• Tidak ada hasil yang ditemukan

CALK Pemda 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "CALK Pemda 2009"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumberdaya. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan Laporan Keuangan pemerintah disusun untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

1)

menyajikan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.

2)

menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumberdaya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.

3)

menyediakan informasi mengenai jumlah sumberdaya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.

4)

Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan masyarakat.

5)

menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.

6)

menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah Daerah, mengenai kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah daerah menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas pemerintah daerah.

1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan pemerintah daerah. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta:

(2)

2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ; 4) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah ;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

6) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

9) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 Nomor 11)

10) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 1);

11) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2009 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 8);

12) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 17.1 Tahun 2009 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

13) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2009 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 6);

14) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2009 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 40); 15) Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2007 dan

(3)

1.3. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan

Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan 1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan 1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan

Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD

2.1. Ekonomi Makro 2.2. Kebijakan Keuangan

2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan

3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan Bab IV Kebijakan Akuntansi

4.1. Entitas Pelaporan Keuangan Daerah

4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan 4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan Bab V Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan

5.1. Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan

5.1.1. Pendapatan 5.1.2. Belanja 5.1.3. Pembiayaan 5.1.4. Aset 5.1.5. Kewajiban 5.1.6. Ekuitas Dana

5.1.7. Komponen-komponen Arus Kas

5.2. Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan basis kas, untuk entitas akuntansi/ entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada SKPD

(4)

BAB II

EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN

PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

2.1. Ekonomi Makro

Kondisi ekonomi makro DIY pada tahun 2009 diperkirakan tidak jauh berbeda dengan tahun 2008. Peristiwa menonjol yang akan mempengaruhi perkembangan makro ekonomi DIY adalah adanya agenda pemilihan umum dan pemilihan presiden, sedangkan dari sisi kontribusi sektor-sektor masih didorong oleh sektor jasa-jasa, pertanian, perdagangan hotel restoran, dan industri pengolahan. Adanya agenda pemilihan umum dan pemilihan presiden 2009 akan menggerakkan kegiatan-kegiatan ekonomi seperti industri percetakan, sablon, konveksi dan jasa hiburan.

Perkembangan ekonomi pada tahun 2006-2008 memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:

1) Tahun 2006 walaupun terjadi bencana alam gempa bumi, ekonomi DIY mampu tumbuh 3,69%, lebih rendah sedikit dari perkiraan tumbuh 3,71%. 2) Tahun 2007 ekonomi DIY tumbuh 4,2%, lebih rendah dari proyeksi awal

sebesar 4,68%. Angka pertumbuhan ini terutama disumbang oleh sektor bangunan, sektor listrik-gas-air bersih, sektor pengangkutan-komunikasi dan sektor perdagangan-hotel-restoran.

3) Tahun 2008 ekonomi DIY diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,00%, lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,40%

Dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi pada tahun-tahun sebelumnya, maka pertumbuhan ekonomi DIY pada tahun 2009 diproyeksikan tumbuh sebesar 4.30-4.60%. Angka tersebut masih tetap di bawah target pertumbuhan nasional yang diperkirakan bergerak 9,5%. Kondisi ini disebabkan oleh, pertama, pemerintah beberapa tahun terakhir ini diuntungkan dengan boom migas, yaitu subsektor yang tidak dimiliki oleh DIY. Kedua, porsi sektor industri pengolahan sebagai sektor dengan efek pengganda besar, relatif lebih besar di tingkat nasional.

Faktor pendorong pertumbuhan tersebut adalah:

1) Masih didorong sektor jasa-jasa, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor industri pengolahan

2) Kegiatan-kegiatan ekonomi dari kampanye pemilihan umum dan kampanye pemilihan presiden 2009, seperti industri percetakan, sablon, konveksi dan jasa hiburan.

Sedangkan faktor penghambat yang memungkinkan proyeksi tersebut tidak tercapai, antara lain:

(5)

2) Krisis energi, akibat trend harga minyak internasional yang meningkat (bahkan lebih dari US$ 100/barrel) diperkirakan berdampak pada biaya ekonomi tinggi pada semua sektor, khususnya transportasi dan manufaktur.

Peranan sektoral terhadap pembentukan PDRB pada tahun 2009 menunjukkan sektor perdagangan hotel dan restoran memberikan kontribusi terbesar. Peranan sektor berturut-turut dari yang tinggi ke rendah adalah sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bangunan, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, sektor listrik gas dan air bersih, dan yang terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian.

Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 4.30-4.60%, maka PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2009 diperkirakan mencapai sebesar Rp.19.819.776,05-Rp 19.876.784,03 juta. Perkembangan PDRB DIY atas dasar harga konstan 2000, dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, pada tahun 2005 sebesar Rp.16.911.053 juta, tahun 2006 sebesar Rp.17.535.354 juta, tahun 2007 ditargetkan sebesar Rp.18.271.790 juta, dan tahun 2008 Rp.19.002.661,60 juta.

Perkembangan tingkat inflasi sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Inflasi Propinsi DIY dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang fluktuatif tergantung kestabilan kondisi politik dan ekonomi pada saat itu. Di samping itu pengaruh faktor musiman seperti tahun ajaran baru dan musim liburan juga mempunyai peran dalam mendorong inflasi DIY.

Perkembangan inflasi pada tahun 2005-2008 menunjukkan tingkat inflasi di DIY masih cukup tinggi, merupakan tingkat inflasi tertinggi di antara kota-kota di pulau Jawa. Secara berurutan tingkat inflasi di DIY dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Tahun 2005 tingkat inflasi sangat tinggi, yaitu sebesar 14,98%. Hal ini dipengaruhi oleh naiknya biaya produksi, merosotnya nilai tukar rupiah dan naiknya suku bunga perbankan.

2) Tahun 2006 tingkat inflasi turun menjadi 10,40%, tetapi masih diatas inflasi nasional sebesar 6,60%. Hal ini terkait dengan melonjaknya harga kelompok makanan terutama beras, sebagai akibat kebijakan pemerintah terhadap harga komoditas barang strategis (kenaikan harga dan kelangkaan BBM), dampak gempa dan kemarau panjang

3) Tahun 2007 tingkat inflasi lebih rendah dari 2006, yaitu turun menjadi 8,00%.

4) Tahun 2008 tingkat inflasi diperkirakan mencapai 10,10%, mengalami kenaikan dibandingkan 2007

Dengan memperhatikan proyeksi pertumbuhan ekonomi, maka tingkat inflasi di DIY pada tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan apabila dibandingkan 2008, yaitu menjadi sebesar 9,00%.

Proyeksi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2009 dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Pertumbuhan Ekonomi

(6)

antara 4,30-4,60%. Angka ini didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu:

pertama dari sisi ketersediaan dan permintaan barang/jasa cenderung stabil.

Kedua, tidak ada kenaikan harga BBM dan harga energi lainnya seperti tarif dasar listrik (TDL). Ketiga, proses politik lokal dan nasional tidak mengganggu kegiatan ekonomi.

Berdasarkan angka proyeksi pertumbuhan tersebut, maka proyeksi angka PDRB ADHK 2000 berdasarkan lapangan usaha untuk tahun 2008 dan 2009 dapat dicermati pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Proyeksi PDRB Provinsi DIY atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Berdasarkan Penggunaan Tahun 2008 – 2009

Lapangan Usaha Proyeksi (miliar Rp)

2008 2009

1. Pertanian 3.543 3.695 - 3.706

2. Penggalian 137 143 - 144

3. Industri Pengolahan 2.611 2.723 - 2.731

4. Listrik & Air Bersih 170 177 - 178

5. Bangunan 1.777 1.853 - 1.858

6. Perdag, Hotel & Restoran 3.920 4.088 - 4.100

7. Angkutan & Komunikasi 1.943 2.027 - 2.033

8. Keu, Pers & Jasa Perus 1.734 1.808 - 1.813

9. Jasa-Jasa 3.169 3.305 - 3.314

PDRB 19.003 19.820 - 19.877

Keterangan: proyeksi per lapangan usaha didasarkan pada distribusinya tahun 2007.

Sumber: BPS Provinsi DIY, D. I. Yogyakarta dalam Angka 2006/2007, 2007 & Berita Resmi Statistik BPS Provinsi DIY, 2008 (diolah).

2) Pergerakan Inflasi

Tingkat inflasi di Provinsi DIY untuk tahun 2009 diperkirakan berkisar 9% namun realisasinya 2,93% sedikit lebih tinggi diatas inflasi nasional (2,78%).

Dari ekspektasi ekonomi yang semakin baik, tingkat inflasi pada tahun 2009 juga diharapkan tidak mencapai dua digit, hanya akan berkisar pada angka 9,00%.. Perkembangan inflasi dan proyeksinya untuk Provinsi DIY dapat dicermati pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Provinsi DIY Tahun 2003-2007 dan Proyeksi Tahun 2008-2009

Tahun Inflasi (%)

2003 5.73

2004 6.95

2005 14.98

2006 10.40

2007 8.00

2008 10,10

(7)

Keterangan: Diasumsikan inflasi Kota Yogyakarta dapat mewakili Prov. DIY.

Sumber: BPS Prov. DIY, DIY Dalam Angka, 2004 – 2007, Berita Resmi Statistik BPS Provinsi DIY, 2008 (diolah).

 

3) Investasi

Pada tahun 2008 dan 2009, diperkirakan angka ICOR (Incremental Capital Output Ratio) Provinsi DIY akan berada pada angka 6,68, yang artinya, untuk menghasilkan output Rp1, diperlukan investasi sebesar Rp6,68. Kondisi ini didasarkan pada rata-rata ICOR Provinsi DIY selama periode 2003-2007. Selengkapnya perkembangan ICOR Provinsi DIY dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Perkembangan ICOR di Provinsi DIY Tahun 2003-2007 dan Proyeksi Tahun 2008-2009

Tahun PDRB (juta Rp) Modal (Investasi) Bruto Pertumbuhan ICOR Juta Rp % PDRB Ekonomi (%)

2003 15,360,408.00 4,186,138.00 27.25 4.58 5.95 2004 16,146,444.00 4,658,909.00 28.85 5.13 5.62 2005 16,911,053.00 4,971,585.00 29.40 4.71 6.24 2006 17,535,354.00 5,404,641.00 30.82 3.69 8.35 2007 18,271,790.00 5,552,560.00 30.39 4.20 7.24 2008 19,002,661.60 5,552,560.00 26.72 4.00 6.68

2009 19,819,776.05 - 19,876,784.03 5,552,560.00 27.93 4.30-4.60 6.68

Sumber: BPS DIY dan Bapeda DIY (diolah)

Sementara itu, berdasarkan hasil perhitungan trend investasi di Provinsi DIY, terdapat kecenderungan peningkatan investasi PMA dan PMDN, meskipun angkanya masih berkisar pada 4 trilyun rupiah. Perkiraan nominal investasi PMA dan PMDN di Provinsi DIY ini dapat dicermati pada tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4 Perkembangan Investasi Di Provinsi DIY Tahun 2003-2007 dan Proyeksi Tahun 2008-2009

Tahun PMDN (Rp T)Investasi Investasi PMA+PMDN (Rp) Pertumbuhan

USD Rp M Total (Rp T) (Rp T) %

2003 2,405 103.563.363 27,694 0,959 3,365 0

2004 2,401 135.960.519 295,625 1,519 3,921 16,53

2005 2,251 152.010.619 475,579 1,843 4,094 4,42

2006 2,144 153.758.269 495,963 1,879 (4,024) -1,71

2007 1,801 155.326.645 880,226 2,278 4,079 1,37

2008 2,434 135.629.313 678,584 1,899 4,333 6,23

2009 2,529 136.079.866 751,806 1,976 4,505 3,96

Sumber: BPS DIY dan Bapeda DIY (diolah) Keterangan:

a) angka tahun 2008 - 2009 merupakan angka proyeksi

(8)

4) Ketenagakerjaan

Kondisi tenaga kerja yang bekerja Provinsi DIY pada tahun 2008 sebanyak 1.863.750 orang, berdasarkan hasil perhitungan, diperkirakan pada tahun 2009 sebanyak 1.880.000 orang maka dengan asumsi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9% akan terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 16.620 orang. Kondisi Pengangguran Terbuka Provinsi DIY pada tahun 2008 sebanyak 119.780 orang, berdasarkan hasil perhitungan, diperkirakan pada tahun 2009 sebanyak 116.360 orang maka diperkirakan akan terjadi penurunan pengangguran terbuka sebanyak 3.420 orang. Namun realisasinya hanya mampu menurunkan pengangguran terbuka sebanyak 1700 orang. Kondisi ketenagakerjaan di DIY ditunjukan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.5 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Provinsi DIY Tahun 2003-2008 dan Proyeksi Tahun 2009

(ribu orang)

Uraian 2005 2006 2007 2008 2009

Angkatan Kerja 1851,21 1871,97 1954,42 1983,53 1996,73

Bekerja 1757,70 1754,95 1835,54 1863,75 1880,37

Pengangguran

Terbuka 93,51 117,02 118,88 119,78 116,36

Pengangguran

Terbuka (%)* 5,05 6,25 6,08 6,04 5,83

*Rasio Pengangguran terhadap angkatan kerja

Sumber: BPS, SAKERNAS & BPS Prov. DIY, Berita Resmi Statistk, 2008, diolah.

5) Kemiskinan

Kondisi Penduduk miskin di Provinsi DIY pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 620.080 orang, berdasarkan asumsi laju pertumbuhan ekonomi pad tahun 2009 sebesar 4,6% perhitungan diproyeksikan pada tahun 2009 menurun menjadi 574.679 orang sehingga terjadi penurunan kemiskinan sebesar 45.401 orang. Dengan demikian terjadi penurunan prosentasi Penduduk Miskin pada tahun 2008 sebesar 18,23% turun menjadi 16,86% pada tahun 2009. Kondisi penduduk miskin di DIY ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi DIYTahun 2000-2008

dan Perkiraan 2009

Tahun Jumlah (orang)

2000 1.035.800

2001 767.600

2002 635.660

2003 636.800

(9)

Tahun Jumlah (orang)

2005 625.800

2006 650.000

2007 633.400

2008 620.080

2009 574.679 s/d 581.766

Sumber: BPS Provinsi DIY, 2008 (diolah)

Sesuai dengan tema pembangunan tahun 2009, kebijakan ekonomi makro tahun 2009 diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengurangan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas diupayakan dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur dan energi serta dengan terjaganya stabilitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didorong terutama dengan meningkatkan investasi, ekspor dan pengeluaran pemerintah serta mendorong peningkatan sektor industri pengolahan, revitalisasi pertanian dan menggerakkan UKM. Dengan arah kebijakan ekonomi makro tersebut, asumsi sasaran ekonomi makro tahun 2009 adalah pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6% dan laju inflasi 6,0%. Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari tahun 2008 tersebut dan stabilitas ekonomi yang terjaga, pengangguran terbuka dan penduduk miskin akan menurun. Pengangguran terbuka diperkirakan turun menjadi 6,5-7,5% dari angkatan kerja dan jumlah penduduk miskin diperkirakan turun menjadi 10-11% pada tahun 2009.

Untuk membiayai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6%, diperlukan investasi sebesar Rp.1.361,6 triliun, dengan perincian investasi masyarakat sebesar Rp.1.194,3 triliun dan investasi pemerintah sebesar Rp.1.67,3 triliun

Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perkuatan ekonomi daerah, penanganan kemiskinan dan pengangguran. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perkuatan ekonomi daerah, penanganan kemiskinan dan pengangguran ini didukung dengan prioritas pembangunan sebagai berikut:

1) Revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan

2) Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan, kesehatan dan sosial 3) Pemberdayaan UMKM, dan peningkatan investasi dan ekspor

4) Pengembangan budaya dan pariwisata;

5) Peningkatan kapasitas daerah dan penegakan hukum.

(10)

sebesar 6,6% dan laju inflasi 6,0%. Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari tahun 2008 tersebut dan stabilitas ekonomi yang terjaga, pengangguran terbuka dan penduduk miskin akan menurun. Pengangguran terbuka diperkirakan turun menjadi 6,5-7,5% dari angkatan kerja dan jumlah penduduk miskin diperkirakan turun menjadi 10-11% pada tahun 2009.

Untuk membiayai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6%, diperlukan investasi sebesar Rp.1.361,6 triliun, dengan perincian investasi masyarakat sebesar Rp.1.194,3 triliun dan investasi pemerintah sebesar Rp.1.67,3 triliun.

2.2. Kebijakan Keuangan 2.2.1. Pendapatan Daerah

2.2.1.1. Kebijakan pendapatan daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sumber pendanaan daerah di dalam APBD terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DIY pada tahun anggaran 2009 dari sisi pendapatan masih menggantungkan sumber-sumber penerimaan daerah tersebut.

Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan sebagai berikut: 1) Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan

sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah.

2) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah. 3) Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan

daerah

4) Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat

5) Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pendapatan daerah.

6) Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan pendapatan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam daerahnya sendiri, pada tahun 2009 tetap mengandalkan penerimaan dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.

Dengan mendasarkan perkembangan PAD yang meningkat setiap tahun, maka untuk RAPBD Tahun Anggaran 2009 target PAD juga mengalami kenaikan, akan tetapi kenaikan tersebut mempertimbangan prinsip tidak membebani masyarakat dan menciptakan keseimbangan antara peningkatan pendapatan daerah dengan pelayanan kepada masyarakat.

1) Target pendapatan daerah

(11)

milyar, Dana Perimbangan sebesar Rp 27,807 milyar dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami penurunan sebesar (Rp 17,163) milyar. Penurunan Lain-lain PD yang sah terjadi karena pada Tahun Anggaran 2008 ditargetkan sebesar Rp 19,519 milyar yang merupakan sisa dana sumbangan pihak ketiga.

Perubahan kebijakan pendapatan daerah yang dituangkan dalam APBD Perubahan dilakukan karena adanya penyesuaian target pendapatan daerah, sehubungan dengan perkembangan realisasi penerimaan pendapatan. Pendapatan daerah pada APBD Perubahan Tahun Anggaran 2009 turun sebesar Rp 8,373 milyar (dari sebesar Rp 1,221 triliun menjadi Rp 1,213 triliun).

Penurunan tersebut berasal dari PAD sebesar Rp 21,334 milyar, sedangkan Dana Perimbangan mengalami kenaikan sebesar Rp.12,268 milyar dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah naik sebesar Rp 692,798 juta, secara rinci perubahan pendapatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Pendapatan Asli Daerah

Dengan mempertimbangkan faktor dan kondisi yang berpengaruh serta mempertimbangkan perkembangan PAD yang selalu meningkat setiap tahun, maka untuk Tahun Anggaran 2009 target PAD diperkirakan mengalami kenaikan, yaitu naik sebesar 9% dari target PAD Tahun Anggaran 2008 atau naik sebesar Rp 48,964 milyar (dari Rp 547,885 milyar menjadi Rp 596,849 milyar).

Pada Tahun 2009 dalam APBD Perubahan terjadi penurunan target pendapatan yang berasal dari PAD sebesar Rp 29,791 milyar (dari sebesar Rp 596,850 milyar menjadi sebesar Rp 575,516 milyar) berasal dari Pajak Daerah turun sebesar Rp29,719 milyar, Retribusi Daerah turun sebesar Rp251,500 juta, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan mengalami kenaikan sebesar Rp5,664 milyar, sedangkan Lain-lain PAD yang Sah mengalami kenaikan sebesar Rp2,972 milyar.

(2) Dana Perimbangan

(12)

Dana Perimbangan ditargetkan sebesar Rp 620,915 milyar, atau mengalami kenaikan sebesar Rp 30,776 milyar dari target Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp 590,139 milyar.

Dana Perimbangan dalam APBD Perubahan Tahun Anggaran 2009 mengalami kenaikkan sebesar Rp 12,268 milyar (dari Rp.618,382 milyar menjadi Rp 630,650 milyar), kenaikan ini berdasarkan penetapan Menteri Keuangan tentang Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.07/2009 dan 24/PMK.07/2009). Disamping itu ada pemindahan anggaran sebesar Rp 2,534 milyar dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang merupakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau. Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.07/2009, bahwa Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau merupakan bagian dari Dana Perimbangan.

(3) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah diperoleh dari Pendapatan Hibah dari Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ditargetkan sebesar Rp 6,361 milyar atau mengalami penurunan sebesar Rp.17,163 milyar (73%) dari target Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp 23,209 milyar. Penerimaan ini berasal dari Sumbangan dari Dealer Otomotif, Sumbangan dari Main Dealer, Sumbangan dari PT. Sari Husada dan Sumbangan dari PT. Jasa Raharja.

Kenaikan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp 692,798 juta dari Rp 6,361 milyar menjadi Rp 7,054 milyar. Hal ini disebabkan adanya kenaikan hibah sebesar Rp 3,227 milyar dan karena pemindahan anggaran ke pos Dana Perimbangan, yaitu Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau yang merupakan Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sebesar Rp 2,534 milyar.

2) Upaya dalam Mencapai Target

Peningkatan PAD dapat di tempuh dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap sumber-sumber pendapatan. Intensifikasi dikaitkan dengan usaha untuk melakukan pungutan yang intensif, yaitu secara ketat, giat dan teliti, sedangkan ekstensifikasi berhubungan dengan usaha untuk menggali sumber-sumber pendapatan baru .

Upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah antara lain:

(1) Penelitian potensi PAD (2) Pembebasan BBN-KB II

(3) Pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga

(4) Operasionalisasi Samsat Pembantu Bantul dan Sleman untuk mendekatkan pelayanan kepada Wajib Pajak

(13)

(6) Penagihan pajak daerah door to door

(7) Pelayanan kesamsatan dengan mobil keliling.

(8) Pelayanan kesamsatan pada event tertentu yang dilaksanakan di kabupaten/kota seperti Pameran Pembangunan, Pameran di Pasar Malam Sekaten, dan lain-lain.

(9) Pengkajian pemanfaatan kawasan JEC dan Gedung Jalan Jendral Sudirman.

(10) Kerjasama dengan pihak ketiga untuk mengelola kawasan JEC dan Gedung Jalan Jendral Sudirman.

(11) Online pajak daerah.

(12) Online Pendapatan Asli Daerah.

(13) Focused Group Discussion untuk optimalisasi retribusi.

(14) Koordinasi dalam rangka optimalisasi pendapatan untuk memecahkan permasalahan pengelolaan pendapatan di masing-masing SKPD.

(15) Intensifikasi penyelenggaraan lelang hasil hutan melalui koordinasi antara Perum Perhutani dan Direktorat Jendral Kekayaan Negara/KPKLN.

(16) Fasilitasi dana perimbangan dan koordinasi antara Kanwil Direktorat Jendral Pajak, Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Pemerintah Kabupaten/Kota, Bank Persepsi, Bank Operasional III dan Kas Daerah.

2.2.2. Belanja Daerah

2.2.2.1. Kebijakan Belanja Daerah

Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan maka kebijakan pendanaan pembangunan di tuntut lebih transparan, akuntabel dan berorientasi pada kinerja. Pendanaan digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap SKPD harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(14)

kabupaten/kota dan pemerintah desa dan belanja tak terduga) dan Belanja Langsung sebesar Rp.687,592 milyar (terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal). Belanja tersebut digunakan untuk mendanai program/kegiatan yang dijabarkan dalam urusan wajib dan urusan pilihan yang ada di masing-masing SKPD.

1) Kebijakan Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota dan desa, bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan desa, dan belanja tidak terduga.

(1) Belanja Pegawai

Besarnya penyediaan gaji pokok dan tunjangan PNS Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Dalam merencanakan belanja pegawai memperhitungkan adanya tunjangan ketiga belas PNSD dan CPNSD serta "accres' gaji paling tinggi sebesar 2,5% yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengantisipasi adanya kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga, dan penambahan jumlah pegawai akibat adanya mutasi. Penganggaran gaji dan tunjangan ketiga belas PNSD dan tunjangan jabatan struktural/fungsional dan tunjangan lainnya dibayarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mulai tahun 2009 Pemerintah Provinsi DIY akan mengakomodasi pelaksanaan tunjangan tambahan penghasilan (TTP). Pelaksanaan TPP dikaitkan dengan pemberian ”reward and punishment” kepada seluruh PNS Provinsi DIY sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 49 Tahun 2005 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan (Reward) dan Sanksi (Punishment) bagi PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY. Mekanisme dan tata laksana tentang TTP akan diatur dengan Keputusan Gubernur.

(2) Bunga

Belanja bunga dianggarkan untuk melunasi bunga pinjaman pemerintah daerah yang telah jatuh tempo. Belanja bunga yang dianggarkan pada tahun 2009 adalah untuk melunasi bunga pinjaman Pemerintah Provinsi DIY kepada lembaga keuangan bank untuk pembangunan Pasar Beringharjo. Belanja bunga tahun anggaran 2009 merupakan angsuran yang ke 28 dan 29 dari 30 angsuran yang diwajibkan.

(3) Bantuan Sosial

(15)

(4) Belanja Bagi Hasil

Belanja Bagi Hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa. Belanja Bagi Hasil ini merupakan pembagian hasil/realisasi pendapatan dari pajak daerah dan retribusi daerah.

(5) Bantuan Keuangan

Belanja bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa. Belanja bantuan keuangan yang bersifat umum diberikan dalam rangka peningkatan kemampuan keuangan bagi kabupaten/kota dan atau desa penerima bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dapat dianggarkan dalam rangka untuk membantu capaian program/kegiatan prioritas yang dilaksanakan sesuai urusan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota atau dalam rangka akselerasi pembangunan desa.

(6) Belanja Tidak Terduga

Belanja Tidak Terduga ditetapkan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi tahun anggaran sebelumnya dan perkiraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah, serta sifatnya tidak biasa/tanggap, yang tidak diharapkan berulang dan belum tertampung dalam bentuk program/ kegiatan pada tahun anggaran 2009.

Berdasar pertimbangan kemampuan keuangan daerah, yaitu kemampuan pendapatan dan kemampuan pembiayaan maka jumlah pendanaan yang dimungkinkan untuk dibelanjakan dalam APBD Perubahan Tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp 66,462 milyar (dari Rp 1,412 triliun menjadi Rp 1,478 trilyun). Penggunaan anggaran tersebut digunakan untuk membiayai belanja tidak langsung dan belanja langsung sesuai dengan prioritas pembangunan, di samping itu juga untuk membiayai hal-hal sebagai berikut:

1) Mengakomodir kegiatan-kegiatan yang telah mendahului APBD Perubahan Tahun Anggaran 2009;

2) Mengakomodir kegiatan-kegiatan yang merupakan arahan dari Pemerintah Pusat;

3) Mengakomodir kewajiban terhadap Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota, berupa bagi hasil pajak daerah;

4) Mengakomodir kewajiban terhadap belanja langsung yang ada di setiap SKPD (kekurangan pembayaran beban belanja listrik, telepon, internet, air minum dan lain-lain);

5) Mengakomodir penataan kembali belanja gaji pegawai berdasarkan realisasi gaji dan adanya penambahan gaji CPNS Daerah.

Belanja tidak langsung meliputi belanja pegawai, bunga, bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota dan desa, bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan desa, dan belanja tidak terduga.

(16)

2.2.3. Pembiayaan Daerah

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan. Penerimanaan Pembiayaan terdiri dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA), Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Penerimaan Pinjaman Daerah, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman, Penerimaan Piutang Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal Daerah. Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, Pembayaran Pokok Utang dan Pemberian Pinjaman Daerah dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Anggaran Berjalan (SILPA). Pembiayaan daerah merupakan pembiayaan yang disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.

2.2.3.1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi defisit anggaran yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibanding dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penerimaan utama pembiayaan dalam rangka menutup defisit anggaran adalah penerimaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun yang lalu (SiIPA), sedangkan yang kedua berasal dari penerimaan piutang daerah dan penerimaan dari biaya penyusutan kendaraan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.

Dari sisi Penerimaan Pembiayaan dalam APBD Perubahan Tahun 2009 terjadi peningkatan (penambahan) sebesar Rp 85,875 milyar (dari sebesar Rp 206,829 milyar menjadi sebesar Rp 292,705 milyar) yang berasal dari SiLPA Tahun 2008 sebesar Rp 82,185 milyar dan penerimaan piutang daerah sebesar Rp 3,689 milyar.

2.2.3.2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan

(17)

Selain itu sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 3 Tahun 2008 tentang Penyediaan Dana Cadangan Daerah untuk membiayai program/kegiatan transportasi di DIY, maka pada tahun 2009 Pemerintah Provinsi DIY mengalokasikan anggaran dimaksud sebesar Rp. 1,575 milyar untuk ditransfer ke dalam rekening dana cadangan, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah sebesar Rp 14,700 milyar, dan pembayaran pokok utang sebesar Rp 100 juta.

Pengeluaran Pembiayaan pada APBD Perubahan Tahun 2009 terjadi penambahan dari sisi Penyertaaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah, yaitu sebesar Rp 11,039 milyar (dari Rp 14,700 milyar menjadi Rp 24,700 milyar) untuk penyertaan modal pada Bank Pembangunan Daerah (BPD DIY) naik sebesar Rp. 10 milyar dan Pembayaran Kewajiban Tahun Lalu Yang Belum Terselesaikan naik sebesar Rp 1,039 milyar.

2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD 1) Dinas Pendidikan Pemuda, dan Olahraga.

(1) Program Administrasi Layanan Perkantoran. Realisasi keuangan 83,42%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi keuangan 95,49%.

(3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur. Realisasi Keuangan 98,05%. (4) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi

keuangan 90,11%.

(5) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi Keuangan 92,33%.

(6) Program Pendidikan Anak Usia Dini. Realisasi keuangan 77,48%. (7) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Realisasi

keuangan 77,25%.

(8) Program Pendidikan Menengah. Realisasi keuangan 86,09%. (9) Program Pendidikan Non Formal. Realisasi keuangan 75,91%. (10) Program Pendidikan Luar Biasa. Realisasi keuangan 90,00%.

(11) Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Realisasi keuangan 72,83%.

(12) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan. Realisasi keuangan 82,18%.

(13) Program Pendidikan Tinggi. Realisasi keuangan 93,71%.

(14) Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan. Realisasi keuangan 90,54%.

(15) Proram Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda. Realisasi keuangan 89,27%.

(16) Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga. Realisasi keuangan 89,03%.

(17) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga. Realisasi keuangan 96,67%.

2) Dinas Kesehatan.

(18)

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi Program 88,11%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi Program 88,68%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi Program 91,52%.

(5) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. Realisasi Program 96,37%. (6) Program Upaya Kesehatan Masyarakat. Realisasi Program 87,89%. (7) Program Promosi dan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Realisasi Program 93,13%.

(8) Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Realisasi Program 98,98%. (9) Program Pengembangan Lingkungan Sehat. Realisasi Program

97,43%.

(10) Program Pencegahan Penyakit Menular. Realisasi Program 82,40%. (11) Program Standardisasi Pelayanan Kesehatan. Realisasi Program

93,91%.

(12) Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin. Realisasi Program 99,79%.

(13) Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana RS/RS Jiwa/RS Paru-paru/RS Mata. Realisasi Program 89,14%.

(14) Program Pemeliharaan sarana & prasarana RS/RSJ/RS paru-paru /Rs Mata 97,78%

(15) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita. Realisasi Program 91,68%.

(16) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia. Realisasi Program 99,05%.

(17) Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan anak. Realisasi Program 97,07%.

3) Rumah Sakit Grhasia

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Target Capaian 98,86%.

(2) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Target Capaian 100,00%.

(3) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Target Capaian 96,90%.

(4) Program Upaya Kesehatan Masyarakat. Target Capaian 100,00%. (5) Program Standardisasi Pelayanan Kesehatan. Target Capaian

100,00%.

(6) Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana RS Jiwa/RS Paru-paru/RS Mata. Target Capaian 99,83%.

(7) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Target Capaian 95,95%.

4) Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Target Capaian 87,29%.

(19)

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Target Capaian 96,93%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan.Target Capaian 98,78%.

(5) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan. Target Capaian 95,17%. (6) Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong. Target

capaian 95,74%.

(7) Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. Target capaian 93,64%.

(8) Program Inspeksi kondisi Jalan dan Jembatan. Target capaian 96,82%. (9) Program Pengembangan dan Pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan

jaringan pengairan lainya. Target capaian 83,24%.

(10) Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku. Target capaian 96,15%.

(11) Program Pengembangan dan Pengelolaan konservasi sungai, danau, dan SDA lainya. Target capaian 86,34%.

(12) Program Pengembangan kinerja pengelolaan air minum, dan air limbah. Target capaian 95,46%.

(13) Program Pengendalian Banjir. Target capaian 74,62%.

(14) Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh. Target capaian 95,62%.

(15) Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan. Target capaian 98,36%.

(16) Program Pengembangan dan Pengelolaan Data dan Informasi SDA. Target capaian 97,77%.

(17) Program Pelayanan Jasa Pengujian. Target capaian 94,53%. (18) Program Pengaturan Jasa Konstruksi. Target capaian 84,15%. (19) Program Pemberdayaan Jasa Konstruksi. Target capaian 77,84%. (20) Program Pengawasan Jasa Konstruksi. Target capaian 41,34%. (21) Program Pengembangan Perumahan. Target capaian 83,13%. (22) Program Perencanaan Tata Ruang. Target capaian 97,33%. (23) Program Pemanfaatan Ruang. Target Capaian 97,44%

(24) Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Target capaian 93,58%. (25) Program Pengelolaan Persampahan. Target Capaian 73,23.

(26) Program Perencanaan dan tata Bangunan dan Lingkungan. Target Capaian 74,85%.

(27) Program Pengembangan Manajemen Laboratorium. Target Capaian 82,46%.

(28) Program Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi Ke PU an. Target Capaian 94,45%.

(29) Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan. Target Capaian 98,01%.

(30) Program Pengawasan dan Penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan. Target Capaian 98,74%.

(20)

(32) Program Pengembangan Bahan Bakar dan Energi. Target Capaian 88,61%.

5) Badan Perencanaan Pembangunan (BAPEDA).

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Target Capaian 98,47%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Target Capaian 92,83%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Target Capaian 89,19%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan.Target Capaian 99,36%.

(5) Program Pengembangan Data/ Informasi. Target Capaian 97,51%. (6) Program Kerjasama Pembangunan. Target Capaian 99,21%.

(7) Program Pengembangan Wilayah Perbatasan. Target Capaian 78,65%. (8) Program Perencanaan Pembangunan Wilayah Strategis dan Cepat

Tumbuh. Target Capaian 80,72%.

(9) Program Perencanaan Pengembangan Kota-kota menengah dan Besar. Target Capaian 93,25%.

(10) Program Perencanaan Pembangunan Daerah. Target Capaian 78,87%. (11) Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi. Target Capaian

99,07%.

(12) Program Perencanaan Sosial Budaya. Target Capaian 93,30%.

(13) Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam. Target Capaian 93,48%.

(14) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah. Target Capaian 95,96%.

(15) Program Pembangunan Daerah Tertinggal. Target Capaian 99,58%. 6) Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi keuangan 86,68%,

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi keuangan 77,63%.

(3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur. Realisasi keuangan 99,11%, (4) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi

keuangan 68,27%.

(5) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi keuangan 83,66%.

(6) Program Pembangunan Prasarana dan fasilitas Perhubungan. Realisasi keuangan 90,97%.

(7) Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Lalu Lintas Angkutan Jalan. Realisasi keuangan 88,41%.

(8) Program Peningkatan Pelayanan Angkutan. Realisasi keuangan 90,93%.

(9) Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan. Realisasi keuangan 79,83%.

(21)

(11) Program Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor. Realisasi keuangan 68,49%.

(12) Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Masa. Realisasi keuangan 88,45%.

(13) Program Pengkajian dan Penelitian Bidang Komunikasi dan Informasi. Realisasi keuangan 98,52%.

(14) Program Fasilitasi Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan Informasi. Realisasi keuangan 92,86%.

(15) Program Fasilitasi Pembinaan, Pengendalian Pos Telekomunikasi dan Frekwensi. Realisasi keuangan 77,99%.

7) Badan Lingkungan Hidup.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi Keuangan 94,98%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi Keuangan 77,82%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi Keuangan 98,57%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan.Realisasi Keuangan 99,77%.

(5) Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan. Realisasi Keuangan 99,34%.

(6) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup. Realisasi Keuangan 88,03%.

(7) Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam. Realisasi Keuangan 94,81%.

(8) Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam. Realisasi Keuangan 90,57%.

(9) Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH. Realisasi Keuangan 95,85%.

(10) Program Peningkatan Pengendalian Polusi. Realisasi Keuangan 99,74%.

(11) Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Realisasi Keuangan 93,02%.

8) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Target Capaian 94,76%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Target Capaian 98,45%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Target Capaian 98,06%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan.Target Capaian 98,94%.

(5) Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan. Target Capaian 94,80%.

(22)

(7) Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan. Target Capaian 92,98%.

(8) Program Peningkatan Peranserta dan Kesetaraan Gender dalam pembangunan. Target capaian 92,90%.

(9) Program Keluarga Berencana, Target Capaian 94,88%.

(10) Program Kesehatan Reproduksi Remaja. Target Capaian 86,79%. (11) Program Pembinaan Peranserta Masyarakat dalam Pelayanan KB/KR

yang Mandiri. Target Capaian 97,73%.

(12) Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi, dan anak Melalui Kelompok keg di Masyarakat. Target Capaian 69,69%.

(13) Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan konserling KRR. Target Capaian 67,44%.

(14) Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga. Target Capaian 84,46%.

(15) Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan. Target Capaian 88,24%.

(16) Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa. Target Capaian 81,01%.

9) Dinas Sosial.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi keuangan 90,11%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi keuangan 92,62%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi keuangan 97,30%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi keuangan 99,99%.

(5) Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil dan Penyandang salah Kesj Sosial (PMKS) Lainya. Realisasi keuangan 98,41%.

(6) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial. Realisasi keuangan 90,62%.

(7) Program Pembinaan Anak Terlantar. Realisasi keuangan 99,50%. (8) Program Pembinaan Para Penyandang Cacat Trauma. Realisasi

keuangan 99,73%.

(9) Program Pembinaan Panti Asuhan/Jompo. Realisasi keuangan 97,51%.

(10) Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial. Realisasi keuangan 99,76%.

(11) Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. Realisasi keuangan 99,56%.

(12) Program Pembinaan Pelestarian, Nilai-nilai Kepahlawanan, Keprintisan, dan Kesetiakawanan Sosial. Realisasi keuangan 96,67%, 10) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

(23)

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Capaian Kinerja Keuangan 92,38%.

(3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur. Capaian Kinerja Keuangan 100%.

(4) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Capaian Kinerja Keuangan 98,71%.

(5) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Capaian Kinerja Keuangan 98,39%.

(6) Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja. Capaian Kinerja Keuangan 97,99%.

(7) Program Peningkatan Kesempatan Kerja. Capaian Kinerja Keuangan 98,24%.

(8) Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan. Capaian Kinerja Keuangan 98,63%.

(9) Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi. Capaian Kinerja Keuangan 89,54%.

(10) Program Tansmigrasi Lokal. Capaian Kinerja Keuangan 72,04%. (11) Program Tansmigrasi Regional. Capaian Kinerja Keuangan 71,74%. 11) Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi keuangan 77,71%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi keuangan 99,26%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi keuangan 99,31%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi keuangan 96,05%.

(5) Program Penciptaan Iklim UKM yang Kondusif. Realisasi keuangan 94,80%.

(6) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. Realisasi keuangan 91,32%.

(7) Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan. Realisasi Keuangan 97,07%.

(8) Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional. Realisasi Keuangan 92,34%.

(9) Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor. Realisasi keuangan 94,65%.

(10) Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri. Realisasi keuangan 98,52%.

(11) Program Persaingan Usaha. Realisasi keuangan 98,96%.

(12) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah. Realisasi keuangan 96,37%.

(13) Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri. Realisasi keuangan 96,63%.

(24)

12) Badan Kerjasama dan Penanaman Modal

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi keuangan 91,15%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi keuangan 86,97%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi keuangan 86,89%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi keuangan 99,96%.

(5) Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi. Realisasi keuangan 89,43%.

(6) Program Peningkatan Iklim Investasi & Real Investasi. Realisasi keuangan 99,50%.

(7) Program Peningkatan Hubungan Antar Lembaga. Realisasi keuangan 99,68%.

(8) Program Pengembangan Nilai Budaya. Realisasi keuangan 98,20%. (9) Program Pengelolaaan Kekayaan Budaya. Realisasi keuangan

99,05%.

(10) Program Peningkatan Ks antar Pemda. Realisasi keuangan 70,04%. (11) Program KS informasi & Media Massa. Realisasi keuangan 90,89%. 13) Dinas Kebudayaan.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi keuangan 92,35%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi keuangan 86,58%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi keuangan 82,64%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi keuangan 93,67%.

(5) Program Pengembangan Nilai Budaya. Realisasi keuangan 0,94%, realisasi fisik 100%.

(6) Program Pengembangan Nilai Budaya. Realisasi Keuangan 90,99%. (7) Program Pengelolaan Kekayaan Budaya. Realisasi keuangan 90,99%. (8) Program Pengelolaan Keragaman Budaya. Realisasi keuangan

96,18%.

(9) Program Pengembangan Kerjasama Pengelola Kekayaan Budaya. Realisasi keuangan 91,25%.

14) Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi keuangan 98,56%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi keuangan 99,96%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi keuangan 79,83%,

(25)

(5) Program Pemeliharaan Kamtrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal. Realisasi keuangan 91,77%.

(6) Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan. Realisasi Keuangan

95,45%.

(7) Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan. Realisasi Keuangan 96,65%.

(8) Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan. Realisasi keuangan 99,85%.

(9) Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam. Relaisasi Keuangan 94,63%.

(10) Dukungan Kelancaran Penyelenggaraan Pemilu 2009. Realisasi Keuangan 69,07%

15) Satuan Polisi Pamong Praja

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi keuangan 86,04%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi keuangan 43,39%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi keuangan 99,69%,

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi keuangan 98,23%.

(5) Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan. Realisasi Keuangan 90,58%.

(6) Program Pemeliharaan KANTRANTIBMAS dan Pencegahan Tindak

Kriminal. Realisasi Keuangan 82,43%.

(7) Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat. Realisasi keuangan 98,53%.

(8) Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dan Tamu Daerah. Realisasi Keuangan 99,90%. 16) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(1) Belanja Pegawai: Gaji dan Tunjangan . Realisasi Keuangan 95,64%. 17) Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

(1) Belanja Pegawai: Gaji dan Tunjangan . Realisasi Keuangan 99,74%. 18) Sekretariat Daerah.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Dengan Capaian 89,74%

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Dengan Capaian 81,38%

(3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur. Dengan Capaian 97,54% (4) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Dengan

Capaian 97,84%

(5) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Dengan Capaian 89,53%

(6) Program Pengembangan Wilayah Perbatasan. Dengan Capaian 99,63%

(26)

(8) Program Penyelesaian Konflik-konflik Pertanahan. Dengan Capaian 99,69%

(9) Program Penataan Administrasi Kependudukan . Dengan Capaian 98,71%

(10) Program Pengembangan Kehidupan Beragama. Dengan Capaian 91,70%

(11) Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan. Dengan Capaian 100%.

(12) Program Pendidikan Politik Masyarakat. Dengan Capaian 99,92% (13) Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan KepDa dan WakepDa.

Dengan Capaian 69,82%

(14) Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi. Dengan Capaian 94,74%

(15) Program Penataan Peraturan Perundang-undangan. Dengan Capaian 97,44%

(16) Program Penataan Daerah Otonomi Baru. Dengan Capaian 99,47% (17) Program Optimalisasi Penyelenggaraan Pemerintah. Dengan Capaian

98,61%

(18) Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan. Dengan Capaian 94,46%

(19) Program Analisis Kebijakan Pembangunan. Dengan Capaian 81,43% (20) Program Pembinaan dan Pengembangan. Dengan Capaian 80,94% (21) Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa. Dengan

Capaian 98,06%.

(22) Program Kerjasama Informasi dan Media Masa . Dengan Capaian 97,92%

19) Sekretariat DPRD

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi keuangan 78,78%..

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi keuangan 89,15%..

(3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur. Realisasi keuangan 59,54%.. (4) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi

keuangan 85,82%.

(5) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi keuangan 57,91%.

(6) Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah. Realisasi keuangan 68,09%.

(7) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.

(8) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, dengan capaian 79,06 %

(9) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dengan capaian 81,65 %.

(10) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur dengan capaian 92,80 %.

(27)

(12) Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah dengan capaian 81,45 %.

(13) Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kabupaten/Kota dengan capaian 71,26 %.

(14) Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah dengan capaian 78,16 %. (15) Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi dengan

capaian 99,25 %.

(16) Program Penataan Peraturaan Perundang-Undangan dengan capaian 86,72 %.

20) Badan Pendidikan dan Pelatihan.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Dengan Capaian 100%. (2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Dengan Capaian

100%.

(3) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Kegiatan dan Keuangan . Dengan Capaian 100%.

(4) Program Pendidikan dan Pelatihan Kedinasan. Dengan Capaian 100%. (5) Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur. Dengan

Capaian 100%. 21) Inspektorat.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Dengan Realisasi Keuangan 87,28%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Dengan Realisasi Keuangan 77,33%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Dengan Realisasi Keuangan 91,06%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Dengan Realisasi Keuangan 78,15%.

(5) Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah. Dengan Realisasi Keuangan 91,01%.

(6) Program Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan. Dengan Realisasi Keuangan 98,63%.

(7) Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan. Dengan Realisasi Keuangan 91,89%.

(8) Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi. Dengan Realisasi Keuangan 93,82%.

22) Badan Kepegawaian Daerah

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Dengan Capaian 89,35%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Dengan Capaian 82,34%.

(3) Program Peningkatan Disiplin Aparatur. Dengan Capaian 84,74%. (4) Program Fasilitasi Pindah / Purna Tugas PNS. Dengan Capaian

88,71%.

(28)

(6) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Dengan Capaian 98,68%.

(7) Program Penataan Peraturan Perundang-undangan. Dengan Capaian 95,49%.

(8) Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur. Dengan Capaian 84,25%.

(9) Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan. Dengan Capaian 98,77%.

23) PPKD

(1) PENDAPATAN dengan capaian 95%,

(2) Dana Perimbangan dengan capaian 100,06%.

(3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Dah dengan capaian 186,33%.

(4) BELANJA dengan capaian 89,27%

(5) Belanja Bunga dengan capaian 100%, (6) Belanja Hibah dengan capaian 91,39%,

(7) Belanja Bantuan Sosial dengan capaian 82,73%,

(8) Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dengan capaian 100%,

(9) Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dengan capaian 96,10%,

(10) Belanja Tak Terduga tidak direalisasikan.

(11) PENERIMAAN PEMBIAYAAN dengan capaian 97,65%

(12) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya dengan capaian 100%,

(13) Penerimaan Piutang Daerah dengan capaian 45,04%,

(14) Penerimaan dari Biaya Penyusutan Kendaraan dengan capaian 79,80%.

(15) PENGELUARAN PEMBIAYAAN dengan capaian 47,11%. (16) Pembentukan Dana Cadangan dengan capaian 100%,

(17) Penyertaan Modal Investasi Pemerintah Daerah dengan capaian 41,30%,

(18) Pembayaran Pokok Utang dengan capaian 100%,

(19) Pembayaran kewajiban tahun lalu yang belum terselesaikan dengan capaian 100%.

24) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Dengan Realisasi Keuangan 90,94%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Dengan Realisasi Keuangan 95,44%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Dengan Realisasi Keuangan 97,70%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Dengan Realisasi Keuangan 97,20%.

(5) Program Kesejahteraan Petani. Dengan Realisasi Keuangan 95,49%. (6) Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian /Kebun. Dengan

(29)

(7) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan. Dengan Realisasi Keuangan 93,29%.

(8) Program Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian /Perkebunan Lapangan. Dengan Realisasi Keuangan 100,00%.

25) Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi keuangan 80,11%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi keuangan 78,07%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi keuangan 98,02%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi Keuangan 99,84%.

(5) Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan. Realisasi Keuangan 95,32%.

(6) Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah. Realisasi Keuangan 90,26%.

(7) Program Pemeliharaan Rutin Berkala Sarana dan Prasarana Kearsipan. Realisasi Keuangan 93,28%.

(8) Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informal. Realisasi Keuangan 96,75%.

(9) Program Peningkatan Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan. Realisasi Keuangan 88,09%.

26) Dinas Pertanian.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Dengan Capaian 84,46%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Dengan Capaian 89,15%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Dengan Capaian 89,83%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Dengan Capaian 99,91%.

(5) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Dengan Capaian 89,60%. (6) Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Dengan Capaian 93,23%. (7) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Petanian/Perkebunan. Dengan

Capaian 76,98%.

(8) Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan. Dengan Capaian 90,75%.

(9) Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan. Dengan Capaian 94,68%.

(10) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak. Dengan Capaian 95,80%.

(11) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan. Dengan Capaian 91,91%.

(30)

27) Dinas Kehutanan dan Perkebunan

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Dengan Realisasi keuangan 59,92%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Dengan Realisasi keuangan 88,32%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Dengan Realisasi keuangan 88,31%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Dengan Realisasi keuangan 96,37%.

(5) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Dengan Realisasi keuangan 98,98%.

(6) Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Dengan Realisasi keuangan 91,81%.

(7) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi

Pertanian/Perkebunan. Dengan Realisasi keuangan 83,26%.

(8) Program Peningkatan Penerapan Tekhnologi Pertanian/Perkebunan. Dengan Realisasi keuangan 97,62%.

(9) Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan. Dengan Realisasi keuangan 93,06%.

(10) Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan. Dengan Realisasi keuangan 94,47%.

(11) Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Dengan Realisasi keuangan 94,64%.

(12) Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan. Dengan Realisasi keuangan 93,05%.

(13) Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan. Dengan Realisasi keuangan 97,95%.

(14) Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan. Dengan Realisasi keuangan 92,71%.

28) Dinas Pariwisata .

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Dengan Realisasi Keuangan 91,60%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Dengan Realisasi Keuangan 93,10%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Dengan Realisasi Keuangan 85,20%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Dengan Realisasi Keuangan 99,80%.

(5) Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata. Dengan Realisasi Keuangan 90,70%.

(6) Program Pengembangan Destinasi Pariwisata. Dengan Realisasi Keuangan 91,60%.

(7) Program Pengembangan Kemitraan. Dengan Realisasi Keuangan 94,80%.

29) Dinas Kelautan dan Perikanan.

(31)

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Dengan Realisasi Keuangan 96,93%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Dengan Realisasi Keuangan 85,91%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi Keuangan 89,17%.

(5) Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Dengan Realisasi Keuangan 91,03%.

(6) Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan. Dengan Realisasi Keuangan 96,35%.

(7) Program Peningkatan Mitigasi Bencana alam Laut dan Prakiraan Iklim Laut. Realisasi Keuangan 99,26%.

(8) Program Peningkatan Kegiatan Budidaya Kelautan dan Wawasan Maritim kepada Masyarakat. Realisasi Keuangan 96,70%.

(9) Program Pengembangan Budidaya perikanan. Realisasi Keuangan 95,01%.

(10) Program Pengembangan Perikanan tangkap. Realisasi Keuangan 74,11%.

(11) Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan. Realisasi Keuangan 98,90%.

(12) Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan. Realisasi Keuangan 93,11%.

Gambar

Tabel 2.1 Proyeksi PDRB Provinsi DIY atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Berdasarkan Penggunaan Tahun 2008 – 2009
Tabel 2.3 Perkembangan ICOR di Provinsi DIY Tahun 2003-2007 dan Proyeksi Tahun 2008-2009

Referensi

Dokumen terkait

ام هذه حيرلا.. ناكو لوسأر هللا ىلص هللا هيلع و ملس دتشي هيلع نا دأجوي هنم حيأر هنإف لوقيس كل ينتقس ةصفح ةبرش لسع يلوقف هل تسرأج ةلحن طفرعلا لوقأسو هل كلذ يلوقف هل

Lima variabel di antaranya yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah jumlah anggota rumah tangga (X5), adanya anggota rumah tangga yang menggunakan telepon selular

Alhamdullilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui manakah model pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses

Menurut Yoeti (1996: 177-178) ditinjau dari sudut pemasaran pariwisata, terutama dalam rangka mengembangkan produk baru, sesungguhnya suatu daerah tujuan wisata mempunyai

Qualitative research used herein will examine propositions and alternatives that provide the foundation for measuring the outcome of this research. Proposition 1: Internet

Allah SWT akan menilai hamba- Nya berdasarkan tingkat ketakwaan dan amal (akhlak baik) yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki akhlak mulia akan dihormati

Satu lagi contoh empirikal kefisienan governans ialah pengalaman bandar San Jose yang bertanggung jawab ke atas perkhidmatan kepada pelbagai lapisan penduduk, pekerja dan pelawat