• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai High-Sensitivity C-Reactive Protein Terhadap Mortalitas 90 Hari Pada Pasien Gagal Jantung Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai High-Sensitivity C-Reactive Protein Terhadap Mortalitas 90 Hari Pada Pasien Gagal Jantung Chapter III V"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah observasional dengan metode pengukuran kohort yang bersifat prospektif

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan dan waktu penelitian dimulai sejak bulan November 2016 – Februari 2017, atau hingga jumlah sampel terpenuhi

3.1 Subyek Penelitian

Pasien di RSUP Haji Adam Malik Medan yang dirawat dengan diagnosis primer gagal jantung yang memenuhi kriteria penelitian

3.4 Besar Sampel

Untuk menetapkan besar sampel penelitan dapat digunakan rumus:

n=

Dimana :

n = Jumlah subjek

Zα = Kesalahan tipe I =5%=1.96 Z = Kesalahan tipe II =10%= 0.842

Pa– P0 = Beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,2

P0 = Probabilitas mortalitas pada pasien gagal jantung dalam 90 hari  15 % = 0,15

Pa = Perkiraan proporsi gagal jantung yang diteliti = 0,35 Sen = Sensitivitas yang diharapkan = 90% = 0,9

(2)

3.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.5.1 Inklusi

1. Pasien yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan diagnosis primer gagal jantung

2. Pasien dengan usia 18 tahun keatas baik pria maupun wanita

3. Subjek menerima informasi serta memberikan persetujuan ikut serta dalam penelitian secara sukarela dan tertulis (informed concent) untuk menjalani pemeriksaan

3.5.2 Eksklusi

1. Kadar hs-CRP > 10 mg/L 2. Penderita sindroma koroner akut

3. Penyakit hati kronis, gagal ginjal kronis, penyakit keganasan, penyakit kolagen sistemik

4. Riwayat trauma, operasi, luka bakar

5. Mendapat obat yang menurunkan kadar hsCRP seperti statin dan steroid lebih dari 1 bulan terakhir sebelum dilakukan penelitian

3.6 Cara Kerja

3.6.1 Metode Pengambilan Sampel

1. Terhadap sejumlah subjek dilakukan penjelasan dan diminta memberikan persetujuan tertulis (informed consent) untuk mengikuti penelitian.

2. Dilakukan pengambilan data meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, alamat, nomor telepon, dilakukan anamnese, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan imaging untuk menegakkan diagnosa gagal jantung.

3. Dilakukan pengambilan sampel darah untuk hsCRP. Peneliti mengambil semua subjek yang memenuhi kriteria penelitian.

(3)

3.6.2 Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan sampel darah dilakukan di laboratorium Patologi Klinik RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel darah diambil dari arteri femoralis dengan terlebih dahulu dilakukan tindakan anti septik dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering. Pengambilan darah sebanyak 10 cc dilakukan dengan menggunakan

disposable syringe 10 cc. Darah sebanyak 10 cc dengan antikoagulan EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal dan elektrolit. Pada saat pengambilan darah, pasien dalam posisi terlentang.

Serum kemudian diperiksa dengan metode latex particle-enhanced Immunoturbidimetric dengan menggunakan alat Rosche/Hitachi 902 Automatic Analyzer.

3.6.3 Pemeriksaan Ekokardiografi

Pemeriksaan ekokardiografi dengan menggunakan mesin EUB5500 Hitachi dengan transduser 4-2 MHz.

Penilaian fungsi sistolik dengan penentuan fraksi ejeksi (EF) ventrikel kiri secara M-mode (cara Teichholz), metode Simpson’s (bila ada hipokinetik).

Penilaian fungsi diastolik dilakukan dengan meletakkan transducer pulsed waved

pada daun katup mitral (velositas aliran transmitral). Bila hasil kurang memuaskan/meragukan dilakukan pemeriksaan velositas aliran vena pulmonalis (sampel volume 1-2 cm arah vena pulmonalis). Parameter yang dinilai meliputi: a. Waktu relaksasi interventrikuler (IVRT), b. Aliran transmitral yaitu: velositas awal (E) dan atrial (A), rasio E/A, waktu deselrasi (DT), durasi gelombang A (MVa); dan c. Velositas vena pulmonalis yaitu: sistolik (S), diastolik (D), rasio S/D, aliran balik sistolik atrium (PVa), durasi PVa dan perbedaan antara durasi PVa/ MVa. Disfungsi diastolik dibagi dalam 3 bentuk yaitu: 1) relakasi abnormal, 2) pseudonormal, 3) restriktif. Bentuk abnormal relaksasi bila E/A < 1, DT > 240 msec atau IVRT > 110 msec. Bentuk pseudonormal bila E/A diantara 1 dan 2, DT normal (160-240 msec), Pva > MVa, disertai dilatasi ventrikel kiri ataupun atrium kiri. Bentuk restriktif bila E/A > 2, DT memendek (< 150 msec) atau IVRT memendek (< 60 msec)

(4)

3.7 Defenisi Operasional 3.7.1 Gagal jantung

Adanya tanda dan gejala dari gagal jantung pada dapat ditegakkan melalui kriteria Framingham dan tidak termasuk kedalam kriteria syok kardiogenik atau krisis hipertensi.

3.7.2 hsCRP

hsCRP adalah high sensitivity C Reactive Protein, suatu protein fase akut yang meningkat sebagai respon terhadap injuri, infeksi dan aktivasi inflamasi lainnya.

3.7.3 Fraksi Ejeksi

Fraksi ejeksi adalah fraksi darah yang dipompakan oleh ventrikel jantung di setiap denyut jantung. Nilai Fraksi ejeksi <40% menandakan disfungsi dari sistolik

3.7.4 Usia

Usia berdasarkan yang tertera di kartu tanda penduduk (KTP) dengan satuan hasil berupa tahun.

3.7.5 NYHA III

Pasien yang mengalami gejala dan tanda dari gagal jantung saat melakukan aktivitas fisik ringan sehingga terdapat keterbatasan melakukan aktivitas fisik.

3.7.6 NYHA IV

Pasien yang mengalami gejala dan tanda dari gagal jantung meskipun saat sedang istirahat sehinga tidak dapat melakukan aktifitas seperti biasa.

3.7.7 Jenis Kelamin

(5)

3.8 Analisa Data

1. Dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-wilk.

2. Untuk melihat perbedaan rerata variabel antara kelompok yang hidup dan meninggal digunakan uji T independen jika berdistribusi normal dan jika sebaliknya digunakan uji Mann-Whitney.

3. Untuk melihat hubungan komparatif variabel independen yang bersifat kategorik digunakan uji chi square

4. Menggunakan Uji Diagnostik pada tabel 3.1.Dan dilakukan uji Kurva ROC (Receiving Operating Characteristic) untuk mendapatkan nilai AUC (Area Under Curve) pada uji diagnostik gambar 4.2. Hasil p <0.05 dianggap signifikan, dan menggunakan program SPSS v.20.

Tabel 3.1 Perhitungan Uji Diagnostik

6. Pengolahan data dilakukan dengan program komputer

3.9 Ethical Clearance dan Informed Consent

Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang ditandatangani oleh Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP (K) dengan nomor 13/KOMET/FK USU/2016.

(6)

3.10 Kerangka Operasional

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Pasien Gagal Jantung Kronis yang dirawat Inap

hsCRP

Analisa Statistik Mortalitas 90 Hari Kriteria Inklusi

 Pasien rawat inap di

dengan diagnosis

primer gagal jantung

 Pasien dengan usia 18 tahun keatas baik pria maupun wanita

Kriteria Eksklusi

 Kadar hs-CRP > 10 mg/L  Penderita sindroma koroner akut

 Penyakit hati kronis, gagal ginjal kronis,

penyakit keganasan, penyakit kolagen sistemik  Riwayat trauma, operasi, luka bakar

(7)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Dasar Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan mulai November 2016 dengan jumlah sampel sebanyak 39 orang yang telah memenuhi kriteria inklusi sehingga dapat diikutkan dalam penelitian. Seluruh subyek penelitian kemudian di follow-up selama 90 hari dari pemeriksaan awal. Jumlah total subyek penelitian adalah 39 orang, 9 orang subyek meninggal selama masa follow-up 90 hari.

Tabel 4. 1 Karakteristik Dasar Subyek Penelitian

Karakteristik Total

Tekanan darah sistolik 130 (15.38) 135.55 (14.24)

128.33 (15.55)

0.184

Tekanan darah diastolik 74.61 (9.41) 77.77 (10.92) 73.66 (8.89) 0.279 Hs-CRP 2.77 (2.00) 4.90 (1.68) 2.13 (1.62) 0.001 Ekokardiografi

Fraksi ejeksi, rerata (SB),% 49 (13.46) 37.88 (4.34) 52 (13) 0.001

Subyek berjenis kelamin laki-laki dominan di kedua kelompok studi, sebanyak 21 orang (70 %) pada kelompok yang hidup dan 6 orang (66.7 %) pada kelompok yang meninggal. Berdasarkan kapasitas fungsional, mayoritas pasien masuk dalam kelompok dengan kapasitas fungsional NYHA III. Rerata umur secara signifikan berbeda pada kelompok subyek yang meninggal dibandingkan

(8)

Pada data klinis, tidak dijumpai perbedaan rerata tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik di kedua kelompok studi.

Dengan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa dijumpai perbedaan bermakna antara hsCRP kelompok yang meninggal dan

hsCRP kelompok yang hidup (Tabel 4. 1).

Dari hasil pemeriksaan ekokardiografi didapatkan perbedaan bermakna fraksi

ejeksi antara kelompok yang meninggal dan yang hidup.

Gambar 4.1 Grafik Boxplot Perbedaan Nilai hsCRP Kelompok Subyek yang Hidup dan Subyek yang Meninggal dalam 90 Hari

Gambar 4.1 menunjukkan grafik boxplot perbedaan nilai hsCRP kelompok subyek yang hidup dan subyek yang meninggal dalam 90 hari. Dapat terlihat bahwa median nilai hsCRP pada kelompok subyek yang meninggal lebih tinggi dibandingkan kelompok subyek yang hidup. Secara statistik dijumpai perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok ini (p = 0,001).

4.1.2 Nilai Diagnostik hsCRP untuk Memprediksi Mortalitas 90 Hari

(9)

Gambar 4.2 Kurva ROC hsCRP untuk Memprediksi Mortalitas 90 Hari

4.1.3 Sensitivitas dan Spesifisitas hsCRP Terhadap Penilaian Mortalitas 90 hari Dilakukan uji diagnostik untuk menilai sensitivitas dan spesifisitas hsCRP dalam penilaian mortalitas 90 hari. Didapatkan sensitivitas hsCRP adalah 77.8 % dan spesifisitas 90%. Nilai Prediksi Positif (NPP) hsCRP adalah sebesar 93,1% dan Nilai Prediksi Negatif (NPN) adalah 70%. (Tabel 4.2)

Tabel 4.2. Sensitivitas, Spesifisitas, Positive dan Negative Predictive Value dari hsCRP terhadap Mortalitas 90 Hari

hsCRP

Mortalitas 90 Hari Sensitifi Spesifi

NPP NPN

Ya Tidak tas sitas

≥ 4.25 7 3 77.08.00 90% 93.1% 70%

<4.25 2 27

(10)

Tabel 4.3 Hubungan hsCRP dengan Mortalitas 90 hari

GJ masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang menjadi beban di negara maju maupun di negara berkembang yang berkaitan dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi, pola ini terutama dijumpai pada pasien – pasien gagal jantung yang dirawat inap. Hospitalisasi oleh karena perburukan pada pasien – pasien dengan gagal jantung kronis berkaitan dengan tingginya angka mortalitas dan morbiditas baik pada saat perawatan maupun paska perawatan.8

Dengan adanya alat bantu dalam evaluasi prognosis pasien – pasien gagal jantung yang dirawat inap diharapkan dapat membantu mengidentifikasi individu dengan risiko tinggi, maka dapat dilakukan pemantauan yang lebih ketat serta intervensi yang lebih intensif sehingga diharapkan dapat menurunkan kejadian morbiditas dan mortalitas pada pasien – pasien gagal jantung.8

Pada penelitian ini dengan jumlah subyek 39 orang, didapati perbedaan rerata usia yang bermakna antara kelompok subyek yang meninggal (64,119,57) dan kelompok subyek yang hidup (51,5613,69), p < 0,05. Kelompok yang meninggal

pada penelitian ini memiliki karakteristik usia yang lebih tua. Hasil ini sejalan dengan

peneltian oleh Gheorghidae dkk (2012)44 yang mendapatkan subyek yang mengalami kejadian mortalitas dini dan rehospitalisasi memiliki karakteristik usia yang lebih tua dengan rerata usia 68.2  13 tahun dibandingkan kelompok yang tidak, yakni 65.2

12.0 pada kelompok yang hidup (p<0,001).

(11)

Kerapuhan/frailty serta adanya penyakit komorbid menjadi ciri khas pada kelompok usia ini, dan berkontribusi pada kejadian – kejadian tidak diharapkan pada saat rawatan maupun paska rawatan.49 Studi oleh Gustaffson dkk (2004) menemukan peningkatan usia berhubungan secara independen dengan peningkatan mortalitas jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien – pasien gagal jantung yang dirawat inap. Setiap peningkatan usia 10 tahun pada pasien-pasien gagal jantung yang berusia  60 tahun mengakibatkan peningkatan risiko kematian yg signifikan dalam 30 hari (Relative risk (RR) 1.23 (1.04–1.47, P = 0.02)) dan risiko kematian dalam 10 tahun (RR 1.55 (1.50–1.61, P < 0.001).52

Dari hasil pemeriksaan ekokardiografi didapatkan perbedaan bermakna fraksi

ejeksi antara kelompok yang meninggal dan yang hidup, dimana EF pasien yang

meninggal lebih rendah dibandingkan yang hidup dengan EF 37,88 (4,34) versus 52

(13) dengan nilai P:0.001. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

de la Camara dkk (2012) yang bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berperan sebagai prediktor mortalitas dalam 1 tahun pada pasien gagal jantung, menemukan disfungsi sistolik lebih sering dijumpai pada kelompok pasien gagal jantung yang meninggal dibandingkan kelompok yang hidup (36.8% vs 22.16%), dan probablitias kematian dalam 1 tahun setelah terdiagnosis gagal jantung adalah 2,67 kali lebih tinggi pada kelompok dengan disfungsi sistolik (Left ventricular ejection Fraction/LVEF) <40%, OR 2,67, 95% Confidence interval (CI) 1,36 – 5,23).9 Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yin dkk (2004) padakelompok pasien dengan hsCRP >2.97 mg/dl dan EF <35 berhubungan secara signifikan terhadap MACE.30

Hasil dari studi ini juga menunjukkan perbedaan nilai hsCRP antara

kelompok subyek yang meninggal dan hidup. Rerata hsCRP kelompok subyek

yang meninggal dalam waktu 90 hari adalah 4,90 (1,68) sedangkan rerata hsCRP

pada subyek yang tidak meninggal dalam waktu 90 hari adalah 2,13 (1,62). Dan dengan uji statistik menggunakan uji chi square, didapatkan hubungan antara hsCRP dengan kematian 90 hari pada pasien – pasien gagal jantung yang dirawat inap. Hasil studi sebelumnya mengenai hsCRP oleh Windram JD dkk (2007) yang difollow up selama 36 bulan adalah pasien GJ dengan disfungsi sistolik

(12)

pasien meninggal. Pasien dengan nilai quartil hsCRP >11 pg/ml memiliki

prognosis yang paling jelek dengan HR 3.0 (2.1-4.1); P=<0.001.59

Hasil analisis menggunakan kurva receiving operating characteristic (ROC) diperoleh bahwa area under curve (AUC) ROC adalah 88% (95% CI: 76% - 99%). hsCRP dalam studi ini memiliki kemampuan yang baik untuk memprediksi mortalitas 90 hari (p = 0,001). Dengan menggunakan batas nilai didapatkan hsCRP memiliki sensitivitas 77,8% dan spesifisitas 90%. Zhu L dkk (2017) juga menemukan kemampuan yang baik dari hsCRP dalam memprediksi kematian dalam 5 tahun pada pasien – pasien gagal jantung dengan AUC 71%.60

Keterbatasan penelitian ini antara lain adalah: 1) Jumlah sampel yang sedikit

sehingga kemungkinan belum dapat mencerminkan hasil yang sebenarnya

mengenai hubungan variabel - variabel yang dinilai dalam penelitian ini terhadap

kematian 90 hari pada pasien gagal jantung. 2) Tidak menganalisa riwayat rawat

inap sebelumnya. 3) Tidak dilakukan penilaian mengenai pola hidup pasien,

kepatuhan minum obat dan kemungkinan adanya komorbid lain yang

(13)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan:

1. hsCRP memiliki sensitivitas sebesar 77,8% dan spesifisitas 90% dalam

memprediksi mortalitas 90 hari pada pasien GJ.

2. Didapatkan perbedaan nilai hsCRP antara pasien gagal jantung rawat inap yang mengalami kematian dalam 90 hari dengan yang hidup.

5.2. Saran

Pada pasien GJ yang dirawat inap, meskipun telah diberikan terapi yang

adekuat ternyata angka kematian paska rawatan masih cukup tinggi. hsCRP

sebagai sitokin proinflamasi dapat digunakan sebagai penanda prognosis pada

pasien GJ yang diperiksa pada awal rawatan sehingga dapat membantu dalam

stratifikasi risiko untuk perawatan segera dan menciptakan strategi jangka panjang

sebagai tindakan preventif sekunder sehingga pasien GJ dapat ditatalaksana

dengan lebih baik dan meningkatkan angka harapan hidup baik jangka pendek

Gambar

Tabel 3.1 Perhitungan Uji Diagnostik
Gambar 3.1 Kerangka Operasional
Tabel 4. 1 Karakteristik Dasar Subyek Penelitian
Gambar 4.1 Grafik Boxplot Perbedaan Nilai hsCRP Kelompok Subyek yang Hidup dan Subyek yang Meninggal dalam 90 Hari
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah defisit perawatan diri eliminasi dan nyeri akut5. Evaluasi dari masalah

Penerapan strategi-strategi dalam guided discovery yang menggunakan media LKS yang bersifat open ended , ditambah dengan pemberian reward, pemberian kesempatan yang sama

Dalam penelitian ini penulis mencari data dengan cara datang langsung ke objek penelitian mengamati dan melihat bagaimana peranan remaja masjd jami’ Baitul Khoir dalam

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penerapan PBL dengan stimulus handout pedoman merancang eksperimen IPA SD dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam merancang eksperimen IPA

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII MTs Al-Washliyah Tembung yang diajar dengan pendekatan

guru fiqh dalam mengatasi gangguan komunikasi pembelajaran

berkembang dewasa ini adalah bahwa penyakit jiwa ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keturunan, pola asuh yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, dan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, mulai dari perancangan, pembuatan dan evaluasi aplikasi penjadwalan matakuliah di STKIP Widya Yuwana, maka dapat