• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Kebutuhan Sistem Automasi Perpustakaan Pada Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Kebutuhan Sistem Automasi Perpustakaan Pada Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1.5 Rang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini membahas tentang kebutuhan sistem

perpustakaan terautomasi terutama dibidang pengadaan, pengatalogan,

pengawasan sirkulasi, pengawasan serial, katalog online (online public access

catalogue) atau OPAC dan statistik yang terdapat pada Perpustakaan Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) SulthanThaha Saifuddin Jambi.

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Perpustakaan Institut

Perpustakaan merupakan salah satu komponen penting dalam setiap

program pendidikan, pengajaran, dan penelitian bagi setiap lembaga pendidikan

ilmu pengetahuan. Lembaga perpustakaan yang juga merupakan inti dari setiap

program pendidikan dan pengajaran sehingga perpustakaan harus menjadi “The

(2)

Nilai suatu lembaga pendidikan, institut, perguruan tinggi ataupun lembaga riset

dan ilmu pengetahuan itu bergantung antara lain pada kelengkapan dan

kesempurnaan jasa yang dapat diberikan oleh perpustakaannya yang ini juga

sangat bergantung pada kesigapan dan kemampuan dari petugas perpustakaan itu

sendiri.

Keberadaan institut tak terpisahkan dari perguruan tinggi, perpustakaan

bagaikan jantubg dan darah bagi makhluk hidup. Tanpa adanya perpustakaan

sebuah perguruan tinggi akan kehilangan daya energinya. Institut adalah

perguruan tinggi yg melaksanakan program pendidikan keilmuan dan kejuruan

dalam satu bidang pengetahuan,seperti pendidikan pertanian dan seni.

Perpustakaan institut adalah salah satu Unit Pelaksana teknis (UPT) yang

bersama dengan unit lain turut menunjang melaksanakan Program Tri Dharma

Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian

masyarakat. Perpustakaan institut di Indonesia mempunyai tujuan yang sama

dengan perguruan tinggi yaitu untuk memberikan layanan informasi untuk

kegiatan belajar, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka

melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Oleh karena itu, koleksi perpustakaan Institut benar-benar diarahkan untuk

mendukung pencapaian tujuan dan pelaksanaan Tri Dharma tersebut. Untuk

menjalankan Tri Dharma tersebut, salah satu yang harus di lakukan oleh suatu

perpustakaan adalah membuat sebuah sumber informasi untuk pengguna. Sumber

informasi itu dapat berupa teknologi ataupun sebagainya. Seperti yang diketahui,

saat ini banyak perpustakaan yang telah menerapkan suatu teknologi informasi

yang dinamakan dengan sistem automasi perpustakaan. Sistem ini dapat

mempermudah pengguna dalam melakukan penulusuran bahan pustaka dan juga

mempermudah para karyawan atupun pustakawannya dalam pekerjaannya.

2.2 Pengertian Sistem Automasi Perpustakaan

Istilah yang dipakai untuk menyatakan konsep pemanfaatan Teknologi

(3)

Di Indonesia saat ini perpustakaan pada umumnya telah memanfaatkan komputer

untuk sistem kerumahtanggan.

Beberapa definisi dari automasi perpustakaan, yaitu sebagai berikut:

1. Harrod (1990), automasi adalah pengorganisasian mesin untuk

mengerjakan tugas-tugas rutin. Sehingga hanya dibutuhkan sedikit

campur tangan manusia (p. 47).

2. Concise Oxford Dictionary (1982), automasi adalah penggunaan

peralatan yang dioperasikan secara automasi, untuk menghemat

tenaga fisik dan mental manusia (p. 59).

3. Kamus Ilmu Perpustakaan Elsevier Clason (1976), automasi

dinyatakan sebagi proses atau kegiatan yang dihasilkan oleh mesin.

4. Sulistyo-Basuki (1994), automasi adalah mencakup konsep proses

atau hasil membuat mesin swatinda dan atau swakendali dengan

menghilangkan campur tangan manusia dalam proses tersebut (p. 96).

5. Salim (1991) Automasi perpustakaan adalah suatu sistem atau metode

yang menggunakan peralatan untuk mengatikan tenaga manusia

dalam pekerjaan rutin (p. 1067).

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan secara sederhana

bahwa automasi perpustakaan adalah sebuah proses penggelolaan perpustakaan

dengan menggunakan bantuan teknologi informasi (TI) terutama pada

penggunaan komputer untuk melaksanakan kegiatan rutin yang sehari-hari

dilakukan diperpustakaan. Pelayanan informasi merupakan bagian terintegrasi dan

yang terpenting dari suatu sistem automasi perpustakaan. Pelayanan informasi

dapat dikembangkan dengan menyediakan koleksi berbentuk digital yang dikemas

dalam CD-ROM dan informasinya dapat diakses melalui jaringan luar (LAN,

WAN, Internet)

Menurut Nur Hassan (2009), Hal yang harus diperhatikan pertama kali

(4)

didalam mencakup data anggota, data koleksi, data sirkulasi, labeling, dan

laporan-laporan perpustakaan seperti grafik dan statistik (p. 3)

Apabila setiap bagian telah terintegrasi maka dengan demikian para

pustakawan dapat menggunakan waktu lebihnya untuk mengurusi pengembangan

perpustakaan karena beberapa pekerjaan yang bersifat berulang (repetable) sudah

diambil alih oleh komputer. Automasi perpustakaan bukanlah hal yang baru lagi

dikalangan dunia perpustakaan. Konsep dan implementasinya sudah dilakukan

sejak lama, namun di indonesia baru populer baru-baru ini setelah perkembangan

teknologi informasi di Indonesia mulai berkembang pesat.

2.3 Tujuan Automasi Perpustakaan

Perkembangan jenis perpustakaan banyak diukur dari penerapan teknologi

informasi yang digunakan dan bukan dari skala ukuran lain seperti besar gedung

yang digunakan, jumlah koleksi yang tersedia maupun jumlah penggunanya.

Kebutuhan akan Teknologi Informasi (TI) sangat berhubungan erat dengan peran

dari perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran informasi

ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang seiring dengan menulis,

mencetak, mendidik dan kebutuhan manusia akan informasi. Perpustakaan

membagi rata informasi dengan cara mengidentifikasi, mengumpulkan, mengelola

dan menyediakanya untuk umum.

Menurut Harmawan (2009), tujuan automasi perpustakaan atau yang biasa

disebut dengan penerapan teknologi informasi pada perpustakaan adalah sebagai

berikut :

1. Mengatasi keterbatasan waktu

2. Mempermudah akses informasi dari berbagai pendekatan misalnya

dari judul, kata kunci judul, pengarang, kata kunci pengarang dsb.

3. Dapat dimanfaatkan secara bersama-sama

4. Mempercepat proses pengolahan, peminjaman dan pengembalian

5. Memperingan pekerjaan

(5)

7. Memudahkan dalam pembuatan laporan statistik

8. Menghemat biaya

9. Menumbuhkan rasa bangga.

10. Mempermudah dalam pelayanan untuk kepentingan akreditasi.

Selain itu menurut Duval dan Main (1992) seperti yang dikutip Hasugian,

(2009) menyatakan dari berbagai alasan untuk melakukan automasi perpustakaan,

alasan berikut adalah yang paling sering dijumpai dan dikutip yaitu :

1. Meningkatkan efisiensi pemrosesan (increased processing efficiency).

2. Memperbaiki layanan kepada pengguna (improved service to users).

3. Penghematan dan penekanan pembiayaan (saving money and

containing cost).

4. Memperbaiki adminitstrasi dan informasi manajemen (improved

administrative and management information).

Allan (1986) mengungkapkan sistem automasi perpustakaan dari segi

penerapannya dibagi atas tiga macam yaitu :

1. Sistem automasi per bagian

2. Sistem automasi semi terintegrasi, dan

3. Sistem terintegrasi secara penuh (fully integrated library system)

Satu hal yang menarik dari alasan diatas adalah perbaikan administrasi dan

manajemen informasi. Hal ini dipandang sangat penting karena kegagalan

perpustakaan untuk melakukan fungsinya ialah karena tidak didukung oleh

administrasi dan informasi manajemen yang baik.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa automasi perpustakaan

bertujuan untuk mempercepat dan mempermudah sistem pelayanan perpustakaan

baik dalam proses pembuatan katalog (input data), pelayanan sirkulasi, maupun

(6)

2.4 Manfaat Automasi Perpustakaan

Untuk mengelola perpustakaan secara mudah dan cepat dapat direalisasikan

dengan menerapkan automasi. Menurut Sophia (1998), penggunaan teknologi

komputer di perpustakaan memiliki manfaat yang sangat besar karena dapat :

1. Mempercepat proses temu balik informasi (Information Retrieval)

2. Memperlancar proses pengolahan ,pengadaan bahan pustaka

3. Komunikasi antar perpustakaan,dan

4. Menjamin pengelolaan data administrasi perpustakaan.

Dengan bantuan teknologi informasi maka beberapa pekerjaan manual dapat

dipercepat dan diefisienkan. Selain itu proses pengolahan data koleksi menjadi

lebih akurat dan cepat untuk telusur kembali. Dengan demikian para pustakawan

dapat menggunakan waktu lebihnya untuk memikirkan pengembangan

perpustakaan karena beberapa pekerjaan yang bersifat berulang (repetable) sudah

di ambil alih oleh komputer.

2.5 Persyaratan Sistem Automasi Perpustakaan

Sebelum memutuskan memakai sistem automasi perpustakaan yang akan

digunakan, baik memilih dari yang tersedia dipasaran maupun membangun sistem.

Ada 2 macam persyaratan sistem yang terdapat pada dokumen persyaratan sistem

yaitu:

1. Persyaratan fungsional (Functional Requitment)

Persyaratan fungsional ini langsung berhubungan pada proses yang

harus dikerjakan atau informasi yang harus dimuat oleh sistem.

Persyaratan fungsional merupakan salah satu fungsi dasar dari sistem.

Dapat dikatakan, jika persyaratan fungsional dari sistem tidak

(7)

2. Persyaratan non-fungsional (Nonfunctional Requitment).

Persyaratan non-fungsional mengacu pada perilaku yang harus

dimiliki oleh sistem, seperti kinerja, dan kemudahan penggunaan.

Berbeda dengan persyaratan fungsional, persyaratan non fungsional

ini di perhatikan jika fungsi dasar sistem sudah terpenuhi. Yang

menjadi tinajauan dari persyaratan non-fungsional adalah dalam hal

kualitas.

Dalam hal ini seorang manajer sistem haruslah menguasai persyaratan

sistem perpustakaan yang baik bagi suatu organisasi dan juga harus menguasai

bagaimana informasi dihasilkan, diolah dan disebarkan. Menurut Pendit (2008)

ada 19 fitur dan fasilitas yang dianggap bagian dari bagian automasi perpustakaan

yang telah diurut sesuai abjad, yaitu:

1. Catalog Management, tidak hanya mengadung pembuatan katalog,

tetapi juga keseluruhan manajemen proses kerja pembuatan katalog,

termasuk automasi proses penyuntingan, penyalinan katalog ( copy

cataloging), pertukaran katalog antar perpustakaan, katalog berbasis

web, pengelolaan authority control dan sebagainya. (p. 32).

2. Circulation management, seringkali meluas menjadi manajemen jasa

perpustakaan secara menyeluruh, termasuk manajemen akses dan

otentifikasi (p. 217).

3. Custom User Interface, mengijinkan pengelola perpustakaan untuk

mengubah tampilan dan antar-muka secara lebih fleksible, baik untuk

mengurangi kesan statis yang membosankan maupun untuk

menyesuaikan layanan online dengan kebutuhan yang spesifik. (p.

242).

4. Customer Database, diperlukan beberapa perpustakaan yang sekaligus

menjadi mitra penerbit atau bahkan menjadi produsen sendiri bagi

(8)

5. Customizable Fields, memungkinkan pengelola perpustakaan

mengubah-ubah struktur pangkalan data di dalam sistem, misalnya

menambahkan ruas (field) khusus untuk kondisi fisik buku dalam

konteks preservasi, atau sebaliknya menghilangkan ruas-ruas yang

dianggap tidak perlu.

6. Data Import/Export, menyediakan fasilitas khusus bagi pengelola

perpustakaan untuk mengintegrasikan data yang mereka miliki dangan

berbagai data lain (p. 25).

7. Federated Searching merupakan fasilitas yang memungkinkan sebuah

sistem mencari dan menemukan data di sistem lain (p. 75).

8. Fee Collection, memungkinkan pengelola perpustakaan mengatur

keuangan yang berseumber dari keanggotaan maupun denda,

langganan khusus, dan sebagainya. Mobile Access, kini ditawarkan

untuk perpustakaan yang ingin menyediakan jasa lewat telepon selular,

misalnya untuk peminjaman atau juga untuk pengambilan

(downloading) materi digital.

9. Multi-Language, merupakan fasilitas untuk mengijinkan penggunaan

berbagai bahasa, terutama untuk antar-muka.

10. OPAC atau online Public Access Catalogue saat ini sudah

berkembang dari semata-mata tiruan kartu-katalog, menjadi sebuah

search engine yang cukup ampuh untuk melakukan berbagai hal,

termasuk federated search dan multi-searching (pencarian serentak).

11. Periodicals and Serials Management menjadi sangat penting ketika

sebuah perpustakaan memiliki jurnal tercetak maupun jurnal

elektronik (p. 192).

12. Reporting adalah fungsi penting sebagai bagian dari manajemen

institusi perpustakaan, baik sebagai institusi yang mandiri maupun

(9)

13. RFID atau Radiao Frequency Identification sebenarnya adalah

teknologi pelacak yang memungkinkan sebuah sistem mengetahui

secara akurat keberadaan benda, terutama jika benda tersebut bergerak

atau berpindah- pindah.

14. Scanning and Barcode Integration merupakan teknologi sebelum

RFID diatas, juga berfungsi sebagai alat identifikasi buku yang

mempercepat proses peminjaman dan pengembalian buku.

15. Self-Checkin/outi, terkait dengan butir 15 dan 16 diatas, fasilitas

mempercepat proses peminjaman dan pengembalian buku. Sudah ba

tentu semua fasilitas ini hanya berlaku bagi perpustakaan yang m

memiliki koleksi buku atau media lain yang dipinjamkan secara fisik.

16. Software Development Kit, disediakan oleh beberapa sistem untuk

memungkinkan pengelola perpustakaan mengembangkan sendiri

beberapa fitur tambahan sesuai keperluan.

17. Web Services merupakan fasilitas yang memungkinkan sistem

automatisasi perpustakaan menjalankan kegiatan di dalam jaringan

Web, misalnya untuk secara otomatis mengeluarkan daftar koleksi

yang dianggap relevan untuk keperluan pengguna, disusaikan dengan

informasi tentang pengguna itu.

Sistem automasi perpustakaan mencakup beberapa komponen atau syarat

yang paling mendukung dan terkait UNESCO (1999). Komponen-komponen

tersebut meliputi pengguna (user), perangkat lunak (software), perangkat keras

(hardware).

1. Pengguna (User)

Pengguna merupakan unsur utama dalam sistem automasi

perpustakaan. Pengembagan sistem perpustakaan hendaknya selalu

memperhatikan masukan pengguna. Automasi perpustakaan bisa

(10)

perpustakaan ataupun pemustaka, oleh karena itu analisa kebutuhan

pengguna mutlak dilakukan.

Staf yang bersangkutan harus dilibatkan mulai tahap perencanaan dan

pelaksanaan sistem. Masukan dari masing-masing staf harus

dikumpulkan untuk menjamin kerjasama. Tenaga-tenaga inti yang

dilatih untuk menjadi operator, teknisi dan administrator sistem harus

dilatih sesuai bidang yang akan dioperasikan.

2. Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak diartikan sebagai metode atau prosedur untuk

mengoperasikan komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai.

Kecenderungan dari perangkat lunak sekarang mampu diaplikasikan

dalam berbagai sistem operasi, mampu menjalankan lebih dari satu

program dalam waktu bersamaan (multi-tasking), kemampuan

mengelola data yang lebih handal, dan dapat dioperasikan secara

bersama-sama (multi-user).

Sofware automasi kini sudah banyak tersedia baik dari luar maupun

dalam negeri derngan berbagai keunggulan yang ditawarkan dan harga

yang bervariasi. Untuk perangkat lunak perpustakaan, sofware yang

banyak di kenal dan digunakan adalah Senayan, Athenaeum Light,

Koha Library System, CDS/ISIS, WINISIS yang mudah didapat dan

gratis freeware dari Unesco atau dari beberapa perguruan tinggi

sekarang telah banyak membuat dan mengembangkan sistem

perpustakaannya sendiri seperti Otomigen dan GDL dari ITB,

OpenBiblio dari UPI, SIPUS 2000 dari UGM, dan SIPIS dari IPB.

Suatu software dikembangkan melalui suatu pengamatan dari suatu

sistem kerja yang berjalan, untuk menilai suatu software tentu saja

banyak kreteria yang harus diperhatikan. Beberapa kreteria untuk

(11)

1. Kegunaan: fasilitas dan laporan yang ada sesuai dengan

kebutuhan dan menghasilkan informasi tepat pada waktu

(realtime) dan relevan untuk proses pengambilan

keputusan.

2. Ekonomis: biaya yang dikeluarkan sebanding untuk

mengaplikasikan software sesuat dengan hasil yang

didapatkan.

3. Perangkat keras (Hardware)

Komputer adalah sebuah mesin yang dapat menerima dan

mengolah data menjadi informasi secara cepat dan tepat. Pendapat

lain mengatakan bahwa komputer hanya sebuah komponen fisik

dari sebuah sistem komputer yang memerlukan program untuk

menjalankannya.

2.6 Tahap-Tahap Automasi Perpustakaan

Dalam proses automasi perpustakaan ada beberapa tahap-tahap atau

langkah-langkah perencanaan automasi perpustakaan yang umum dipakai, Corbin

(1981) mengidentifikasi tahap-tahap perencanaan automasi sebagai berikut:

1. Identifikasi teknologi dan jasa perpustakaan yang ada saat ini,

meliputi pengkajian sumber daya manusia, kegiatan manual dan

aplikasi yang adda saat ini, keadaan koleksi, dan inventarisasi.

2. Mengkaji kebutuhan dan menetapkan prioritas, meliputi

kegiatan penentuan kebutuhan apa saja untuk menunjang

kegiatan dan mana kebutuhan yang lebih penting dibuat karena

merupakan kebutuhan pokok.

3. Menerjemahkan kebutuhan dan prioritas ke spesifikasi sistem,

(12)

penerjemahan dari kebutuhan yang ada pada karakteristikdan

spesifikasi sistem (perangkat lunak) yang dipilih.

4. Pemilihan kreteria sistem yang sesuai dengan kondisi

perpustakaan saat ini dan kecenderungan ke masa depan.

2.7 Metode Automasi Perpustakaan

Automasi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas layanan suatu perpustakaan kepada pemakainya, dan dalam rangka

mencapai tujuan tersebut dikenal adanya beberapa metode dan cara. Berdasarkan

cara pengembangannya, menurut Corbin (1985) sebagaimana dikutip oleh Jonner

Hasugian membagi metode automasi perpustakaan atas 4 (empat), yaitu:

1. Membeli Sistem Turnkey

Sistem turnkey merupakan suatu paket jadi. Biasanya vendor

juga menyiapkan dokumentasi yang perlu, seperti pedoman

untuk para pengguna. Ada kalanya vendor mengikutkan pada

kontrak untuk pemasangan dan pemeliharaan sistem, serta

penyelenggaraan pelatihan pengoperasian sistem tersebut untuk

para staf perpustakaan. Sedangkan vendor lain hanya

menyiapkan atau menjual software aplikasinya saja dan

perpustakaan sendiri yang bertanggungjawab untuk menyiapkan

-nya. Mengembangkan sistem automasi dengan cara turnkey

mempunyai beberapa keuntungan diantaranya :

a. Sistem turnkey dapat dipasang di perpustakaan dalam

tenggang waktu yang relatif singkat karena sistem tersebut

merupakan paket jadi. Biaya desain, pemrograman dan

pengujian dapat dihindarkan

b. Spesialis sistem dan computer biasanya disediakan pada

saat instalasi dan pelatihan pengoperasian Staf tidak harus

(13)

Pada sisi lain sistem turnkey juga mempunyai kelemaha. Antara

lain:

a. Beberapa cirri sistem turnkey tidak sesuai dengan

keinginan atau kebutuhan perpustakaan karena sistem ini

dirancang dan diprogram untuk mengakomodasi kebutuhan

perpustakaan secara umum.

b. Harganya mahal

c. Beberapa sistem turnkey tidak fleksibel dalam pengertian

bahwa tidak dapat diubah setelah dipasang.

2. Mengadaptasi Sistem Dari Perpustakaan Lain

Sistem jaringan adalah suatu sistem yang dirancang, diprogram

dan digunakan secara bersama oleh beberapa perpustakaan.

Karena itu sistem tersebut dinamakan juga sistem kooperatif.

Perpustakaan yang menjadi anggota jaringan biasanya

membayar sejumlah biaya kepada pengelola pusat jaringan

sesuai kesepakatan bersama, menyangkut persyaratan anggota,

hak dan kewajiban, serta jenis layanan yang digunakan

bersama.

Kelemahan dari pengembangan sistem ini ialah bahwa

kebutuhan perpustakaanebagai pengguna sistem dan anggota

jaringan dapat berbeda. Sehingga sistem sulit mengakomodasi

semua kebutuhan tersebut. Kelemahan lain ialah bahwa

perpustakaan anggota jaringan kurang leluasa mengembangkan

sistem karena hak mereka dibatasi oleh aturan kerja sama.

3. Mengembangkan Sistem Lokal

Sistem lokal adalah sistem komputer yang dirancang, diprogram

dan diuji oleh perpustakaan pembuatnya. Keuntungan dari

sistem lokal adalah bahwa sistem dirancang dan diprogram

(14)

adalah pengembangan sistem lokal membutuhkan biaya yang

mahal untuk mencari atau memiliki tenaga ahli komputer.

Kelemahan lainnya adalah membutuhkan waktu yang lama agar

dapat beroperasi, karena pembuatannya biasanya dimulai dari

desain, pemrograman, pengujian sampai kepada penginstalan

sistem. sistem lokal ini sering disebut dengan ”in house

development systems”.

4. Menggunakan Sistem Bersama Dari Perpustakaan Lain.

Metode atau cara lain yang dapat dipilih oleh perpustakaan dalam

rangka membangun dan mengembangkan sistem automasinya,

adalah menggunakan bersama sistem dari perpustakaan lain.

Dengan metode memakai ini perpustakaan dapat menekan biaya

dan kegiatan merancang, memprogram, dan menguji sistem yang

biasanya membutuhkan biaya dan waktu yang banyak. Karena

kegiatan-kegiatan tersebut sudah dilakukan oleh perpustakaan asal

sistem tersebut.

Ada beberapa kelemahan yang harus diperhitungkan oleh

perpustakaan bila menggunakan metode ini ialah, adanya

perbedaan kebijakan antara perpustakaan asal pemilik sistem

dengan perpustakaan yang mau menggunakan sistem tersebut.

Selain hal itu, perpustakaan yang menggunakan metode ini

harus memiliki tenaga ahli komputer untuk mengadaptasi

software aplikasi tersebut dan kemudian menginstalnya.

Apabila metode yang akan diterapkan diperpustakaan adalah metode

pengadaptasian sistem yang telah ada, dalam hal ini sistem yang paling sesuai

harus dipilih dengan mempertimbangkan alasan:

1. Sistem ini sudah terpasang (installed) dimasing-masing

(15)

2. Sebagian besar para pustakawan mengenal sistem tersebut, bahkan

beberapa sudah akrab (familiar) dalam pengoperasian sistem ini

3. Cocok dengan kondisi perpustakaan saat ini, dimana sistem ini

tidak menuntut spesifikasi komputer yang tinggi.

2.8 Kebutuhan Sistem Automasi

Jonner Hasugian (2009), Pada perpustakaan yang sistem

kerumahtanggaannya masih manual/ konvensional, semua kegiatan pelayanan dan

pengolahan koleksi dikerjakan sepenuhnya dengan menggunakan tenaga manusia.

Kegiatan rutin pada perpustakaan yang sifatnya berulang-ulang sering kali

menimbulkan kejemuan bagi pelaksananya. Kemampuan manusia untuk

mengerjakan dan meningkatkan frekuensi pekerjaan sangatlah terbatas, padahal

pada kondisi tertentu ada kalanya suatu pekerjaan harus diselesaikan dengan

waktu yang cepat dan akurat.

Keadaan ini memicu munculnya keinginan untuk mengautomasikan

sejumlah kegiatan di perpustakaan. Pernyataan kebutuhan sistem dinyatakan

dalam bentuk spesifikasi dan rincian kebutuhan. Ada yang memulai dari rincian

kebutuhan hanya untuk bagian atau unit tertentu. Artinya, hanya sebagian atau

unit tertentu yang dianggap mendesak yang akan diautomasi. Dengan demikian

kebutuhan sistem automasi itu, hanyalah untuk modul sistem tertentu (modular

systems). Ada kalanya perpustakaan berkeinginan untuk mengautomasikan

seluruh kerumahtanggaannya. Pengelola perpustakaan merinci kebutuhan sistem

untuk semua bagian atau unit kegiatan yang ada. Untuk itu diperlukan sistem

automasi yang mampu mengkoordinir seluruh kegiatan yang ada pada

kerumahtanggaan perpustakaan (total system).

Maka kegiatan kerumahtanggaan perpustakaan merupakan suatu rangkaian

kegiatan yang terpadu. Data bibliografi yang tercatat pada bagian pengadaan,

umumnya akan dicatat pula pada bagian sirkulasi. Melihat rangkaian kegiatan ini,

dapat diperkirakan bahwa sistem perpustakaan yang terintegrasi (integrated

(16)

yang terintegrasi adalah sistem perpustakaan yang mengintegrasikan antara satu

modul dengan modul yang lainnya.

Duplikasi pencatatan data bibliografis yang sama akan terhindar pada

kegiatan tertentu. Proses pelaksanaan kegiatan akan berlangsung lebih cepat dan

kinerjanya akan lebih akurat. Dengan demikian, pernyataan kebutuhan sistem

akan ditindaklanjuti dengancara pemilihan sistem. Pemilihan sistem tentu

berhubungan dengan kebutuhan sistem yang dinyatakan oleh masing-masing

perpustakaan. (p. 10)

Beberapa pernyataaan tentang sistem kerumahtanggaan perpustakaan

adalah sebagai berikut:

1. Siregar (1997), menyebutkan “kerumahtanggaan perpustakaan

adalah suatu istilah yang digunakan untuk mengontrol koleksi

suatu perpustakaan”. Sistem kerumahtanggan tersebut terdapat

dalam kegiatan pengadaan, pengatalogan, pengawasan sirkulasi,

pengawasan serial, dan katalog talian (p. 4-5)

2. Rowley dikutip Hasugian (2009) menyatakan bahwa

penggunaan komputer dalam kerumahtanggaan perpustakaan

mencakup pada pemesanan dan pengadaan (ordering and

acquisitions), pengatalogan (cataloguing), Pengawasan sirkulasi

(circulation control), Pengawasan Serial (serial control) dan

manajemen statistik koleksi (collection of management

statistics) (p.171).

Dari pernyataan diatas, maka gambaran umum kebutuhan sistem automasi

mencakup pada bidang pengadaan, pengatalogan, pengawasan sirkulasi,

(17)

2.8.1 Pengadaan

Menurut Siregar (1997) pengadaan (acquisitions) yaitu semua kegiatan

yang berkaitan dengan pemerolehan bahan pustaka yang dilakukan baik melalui

pembelian, pertukaran, maupun berupa hadiah. Dalam kegiatan ini juga termasuk

kegiatan pengecekan bibliografis (bibliographical checking) yang dilakukan

sebelum pemesanan dan penerimaan bahan pustaka, pemerosesan faktur, dan

pemeliharaan arsip yang berhubungan dengan pengadaan. Sub-sistem pengadaan

terautomasi biasanya memelihara tiga buah file yaitu file bahan pustaka, pemasok,

dan pemesan. Proses awal yang harus dikerjakan adalah mengisi perpustakaan

dengan sumber-sumber informasi. (p. 5-9)

Pengadaan (akuisisi) koleksi bahan pustaka merupakan proses awal dalam

mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber informasi bagi perpustakaan yang

baru dibentuk atau didirikan, kegiatan ini meliputi pekerjaan penentuan kriteria

pembentukan koleksi awal. Untuk perpustakaan yang sudah berjalan, kegiatan

pengadaan untuk menambah dan melengkapi koleksi yang sudah ada.

Fungsi utama dari sistem pengadaan terautomasi terdiri dari pemilihan

bahan pustaka baru. Menurut Siregar, (1997) sub sistem pengadaan yang

terautomasi mencakup fungsi- fungsi sebagai berikut :

Adapun sub sistem pengadaan antara lain:

1. Pemilihan bahan pustaka baru yang akan dibeli atau dipesan

biasanya dilakukan oleh pustakawan dan pengguna perpustakaan.

Pemilihan dapat dilakukan dengan menggunakan sumber informasi

yang tersedia seperti katalog penjual buku.

2. Pengecekan bibliografi, kartu-kartu pilihan diinventaris dengan

cara mencocokan isi kartu dengan file katalog, file pesanan dan file

desiderata.

(18)

faktur biasannya diterima bersamaan. Melakukan verifikasi

terhadap faktur dengan cara mencocokannya dengan daftar

pesanan. Pengajuan tuntutan akan diproses dan dikirimkan kepada

pemasok (supplier) bahan pustaka dalam kasus di mana terdapat

bahan-bahan pustaka yang diterima tidak sesuai dengan pesanan.

Fungsi-fungsi Subsistem pengadaan sebagai berikut:

1. Sistem dapat mendukung proses pemilihan bahan pustaka yang

akan dipesan. Untuk itu, suatu file desiderata tersedia.

2. Sistem dapat memproses pesanan berikut:

a. Pengentrian data dengan layar terformat.

b. Temu-balik sebelum pemesanan dan pengubahan

cantuman desiderata menjadi cantuman pesanan

c. Fasilitas untuk melengkapi cantuman bibliografi

d. Sistem dapat membuat tanggal dan nomor pesanan.

e. Menampilakan total harga untuk pesanan lebih dari

satu eksemplar.

f. Mencetak daftar pesanan berdasarkan penerbit.

3. Sistem dapat memproses penerimaan bahan baru, penerimaan

bahan baru seperti berikut:

a. Temu balik cantuman menggunakan beberapa kata

kunci, termasuk nomor pesanan atau menurut

kelompok penerbit

b. Cara perekaman tanda terima dengan hanya

menekan beberapa tombol dan dapat langsung

mengubah status cantuman bahan pustaka yang baru

diterima

c. Sistem dapat membuat tanggal penerimaan

d. Cara meremajakan cantuman dan

e. Peremajaan langsung informasi dana yang tersedia

(19)

tuntutan

5. Sistem dapat menjawab pertanyaan yang berrkaitan dengan file

pesanan, desiderata dan bahan pustaka yang baru diterima melalui

pengarang, nomor pesanan, dan sebagainya.

6. Sistem dapat menampilkan laporan dan statistik tentang pesanan.

2.8.2 Pengatalogan

Siregar (1996), Katalog perpustakaan adalah daftar buku dalam sebuah

perpustakaan atau dalam sebuah koleksi. Daftar menunjukkan adanya susunan

menurut prinsip tertentu sedangkan buku mencakup arti buku dalam arti luas.

Katalog perpustakaan elektronik adalah jantung dari sebuah sistem perpustakaan

yang terautomasi. Sub sistem lain seperti OPAC dansirkulasi berinteraksi

dengannya dengan menyediakan layanan automasi.

Sistem pengatalogan berbasis komputer merupakan semua aktivitas yang

dilakukandalam mempersiapkan cantuman bibliografi. Untuk katalog dengan

menggunakan komputer. Sistem ini menghasilkan suatu pangkalan data

(database) katalog yang dapat diakses secara online. Dengan kata lain, katalog

online merupakan suatu bentuk penelusuran terhadap koleksi yang tersedia

melalui terminal komputer, disebut juga OPAC (Online Public Acces Catalog) (p.

2-3).

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pengatalogan

merupakan rangkaian pekerjaan untuk mempersiapkan bahan pustaka agar mudah

diperoleh dan diketahui informasi yang terdapat di dalamnya berdasarkan judul,

pengarang, subyek, penerbit, tahun terbit, nomor panggil atau kombinasinya.

Katalog adalah keterangan singkat atau wakil dari suatu dokumen. Katalog

perpustakaan elektronik adalah jantung dari sebuah sistem perpustakaan yang

terautomasi. Sub sistem lain seperti OPAC dan sirkulasi berinteraksi dengannya

dalam menyediakan layanan automasi. Sebuah sistem katalog yang dirancang

dengan baik merupakan faktor kunci keberhasilan penerapan automasi

(20)

Katalog adalah keterangan singkat atau wakil dari suatu dokumen. Sistem

pengatalogan mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Sistem menyediakan fasilitas pengentrian data seperti berikut:

a. Pengentrian cantuman menggunakan layar terformat

b. Cantuman memiliki ruas-ruas yang sama dengan

katalog

c. Pengecekan duplikasi dan fasilitas untuk

penambahan jumlah eksemplar

d. Fasilitas untuk mentransfer dan mengubah (upgrade)

cantuman bahan pustaka yang baru diterima

e. Fasilitas untuk pengeditan dan mengubah cantuman

dengan sedikit pengetikan, dan

f. Fasilitas untuk berbagai jenis bahan pustaka.

2. Sistem dapat menerima cantuman dari file perantara (downloading)

3. Sistem dapat menyediakan fasilitas akses langsung (online) seperti

berikut:

a. Menu driven dan command driven

b. Fasilitas temu balik menggunakan kata kunci dan

ungkapan

c. Penampilan katalog dengan bentuk yang sama

seperti kartu katalog

4. Sistem dapat mencetak:

a. Kartu-kartu katalog

b. Label punggung bahan pustaka, dan

c. Bibliografi dan daftar koleksi tambahan

2.8.3 Pengawasan Sirkulasi

Pengawasan sirkulasi adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan

peminjaman dan pengembalian bahan pustaka. Kegiatan ini berhubungan dengan

pengontrolan peredaran koleksi perpustakaan. Fungsi utama dari pengawasan

(21)

perpanjangan, pengembalian, penagihan, layanan temubalik, pemesanan

(reservasi), dan pembuatan surat keterangan bebas dari tagihan. Sistem

pengawasan sirkulasi mencakup fungsi-fungsi seperti berikut :

1. Sistem dapat menyediakan fasilitas parameter untuk:

a. Jenis bahan pustaka yang berbeda

b. Kategori peminjam yang berbeda

c. Kalender (untuk hari libur, jam buika dan tutup)

d. Batas waktu reservasi berlaku

2. Sistem dapat menyediakan fasilitas sistem peminjaman seperti

berikut:

a. Pengentrian nomor anggota dan bahan pustaka

melalui papan tombol atau barcode reader

b. Sistem dapat memerangkap (traps) jumlah pinjaman

danbahan pustaka yang terlambat

c. Menampilkan tanggal kembali di layar

d. Dapat mengubah tanggal kembali dan

e. Peremajaan langsung cantuman peminjam dan bahan

pustaka

3. Sistem dapat memproses pengembalian seperti berikut:

a. Nomor bahan pustaka dientri melalui papan tombol

atau barcode reader

b. Pengecekan bahan pustaka yang terlambat dan

perhitunganjumlah denda dengan memberikan

kesempatan pembayaran sebahagian.

4. Sistem dapat memproses perpanjangan seperti berikut:

a. Pengentrian nomor bahan pustaka melalui papan

tombolatau barcode reader

b. Perpanjangan bahan pustaka dicek dengan cara

yang sama seperti proses peminjaman.

(22)

a. Perhitungan jumlah denda berdasarkan kategori

peminjaman dan bahan pustaka

b. Perhitungan denda dengan basis hari dan jam dengan

memperhitungkan jumlah hari libur

c. Pembayaran denda sebagian atau penuh melalui

fungsi pengembalian atau dengan akses langsung

pada denda.

d. Jumlah denda maksimum berdasarkan kategori

peminjaman dan bahan pustaka.

6. Sistem dapat memproses reservasi/pemesanan

a. Mengidentifikasi bahan pustaka yang diminta

melalui semua kata kunci temu balik biasanya atau

mentransfer melalui fungsi temu-balik

b. Mengidentifikasi peminjam melalui nama atau

nomor anggota

c. Dapat membuat status reservasi pada semua

eksemplar atau hanya eksemplar tertentu saja

dengan pembatalan otomatis pada eksemplar lain

jika salah satu reservasi telah terpenuhi

d. Pemeliharaan antrian pemesanan jika dipesan oleh

lebih dari satu orang

e. Pembatalan reservasi.

7. Sistem dapat memproses peminjaman untuk kategori koleksi

pinjam singkat yang biasanya berlaku untuk satu malam.

8. Sistem dapat memelihara file anggota seperti berikut:

a. Pengentrian dan pengubahan langsung cantuman

anggota.

b. Cantuman anggota terdiri dari : nama, alamat,

profesi dan kategori anggota.

c. Mengakses file anggota melalaui nama atau nomor

(23)

9. Sistem dapat menjawab permintaan/pertanyaan sebagai berikut:

a. Pengaksesan cantuman anggota melalui nama atau

nomor anggota untuk melihat rincian bahan pustaka

yang sedang dipinjam, diperpanjang, yang terlambat,

denda, dan reservasi yang bersangkutan.

b. Pengaksesan cantuman bahan pustaka melalui semua

kata kunci temu-balik biasa untuk mengetahui

rincian setiap eksemplar, status pinjaman jika sedang

dipinjam, rincian pinjaman, termasuk peminjam dan

rincian reservasi bahan pustaka.

10. Sistem harus mampu untuk membuat peringatan untuk

keterlambatan dan penagihan

11. Sistem harus mampu untuk menghasilkan laporan dan statistik

sebagai berikut:

a. Pembuatan laporan dan statistik harian dan bulanan

yang berkaitan dengan transaksi sirkulasi, termasuk:

peminjaman, pengembalian, perpanjangan dan

b. Laporan yang berkaitan dengan denda, reservasi,

keterlambatan, dan sebagainya.

2.8.4 Pengawasan Serial

Jonner Hasugian (2009), pengawasan serial yaitu seluruh kegiatan yang

berhubungan pembuatan pesanan, penerimaan dokumen, akses terhadap koleksi

serial, pengajuan tuntutan (claim), peminjaman dan penjilidan terbitan berkala

atau serial. (p. 8)

2.8.5 Katalog Online (OPAC)

Pada dasarnya perkembangan sistem OPAC tidak terpisahkan dari sejarah

automasi perpustakaan. OPAC juga sangat dibutuhkan dalam memenuhi kepuasan

pengguna dalam hal pencarian informasi bahan pustaka maupun lainnya. OPAC

menjadi suatu sarana atau alat bantu bagi pengguna untuk melakukan penelusuran

(24)

Corbin (1982, 255) menyatakan bahwa online public catalogue (OPAC)

adalah suatu katalog yang berisikan cantuman bibliografi dari koleksi satu atau

beberapa perpustakaan, disimpan pada magnetic disk atau media rekam lainnya,

dan dibuat secara online melalui titik akses yang telah ditentukan.

Adapun karakteritik OPAC antara lain:

1. Penelusuran bisa dilakukan lebih cepat, mudah dan efisien.

2. Beberapa pengguna bisa melakukan penelusuran dalam waktu yang

bersamaan.

3. OPAC hanya bisa untuk dibaca.

4. Lebih banyak menu opsi/ pengaturan pada penelusuran.

5. Tersedianya penelusuran sederhana dan penelusuran tingkat mahir.

6. Tersedianya operator Boolean.

7. Tersedianya opsi tampilan.

8. Dapat diakses via internet.

9. Pencarian informasi bisa download dan disimpan.

10. Hasil penelusuran bisa dikirim via e-mail.

11. Kemampuan penelusuran dengan pemenggalan kata.

12. Menyediakan fasilitas cetak.

13. Status koleksi teridentifikasi.

14. Mengesampingkan huruf besar maupun huruf kecil dan tanda-tanda

baca.

(25)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa OPAC (online public

catalogue) adalah suatu sistem temu balik informasi yang menyediakan fasilitas

temu kembali koleksi perpustakaan melalui terminal komputer yang dapat

digunakan oleh pengguna perpustakaan.

2.8.6 Statistik

Statistik dalam kegiatan sistem kerumahtanggaan perpustakaan adalah

kuatitas pekerjaan yang mencakup jumlah perolehan bahan pustaka, jumlah

pengolahan bahan pustaka, jumlah anggota perpustakaan, jumlah pengunjung,

jumlah peminjam, jumlah bahan pustaka yang dipinjamkan kepeda pengguna,

keterlambatan pengembalian dan sebagainya. Sistem kerumahtangaan

perpustakaan mengumpulkan dan mengolah data ini untuk keperluan informasi

manajemen dan pelaporan.

Sintesis:

Yang dimakasud dengan kebutuhan sistem automasi adalah suatu

kebutuhan dalam bentuk spesifikasi dan rincian pada unit tertentu yang akan

diautomasikan untuk modul sistem tertentu dengan indikator sebagai berikut:

1. Pengadaan

2. Pengatalogan

3. Pengawasan Sirkulasi

4. Pengawasan Serial

5. Katalog Online (OPAC)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bersama ini dengan hormat kami sampaikan bahwa, Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan akan

[r]

22) Beban uji pada desain untuk model bangunan rumah tinggal atau gedung adalah berupa. beban siklik horizontal bolak-balik secara bertahap dengan nilai maksimum 60,0 kg

Bidang longsor talud yang dianalisa diambil 3 titik faktor keamanan (safety factor) terkecil dari bidang longsoran yang terjadi pada bagian kiri maupun kanan.

Pada grafik 1 dan 2 terlihat terjadi penurunan tekanan dan temperatur yang signifikan dari kepala sumur selama 30 tahun operasi pada kluster 1.. Untuk kluster 2, 3 dan 4

Perubahan peringkat (mengalami kenaikan) terjadi pada wilayah dengan karakter kekotaan yang kuat dan hirarki tinggi, umumnya di pinggiran Kota Yogyakarta. Perubahan

return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Apakah pengumuman right issue berpengaruh signifikan