• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Peningkatan hasil belajar siswa m

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Peningkatan hasil belajar siswa m"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Pokok Bahasan

Sholat Witir di Kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia

Ngadiluwih

Ashlih Izzy

Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Tribakti Kediri

ABSTRAK

Permasalahan utama penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih pada mata pelajaran Fiqih pokok bahasan sholat witir. Telah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih pokok bahasan sholat witir melalui penerapan metode demonstrasi di kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, dengan jumlah siswa 21 yaitu terdiri dari 14 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Dari hasil evaluasi akhir siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 48% dengan nilai rata-rata 67,8. Hasil evaluasi akhir siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 76%, dengan nilai rata-rata 78,3. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih pokok bahasan sholat witir di kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih.

Kata Kunci: Metode Demonstrasi, Fiqih, Solat Witir

ABSTRACT

The main problem of this research is the low learning result of third grade student of Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih on subject of Fiqih subject of prayer of witr. Classroom Action Research (PTK) has been conducted to improve students' learning outcomes in the subject of Fiqh subject of witir prayer through the implementation of demonstration method in class III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih. This study was conducted two cycles, each cycle consists of four stages: planning, action implementation, observation and reflection, with the number of students 21 consisting of 14 men and 7 women. From the results of the final evaluation of the cycle I obtained classical learning completeness of 48% with an average value of 67,8. The result of final evaluation of cycle II obtained by classical learning completeness equal to 76%, with average value 78,3. It can be concluded that the implementation of demonstration methods can improve student learning outcomes in the subjects of Fiqh subject of prayer witir in class III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih.

Keywords: Demonstration Method, Fiqh, Solat Witr

A. PENDAHULUAN

(2)

Nilai rata-rata perolehan mata pelajaran Fikih pokok bahasan sholat witir hanya mencapai 58,6 dan ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 38%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih tergolong belum mencukupi.

Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih untuk kelas III mata pelajaran Fikih terhitung sangat tinggi yakni 70, sehingga perlu ada solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Penulis dapat menyimpulkan bahwa lemahnya nilai perolehan siswa pada mata pelajaran Fiqih disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adanya metode pembelajaran konvensional yang masih sering diterapkan oleh guru, dalam proses pembelajaran masih cenderung menggunakan metode ceramah, dan jarang menggunakan media atau alat peraga sehingga proses pembelajaran terkesan satu arah, siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar dan terkesan bahwa pelajaran Fiqih khususnya pada pokok bahasan sholat witir dianggap sebagai pelajaran hafalan.

Mengajar dibutuhkan upaya untuk membangkitkan motivasi belajar siswa yaitu dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dan aktif dalam menemukan konsep Fiqih khususnya pada bahasan sholat witir. Setelah dilaksanakan beberapa metode pembelajaran diantaranya metode ceramah, metode pemberian tugas dan metode tanya jawab tapi belum juga mencapai target ketuntasan. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut koognitif, afektif, dan psikomotor.1

Melalui penggunaan metode yang tepat, sebagaimana metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan meteri pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu2. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berada di bawah kondisi yang berbeda3,.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu perbaikan metode pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi.

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yanga sedang disajikan.4 Metode demonstrasi adalah metode yang membuat perhatian siswa dapat berpusat pada apa yang didemonstrasikan. Jadi, proses siswa akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian siswa pada hal-hal lain diluar pembelajaran, dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar, dapat menambah pengalaman

1Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya:Usaha Nasional, 1994

2 Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara2005 3Hamdah, Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2008

(3)

siswa, dapat membantu siswa mengingat lebih lama tentang materi yang disampaikan, dapat mengurangi kesalah fahaman materi pengajaran, dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut serta berperan secara langsung, memupuk perkembangan dan keberanian, mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri, sehingga hasil belajar sesuai dengan apa yang diharapkan

Berdasarkan pemikiran tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Fiqih siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang menciptakan kondisi yang menarik dan menyenangkan bagi guru dan siswa yaitu dengan penerapan metode demonstrasi.

B. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan tindakan partisipasi dengan bentuk Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan akhir penelitian yang berupa hasil penelitian. Penelitian ini mengikuti tahap tindakan yang bersiklus. Tiap siklus dilakukan beberapa kegiatan, diantaranya 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi.

Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih, dengan alamat jalan Prof. Dr. Moestopo 77 Ngadiluwih Kediri Jawa Timur.

Subyek penelitian ini adalah siswa di kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih. Pemilihan subyek penelitian berdasarkan masalah yang terdapat pada kelas tersebut. Siswa dikelas III Hudaibiyyah berjumlah 21 orang 14 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.

Jenis data dan Pengambilan data

Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatatif. 1. Data kuantitatif yaitu berupa kemampuan siswa menyelesaikan soal pokok

bahasan sholat witir yang terdiri dari hasil tugas siswa, hasil tes awal dan tes akhir.

2. Data kualitatif yaitu data aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran Fiqih pada pokok bahasan sholat witir serta data kesulitan siswa dalam memahami materi.

Dalam penelitian ini, Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Pemberian tes awal dan tes pada setiap akhir tindakan.

Tes awal diberikan sebelum tindakan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman awal siswa pada pokok bahasan sholat witir, sedangkan tes pada akhir tindakan dalakukan untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar siswa yang dicapai oleh siswa.

2. Observasi

Observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Dengan tujuan untuk mengamati aktivitas guru (peneliti) dan siswa, yang melakukan observasi atau observer adalah teman sejawat.

(4)

Catatan ini tentang hasil penelitian.

Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil observasi, catatan lapangan dan pemberian tes.

Adapun tahap-tahap pengelolahan data adalah sebagai berikut: 1. Mereduksi Data

Yaitu menyeleksi dan menyederhanakan data sejak awal pengumpulan data sampai dengan penyusunan.

2. Penyajian Data

Dilakukan dengan cara menyusun informasi yang telah diperoleh sehingga dapat memberikan kesimpulan pengambilan tindakan. Data yang disajikan tersebut selanjutnya dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan tindakan berikutnya.

3. Verifikasi Data

Merupakan pengambilan initsari/kesimpulan dan sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan singkat, padat dan bermakna.5 Pengelolaan data kualitatif diambil dari data aktivitas guru dan siswa yang diperoleh melalui lembar observasi siswa, dianalisis dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan mengkriteriakan prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa menurut tingkat penguasaannya terhadap materi pembelajaran, digunakan rumus :

1. Prestasi belajar sangat baik apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran antara 90–100%

2. Prestasi belajar baik apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran antara 80–89%

3. Prestasi belajar cukup apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran antara 65–79%

4. Prestasi belajar dikatakan kurang apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran antara 55 – 64%

5. Prestasi belajar dikatakan sangat kurang apabila siswa dapat menguasai materi pelajaran kurang dari 55%

Data kualitatif diperoleh siswa dari tes awal, tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II. Data kemudian diolah dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus. Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara inividu jika persentase daya serap individu sekurang-kurang 65%.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian indakan kelas (PTK) adalah apabila hasil belajar siswa kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia selama proses pembelajaran setiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

C. HASIL PENELITIAN Siklus I

(5)

Kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan dalam waktu 1 jam pelajaran dengan lama pembelajaran 35 menit. Dimulai dengan perkenalan dan persipan kelas.

Pada kegiatan awal siklus 1, peneliti menyiapkan perangkat Pembelajaran (RPP) dan lembar soal. Pada awal kegiatan peneliti menyampaikan materi dengan tema solat witir. Pada pembelajaran ini, peneliti lebih banyak menjelaskan konsep dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam proses pembelajaran sebagian besar siswa hanya mendengarkan dan terkadang berbicara sendiri dengan temannya.

Kegiatan diawali dengan perkenalan, dan apersepsi atas materi yang disamapaika guru kelas pada pertemuan sebelumnya yakni sholat tarowih. Pada siklus 1 peneliti menyampaikan materi dasar hukum solat witir, jumlah rokaat, tata cara pelaksanaan solat witir, waktu pelaksanaan solat witir, bacaan solat witir, dan menghafalkan do’a solat witir. Kemudian peneliti mengevaluasi kemampuan siswa dalam menerima dan memahami materi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sela yang berkaitan dengan solat witir.

Gambar 1

Peneliti menyampaikan materi di kelas

Setelah materi terasa cukup disaampaikan, peneliti memberikan demonstrasi tentang cara melaksanakan solat witir. Peneliti mempraktikkan cara melaksanakan solat witir dan seluruh siwa memperhatikan. Praktik solat diulang tiga kali sampai sekiranya semua siswa dapat memahami betul tata cara solat witir.

Di akhir pembelajaran, tidak lupa peneliti memberikan beberapa pertanyaan tebakan untuk menambah kefahaman siswa.

Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung, bertujuan untuk melihat kesesuian rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran. Temuan yang didapat :

a. keengganan siswa untuk menanggapi

b. kurangnya keterlibatan siswa dalam menjawab pertanyaan guru

c. selain itu, keadaan kelas yang minim ventilasi udara menyebabkan siswa gerah dan cenderung ramai sendiri untuk mecari aktifitas lain

(6)

40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 0

1 2 3 4 5 6

Siswa

Siswa

Grafik 1

Prestasi belajar Siswa Tahap Siklus 1

Jika dilihat pada grafik 1, dari total 21 siswa kelas III Hudaibiyyah pada mata Fiqih siswa yang tuntas mencapai 10 siswa (48%) dengan rata-rata nilai 67,8. Pada pembelajaran siklus I ada permasalahan yang ditemukan : ada siswa yang kurang aktif dalam mendengarkan penjelasan, dan ada pula siswa yang lambat dalam memahami materi pelajaran.

Hasil refleksi pada siklus I ada beberapa hal yang menjadi masalah dan sebagai evaluasi : pertama, pada siklus I, pada saat pembelajaran banyak siswa yang hanya mendengarkan. Demonstrasi yang dilakukan oleh peneiliti yang semula diharapkan mampu menjadi pembelajaran bagi siswa belum begitu mampu menarik perhatian siswa pada materi pelajaran. Hal ini didukung oleh keadaan kelas yang kekurangan ventilasi udara, sehingga perhatian siswa yang terpecah-pecah mempengaruhi siswa lain sehingga mengurangi konsentrasi belajar. Selain itu, waktu belajar yang singkat belum mampu mengakomodir seluruh materi yang seharusnya mampu disampaikan oleh peneliti. Seharusnya di siklus berikutnya hal itu lebih diperkuat dengan partisipasi murid dalam mempraktikkan cara solat di depan temanya. Selain itu peneliti harus lebih intensif dalam membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami. Keterbatasan waktu menyebabkan peneliti hanya fokus pada analisis kelas dan penyampaian materi tanpa sempat merencanakan penanganan kepada siswa yang memiliki perhatian lebih untuk mampu memahami pelajaran. Peneliti pun seharusnya bisa meminta bantuan pada siswa lain untuk memberikan bantuan belajar kepada siswa yang lemah dalam belajar, atau dengan memberikan hadiah untuk menambah semangat belajar pada siswa.

Kedua, prosentasi hasil tes yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus I

(7)

Siklus II

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II praktek solat witir yang dilaksanakan di musholla SD NU Insan Cendekia. Berdasarkan evaluasi siklus I peneliti memfokuskan siklus II dengan praktik dan demonstrasi di luar kelas. Pembelajaran dilakukan di musholla untuk menghindari kekurangfokusan siswa lain saast pelajaran. Pada awal kegiatan siklus II, peneliti mengulangi secara singkat materi yang telah disampaikan sebelumnya di siklus I. Peneliti mendemonstrasikan ulang secara singkat solat witir. Kemudian membagi kelas menjadi lima kloter/kelompok untuk mampu memperagakan di depan teman satu kelasnya. Hal ini selain akan memudahkan siswa dalam menghafal dan memahami dengan melakukan secara langsung, juga agar setiap siswa bertanggung jawab dengan kefahaman yang telah didapatnya. Setiap kelompok memperagakan di depan teman satu kelasnya dengan salah satu menjadi imam dan lainya menjadi makmum. Setelah demondtrasi per kelompok selesai, kemudian peneliti memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa tadi.

Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II ini sedikit berbeda dengan langkah-langkah pada siklus I. Proses demonstrasi silakukan langsung oleh siswa kepada teman satu kelasnya, sehingga siswa benar-benar menyiapkan dan menghafal semua gerakan solat yang telah diajarkan oleh peneliti.

Pada dasarnya hampir sama pada kegiatan awal sampai akhir dengan kegiatan pada siklus I, perbedaanya pada saat demonstrasi. Pada siklus I demonstrasi hanya dilakukan oleh peneliti, pada siklus II peneliti meminta siswa untuk mampu mendemonstrasikan kepada teman satu kelasnya senditi, hal ini digunakan untuk mempertegas pemahaman siswa dan sebagai acuan untuk tes.

Peneliti memberikan tes akhir (tes individu) untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran. Pada akhir kegiatan pembelajaran peneliti melakukan refleksi bersama dengan siswa. Peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari, untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah bisa tercapai atau belum.

Gambar 2

Praktik demonstrasi pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.

(8)

40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 0

1 2 3 4 5 6 7

Siswa

Siswa

Grafik 2

Prestasi belajar Siswa Tahap Siklus II

Jika dilihat pada Grafik 2, dari 21 siswa kelas III Hudaibiyyah pada pelajaran fikih materi solat witir yang tuntas sudah mencapai 16 siswa (76%) dengan rata-rata nilai 78,3. Dengan demikian ada 5 siswa yang dinyatakan belum tuntas. Prosentase tersebut sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Dari data di atas, presentase ketuntasan prestasi belajar siswa sudah mampu dianggap memuaskan dan ketuntasan belajar secara klasikal dianggap sudah tuntas. Dengan demikian tidak perlu dilakukan perbaikan dalam siklus II.

D. PEMBAHASAN

Pada siklus I, peneliti mulai menggunakan metode demonstrasi. Penggunaan metode ini sangat tepat digunakan untuk menyampaikan materi solat witir, karena siswa mampu melihat secara langsung bagaimana pelaksanaan solat witir. Antusiasme yang didapatkan peneliti dari siswa hanya sekitar separuh lebih sedikit saja dikarenakan keadaan kelas yang kurang mendukung dan sempitnya waktu yang dimuliki peneliti untuk mampu menyampaikan seluruh materi pelajaran. Ketuntasan siswa pada siklus 1 belum menyentuh angka minimal, hal ini dikarenakan banyaknya proses materi ceramah yang harus disampaikan peneliti kepada siswa sebelum mendemonstrasikan tata cara solat witir.

Pada siklus II ini ketuntasan belajar siswa terus meningkat dari pembelajaran siklus 1 yang dilakukan sampai perbaikan pembelajaran siklus II. Hanya 5 orang siswa yang masih memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Perbaikan pembelajaran berhasil dilaksanakan sampai siklus II. Ternyata dengan menggunakan demonstrasi dengan melibatkan siswa yang dipacu untuk mampu melakukan di hadapan teman sekelanya mampu membuat siswa menyerap secara cepat materi pelajaran sehingga prestasi belajar yang diharapkan dapat dicapai.

(9)

dikatakan tuntas karena sudah lebih dari 70%, sehingga tidak perlu diadakan tindak lanjut perbaikan pembelajaran.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, pemahaman siswa pada materi prasyarat sangat dibutuhkan. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dalam skema yang dimiliki siswa. Jadi dengan mengecek keterkaitan antara pengetahuan dengan prasyarat yang dimiliki siswa dengan materi yang dipelajari dapat membentuk pemahaman awal siswa terhadap materi tersebut.6

Peningkatan hasil tersebut di atas disebabkan karena proses perbaikan pembelajaran yang terus diupayakan peneliti pada dua tindakan di siklus II. Aktivitas peneliti yang semakin membaik berpengaruh pada membaiknya aktivitas kinerja siswa, sehingga berdampak pula pada hasil belajar siswa yang terlihat dari hasil evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan siklus II.

Berdasarkan rekapitulasi prestasi belajar di atas, dapat ditunjukkan pada diagram berikut ini:

40-4950-5960-6970-7980-8990-99 0

1 2 3 4 5 6 7

siklus 1 siklus 2

Grafik 3

Ketuntasan Prestasi Belajar

Berdasarkan grafik 3, dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan bahwa melalui metode demonstrasi terjadi peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 28%. Pada siklus I dari 48% dengan nilai rata-rata 67,8 meningkat pada siklus II menjadi 76%, dengan nilai rata-rata 78,3.

Siklus I Siklus II

67.8

78.3 Mata Pelajaran Fikih

Grafik 4

Rata-rata Prestasi Belajar

(10)

Dengan demikian pemilihan metode demonstrasi sangat tepat dalam penyampaian materi pada mata pelajaran fiqih terkhusus materi pembelajaran solat witir pada kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa peneliti sebelumnya yang menggunakan metode demonstrasi ini dalam menyampaikan pelajaran.

Pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi ini, memiliki kesamaan tujuan yaitu meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa menjadi aktif dalam mengikuti pelajaran dan tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Siswa yang diberi kewajiban untuk mampu mendemonstrasikan solat di depan teman satu kelasnya akan terdorong untuk belajar sehingga berdampak pada meningkatnya prestasi belajar. Namun terdapat perbedaan pada peneliti sebelumnya yakni penelitian ini menggunakan subyek siswa sebagai pelaku utama dalam mendemonstrasikan materi pelajaran. Bukan hanya dilakukan oleh guru atau peneliti semata.

E. PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian ini maka kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut:

Hasil belajar siswa kelas III Hudaibiyyah SD NU Insan Cendekia Ngadiluwih pada siklus 1 dengan materi pengertiansolat witir dan syarat-syarat solat witir memperoleh nilai rata-rata sebesar 67,8 dengan ketuntasan belajar 48% dan hasil belajar siswa pada siklus II dengan materi tata cara solat witir dan hikmahnya mengalami peningkatan dengan memperoleh nilai rata-rata 78,3 dan ketuntasan belajar secara klasikal 76%.

Saran

Agar siswa lebih cepat memahami materi belajar, serta mampu menangkap secara langsung inti dari pembelajaran dengan mengajarkan siswa untuk mampu merekonstruksi secara mandiri pemahaman dalam dirinya masing-masing maka metode pembelajaran yang tepat adalah metode demonstrasi.

Metode demonstrasi ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dan efektif khususnya untuk mengajarkan mata pelajaran Fiqih.

DAFTAR PUSTAKA

Djaramah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional

Fuad, Jauhar dan Hamam. 2012. Teori Dan Praktik Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Tulungagung: STAIN Tulunggung Press

Hamalik. 2005. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Hamdah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hujodo, dkk. 1998. Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pedidikan dalam

EraGlobalisasi. Program Pasca Sarjana. IKIP. Malang

Gambar

Gambar 1Peneliti menyampaikan materi di kelas
Grafik 1Prestasi belajar Siswa Tahap Siklus 1
Gambar 2Praktik demonstrasi pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.
Grafik 2Prestasi belajar Siswa Tahap Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

pelajaran IPA belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70. Hasil ulangan harian siswa kelas VB diperoleh nilai terendah 33 nilai tertinggi

Jelimpo bahwa dari 14 siswa hanya terdapat 7 siswa hasil belajarnya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Berdasarkan realita tersebut peneliti melihat

Hasil belajar IPA belum menunjukkan mencapai standar kriteria ketuntasan minimal (KKM), karena nilai standar KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran IPA adalah 70. Hal

harian hanya beberapa siswa yang nilainya di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah yaitu 70. Dari data hasil belajar tersebut, maka

Berdasarkan indikator keberhasilan penelitian yang ditentukan di awal yaitu untuk prestasi belajar menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 dan untuk

sebanyak 30 orang masih mendapatkan hasil belajar IPA di bawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70. Hal ini mengindikasikan hasil belajar IPA

Siklus II ini dilakukan oleh peneliti, jika pada siklus I lebih dari 40% siswa tidak dapat mencapai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) matematika yaitu 70

Untuk indikator keberhasilan hasil belajar dalam penelitian ini adalah apabila > 85% siswa yang memperoleh nilai diatas 65 atau kriteria ketuntasan minimal KKM maka kelas tersebut sudah