• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Pembakaran Lahan Perkebunan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Pembakaran Lahan Perkebunan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

x

ABSTRAK

Immanuel Carlos Yanrichy  Alvi Syahrin  Edi Yunara 

Peranan korporasi dalam sub sektor perkebunan dengan adanya motif ekonomi yang dibawa korporasi di satu sisi memang sangat menguntungkan, namun di sisi lain juga berpotensi sangat merugikan bahkan tidak hanya dari segi ekonomi. Salah satu tindakan merugikan tersebut adalah pembakaran lahan perkebunan oleh korporasi yang kerap menjadi penyebab terjadinya bencana kebakaran lahan yang amat merugikan. Lahirnya pengaturan delik-delik baru yang menempatkan korporasi sebagai subjek di dalam perundang-undangan pidana di luar KUHP tidak terlepas dari tujuan public welfare offences. Kebijakan hukum pidana (penal policy) pada tataran formulasi mempunyai peran sentral dalam rangka pengelolaan perkebunan secara professional dan terencana.

Adapun masalah hukum (legal issues) yang muncul adalah bagaimana sistem pertanggungjawaban pidana korporasi yang dikenal dalam dunia hukum dewasa ini, dan bagaimana pula model pertanggungjawaban pidana bagi korporasi pelaku pembakaran lahan perkebunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan mengumpulkan bahan hukum (primer, sekunder dan tersier) melalui studi kepustakaan (library research). Bahan hukum utama yang dikaji adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan dan didukung oleh Peraturan Perundang-undangan lain yang terkait dengan pembakaran lahan perkebunan. Untuk mendukung bahan hukum tersebut, juga dipergunakan bahan hukum sekunder dan tersier berupa buku, jurnal, internet, hasil simposium dan lain-lain. Bahan hukum kemudian dianalisis secara kualitatif menggunakan penalaran deduktif.

Hasil dari penelitian ini berupa kesimpulan bahwa, pertama, Terdapat beberapa sistem pertanggungjawaban pidana korporasi yang dikenali dalam dunia hukum dewasa ini yang perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai doktrin/ajaran. Kedua, model pertanggungjawaban pidana korporasi dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan adalah korporasi dan/atau pengurus dapat bertanggungjawab langsung secara bersama-sama (menggunakan identification theory dan functionaeel daderschap). Akan tetapi, masih terdapat beberapa kerancuan dalam perumusan pertanggungjawaban pidana korporasi tersebut.

Kata Kunci : Pertanggungjawaban Pidana, Korporasi, Pembakaran Lahan Perkebunan

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Departemen Hukum Pidana. 

Dosen Pembimbing I / Staff Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.



Dosen Pembimbing II / Staff Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu dan pihak yang bertanggung jawab dalam mengaudit laporan

Dalam melakukan analisis pemeringkatan website PT Lion Air, PT Garuda Indonesia dan PT Sriwijaya Air, penulis menggunakan tools pemeringkatan web yaitu Alexa Rank untuk

Analisa Faktor Riwayat Kontrasepsi pada Wanita Peserta Program Penapisan Kanker Leher Rahim Dengan Pendekatan "See & Treat" : Untuk Deteksi Lesi Prakanker dan

Di dalam sumber yang sama Rgveda juga ditemukan konsepsi Tuhan yang tunggal sebagai berikut “Ekam sat wiprah bahudha vadanti” hanya satu Tuhan, tapi para bijaksana

Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dilakukan kajian pengembangan TPST Edelweiss dari skala sampah pasar menjadi skala kawasan khususnya di Kecamatan Pontianak

Demikian permohonan ini kami sampaikan dan kami akan mematuhi segala ketentuan dan peraturan yang berlaku sebagaimana semestinya2. Hormat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud lalam huruf a sampai lengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tarif Layanan Balan

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG MEMPERHITUNGKAN PRODUK DALAM PROSES (PDP) AWAL DI DEPARTEMEN PERTAMA DAN DEPARTEMEN