memperhatikan karakteristik peserta dalam belajar. Pembelajaran juga dapat mendorong peserta untuk memanfaatkan sebaik-baiknya kontak tatap muka dalam mengembangkan pengetahuan.Lalu, persiapan dan tindak-lanjutnya dapat dilakukan secara offline dan online. Program belajar yang total online tidak dianjurkan untuk pembelajaran yang masih mempertimbangkan perlunya kontak tatap muka antara fasilitator dan peserta. Namun, dalam pembelajaran ada kalanya peserta tidak dapat datang karena berbagai kendala, maka pembelajaran berbasis offline dan online menjadi memungkinkan untuk dilakukan pada kelas pembelajaran.

(8)

Menurut Wasis D. Dwiyogo dalam Pembelajaran Berbasis Blended Learning, berbagai tipe pembelajaran blended learning yang dapat diterapkan di Balai Diklat Keagamaan Manado diantaranya:

Tipe I: Pembelajaran tatap Muka. Pembelajaran dilakukan dengan adanya kehadiran fisik widyaiswara yang melakukan presentasi materi secara fisik tetapi tidak melakukan komunikasi elektronik. Ini merupakan tipe kelas tatap muka di kelas secara tradisional.Pengajar atau instruktur dan orang yang belajar secara fisik hadir di kelas setiap saat penyajian materi pembelajaran. Komunikasi antara peserta dan widyaiswara terjadi di kelas secara bersama-sama, dalam waktu dan tempat yang sama. Pembelajaran ini dimasukkan sebagai e-learning karena walaupun pembelajaran lebih didominasi oleh kegiatan tatap muka, namun sudah menggunakan media elektronik sebagai kegiatan penyampaian isi pembelajaran, misalnya melalui slide PowerPoint, klip video, dan multimedia untuk memberikan penjelasan dan contoh-contoh isi pembelajaran.

Tipe II: Pembelajaran Mandiri. Pembelajaran dilakukan tanpa presentasi dan kehadiran pengajar dan tanpa komunikasi elektronik, artinya pebelajar belajar sendiri. Pendekatan ini disebut sebagai belajar mandiri (self-learning).Peserta menerima isi/materi pembelajaran melalui belajar sendiri.Tidak ada orang yang membantu dalam format belajar mandiri, juga tidak ada komunikasi elektronik antara pebelajar dan pengajar/instruktur.Dalam format ini e-Learning pelajar biasanya menerima konten pra-rekaman atau mengakses arsip rekaman konten.Komunikasi antara peserta dan widyaiswara tidak dilakukan.Contoh pembelajaran tipe ini, isi disampaikan pada peserta menggunakan media rekaman seperti CD ROM atau DVD.

Tipe III: Pembelajaran Tidak Sinkron. Pembelajaran dilakukan tanpa kehadiran pengajar namun dilakukan degan komunikasi elektronik yang tidak sinkron (asynchronous). Yang dimaksud dengan tidak sinkron adalah komunikasi elektronik antara pengajar dan pebelajar tidak dilakuksan pada

(9)

waktu dan tempat yang sama. Dalam format ini, pengajar dan pebelajar tidak secara bersama-sama bertemu dalam suatu ruang yang bersama-sama. Namun, pengajar dan pebelajar melakukan komunikasi yang dapat dilakukan melalui email dan pebelajar tidak perlu hadir secara fisik di kelas. Contoh jenis ini adalah pembelajaran e-Learning dengan menggunakan ruang kelas tradisional di mana pengajar dan pebelajar pada saat yang sama menggunakan email.

Tipe IV: Pembelajaran Sinkron.Pembelajaran dilakukan secara maya dan komunikasi elektronik yang sinkron (synchronous). Format ini disebut sinkron, karena pengajar dan pebelajar selalu hadir secara real-time, walau tidak ada kehadiran visi. Teknologi yang digunakan untuk komunikasi sinkron mencakup semua teknologi yang digunakan dalam e-Learning asynchronous selain dilakukan real-time e-Learning, juga penggunaan instant messaging, chat, live audio, dan video langsung. Contoh tipe ini adalah sebuah kelas virtual dengan video audio, pengajar dan pebelajar bertatap muka melalui video, disertai dengan chatting.

Tipe V: Blended Learning Tidak Sinkron. Pembelajaran dilakukan dengan kehadiran pengajar sesekali dan komunikasi elektronik yang dikombinasi atau capuran (Blended/Hybrid-asynchronous). Ini adalah format e-Learning blended atau hybrid dengan kehadiran pengajar sesekali. Dalam format ini komunikasi elektronik digunakan dalam format asinkron dan sinkron.Kehadiran pengajar yang kadang-kadang, di mana beberapa pertemuan dilakukan dengan kehadiran fisik (yaitu tatap kelas-muka) dan pada pertemuan yang dilakukan tanpa kehadiran pengajar (asynchronous).Kehadiran fisik pengajar mirip dengan kelas tatap muka tradisional, di mana baik pengajar maupun pebelajar secara fisik hadir di kelas. Contoh tipe ini, isi pembelajaran disampaikan kadang-kadang melalui pertemuan tatap muka dan melalui teknologi e-Learning yang dilakukan secara tidak sinkron

Tipe VI: Pembelajaran Blended Learning Sinkron. Pembelajaran dilakukan dengan kehadiran pengajar dan dengan komunikasi elektronik (Blended/Hybrid-sinkron). Dalam format ini

(10)

komunikasi elektronik dikemas dalam format asinkron dan sinkron.Kehadiran pengajar dapat dilakukan bergantian antara fisik dan virtual.Beberapa pertemuan kelas dilakukan dengan kehadiran fisik (dalam ruang kelas tradisional yaitu tatap muka langsung) dan pertemuan lainnya dilakukan secara maya (sinkron). Dalam format ini pebelajar dan pengajar selalu bertemu di saat yang sama, kadang-kadang secara fisik dan waktu lainnya melalui tatap muka maya. Contoh tipe ini adalah tempat pengajar dan pebelajar menggunakan kelas untuk beberapa waktu dan menggunakan live audio/video untuk pertemuan maya. Pertemuan pada yang lain di kombinas tatap muka dan tidak tatap muka. Dalam Blended/ hibrida Learning, kehadiran fisik dan virtual dapat dikombinasi (dicampur) dengan format tidak sinkron dan sinkron.Jumlah waktu tatap muka dapat sangat bervariasi dari program pembelajaran yang satu ke program lainnya.Beberapa kali melakukan pertemuan kelas tatap muka pertama dan terakhir dalam satu semester. Pembelajaran Blended dapat dilakukan dengan dua puluh lima persen melalui kehadiran pengajar dan tujuh puluh lima persen tanpa kehadiran. Ada juga yang melakukan pembelajaran dengan lima puluh persen tatap muka dan lima puluh persen melalui e-learning. Demikian pula, ada yang melakukan seratus persen kehadiran tatap muka dengan kombinasi kehadiran fisik dan maya. Meskipun tidak ada standar proporsi kehadiran tatap muka dan letidakkehadiran secara fisik, namun yang pasti dalam pembelajaran berbasis blended learning selalui mengkombinasi kegiatan tatap muka dan e-learning sebagai upaya untuk memfasilitasi terjadinya belajar (Ranganathan, Negash, dan Wilcox, 2007).

(11)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari apa yang diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan blended learning di Balai Diklat Keagamaan Manado dapat memfasilitasi terjadinya belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar dengan memperhatikan karakteristik peserta dalam belajar. Pembelajaran juga dapat mendorong peserta untuk memanfaatkan sebaik-baiknya kontak tatap muka dalam mengembangkan pengetahuan.

2. Berbagai tipe pembelajaran blended learning yang dapat diterapkan di Balai Diklat Keagamaan Manado diantaranya:

Tipe I: Pembelajaran tatap Muka, Tipe II: Pembelajaran Mandiri, Tipe III: Pembelajaran Tidak Sinkron, Tipe IV: Pembelajaran Sinkron,

Tipe V: Blended Learning Tidak Sinkron,

Tipe VI: Pembelajaran Blended Learning Sinkron.

B. Rekomendasi

Setelah membahas secara utuh tentang penerapan blended learning dalam pembelajaran pada pendidikan dan pelatihan di Balai Diklat Keagamaan Manado, maka rekomendasi yang dapat diberikan yaitu peserta harus memperhatikan komitmen waktu untuk mempelajari suatu topik, kemampuan untuk beradaptasi dengan metode pembelajaran yang berbeda dari biasanya. Metode pembelajaran ini bisa jadi menjadi suatu solusi yang baik untuk memenuhi kebutuhan peserta,

(12)

dimana metode pembelajaran tatap muka dirasa sulit karena adanya kendala waktu maupun tempat, adanya pengurangan biaya operasional, peserta dapat menentukan sendiri kecepatan mereka dalam belajar, tidak terikat waktu namun tetap harus memiliki komitmen sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan mendapatkan hasil yang lebih optimal.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Bersin, Josh. 2004. The Blended Bearning Book:Best Bractices, Proven Methodologies, and Lessons Learned. San Francisco: Pfeiffer

Dwiyogo, D. Wasis. 2013. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. https://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning. 24 Desember 2013

Soekartawi, A. Haryono dan F. Librero. 2002.Greater Learning OpportunitiesThrough Distance Education:Experiences in Indonesia and thePhilippines. Southeast Journal ofEducation.

Thorne, Kaye. 2003. Blended Learning: How to integrate online & traditional learning. London: Kagan Page Limited.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel 13, nilai dinyatakan sebagai rerata  simpangan baku dengan kisaran, rerata pemanjangan sesudah 15 menit dan sesudah 4 jam operasi selama operasi untuk nilai

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Pemberian 6% sukrosa pada media pengumbian mikro nyata menghasilkan jumlah dan panjang akar, tinggi tunas, jumlah daun, jumlah dan bobot stolon, serta jumlah umbi mikro yang

a) Dalam penulisan ini penulis menyarankan, bahwa perlu mempercepat terbitnya Peraturan Walikota (PERWALI) mengenai pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Penelitian skripsi yang berjudul “Analisis Framing Citra Polisi Pada Surat Kabar & Media Online Pos Kota dan Warta Kota dalam Periode November 2017 sampai Mei 2018”

Konsentrasi minimal yang efektif untuk menghambat pertumbuhan tiga bakteri patogen adalah pada konsentrasi 50-75% dan semakin tinggi konsentrasinya menunjukkan

Tugas Akhir dengan judul “Analisis Penilaian Pelanggan Terhadap Rebranding Majalah ‘kaWanku’” ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Ahli Madya pada

Penyakit dinamakan vascular streak dieback karena gejala yang khas dari penyakit ini adalah adanya garis-garis berwarna cokelat pada berkas pembuluh (vascular