• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Cadangan Karbon Tumbuhan Bawah Pada Agroforestri Kopi (Coffea arabica L.) dengan Tanaman Pokok Suren (Toona sureni Merr.) dan Tegakan Pinus (Pinus merkusii)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Cadangan Karbon Tumbuhan Bawah Pada Agroforestri Kopi (Coffea arabica L.) dengan Tanaman Pokok Suren (Toona sureni Merr.) dan Tegakan Pinus (Pinus merkusii)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Perubahan Iklim

Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi rata-rata iklim dan/atau

keragaman iklim dari satu kurun waktu ke kurun waktu yang lain sebagai akibat

dari aktivitas manusia. Perubahan iklim merupakan fenomena global yang terjadi

akibat terjadinya pemanasan global karena meningkatnya kosentrasi gas rumah

kaca di atmosfir sehingga suhu rata-rata di permukaan bumi meningkat.

Perubahan iklim tersebut ditandai dengan mencairnya es di daerah kutub, naiknya

permukaan laut serta berubahnya pola curah hujan sehingga memberikan dampak

yang sangat besar bagi seluruh makhluk hidup di berbagai belahan dunia

(Susandi, 2004).

Seiring dengan kemajuan teknologi industri, telah mendorong manusia

melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan emisi GRK ke atmosfer bumi

(anthropogenic). Penggunaan bahan bakar fosil menghasilkan limbah GRK

seperti CO

2, CH4, dan N2O. Dengan demikian, industrialisasi telah mendorong

meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil secara tajam, yang berdampak pada

meningkatnya emisi limbah GRK ke atmosfer bumi. Disisi lain, pola kehidupan

manusia yang semakin konsumtif, telah mendorong industri untuk meningkatkan

produksinya guna memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini tentu saja membutuhkan

sumberdaya alam yang sangat besar untuk bahan bakunya. Akibatnya eksploitasi

sumber daya alam untuk kebutuhan produksi semakin meningkat, dan semakin

tidak mengindahkan keselamatan lingkungan. Yang terjadi kemudian adalah

(2)

berubah menjadi sumber (source) yang mengemisikan GRK ke atmosfer

(Sukmana, 2010).

Dengan meningkatnya emisi dan berkurangnya penyerapan, tingkat gas

rumah kaca di atmosfer kini menjadi lebih tinggi ketimbang yang pernah terjadi di

dalam catatan sejarah. Kenaikan suhu itu mungkin tidak terlihat terlalu tinggi,

tetapi di negara tertentu seperti Indonesia, kenaikan itu dapat memberikan

dampak yang parah dan terutama pada penduduk yang paling miskin.

Seperti apa persisnya yang akan terjadi sulit diperkirakan. Iklim global

merupakan suatu sistem yang rumit dan pemanasan global akan berinteraksi

dengan berbagai pengaruh lainnya, tetapi tampaknya di Indonesia perubahan ini

akan makin menambah berbagai masalah iklim yang sudah ada. Kita sudah begitu

rentan terhadap begitu banyak ancaman yang berkaitan dengan iklim seperti

banjir, kemarau panjang, angin kencang, longsor, dan kebakaran hutan. Kini

semua itu dapat bertambah sering dan bertambah parah (Soedomo, 2001).

Masalahnya menjadi lebih parah karena kita sudah banyak kehilangan

pohon yang dapat menyerap karbon dioksida. Brazil, Indonesia, dan banyak

negara lain sudah menggunduli jutaan hektar hutan dan merusak lahan rawa.

Tindakan ini tidak saja menghasilkan karbon dioksida dengan terbakarnya pohon

dan vegetasi lain atau dengan mengeringnya gambut di daerah rawa, tetapi juga

mengurangi jumlah pohon dan tanaman yang menggunakan karbon dioksida

dalam fotosintesis yang dapat berfungsi sebagai rosotan (sinks) karbon, suatu

(3)

Hutan

Hutan merupakan sumber daya alam yang merupakan suatu ekosistem, di

dalam ekosisitem ini, terjadi hubungan timbal balik antara individu dengan

lingkungannya. Lingkungan tempat tumbuh dari tumbuhan merupakan suatu

sistem yang kompleks, dimana berbagai faktor saling beinteraksi dan saling

berpengaruh terhadap masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pertumbuhan dan

perkembangan merupakan suatu respon tumbuhan terhadap faktor lingkungan

dimana tumbuhan tersebut akan memberikan respon menurut batas toleransi yang

dimilikinya terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut (Indriyanto, 2006).

Menurut Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan

adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam

hayati yang didominansi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang

satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan penyanggah

ekosistem di muka bumi ini, hal ini sangat erat kaitannya dengan Pemanasan

global yang sedang menjadi isu sentral di wacana lingkungan dunia. Kurangnya

hutan menyebabkan peningkatan suhu permukaan beberapa derajat per tahun

sebagai dampak naiknya permukaan air laut beberapa centimeter. Kenaikan ini

dipicu oleh mencairnya es di kutub utara dan selatan, yang diakibatkan oleh

pemanasan global.

Hutan mempunyai peran penting dalam perubahan iklim melalui 3 cara,

yaitu (1) sebagai carbon pool, (2) sebagai sumber emisi CO2 ketika terbakar, (3)

sebagai carbon sink ketika tumbuh dan bertambah luas arealnya. Bila dikelola secara baik, hutan akan mampu mengatasi jumlah karbon yang berlebih di

(4)

di bawah permukaan tanah. Bahan organik yang mengandung karbon mudah

teroksidasi dan kembali ke atmosfer dalam bentuk CO2. Karbon disimpan di hutan

dalam bentuk : (1) biomassa dalam tanaman hidup yang terdiri dari kayu dan

non-kayu, (2) massa mati (kayu mati dan serasah) dan (3) tanah dalam bahan organik

dan humus. Humus berasal dari dekomposisi serasah. Karbon organik tanah juga

merupakan pool yang sangat penting (Wahyuningrum, 2008).

Taksonomi Suren, Pinus dan Kopi

Klasifikasi Suren (Toona sureni Merr) menurut Tjitrosoepomo (2013)

adalah sebagai berikut.

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Subclassis : Dialypetalae

Ordo : Rutales

Familia : Meliaceae

Genus : Toona

Species : Toona sureni

Suren (Toona sureni Merr) merupakan tanaman yang cepat tumbuh dan

kayunya dapat digunakan untuk papan dan bahan bangunan perumahan, peti,

venire, alat musik, kayu lapis, venir, dan mebel. Bagian tanaman suren khususnya

kulit kayu dan daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional.

Tanaman ini tumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian 600 - 2.700 mdpl

(5)

Menurut USDA (United States Departement of Agriculture) 2006, pinus

tersusun dalam sistematika sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Subdivisi : Spermatophyta

Divisi : Coniferophyta

Kelas : Pinopsida

Ordo : Pinales

Famili : Pinaceae

Genus : Pinus

Spesies : Pinus merkusii

P. merkusii dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tanah berpasir dan tanah berbatu. Daunnya dalam berkas dua dan berkas jarum (sebetulnya

adalah tunas yang sangat pendek yang tidak pernah tumbuh) pada pangkalnya

dikelilingi oleh suatu sarung dari sisik yang berupa selaput tipis panjangnya

sekitar 0,5 cm. Sisik kerucut buah dengan perisai ujung berbentuk jajaran genjang,

akhirnya merenggang; kerucut buah panjangnya 7-10 cm. Biji pipih berbentuk

bulat telur, panjang 6-7 mm, pada tepi luar dengan sayap besar, mudah lepas.

Kayunya untuk berbagai keperluan, konstruksi ringan, mebel, pulp, korek api dan

sumpit. Sering disadap getahnya. Pohon tua dapat menghasilkan 30-60 kg getah,

20-40 kg resin murni dan 7-14 kg terpentin per tahun. Cocok untuk rehabilitasi

(6)

Klasifikasi tanaman kopi (Coffea arabica L) berdasarkan (USDA, 2002).

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida/Dicotyledons

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies : Coffea arabica L

Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling

sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika. Pada umumnya,

penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi robusta. Kopi robusta bukan

nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi,

terutama (Coffea canephora). Secara alami, tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Namun, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh

tanaman kopi yang berasal dari bibit semai atau bibit sambung (okulasi) yang

batang bawahnya berasal dari bibit semai. Sementara tanaman kopi yang berasal

dari bibit setek, cangkok, atau okulasi yang batang bawahnya berasal dari bibit

setek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah (AAK, 1988).

Agroforestri

Agroforestri adalah suatu sistem penggunaan lahan yang bertujuan untuk

mempertahankan atau meningkatkan hasil total secara lestari, dengan cara

mengkombinasikan tanaman pangan/pakan ternak dengan tanaman pohon pada

(7)

menggunakan praktek-praktek pengolahan yang sesuai dengan kondisi ekologi,

ekonomi, sosial dan budaya setempat (Hairiah dkk, 2003).

Tumbuhan Bawah

Tumbuhan bawah adalah komunitas tanaman yang menyusun stratifikasi

bawah dekat permukaan tanah. Jenis-jenis vegetasi ini ada yang bersifat annual,

biannual, atau perenial dengan bentuk hidup soliter, berumpun, tegak menjalar

atau memanjat. Secara taksonomi vegetasi bawah umumnya anggota dari

suku-suku Poceae, Cyperaceae, Araceae, Asteraceae, paku-pakuan dan lain-lain.

Vegetasi ini banyak terdapat di tempat-tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai,

lantai hutan, lahan pertanian dan perkebunan (Odum, 2003).

Keanekaragaman tumbuhan bawah memperlihatkan tingkatan

keanekaragaman yang tinggi berdasarkan komposisinya. Perbedaan bentang

lahan, tanah, faktor iklim serta perbandingan keanekaragaman spesies vegetasi

bawah, memperlihatkan banyak perbedaan, baik dalam kekayaan jenisnya

maupun pertumbuhannya. Hutan yang lapisan pohon-pohon tidak begitu lebat,

sehingga cukup cahaya yang dapat menembus lantai hutan, kemungkinan

perkembangan vegetasi bawah bersifat terna, sedangkan pada tempat-tempat

kering berupa tumbuhan berkayu antara lain rumput-rumputan jenis Pennisetum

dan Didymocarpus. Pada hutan yang lebat sehingga intensitas cahaya sedikit,

tumbuhan bawah beradaptasi melalui permukaan daun yang lebar untuk

menangkap cahaya matahari sebanyak-banyaknya (Hafild, 2004).

Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah menjaga kelembaban

sehingga proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat, sehingga dapat

(8)

sempurna dan guguran daun yang jatuh sebagai serasah akan dikembalikan lagi ke

pohon dalam bentuk unsur hara yang sudah diuraikan oleh bakterim

(Irwanto, 2007).

Komposisi dari keanekaragaman jenis tumbuhan bawah sangat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, pH tanah, tutupan

tajuk dari pohon di sekitarnya, dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis.

Pada komunitas hutan hujan, penetrasi cahaya matahari yang sampai pada lantai

hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan terhalang oleh lapisan-lapisan

tajuk pohon yang ada pada hutan tersebut, sehingga tumbuhan bawah yang

tumbuh dekat permukaan tanah kurang mendapat cahaya, sedangkan cahaya

matahari bagi tumbuhan merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses

perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi (Manan, 2003).

Biomassa

Biomassa kering dapat dikonversi menjadi cadangan karbon yakni 50%

dari biomassa. Metode ini dianggap lebih akurat dari metode lainnya. Tidak ada

sebuah metode yang secara langsung dapat mengukur cadangan karbon yang

terdapat pada suatu areal lahan. Keadaan ini mendorong usaha pengembangan alat

dan model yang dapat menghitung dalam skala besar yang didasarkan pada

pengukuran di lapangan atau penginderaan jauh (Gibbs et al., 2007).

Dalam inventarisasi karbon hutan, carbon pool yang diperhitungkan setidaknya ada 4 kantong karbon. Keempat kantong karbon tersebut adalah

biomassa atas permukaan, biomassa bawah permukaan, bahan organik mati dan

(9)

Biomassa atas permukaan adalah semua material hidup di atas permukaan.

Termasuk bagian dari kantong karbon ini adalah batang, tunggul, cabang, kulit

kayu, biji dan daun dari vegetasi baik dari strata pohon maupun dari strata

tumbuhan bawah di lantai hutan.

Biomassa bawah permukaan adalah semua biomassa dari akar tumbuhan

yang hidup. Pengertian akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu yang

ditetapkan. Hal ini dilakukan sebab akar tumbuhan dengan diameter yang

lebih kecil dari ketentuan cenderung sulit untuk dibedakan dengan bahan

organik tanah dan serasah.

Bahan organik mati meliputi kayu mati dan serasah. Serasah dinyatakan

sebagai semua bahan organik mati dengan diameter yang lebih kecil dari

diameter yang telah ditetapkan dengan berbagai tingkat dekomposisi yang

terletak di permukaan tanah. Kayu mati adalah semua bahan organik mati

yang tidak tercakup dalam serasah baik yang masih tegak maupun yang roboh

di tanah, akar mati, dan tunggul dengan diameter lebih besar dari diameter

yang telah ditetapkan.

Karbon organik tanah mencakup karbon pada tanah mineral dan tanah

organic termasuk gambut (Sutaryo, 2009).

Terdapat 4 cara utama untuk menghitung biomassa yaitu (i) sampling

dengan pemanenan (Destructive sampling) secara in situ;(ii) sampling tanpa pemanenan (Non-destructive sampling) dengan data pendataan hutan secara in

situ; (iii) Pendugaan melalui penginderaan jauh; dan (iv) pembuatan model. Untuk masing masing metode di atas, persamaan allometrik digunakan untuk

(10)

allometrik standard yang telah dipublikasikan sering dilakukan, tetapi karena

koefisien persamaan allometrik ini bervariasi untuk setiap lokasi dan spesies,

penggunaan persamaan standard ini dapat mengakibatkan galat (error) yang

signifikan dalam mengestimasikan biomassa suatu vegetasi (Heiskanen, 2006).

Pendugaan Emisi Karbon

Salah satu cara untuk mengendalikan perubahan iklim adalah dengan

mengurangi emisi gas rumah kaca (CO, CH, NO) yaitu dengan mempertahankan

keutuhan hutan alami dan meningkatkan kerapatan populasi pepohonan di luar

hutan. Tumbuhan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan menyerap

gas asam arang (CO) dari udara melalui proses fotosintesis, yang selanjutnya

diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman

dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman. Proses penimbunan karbon dalam

tubuh tanaman hidup dinamakan (C- ). Dengan demikian mengukur jumlah yang

disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomasa) pada suatu lahan dapat

menggambarkan banyaknya CO di atmosfer yang diserap oleh tanaman

(Hairiah, 2007).

Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer (CO

2) melalui proses

fotosintesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya

karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan

menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun

vegetasi baik pohon, semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas

permukaan. Di bawah permukaan tanah, akar tumbuhan juga merupakan

penyimpan karbon selain tanah itu sendiri. Pada tanah gambut, jumlah simpanan

(11)

atas permukaan. Karbon juga masih tersimpan pada bahan organik mati dan

produk-produk berbasis biomassa seperti produk kayu baik ketika masih

dipergunakan maupun sudah berada di tempat penimbunan. Karbon dapat

tersimpan dalam kantong karbon dalam periode yang lama atau hanya sebentar.

Peningkatan jumlah karbon yang tersimpan dalam karbon pool ini mewakili

jumlah carbon yang terserap dari atmosfer (Sutaryo, 2009).

Karbon merupakan salah satu unsur alam yang memiliki lambang “C”

dengan nilai atom sebesar 12. Karbon juga merupakan salah satu unsur utama

pembentuk bahan organik termasuk makhluk hidup. Hampir setengah dari

organisme hidup merupakan karbon. Karenanya secara alami karbon

banyak tersimpan di bumi (darat dan laut) dari pada di atmosfir. Karbon

tersimpan dalam daratan bumi dalam bentuk makhluk hidup (tumbuhan dan

hewan), bahan organik mati ataupun sedimen seperti fosil tumbuhan dan hewan.

Sebagian besar jumlah karbon yang berasal dari makhluk hidup bersumber dari

hutan. Seiring terjadinya kerusakan hutan, maka pelepasan karbon ke atmosfir

juga terjadi sebanyak tingkat kerusakan hutan yang terjadi (Manuri, 2011).

Jumlah cadangan karbon antar lahan berbeda-beda, tergantung pada

keanekaragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara

pengelolaannya. Penyimpanan karbon pada suatu lahan menjadi lebih besar bila

kondisi kesuburan tanahnya baik, karena biomassa pohon meningkat, atau dengan

kata lain cadangan karbon di atas tanah (biomassa tanaman) ditentukan oleh

besarnya cadangan karbon di dalam tanah (bahan organik tanah). Untuk itu,

pengukuran banyaknya karbon yang disimpan dalam setiap lahan perlu dilakukan

(12)

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Aek Nauli berada di Kecamatan Girsang Simpangan Bolon, Kabupaten

Simalungun, Propinsi Sumatera Utara. Aksesibilitas ke lokasi ini sangat tinggi

karena terletak di antara kota Parapat dan Pematangsiantar melalui jalur lintas

Sumatera. Hutan Aek Nauli terbagi dua berdasarkan komposisinya, yaitu hutan

homogen dengan dominasi tegakan Pinus (Pinus merkusii), dan sistem agroforestri dengan jenis tanaman pertanian seperti kopi dan diisi oleh tegakan

suren. Hutan alam Aek Nauli berada pada ketinggian 1200 mdpl seluas 1900 Ha.

Secara geografis terletak pada 430 25' BT dan 40 89' LU. Hutan ini memiliki

kelerengan 2 sampai 15% dan sebagian merupakan areal datar berbukit dan

sebagian merupakan lembah dangkal. Curah hujan kawasan Aek Nauli termasuk

ke dalam tipe A menurut klasifikasi Smith dan Ferguson dengan curah hujan

rata berkisar antara 2199,4 mm sampai dengan 2452 mm, kelembaban udara

rata-rata harian 84 mmHg dan suhu rata-rata-rata-rata bulanan berkisar antara 23 sampai 240C

(Balithut Aek Nauli, 2006).

Referensi

Dokumen terkait

(2) Selain harus memenuhi ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang yayasan, pengesahan badan hukum yayasan yang didirikan oleh warga negara asing atau

Maka pembuatan Website Vadika Tour dalam penulisan ilmiah ini ditujukan untuk mempermudah pengguna jasa untuk memperoleh informasi penerbangan dan memungkinkan pengguna untuk

tertentu yang berasal dari prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan tata cara pengisian jabatan ASN sebagaimana

Atas partisipasinya pada penyetenggaraan "Sern'inor Imp{enntari t'titai-ni[oi *torotl(pagomumr dan Iefiangsaan dafan l(gfrifiryan l(pnprus' fengan pemfiicara cProf

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Pejabat

Apabila calon pemenang, calon pemenang cadangan 1 (satu) dan/atau calon pemenang cadangan 2 (dua) yang tidak hadir dalam pembuktian kualifikasi dengan alasan

Sampai dengan batas waktu penutupan pemasukan dokumen penawaran per tanggal 15 Maret 2017 pukul 23.59 WIB, jumlah calon Penyedia Barang/Jasa yang telah melakukan upload

Di bawah ini yang bukan merupakan pemekaran dari provinsi sundakecil adalah ..... Provinsi Nusa