BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data
tentang individu, keluarga, dan kelompok (Carpenito dan Moyet 2007, dalam
Haryanto 2008). Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan
aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
2. Tujuan Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah (Karen & Marilyn, 1992), In addition to
identifying the current health status of the client, the nurse undertakes health
assessment as the essential first steps at arriving at an appropriately
individualized plane of care for the client. Dengan melakukan pengkajian perawat
dapat mengidentifikasi status kesehatan saat ini. Serta pengkajian adalah langkah
pertama yang penting untuk membuat rencana perawatan individu secara tepat.
Pengkajian bertujuan untuk menetapkan suatu database tentang respon
klien terhadap perhatian pada kesehatan atau penyakit dan kemampuan untuk
mengatur kebutuhan perawatan kesehatan (Kozier, 2004).
3. Metode Pengumpulan Data
Ada empat metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengumpulan
data (Kozier & Erb, 2004) yaitu wawancara, observasi sistematis, konsultasi, dan
pengkajian fisik.
Wawancara merupakan pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan
spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik. Ada dua tipe
wawancara, yaitu wawancara langsung dan tidak langsung. Wawancara langsung
adalah wawancara yang dilakukan langsung kepada klien sedangkan wawancara
tidak langsung adalah wawancara yang dilakukan kepada keluarga klien, perawat,
atau sumber lainnya untuk mendapatkan data (Haryanto, 2008). Tujuan dari
wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan
masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat dengan
klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien memperoleh
informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan,
serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap
pengkajian (Nursalam, 2004).
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi.
Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan
kemampuan skill komunikasi serta interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya
digunakan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik
adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk
bertukar pikiran serta perasaan (Nursalam, 2009).
Teknik tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun non verbal,
empati, dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknik verbal meliputi pertanyaan
terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik
non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan, dan konta mata.
pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari
(Nursalam, 2009).
Teknik pengumpulan data yang kurang efektif (Carpenito & Moyet,
2006):
a. Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat/
keluhan/ respon. Contoh : Apakah Anda makan tiga kali sehari ?
b. Pertanyaan terarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan.
Contoh : Anda setuju bukan?
c. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
d. Menyetujui/ tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa
klien benar atau salah. Contoh : Anda tidak bermaksud seperti itu kan?
2. Observasi sistematis.
Observasi adalah kegiatan mengamati perilaku dan kegiatan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan klien. Observasi memerlukan
keterampilan disiplin dan praktik klinik sebagai bagian dari tugas perawat.
Kegiatan observasi meliputi 2S-HFT (sign, smell, hearing, feeling, taste).
Kegiatan tersebut mencakup aspek fisik, mental sosial, dan spiritual (Nursalam,
2009).
3. Konsultasi
Perawat berkonsultasi dengan berbagai tenaga kesehatan, termasuk
perawat. Klien tidak selalu merupakan peserta aktif dalam proses konsultasi.
Perawat umumnya berkonsultasi untuk alasan berikut: untuk memverifikasi
tambahan. Proses konsultasi memiliki tujuh langkah: mengidentifikasi masalah,
mengumpulkan data yang bersangkutan mengenai klien, memperoleh ijin klien,
memilih konsultan, mengkomunikasikan masalah dan informasi terkait,
membahas rekomendasi dengan konsultan, termasuk rekomendasi dalam rencana
perawatan klien (Carpenito & Moyet, 2006; Kozier & Erb, 2004).
4. Pengkajian fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk
menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya adalah (Kozier & Erb, 2004): inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
a. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian
tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning, kulit
kebiruan, dll.
b. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan
terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor,
oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.
c. Auskultasi
Auskultasi merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui
pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal
yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian
tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk
mengetahui reflek seseorang. Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan
dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas
hepar-paru, dll.
Fokus pengumpulan data dalam Nursalam (2004) meliputi: (1) status
kesehatan sebelumnya dan sekarang, (2) pola koping sebelumnya dan sekarang,
(3) fungsi status sebelumnya dan sekarang, (4) respon terhadap terapi medis dan
tindakan keperawatan, (5) resiko untuk masalah potensial, dan (6) hal-hal yang
menjadi dorongan atau kekuatan klien.
4. Sumber Data
Ada tujuh sumber-sumber data dalam pengkajian (Kozier & Erb, 2009),
antara lain: (a) Klien adalah sumber utama (primer) dan perawat dapat menggali
informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien. Jika perawat
mendapatkan data atau informasi yang berbeda dari keadaan fisik atau perilaku
klien, maka perawat harus mengkonfirmasikan data tersebut kepada sumber lain.
(b) Orang terdekat yaitu orang lain yang signifikan atau mengetahui klien dengan
baik. Mereka melengkapi informasi atau memverifikasi informasi yang diberikan
oleh klien. Informasi dapat diperoleh dari orang tua, suami atau istri, anak atau
teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi
ataupun kesadaran yang menurun. Hal ini dapat terjadi pada klien anak-anak,
diaman informasi diperoleh dari ibu atau yang menjaga anak selama di rumah
dan memberi tindakan, mengevaluasi, dan mencatat hasil pada status klien.
Perawat, pekerja sosial, dan fisioterapi. (d) Catatan medis sering menjadi sumber
kesehatan klien sekarang dan masa lalu dan pola penyakit. Catatan ini dapat
memberikan perawat informasi mengenai perilaku koping klien, praktik
kesehatan, dan penyakit sebelumnya. (e) Catatan dan laporan lain juga dapat
memberikan informasi kesehatan yang bersangkutan. Data laboratorium dapat
mengkonfirmasi atau menjadi konflik dengan temuan seorang perawat selama
pengkajian keperawatan dan pemeriksaan kesehatan fisik. Catatan dan laporan
lain-sebagai contoh, laporan sebuah lembaga sosial yang pada kondisi kehidupan
klien atau laporan lembaga perawatan kesehatan rumah pada koping klien di
rumah yang dapat membantu perawat. (f)Tinjauan literatur keperawatan dan
terkait, seperti jurnal profesional dan teks referensi, dapat penyedia informasi
tambahan untuk database.
5. Tipe Data
Selama pengkajian perawat mendapat dua data, yaitu data subjektif dan
objektif. Data subjektif adalah data yang didapat berdasarkan persepsi klien
tentang masalah kesehatan mereka. Pada klien anak atau bayi, data subjektif
didapat dari orangtua atau sumber lainnya. Data objektif adalah data yang didapat
dari pengamatan, observasi, dan pengukuran atau pemeriksaan fisik dengan
beberapa metode (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi) (Potter&Perry, 2005).
6. Validasi Data
Tujuan dari validasi atau verifikasi data adalah untuk meyakinkan
esensial dalam berpikir kritis. Ini membantu untuk terhindar dari: (1) kehilangan
informasi yang berhubungan, (2) situasi yang tidak dimengerti, dan (3) terloncat
pada kesimpulan atau berfokus pada petunjuk yang salah (Alfaro-LeFevre, 1994).
7. Pengelompokan Data
Perawat menggunakan format tertulis atau terkomputerisasi untuk
mengelompokkan data pengkajian secara sistematis. Pengelompokan data ini
dapat dibagi atas dua model yaitu pengelompokan berdasarkan model konseptual
keperawatan dan model nonkeperawatan. Yang termasuk dalam model konseptual
keperawatan antara lain: (a) pola fugsi kesehatan Gordon yang menggunakan kata
pola untuk menandakan suatu urutan dalam perilaku berulang. Gordon
menyediakan kerangka kerja 11 pola fungsi kesehatan. Dengan begitu, dengan
menggunakan kerangka kerja Gordon untuk mengelompokkan data, perawat dapat
membedakan pola yang muncul. (b) Model self-care Orem menggambarkan
delapan keperluan self-care dari manusia. (c) Dan model adaptasi Roy
menguraikan secara singkat data untuk dikumpulkan menurut model adaptasi Roy
dan mengklasifikasi perilaku yang tampak kedalam empat ketegori: psikologi,
konsep diri, fungsi peran, dan saling ketergantungan (Haryanto, 2008).
Model nonkeperawatan sendiri antara lain: (a) model sistem tubuh yang
berfokus pada abnormalitas dari sistem anatomi: sistem integumen, sistem
pernafasan, sistem kardiovaskular, sistem saraf, sistem muskuloskletal, sistem
gastrointestinal, sistem genitourinary, sistem reproduksi, dan sistem imun. (b)
kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan
penghargaan diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (haryanto,2008).
8. Model Gordon
Pengkajian, hal yang dilakukan secara berulang oleh perawat, adalah
evaluasi kesehatan klien yang memerlukan pengumpulan dan penginterpretasian
data klinik. Pengkajian tidak pernah berhenti tetapi poin-poin pada waktu
diagnosis mungkin dibuat, direvisi, atau tidak digunakan sebagai dasar untuk
perawatan langsung perawat.
Selanjutnya Gordon (1987) mengemukakan bahwa”the above listing of
assessment areas uses the term pattern, which is devined as asequence of
behaviour across time. Sequence of behaviour, rather than isolated events, are the
data used for clinical inference and judgement”. Daftar pengkajian menggunakan
istilah pola, yang mana digambarkan sebagai suatu urutan perilaku. Urutan
perilaku, bukannya mengasingkan peristiwa, menjadi data yang digunakan untuk
keputusan, dan kesimpulan klinis.
Perawat mengumpulkan data tentang perilaku disfungsional dan
fungsional. Ketika infomasi dikaji, perawat mulai memahami area yang sedang
dikaji. Secara berangsur pola mucul. Pengkajian terdiri dari catatan perawat dan
pangkajian fisik. Pertama dilakukan dengan mewawancarai klien atau orang lain;
selanjutnya, dengan pengamatan dan teknik pengujian lain. Pengumpulan data
pada catatan perawat mengijinkan deskripsi 11 pola fungsi kesehatan dan persepsi
dibuat berdasarkan karakteristik fisik seperti gaya berjalan dan pergerakan,
integritas kulit, detak jantung dan cakupan pergerakan sendi (Gordon, 1987).
Setelah informasi dikumpulkan, terminasi pengkajian awal telah dimulai.
Ada tiga sasaran hasil yaitu: menawarkan kesempatan kepada klien untuk
menambahkan informasi lebih lanjut atau mengekspresikan tambahan informasi
yang berhubungan dengan kesehatan, meringkas pengkajian, dan membuat
rencana untuk perawatan dari masalah (Gordon, 1987).
Selanjunya adalah menginterpretasikan data, Gordon (1987) mengatakan
“to interpret means to assign meaning to a cue or determine what it signifies”.
Sebelum penarikan diagnosa, sangat penting untuk mengklarifikasi atau
memverifikasi informasi. Sehingga perawat dapat memformulasikan diagnosinya
dengan tepat.
Skema 1. Pengkajian menurut pola Gordon
Skema 1 adalah ringkasn bagaimana pengkajian dapat dilakukan perawat
berdasarkan pola fungsi kesehatan Gordon yang menekankan pengelompokan
data-data pada 11 fungsi kesehatan mulai dari pola persepsi klien tentang
kesehatan dan manajemennya sampai pola nilai dan kepercayaan klien. Sehingga
mempermudah perawat untuk melihat kebutuhan perawatn klien.
Pengelompokan data-data pengkajian berdasarka 11 fungsi kesehatn
dijabarkan Gordon sebagai berikut (Gordon, 1987):
1. Pola persepsi kesehatan-manajemen kesehatan.
Mendeskripsikan pola kesehatan dan kesejahteraan klien dan bagaimana
kesehatan dikelola. Termasuk persepsi individu tentang status kesehatan dan
relevansinya dengan kegiatan saat ini dan perencanaan masa depan. Juga termasuk
manajemen risiko kesehatan individu dan kesehatan umum perawatan perilaku,
seperti praktek-praktek keselamatan dan kepatuhan terhadap promosi kegiatan
kesehatan mental dan fisik, resep medis atau perawat, dan tindak lanjut perawatan.
2. Pola nutrisi-metabolisme
Mendeskripsikan pola konsumsi makanan dan cairan berhubungan dengan
kebutuhan metabolisme dan pola petunjuk dari kebutuhan nutrisi. Termasuk pola
konsumsi makanan dan cairan individu: berapa kali makan sehari, jenis dan
jumlah konsumsi makanan dan cairan, preferensi makanan tertentu, dan
penggunaan suplemen nutrien atau vitamin. Menjelaskan pola menyusui dan
pemberian makanan bayi. Mencakup laporan dari setiap lesi kulit, kemampuan
3. Pola eliminasi
Mendeskripsikan pola fungsi ekskresi ( bowel, perkemihan, dan kulit).
Mencakup keteraturan individu merasakan fungsi ekskretoris, penggunaan
rutinitas atau pencahar untuk eliminasi usus, dan setiap perubahan atau gangguan
dalam pola waktu, cara ekskresi, kualitas, atau kuantitas eliminasi. Juga termasuk
adalah setiap perangkat yang digunakan untuk mengontrol ekskresi.
4. Pola aktifitas-latihan
Mendeskripsikan pola latihan, aktifitas, waktu luang, dan rekreasi.
Termasuk kegiatan sehari-hari yang memerlukan pengeluaran energi, seperti
kebersihan, memasak, belanja, makan, bekerja, dan pemeliharaan rumah. Juga
termasuk adalah jenis, jumlah, dan kualitas olahraga, termasuk olahraga, yang
menggambarkan pola khas untuk individu. Penekanan pada kegiatan penting atau
signifikan dan ada pembatasan. Faktor-faktor yang mengganggu dengan
keinginan atau kegiatan yang diharapkan untuk individu (seperti defisit dan
kompensasi neuromuskular, dypsnea, angina, atau otot kram saat aktivitas, dan
klasifikasi jantung/paru, jika sesuai) juga termasuk.
5. Pola kognitif-persepsi
Mendeskripsikan pola persepsi sensori dan pola kognitif. Termasuk
kecukupan model sensorik, seperti penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan, dan
bau, dan kompensasi atau prostesis yang saat ini digunakan. Laporan persepsi rasa
sakit dan bagaimana rasa sakit yang dikelola. Termasuk juga kemampuan
fungsional kognitif seperti bahasa, memori, penilaian, dan pengambilan
6. Pola tidur-istirahat
Mendeskripsikan pola tidur, istirahat, dan relaksasi. Termasuk pola
periode tidur dan istirahat / relaksasi selama 24 jam. Termasuk persepsi kualitas
dan kuantitas tidur dan istirahat, persepsi tingkat energi setelah tidur, dan setiap
gangguan tidur. Termasuk juga alat bantu untuk tidur seperti obat atau waktu
malam, rutinitas yang digunakan individu.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Mendeskripsikan pola persepsi diri dan konsep diri (contoh, kenyamanan
tubuh, gambaran diri, keadaan perasaan). Termasuk sikap individu tentang diri,
kemampuan persepsi (kognitif, afektif, atau fisik), citra tubuh, identitas,
pengertian umum dari nilai, dan pola umum emosional. Postur tubuh dan
gerakan, kontak mata, suara, dan termasuk pola bicara.
8. Pola peran-hubungan
Mendeskripsikan pola keterlibatan peran dan hubungan. Termasuk
persepsi individu dari peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan
saat ini. Kepuasan atau gangguan dalam keluarga, pekerjaan, atau hubungan sosial
dan mencakup tanggung jawab yang terkait dengan peran-peran ini.
9. Pola seksualitas-reproduksi
Menjelaskan pola kepuasan atau ketidakpuasan dengan seksualitas;
menggambarkan pola reproduksi. Sertakan kepuasan yang dirasakan individu atau
laporan gangguan dalam seksualitasnya. Mencakup juga tahap reproduksi wanita
10.Pola koping-toleransi stess
Menjelaskan pola koping umum dan efektivitas pola dalam hal toleransi
stres. Termasuk cadangan individu atau kapasitas untuk menolak tantangan untuk
integritas diri, cara penanganan stres, keluarga atau sistem pendukung lainnya,
dan kemampuan yang dirasakan untuk mengelola situasi penuh tekanan.
11.Pola nilai-kepercayaan
Data mengenai pola nilai-kepercayaan menjelaskan pola nilai-nilai, tujuan,
atau keyakinan (termasuk spiritual) yang memandu pilihan atau keputusan.
Termasuk apa yang dianggapi penting dalam hidup, kualitas hidup, dan setiap
konflik yang dirasakan dalam nilai-nilai, keyakinan, atau harapan yang terkait
dengan kesehatan.
9. Pelaporan dan Pencatatan Data
Aktifitas terakhir dari pengkajian adalah pelaporan dan pencatatan.
Informasi yang didapat dari sumber-sumber data harus ditulis pada format secara
lengkap dan relevan. Menurut Camp dan Iyer (1999, dalam Haryanto 2008), ada
beberapa langkah saat mendokumentasi hasil pengkajian secara tepat: (1) Hindari
menggunakan kata seperti ‘sedikit’ dan ‘banyak’ yang memiliki banyak
pengertian, (2) Jelaskan apa yang terlihat, terdengar, terasa, dan tercium pada saat
pengkajian, (3) Gunakan sisitem PQRST (Propokatif/palatif, Qualiti/quantity,
Regio/radiasi, Severity/keperahan, Timing/waktu) untuk mengumpulkan data
nyeri, (4) Gunakan kata-kata klien ketika menggambarkan keluhan utamanya, dan
10.Studi Fenomenologi
Fenomenologi, berakar dalam tradisi filsafat yang dikembangkan dalam
tradisi filsafat yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger, adalah sebuah
pendekatan untuk berfikir tentang seperti apa pengalaman hidup orang-orang.
Peneliti fenomenologi bertanya: Apa esensi dari fenomena ini sebagai
pengalaman dari orang-orang? Fenomenolog mengasumsikan ada esensi yang
dapat dipahami, dalam banyak cara yang sama etnographer mengasumsikan
bahwa budaya ada. Fenomenolog yang menyelidiki fenomena subjektif
berkeyakinan bahwa kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada
pengalaman hidup orang (Polite & Hungler, 1999).
Fokus penelitian fenomenologi adalah apa yang orang alami dalam hal
fenomena tertentu dan bagaimanakah mereka menafsirkan pengalaman mereka.
Fenomenolog percaya bahwa pengalaman hidup memberikan arti penting dengan
persepsi masing-masing orang dari fenomena tertentu. Tujuan penelitian
fenomenologi adalah sepenuhnya untuk menggambarkan pengalaman hidup
(Polite & Hungler,1999).
Fenomenolog tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi
orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Yang ditekankan oleh kaum
fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku orang (Moleong, 2002).
Hanya dengan memperhatikan persepsi dan makna yang menggugah
kesadaran maka dapat dialami apa yang dialami. Para fenomenolog memusatkan
perhatiannya pada cara mengatur gejala yang dialami sedemikian rupa sehingga
dunia. Tak ada realitas yang terpisah (atau objektif) bagi orang. Adanya hanyalah
apa yang diketahui tentang pengalaman dan maknanya. Pengalaman subjektif
sekaligus mengandung benda atau hal objektif dan realitas seseorang (Sutinah,
2005).
Informan dalam penelitian fenomenologi adalah orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi,
fenomenolog harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia
“berkewajiban” secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya
bersifat informal. Sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan dengan
kesukarelaannya ia dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang
nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian