• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN SIDE JUMP SPRINT DENGAN RASIO KERJA:ISTIRAHAT 1:3 DAN 1:5 TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN SIDE JUMP SPRINT DENGAN RASIO KERJA:ISTIRAHAT 1:3 DAN 1:5 TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN SIDE JUMP SPRINT DENGAN RASIO

KERJA:ISTIRAHAT 1:3 DAN 1:5 TERHADAP DAYA LEDAK OTOT

TUNGKAI

Pt Devi Andryani, Md Budiawan, I Nym Sudarmada

Jurusan Ilmu Keolahragaan FOK

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali

e-mail: {boo_manis@yahoo.co.id,

budiawan_ajus@yahoo.co.id,inyomansudarmada@yahoo.co.id } @undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 dan 1:5 terhadap daya ledak otot tungkai. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experimental) dengan rancangan penelitian the non-randomized control group pretest-posttest design. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 orang siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur daya ledak otot tungkai adalah vertical power jump test dengan validitas tes 0,989dan reliabilitas tes 0,977. Data dianalisis dengan uji anava satu jalur pada taraf signifikansi () 0,05 dengan bantuan program SPSS 16,0. Berdasarkan hasil analisis data penelitian ditemukan, 1) Pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 berpengaruh terhadap daya ledak otot tungkai. 2) Pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:5 berpengaruh terhadap daya ledak otot tungkai, 3) Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan dari pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 meningkat sebesar 1,93 dan pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:5 meningkat sebesar 3,39 terhadap daya ledak otot tungkai. Hasil uji LSD (Least Significant Difference) menunjukan bahwa, pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:5 lebih baik dibandingkan pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan mean difference sebesar 1,457. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pelatihan side jump

sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 dan 1:5berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai

siswa peserta ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014.

Kata-kata Kunci: pelatihan side jump sprint, rasio kerja:istirahat 1:3 dan 1:5, daya ledak otot tungkai

.

Abstract

This study aims was determined the effect of side jump sprint training with 1:3 resting:working ratio and 1:5 resting:working ratio on leg muscle power. This research was a quasi experimental study design with the non-randomized control group pretest-posttest design. Subjects in this study were 30 students participants of extracurricular futsal SMP Negeri 2 Singaraja. The instrument used in this study to measure leg muscle power is the vertical power jump test (validity of test 0.989 and reliability of test 0.977). Data were analyzed with one way ANOVA test at a significance level of 0.05 with SPSS 16.0. Based on the data analysis found: 1) There is an effect of 1:3 resting:working ratio side jump sprint training on leg muscle power, 2) There is an effect of 1:5 resting:working ratio side jump sprint training on leg muscle power, 3) There is a significant difference on the increase of leg muscle power as the effect of using the 1:3 and 1:5 resting:working ratio side jump sprint training. 1:3 resting:working ratio of side jump sprint training increase 1,93 and 1:5 resting:working ratio of side jump sprint training increase 3,39. Results of LSD (Least Significant Difference) shows that, side jump sprint training with 1:5 resting:working ratio is better than side jump sprint training by 1:3 resting:working ratio to increased leg muscle power with mean difference by 1,457. Conclusion of the study is side jump sprint training between 1:3 resting:working ratio and 1:5 resting:working ratio effect on the increase leg muscle power

extracurricular student participants futsal SMP Negeri 2 Singaraja.

(2)

PENDAHULUAN

Olahraga merupakan kegiatan fisik yang bersifat kompetitif dalam suatu permainan, berupa perjuangan tim maupun diri sendiri. Salah satu olahraga yang berbentuk kompetitif tersebut adalah futsal. Olahraga futsal merupakan permainan olahraga beregu dengan satu bola besar yang terdiri dari dua regu, tiap regu terdiri atas 5 orang yang dimainkan di ruangan yang relatif lebih kecil daripada permainan sepakbola. Permainan futsal mengandalkan kecepatan, kekuatan dan power otot kaki, serta daya tahan tubuh yang prima. Untuk menjadi seorang pemain futsal yang baik dan handal, seseorang harus memiliki kondisi fisik yang prima dengan kondisi otot yang baik, disamping memiliki teknik dan taktik serta kerjasama yang baik dengan rekan setimnya.

Otot adalah sebuah jaringan konektif yang tugas utamanya adalah berkontraksi yang berfungsi untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh baik yang di sadari maupun yang tidak di sadari. Menurut letaknya otot tungkai dibagi menjadi tiga bagian, yaitu otot-otot tungkai bagian atas, otot tungkai bagian bawah dan otot-otot kaki. Otot tungkai atas terdiri dari

musculus abductor femoris (musculus

abductor maldanus, brevis, longus),

musculus quadriceps femoris (musculus rektus femoris, vastus lateralis eksternal, vastus medialis internal, vastus inter

medial), dan musculus fleksor femoris

(musculus bisep femoris, semi

membranosus, semi tendinosus, sartorius). Otot tungkai bawah terdiri dari musculus

tibialis, musculus ekstensor, talangus

longus, musculus ekstensor digitorum

longus and brevis, musculus fleksor hallucis

longus, musculus soleus, musculus

gastrocnemius, musculus ankle plantar

fleksor, tendo akiles, dan musculus

ekstensor superior retinakulum. Otot-otot

kaki terdiri dari musculus abductor hallucis

dan adductor hallucis, musculus fleksor

hallucis brevis, musculus fleksor digitorum

brevis, dan musculus quadratus plantae.

Salah satu komponen kondisi fisik yang perlu menjadi perhatian khusus dalam pembinaan kondisi fisik dalam olahraga futsal adalah daya ledak otot tungkai. Daya ledak mempunyai peran yang sangat

penting dalam kondisi fisik. Daya ledak otot tungkai adalah kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk dapat mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya ledak otot adalah: 1) banyak sedikitnya macam fibril otot putih, 2) kekuatan dan kecepatan otot, 3) koordinasi gerak yang harmonis, 4) tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot, dan 5) pelaksanaan teknik yang betul. Berdasarkan pendapat di atas menyebutkan dua unsur penting dalam daya ledak yaitu: (a) kekuatan otot dan (b) kecepatan, dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan. Pengembangan daya ledak otot merupakan suatu komponen gerak yang sangat penting untuk dikembangkan karena mampu menunjang aktifitas pada setiap cabang olahraga. Disamping itu pengembangan daya ledak otot tungkai akan memberikan dampak yang maksimal jika diberikan pada masa dan porsi yang tepat seperti pada masa adolesensi.

Pada masa adolesensi terjadi perkembangan biologis yang kompleks, yang meliputi percepatan pertumbuhan, perubahan proporsi bentuk tubuh, perkembangan pada sistem pernapasan dan kerja jantung (Swadesi, 2009:95). Namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Singaraja terdapat penurunan prestasi selama 3 tahun terakhir di event-event

olahraga Kabupaten Buleleng. Minimnya prestasi olahraga ini bisa terjadi dikarenakan pembinaan kondisi fisik yang kurang baik dan terarah serta pelatihan yang diberikan masih monoton sehingga siswa merasa jenuh dengan latihan yang diberikan. Hal terpenting yang di dapat berdasarkan pengamatan yang dilakukan adalah kurangnya pembinaan kondisi fisik yang diberikan khususnya untuk melatih daya ledak otot tungkai.

Pelatihan side jump sprint merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. Pelatihan side jump sprint

merupakan latihan kombinasi mulai dari

lateral jump hingga lari cepat penuh dalam

(3)

adalah meloncat ke samping kanan dan kiri melewati box yang tingginya 35 cm sebanyak 4-10 ulangan. Setelah mendarat pada loncatan terakhir, lakukan lari cepat sampai garis finish dengan jarak 15 meter. Hal ini mendorong atlet untuk melakukan loncatan ke samping dan lari ke secepat mungkin, sebagai tujuan utama latihan ini. Antisipasilah pada saat mendarat terakhir dan bersiaplah untuk lari cepat ke depan. Penekanan pelatihan ini bukan pada tingginya loncatan, tetapi pada cepatnya pelaksanaan. Jagalah togok dan pinggul dipusatkan di atas bangku dan bawalah tungkai dari samping ke samping secara bergantian. Latihan ini melibatkan otot-otot

quadriceps, hamstrings, fleksor pinggul,

gastrocnemius, dan glueteals, dan juga

melatih koordinasi yang diperlukan untuk perubahan arah yang cepat. Latihan ini dapat diterapkan untuk olahraga tenis, bola basket, baseball, sepakbola, futsal, dan berbagai olahraga lain yang menggunakan perubahan.

Dalam setiap pelatihan yang diberikan, salah satu unsur penting yang harus diperhatikan adalah pemberian waktu istirahat (recovery) dalam 1 sesi pelatihan. Pemberian waktu istirahat (recovery) ditujukan kepada otot, tendon, dan ligamen untuk waktu pemulihan. Recovery adalah waktu istirahat yang diberikan pada saat antar set atau antar repetisi (ulangan). Ada dua macam recovery dan interval yaitu

recovery dan interval lengkap dan tidak

lengkap. Recovery dan interval lengkap lebih dari 90 detik, sedangkan yang tidak lengkap kurang dari 90 detik. Namun seringkali kedua jenis recovery dan interval tersebut kurang cocok diberikan pada latihan-latihan kecepatan, sehingga dalam menentukan waktu recovery dan interval menggunakan perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat. Semakin singkat pemberian waktu recovery dan interval

selama latihan, berarti semakin tinggi intensitas latihannya. Sebaliknya bila semakin lama pemberian waktu recovery

dan interval selama latihan berarti semakin rendah intensitasnya.

Terkait mengenai suatu pelaksanaan latihan interval biasanya meliputi banyaknya set, pengulangan, waktu pelaksanaan atau jarak interval kegiatan, waktu latihan, dan waktu interval pemulihan. Cara latihan interval dalam melakukan interval kerja disesuaikan dengan cabang olahraganya. Tipe kegiatan yang dipilih untuk latihan fisik umum berdasarkan atas pilihannya. Perbandingan antara interval kerja dengan interval istirahat tidak hanya meningkatkan interval kerjanya saja, tetapi interval istirahatnya pun tidak boleh diabaikan, baik durasi maupun bentuknya. Interval istirahat dapat berupa istirahat pasif (rest relative) dan istirahat aktif (work relief) dan disarankan durasi interval ini dinyatakan dengan perbandingan antara waktu kerja dan waktu istirahat. Hare (1981) (dalam Tuti Ariani, 2011: 97) menjelaskan tentang rasio antara waktu kerja dan waktu istirahat adalah sebagai berikut:

- Untuk mengembangkan daya tahan, rasio kerja dan istirahat yang digunakan antara 1:5 – 1:1. Dimana angka pertama menunjukan waktu untuk kerja sedangkan angka kedua menunjukan waktu lamanya untuk istirahat

- Untuk mengembangkan kekuatan khususnya kekuatan maksimal atau daya ledak, interval istirahat berada pada 2-5 menit atau tergantung dari presentase beban atau irama pelaksanaannya.

Sebagai ringkasan sistem interval kerja dan istirahat dan spesifikasi bioenergetic dapat dijabarkan sebagai berikut (Bompa, 2009: 105):

(4)

Tabel 1. Sistem interval beban kerja dan istirahat

Target Sistem Energi Rata – rata Waktu Kerja (s)

Ratio Kerja dan Istirahat

ATP – PC 5 – 10 1:12 – 1:20

Fast Glycolysis 15 – 30 1:3 – 1:5

Fast and Slow Glycolysis and Oxidative

Metabolism 60 – 180 1:3 – 1:4

Oxidate Metabolism > 180 2:1 – 1:3

Berdasarkan waktu maksimal yang digunakan dalam pelatihan ini maka masuk ke dalam target sistem energi fast

glycolysis yang dapat menggunakan rasio

kerja:istirahat 1:3 dan 1:5 yang artinya waktu recovery yang diberikan 3 dan 5 kali lebih lama dari waktu kerja.

Bertolak dari hal di atas, peneliti merasa tertarik mengembangkan lebih jauh penelitian ini dengan judul “Pengaruh Pelatihan Side Jump Sprint dengan Rasio Kerja:istirahat 1:3 dan 1:5 terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Siswa Peserta Ekstrakurikuler Futsal SMP Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014.” Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1) Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pelatihan

side jump sprint dengan rasio

kerja:istirahat 1:3 dan 1:5 terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai siswa peserta ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014.

2) Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan

side jump sprint dengan rasio

kerja:istirahat 1:3 terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai siswa peserta ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014.

b. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan

side jump sprint dengan rasio

kerja:istirahat 1:5 terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai siswa peserta ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014.

c. Untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh antara pelatihan side jump

sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3

dan 1:5 terhadap peningkatan daya

ledak otot tungkai pada siswa peserta ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. METODE

Penelitian ini termasuk ke dalam eksperimental semu (quasi experimental) dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 orang. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: the non-randomized control group pretest posttest

design.

Setelah dilakukan pre-test (tes awal), subjek penelitian dibagi kedalam tiga kelompok dengan menggunakan teknik pembagian kelompok secara ordinal

pairing. Kelompok 1 diberikan perlakuan

berupa pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja istirahat 1:3, kelompok 2 diberikan perlakuan berupa pelatihan side

jump sprint dengan rasio kerja istirahat 1:5,

dan kelompok 3 merupakan kelompok kontrol yang diberikan perlakuan aktivitas permainan olahraga futsal. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

vertical power jump test untuk mengukur

daya ledak otot tungkai. Teknik pengumpulan data dilakukan dari data tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) pada masing-masing kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Tes akhir dilaksanakan setelah kelompok perlakuan diberikan pelatihan side jump

sprint dengan rasio kerja istirahat 1:3 dan

1:5 selama 12 kali latihan dengan tes yang sama seperti tes awal (pre-test).

(5)

Selanjutnya dianalisis berdasarkan hasil pengukuran dari masing-masing kelompok. Analisis data dilakukan dengan uji persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas data. Untuk hasil dari penelitian digunakan Uji Hipotesis yaitu terdiri dari uji Anava satu jalur dan uji pembanding yaitu uji Least

Significant Difference (LSD)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pelatihan yang dilaksanakan selama 12 kali pertemuan dan pelaksanaan tes akhir (post_test) dengan menggunakan instrumen vertical power

jump test diperoleh data beda (gaint score)

yang akan dianalisis untuk mengadakan uji hipotesis penelitian. Pada kelompok perlakuan pelatihan side jump sprint

dengan rasio kerja istirahat 1:3 memiliki nilai rata-rata pre-test sebesar 35,75 dengan nilai tertinggi 41,14 nilai terendah 30,46 dan standar deviasi 3,536 dan nilai rata-rata post-test sebesar 37,68 dengan nilai tertinggi 43,27 nilai terendah 31,53 dan standar deviasi 3,773. Dengan demikian nilai rata-rata kelompok perlakuan dengan pelatihan side jump sprint dengan rasio

kerja istirahat 1:3 meningkat 1,93. Pada kelompok perlakuan pelatihan side jump

sprint dengan rasio kerja istirahat 1:5

memiliki nilai rata-rata pre-test sebesar 35,78 dengan nilai tertinggi 40,58 nilai terendah 30,55 dan standar deviasi 3,49 dan nilai rata-rata post-test sebesar 39,17 dengan nilai tertinggi 44,83 nilai terendah 33,34 dan standar deviasi 3,814. Dengan demikian nilai rata-rata kelompok perlakuan dengan pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja istirahat 1:5 meningkat 3,39. Dan pada kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata pre-test sebesar 35,91 dengan nilai tertinggi 40,31 nilai terendah 31,08 dan standar deviasi 3,416 dan nilai rata-rata

post-test sebesar 37,04 dengan nilai

tertinggi 42,36 nilai terendah 31,93 dan standar deviasi 3,564. Dengan demikian nilai rata-rata kelompok kontrol meningkat 1,13.

HASIL

Dari hasil uji normalitas data dengan Instrumen Uji Kolmogorof- Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Hasil uji normalitas data dapat disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data

Sumber Data Kolmogorov Smirnov

Statistik Df Sig Keterangan

Daya Ledak Otot Tungkai

1. Side Jump Sprint RKI 1:3 0,148 10 0,200 Normal

2. Side Jump Sprint RKI 1:5 0,118 10 0,200 Normal

3. Kontrol 0,155 10 0,200 Normal

Keterangan:

RKI = Rasio Kerja Istirahat

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa signifikansi > 0,05 sehingga semua kelompok berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas menggunakan uji Levene

dengan bantuan program SPSS 16,0 pada

taraf signifikansi (α) 0,05. Uji homogenitas dilakukan untuk menguji kesamaan varians kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil uji homogenitas dapat ditampilkan pada tabel 3.

(6)

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Data

Sumber Data Levene

Statistic df 1 df 2 Sig Keterangan

Daya Ledak Otot Tungkai

Based on Mean 1,385 2 27 0,268 Homogen

Based on Median 1,376 2 27 0,270 Homogen

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa signifikansi > 0,05 sehingga data tersebut adalah sama atau homogen.

Setelah uji prasyarat terpenuhi maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan uji anava satu jalur dengan bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Hipotesis

penelitian diterima apabila nilai uji anava satu jalur memiliki signifikansi lebih kecil dari α (sig < 0,05). Sedangkan apabila nilai signifikansi hitung lebih besar α (sig > 0,05), maka hipotesis ditolak. Hasil uji anava satu jalur dapat ditampilkan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Anava Satu Jalur

Daya Ledak Otot Tungkai Sum of Squares df Mean Square F Sig

Between Groups 26,230 2 13,115 31,124 0,000

Within Groups 11,378 27 0,421

Total 37,608 29

Dari hasil uji anava satu jalur data

gaint score daya ledak otot tungkai

diperoleh nilai F sebesar 31,124 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α (sig < 0,05), sehingga hipotesis penelitian terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari masing-masing kelompok.

Karena terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side jump

sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 dan

1:5 terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai, maka di uji lanjut atau uji pembanding dengan instrumen uji Least

Significant Difference (LSD) dengan

bantuan komputer program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan nilai terbesar pada mean difference serta ada tidaknya tanda ast (*) pada kolom „mean

difference’. Jika tanda ast (*) ada di angka

mean difference atau perbedaan rata-rata,

maka perbedaan tersebut nyata dan signifikan. Sehingga pelatihan yang mendapat nilai terbesar dan ada tanda ast

(*) merupakan pelatihan yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan. Hasil uji LSD dapat ditampilkan pada tabel 5.

(7)

Tabel 4. Hasil Uji LSD Data Daya Ledak Otot Tungkai

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Side Jump Sprint 1:3 Side Jump Sprint 1:5 -1.45700* .29031 .000 -2.0527 -.8613 Kontrol .80200* .29031 .010 .2063 1.3977 Side Jump Sprint 1:5 Side Jump Sprint 1:3 1.45700* .29031 .000 .8613 2.0527 Kontrol 2.25900* .29031 .000 1.6633 2.8547

Kontrol Side Jump

Sprint 1:3 -.80200 * .29031 .010 -1.3977 -.2063 Side Jump Sprint 1:5 -2.25900 * .29031 .000 -2.8547 -1.6633

Dari hasil mean difference pada uji LSD antar kelompok dapat disimpulkan:

a. Pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:5 lebih baik dibandingkan pelatihan side jump sprint

dengan rasio kerja:istirahat 1:3 terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai sebesar 1,457.

b. Pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:5 lebih baik dibandingkan kelompok kontrol terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai sebesar 2,259.

c. Pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 lebih baik dibandingkan kelompok kontrol sebesar 0,802.

PEMBAHASAN

Analisis dari penelitian untuk variabel terikat penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata (mean) untuk masing-masing variabel. Dari deskripsi data variabel daya ledak otot tungkai seperti terlihat pada peningkatan rata-rata (mean) baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Kelompok perlakuan pelatihan side jump

sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3

mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,93 dari rata-rata pre-test 35,75 menjadi 37,68 pada saat post-test. Kelompok perlakuan pelatihan side jump sprint

dengan rasio kerja:istirahat 1:5 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,39 dari rata-rata pre-test 35,78 dan pada saat

post-test 39,17. Sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan rata-rata 1,13 dari rata-rata pre-test 35,91 menjadi 37,04 pada saat post-test. Dari deskripsi di atas, terlihat adanya peningkatan variabel daya ledak otot tungkai, kelompok perlakuan dan kelompok kontrol mengalami peningkatan, dengan peningkatan nilai rata-rata kelompok perlakuan lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari pelatihan yang diberikan terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada subyek penelitian. Peningkatan pada kelompok perlakuan diakibatkan oleh pemberian pelatihan side

jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3

dan 1:5 selama 4 minggu dengan 12 kali pelatihan, sedangkan adanya peningkatan pada variabel daya ledak otot tungkai lebih diakibatkan oleh bentuk dan peningkatan aktivitas olahraga yang dilakukan oleh seluruh subyek penelitian selama kegiatan berlangsung.

Secara teoritis, hasil penelitian pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 dan 1:5 berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu daya ledak atau power disebut juga sebagai kekuatan eksplosif. Power

menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya (Ismaryati, 2008:59). Jadi, daya ledak otot tungkai adalah

(8)

kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk dapat mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dengan demikian untuk dapat menghasilkan daya ledak otot tungkai yang baik diperlukan latihan kekuatan dan kontraksi otot. Adapun tujuan latihan daya ledak adalah untuk meningkatkan keterampilan teknik serta penekanan pada beban latihan untuk tiap elemen gerakan.

Sangat penting untuk cabang olahraga yang memerlukan gerakan eksplosif yang ditandai dengan gerakan atau perubahan tiba-tiba yang cepat, di mana tubuh terdorong ke atas (vertikal) baik itu melompat maupun meloncat ke depan (horisontal) dengan mengerahkan kekuatan otot maksimal seperti lari sprint, nomor-nomor lempar dalam atletik atau cabang-cabang olahraga yang gerakannya didominasi oleh meloncat dalam olahraga voli, sepak bola dan juga pada bulutangkis serta olahraga sejenisnya. Sebagai salah satu komponen-komponen kondisi fisik, daya ledak otot tungkai dapat ditingkatkan melalui program-program pelatihan yang dirancang secara sistematis dan berkesinambungan dengan mengikuti prinsip-prinsip dasar pelatihan yang tepat. Pelatihan side jump sprint

merupakan latihan kombinasi mulai dari lateral jump hingga lari cepat penuh dalam jarak tertentu. Mekanisme gerakan side

jump sprint dilakukan dengan cara

meloncat k samping kanan dan kiri melewati box yang tingginya 35 cm sebanyak 4-10 ulangan. Setelah mendarat pada loncatan terakhir, lakukan lari cepat sampai garis finish dengan jarak 15 meter. Latihan ini melibatkan otot-otot seperti otot-otot quadriceps, hamstrings, fleksor pinggul, gastrocnemius, dan glueteals. Rangkaian gerakan side jump sprint akan memberikan pembebanan pada otot-otot tungkai sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan ukuran otot

(hipertrofi otot) yang dapat meningkatkan

kekuatan otot tungkai. Selain itu, kecepatan otot tungkai juga meningkat dengan adanya gerakan meloncat yang dilakukan secara cepat dan berulang-ulang. Hal serupa juga dipaparkan oleh

Marino dalam thesis yang berjudul pengaruh model latihan dan koordinasi mata-kaki terhadap kemampuan menggiring bola pada permainan sepakbola (eksperimen pengaruh model latihan side jump sprint dan dodging run

pada siswa sekolah sepak bola permata utama Sukoharjo) (2010: 52) menyatakan bahwa latihan side jump sprint merupakan perpaduan yang gerakannya terdiri dari gerakan melompat, mengubah arah gerak ke samping dan berlari. Pada pelaksanaan latihan, pemain harus dapat merangkaikan dan mengkoordinasikan berbagai gerakan tersebut secara simultan. Sehingga, latihan side jump

sprint juga meningkatkan koordinasi

gerakan. Latihan side jump sprint dapat diterapkan dan diberikan kepada pemain sepakbola. Latihan side jump sprint dapat meningkatkan kemampuan fisik yang dibutuhkan oleh pemain sepak bola terutama untuk menunjang kemampuan menggiring bola.

Berdasarkan uraian di atas, dengan melakukan pelatihan side jump

sprint secara terprogram dan sistematis

selama 12 kali pertemuan atau selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu dapat menyebabkan terjadinya perubahan atau peningkatan pada komponen otot tungkai yang secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Ada Perbedaan Pengaruh antara Pelatihan Side Jump Sprint dengan Rasio Kerja:istirahat 1:3 dan 1:5 terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Secara teoritis, hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan pengaruh antara pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 dan 1:5 terhadap daya ledak otot tungkai bahwa pelatihan

side jump sprint dengan rasio

kerja:istirahat 1:3 dan 1:5 memiliki waktu istirahat yang berbeda. Pelatihan side

jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3

mekanismenya adalah melakukan gerakan side jump sprint berulang-ulang dalam waktu 30 detik dengan waktu istirahat 3 kali lebih lama dari waktu kerja yaitu 90 detik, sedangkan pelatihan side

jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:5

(9)

gerakan side jump sprint berulang-ulang dalam waktu 30 detik dengan waktu istirahat 5 kali lebih lama dari waktu kerja yaitu 150 detik. Dari perbedaan waktu istirahat ini, maka terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side jump

sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 dan

1:5 terhadap daya ledak otot tungkai. Perbedaan perlakuan yang diberikan selama latihan, akan mendapatkan respon yang berbeda pula dari subyek, sehingga dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pembentukan kemampuan pada subyek penelitian. Pengaruh yang dimaksudkan adalah peningkatan daya ledak otot tungkai yang tidak lepas dari prinsip-prinsip dalam latihan kecepatan dan kekuatan. Menurut Ratna Kumala Setyaningrum (2012: 7) dalam jurnal yang berjudul perbedaan pengaruh rasio kerja:istirahat latihan interval anaerob dan kapasitas aerob terhadap kecepatan lari 100 meter putra menyatakan bahwa, prinsip dalam latihan kecepatan adalah kerja/latihan dilakukan dengan kecepatan maksimal. Untuk memulihkan kembali ATP dan PC yang telah habis, maka perlu istirahat yang cukup untuk dapat mencapai pemulihan sempurna (recovery maximal).

Dengan waktu istirahat yang panjang, pelatihan side jump sprint

dengan rasio kerja:istirahat 1:5 memberikan waktu pemulihan otot lebih lama sehingga kondisi subyek cenderung sudah kembali ke denyut nadi latihan, sehingga pengaruh terhadap peningkatan fungsi motorik khususnya daya ledak otot tungkai lebih baik. Karena untuk peningkatan kemampuan olahraga anaerobik seperti meloncat membutuhkan istirahat yang cukup. Oleh karena itulah maka pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:5 dapat memberikan pengaruh yang lebih baik daripada pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3. Pelatihan pelatihan side

jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3

dan 1:5 dilaksanakan selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan dengan frekuensi 3 kali seminggu. Dengan frekuensi dan lamanya pelatihan yang telah diprogramkan tersebut, maka penelitian ini

sudah mampu menjawab hipotesis yang ada.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu: pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai siswa peserta ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014, pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:5 berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai siswa peserta ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014, terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side jump sprint dengan rasio kerja:istirahat 1:3 dan 1:5 terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai siswa peserta ekstrakurikuler futsal SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, hal-hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut, yaitu:

1) Disarankan bagi pembina olahraga, pelatih olahraga, guru penjasorkes dan atlet serta pelaku olahraga lainnya dapat menggunakan pelatihan side

jump sprint dengan rasio kerja:istirahat

1:3 dan 1:5 yang terprogram dengan baik sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan unsur-unsur kesegaran jasmani khususnya untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. 2) Bagi peneliti lain, jika ingin melakukan

penelitian sejenis disarankan untuk menggunakan variabel dan subyek atau sampel penelitian yang berbeda, dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada penelitian ini sebagai bahan perbandingan.

DAFTAR PUSTAKA

Bompa. 2009. Periodization Theory and

Methodology of Training. Tudor

O. Bompa, G. Gregory Haff. Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran

Olahraga. Surakarta:LPP UNS

(10)

Marino. 2010. Thesis Pengaruh Model Latihan Dan Koordinasi

Mata-Kaki Terhadap Kemampuan

Menggiring Bola Pada

Permainan Sepakbola. Diakses

pada tanggal 23 November 2013 dari

http://eprints.uns.ac.id/6023/1/13 8851008201009461

Setyaningrum, Ratna Kumala. 2012. Perbedaan Pengaruh Rasio Kerja Istirahat Latihan Interval Anaerob Dan Kapasitas Aerob Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter Putra. Jurnal Ilmiah SPIRIT. Diakses pada tanggal 23 November 2013 dari http://repository.unri.ac.id/bitstrea m/123456789/2801/1.

Swadesi, I Ketut Iwan. 2009. Buku Ajar

Perkembangan dan Belajar

Motorik (Tidak diterbitkan).

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Tuti Ariani, Luh Putu. 2011. Dasar-Dasar

Kepelatihan Olahraga. Singaraja.

Universitas Pendidikan Ganesha.

Gambar

Tabel 1. Sistem interval beban kerja dan istirahat
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Data
Tabel 4. Hasil Uji LSD Data Daya Ledak Otot Tungkai

Referensi

Dokumen terkait

Dengan persyaratan yang mudah, murah dan lebih berkah dengan prinsip syariah, maka banyak nasabah pensiunan tertarik dengan pembiayaan pensiunan BSM ini. Hal ini dapat dilihat

Kecepatan angin terbesar dari seluruh rekaman adalah 89 knot yang terjadi pada tgl 8 Juni 2007dari arah Utara (1 rekaman), kedua 78 knot dari arah Barat terjadi pada 14 Mei 2006

Sehubungan dengan itu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada tahun 2011 merencanakan pengembangan kedelai pada area 1,036 juta ha dengan produktivitas 1,5 t/ha guna mencapai

Namun demikia n dalam penelitian ini, peneliti berusaha fokus untuk meneliti tentang prosedur pelaksanaan Pemilukada beserta penyelesaian sengketa hasil dalam UU

Sumber emisi pertanian berasal dari emisi CO2 penggunaan pupuk urea bagi tanaman pangan seperti sawah, CH4 dari dekomposisi bahan organik, biomassa diabaikan karena

Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan kepadad Pemko Medan agar memilih Alternatif V sebagai pilihan pertama, dimana : Lahan milik Pemko Medan, dikembangkan

mempertahankan kekerasan, °Brix, asam bebas, dan tingkat kemanisan buah jambu biji ‘Crystal’, (3) penyimpanan suhu rendah tidak mampu meningkatkan masa simpan, kekerasan, susut