• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Proses Pengkajian Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Terpadu Rsup H. Adam Malik Medan: Studi Fenomenologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Proses Pengkajian Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Terpadu Rsup H. Adam Malik Medan: Studi Fenomenologi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data

tentang individu, keluarga, dan kelompok (Carpenito dan Moyet 2007, dalam

Haryanto 2008). Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan

aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.

2. Tujuan Pengkajian

Tujuan pengkajian adalah (Karen & Marilyn, 1992), In addition to

identifying the current health status of the client, the nurse undertakes health

assessment as the essential first steps at arriving at an appropriately

individualized plane of care for the client. Dengan melakukan pengkajian perawat

dapat mengidentifikasi status kesehatan saat ini. Serta pengkajian adalah langkah

pertama yang penting untuk membuat rencana perawatan individu secara tepat.

Pengkajian bertujuan untuk menetapkan suatu database tentang respon

klien terhadap perhatian pada kesehatan atau penyakit dan kemampuan untuk

mengatur kebutuhan perawatan kesehatan (Kozier, 2004).

3. Metode Pengumpulan Data

Ada empat metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengumpulan

data (Kozier & Erb, 2004) yaitu wawancara, observasi sistematis, konsultasi, dan

pengkajian fisik.

(2)

Wawancara merupakan pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan

spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik. Ada dua tipe

wawancara, yaitu wawancara langsung dan tidak langsung. Wawancara langsung

adalah wawancara yang dilakukan langsung kepada klien sedangkan wawancara

tidak langsung adalah wawancara yang dilakukan kepada keluarga klien, perawat,

atau sumber lainnya untuk mendapatkan data (Haryanto, 2008). Tujuan dari

wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan

masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat dengan

klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien memperoleh

informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan,

serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap

pengkajian (Nursalam, 2004).

Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi.

Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan

kemampuan skill komunikasi serta interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya

digunakan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik

adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk

bertukar pikiran serta perasaan (Nursalam, 2009).

Teknik tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun non verbal,

empati, dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknik verbal meliputi pertanyaan

terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik

non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan, dan konta mata.

(3)

pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari

(Nursalam, 2009).

Teknik pengumpulan data yang kurang efektif (Carpenito & Moyet,

2006):

a. Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat/

keluhan/ respon. Contoh : Apakah Anda makan tiga kali sehari ?

b. Pertanyaan terarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan.

Contoh : Anda setuju bukan?

c. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus

d. Menyetujui/ tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa

klien benar atau salah. Contoh : Anda tidak bermaksud seperti itu kan?

2. Observasi sistematis.

Observasi adalah kegiatan mengamati perilaku dan kegiatan klien untuk

memperoleh data tentang masalah kesehatan klien. Observasi memerlukan

keterampilan disiplin dan praktik klinik sebagai bagian dari tugas perawat.

Kegiatan observasi meliputi 2S-HFT (sign, smell, hearing, feeling, taste).

Kegiatan tersebut mencakup aspek fisik, mental sosial, dan spiritual (Nursalam,

2009).

3. Konsultasi

Perawat berkonsultasi dengan berbagai tenaga kesehatan, termasuk

perawat. Klien tidak selalu merupakan peserta aktif dalam proses konsultasi.

Perawat umumnya berkonsultasi untuk alasan berikut: untuk memverifikasi

(4)

tambahan. Proses konsultasi memiliki tujuh langkah: mengidentifikasi masalah,

mengumpulkan data yang bersangkutan mengenai klien, memperoleh ijin klien,

memilih konsultan, mengkomunikasikan masalah dan informasi terkait,

membahas rekomendasi dengan konsultan, termasuk rekomendasi dalam rencana

perawatan klien (Carpenito & Moyet, 2006; Kozier & Erb, 2004).

4. Pengkajian fisik

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk

menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan

berbagai cara, diantaranya adalah (Kozier & Erb, 2004): inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi.

a. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian

tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning, kulit

kebiruan, dll.

b. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan

terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor,

oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.

c. Auskultasi

Auskultasi merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui

pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal

yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

(5)

Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian

tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk

mengetahui reflek seseorang. Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan

dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas

hepar-paru, dll.

Fokus pengumpulan data dalam Nursalam (2004) meliputi: (1) status

kesehatan sebelumnya dan sekarang, (2) pola koping sebelumnya dan sekarang,

(3) fungsi status sebelumnya dan sekarang, (4) respon terhadap terapi medis dan

tindakan keperawatan, (5) resiko untuk masalah potensial, dan (6) hal-hal yang

menjadi dorongan atau kekuatan klien.

4. Sumber Data

Ada tujuh sumber-sumber data dalam pengkajian (Kozier & Erb, 2009),

antara lain: (a) Klien adalah sumber utama (primer) dan perawat dapat menggali

informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien. Jika perawat

mendapatkan data atau informasi yang berbeda dari keadaan fisik atau perilaku

klien, maka perawat harus mengkonfirmasikan data tersebut kepada sumber lain.

(b) Orang terdekat yaitu orang lain yang signifikan atau mengetahui klien dengan

baik. Mereka melengkapi informasi atau memverifikasi informasi yang diberikan

oleh klien. Informasi dapat diperoleh dari orang tua, suami atau istri, anak atau

teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi

ataupun kesadaran yang menurun. Hal ini dapat terjadi pada klien anak-anak,

diaman informasi diperoleh dari ibu atau yang menjaga anak selama di rumah

(6)

dan memberi tindakan, mengevaluasi, dan mencatat hasil pada status klien.

Perawat, pekerja sosial, dan fisioterapi. (d) Catatan medis sering menjadi sumber

kesehatan klien sekarang dan masa lalu dan pola penyakit. Catatan ini dapat

memberikan perawat informasi mengenai perilaku koping klien, praktik

kesehatan, dan penyakit sebelumnya. (e) Catatan dan laporan lain juga dapat

memberikan informasi kesehatan yang bersangkutan. Data laboratorium dapat

mengkonfirmasi atau menjadi konflik dengan temuan seorang perawat selama

pengkajian keperawatan dan pemeriksaan kesehatan fisik. Catatan dan laporan

lain-sebagai contoh, laporan sebuah lembaga sosial yang pada kondisi kehidupan

klien atau laporan lembaga perawatan kesehatan rumah pada koping klien di

rumah yang dapat membantu perawat. (f)Tinjauan literatur keperawatan dan

terkait, seperti jurnal profesional dan teks referensi, dapat penyedia informasi

tambahan untuk database.

5. Tipe Data

Selama pengkajian perawat mendapat dua data, yaitu data subjektif dan

objektif. Data subjektif adalah data yang didapat berdasarkan persepsi klien

tentang masalah kesehatan mereka. Pada klien anak atau bayi, data subjektif

didapat dari orangtua atau sumber lainnya. Data objektif adalah data yang didapat

dari pengamatan, observasi, dan pengukuran atau pemeriksaan fisik dengan

beberapa metode (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi) (Potter&Perry, 2005).

6. Validasi Data

Tujuan dari validasi atau verifikasi data adalah untuk meyakinkan

(7)

esensial dalam berpikir kritis. Ini membantu untuk terhindar dari: (1) kehilangan

informasi yang berhubungan, (2) situasi yang tidak dimengerti, dan (3) terloncat

pada kesimpulan atau berfokus pada petunjuk yang salah (Alfaro-LeFevre, 1994).

7. Pengelompokan Data

Perawat menggunakan format tertulis atau terkomputerisasi untuk

mengelompokkan data pengkajian secara sistematis. Pengelompokan data ini

dapat dibagi atas dua model yaitu pengelompokan berdasarkan model konseptual

keperawatan dan model nonkeperawatan. Yang termasuk dalam model konseptual

keperawatan antara lain: (a) pola fugsi kesehatan Gordon yang menggunakan kata

pola untuk menandakan suatu urutan dalam perilaku berulang. Gordon

menyediakan kerangka kerja 11 pola fungsi kesehatan. Dengan begitu, dengan

menggunakan kerangka kerja Gordon untuk mengelompokkan data, perawat dapat

membedakan pola yang muncul. (b) Model self-care Orem menggambarkan

delapan keperluan self-care dari manusia. (c) Dan model adaptasi Roy

menguraikan secara singkat data untuk dikumpulkan menurut model adaptasi Roy

dan mengklasifikasi perilaku yang tampak kedalam empat ketegori: psikologi,

konsep diri, fungsi peran, dan saling ketergantungan (Haryanto, 2008).

Model nonkeperawatan sendiri antara lain: (a) model sistem tubuh yang

berfokus pada abnormalitas dari sistem anatomi: sistem integumen, sistem

pernafasan, sistem kardiovaskular, sistem saraf, sistem muskuloskletal, sistem

gastrointestinal, sistem genitourinary, sistem reproduksi, dan sistem imun. (b)

(8)

kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan

penghargaan diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (haryanto,2008).

8. Model Gordon

Pengkajian, hal yang dilakukan secara berulang oleh perawat, adalah

evaluasi kesehatan klien yang memerlukan pengumpulan dan penginterpretasian

data klinik. Pengkajian tidak pernah berhenti tetapi poin-poin pada waktu

diagnosis mungkin dibuat, direvisi, atau tidak digunakan sebagai dasar untuk

perawatan langsung perawat.

Selanjutnya Gordon (1987) mengemukakan bahwa”the above listing of

assessment areas uses the term pattern, which is devined as asequence of

behaviour across time. Sequence of behaviour, rather than isolated events, are the

data used for clinical inference and judgement”. Daftar pengkajian menggunakan

istilah pola, yang mana digambarkan sebagai suatu urutan perilaku. Urutan

perilaku, bukannya mengasingkan peristiwa, menjadi data yang digunakan untuk

keputusan, dan kesimpulan klinis.

Perawat mengumpulkan data tentang perilaku disfungsional dan

fungsional. Ketika infomasi dikaji, perawat mulai memahami area yang sedang

dikaji. Secara berangsur pola mucul. Pengkajian terdiri dari catatan perawat dan

pangkajian fisik. Pertama dilakukan dengan mewawancarai klien atau orang lain;

selanjutnya, dengan pengamatan dan teknik pengujian lain. Pengumpulan data

pada catatan perawat mengijinkan deskripsi 11 pola fungsi kesehatan dan persepsi

(9)

dibuat berdasarkan karakteristik fisik seperti gaya berjalan dan pergerakan,

integritas kulit, detak jantung dan cakupan pergerakan sendi (Gordon, 1987).

Setelah informasi dikumpulkan, terminasi pengkajian awal telah dimulai.

Ada tiga sasaran hasil yaitu: menawarkan kesempatan kepada klien untuk

menambahkan informasi lebih lanjut atau mengekspresikan tambahan informasi

yang berhubungan dengan kesehatan, meringkas pengkajian, dan membuat

rencana untuk perawatan dari masalah (Gordon, 1987).

Selanjunya adalah menginterpretasikan data, Gordon (1987) mengatakan

to interpret means to assign meaning to a cue or determine what it signifies”.

Sebelum penarikan diagnosa, sangat penting untuk mengklarifikasi atau

memverifikasi informasi. Sehingga perawat dapat memformulasikan diagnosinya

dengan tepat.

Skema 1. Pengkajian menurut pola Gordon

(10)

Skema 1 adalah ringkasn bagaimana pengkajian dapat dilakukan perawat

berdasarkan pola fungsi kesehatan Gordon yang menekankan pengelompokan

data-data pada 11 fungsi kesehatan mulai dari pola persepsi klien tentang

kesehatan dan manajemennya sampai pola nilai dan kepercayaan klien. Sehingga

mempermudah perawat untuk melihat kebutuhan perawatn klien.

Pengelompokan data-data pengkajian berdasarka 11 fungsi kesehatn

dijabarkan Gordon sebagai berikut (Gordon, 1987):

1. Pola persepsi kesehatan-manajemen kesehatan.

Mendeskripsikan pola kesehatan dan kesejahteraan klien dan bagaimana

kesehatan dikelola. Termasuk persepsi individu tentang status kesehatan dan

relevansinya dengan kegiatan saat ini dan perencanaan masa depan. Juga termasuk

manajemen risiko kesehatan individu dan kesehatan umum perawatan perilaku,

seperti praktek-praktek keselamatan dan kepatuhan terhadap promosi kegiatan

kesehatan mental dan fisik, resep medis atau perawat, dan tindak lanjut perawatan.

2. Pola nutrisi-metabolisme

Mendeskripsikan pola konsumsi makanan dan cairan berhubungan dengan

kebutuhan metabolisme dan pola petunjuk dari kebutuhan nutrisi. Termasuk pola

konsumsi makanan dan cairan individu: berapa kali makan sehari, jenis dan

jumlah konsumsi makanan dan cairan, preferensi makanan tertentu, dan

penggunaan suplemen nutrien atau vitamin. Menjelaskan pola menyusui dan

pemberian makanan bayi. Mencakup laporan dari setiap lesi kulit, kemampuan

(11)

3. Pola eliminasi

Mendeskripsikan pola fungsi ekskresi ( bowel, perkemihan, dan kulit).

Mencakup keteraturan individu merasakan fungsi ekskretoris, penggunaan

rutinitas atau pencahar untuk eliminasi usus, dan setiap perubahan atau gangguan

dalam pola waktu, cara ekskresi, kualitas, atau kuantitas eliminasi. Juga termasuk

adalah setiap perangkat yang digunakan untuk mengontrol ekskresi.

4. Pola aktifitas-latihan

Mendeskripsikan pola latihan, aktifitas, waktu luang, dan rekreasi.

Termasuk kegiatan sehari-hari yang memerlukan pengeluaran energi, seperti

kebersihan, memasak, belanja, makan, bekerja, dan pemeliharaan rumah. Juga

termasuk adalah jenis, jumlah, dan kualitas olahraga, termasuk olahraga, yang

menggambarkan pola khas untuk individu. Penekanan pada kegiatan penting atau

signifikan dan ada pembatasan. Faktor-faktor yang mengganggu dengan

keinginan atau kegiatan yang diharapkan untuk individu (seperti defisit dan

kompensasi neuromuskular, dypsnea, angina, atau otot kram saat aktivitas, dan

klasifikasi jantung/paru, jika sesuai) juga termasuk.

5. Pola kognitif-persepsi

Mendeskripsikan pola persepsi sensori dan pola kognitif. Termasuk

kecukupan model sensorik, seperti penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan, dan

bau, dan kompensasi atau prostesis yang saat ini digunakan. Laporan persepsi rasa

sakit dan bagaimana rasa sakit yang dikelola. Termasuk juga kemampuan

fungsional kognitif seperti bahasa, memori, penilaian, dan pengambilan

(12)

6. Pola tidur-istirahat

Mendeskripsikan pola tidur, istirahat, dan relaksasi. Termasuk pola

periode tidur dan istirahat / relaksasi selama 24 jam. Termasuk persepsi kualitas

dan kuantitas tidur dan istirahat, persepsi tingkat energi setelah tidur, dan setiap

gangguan tidur. Termasuk juga alat bantu untuk tidur seperti obat atau waktu

malam, rutinitas yang digunakan individu.

7. Pola persepsi diri dan konsep diri

Mendeskripsikan pola persepsi diri dan konsep diri (contoh, kenyamanan

tubuh, gambaran diri, keadaan perasaan). Termasuk sikap individu tentang diri,

kemampuan persepsi (kognitif, afektif, atau fisik), citra tubuh, identitas,

pengertian umum dari nilai, dan pola umum emosional. Postur tubuh dan

gerakan, kontak mata, suara, dan termasuk pola bicara.

8. Pola peran-hubungan

Mendeskripsikan pola keterlibatan peran dan hubungan. Termasuk

persepsi individu dari peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan

saat ini. Kepuasan atau gangguan dalam keluarga, pekerjaan, atau hubungan sosial

dan mencakup tanggung jawab yang terkait dengan peran-peran ini.

9. Pola seksualitas-reproduksi

Menjelaskan pola kepuasan atau ketidakpuasan dengan seksualitas;

menggambarkan pola reproduksi. Sertakan kepuasan yang dirasakan individu atau

laporan gangguan dalam seksualitasnya. Mencakup juga tahap reproduksi wanita

(13)

10.Pola koping-toleransi stess

Menjelaskan pola koping umum dan efektivitas pola dalam hal toleransi

stres. Termasuk cadangan individu atau kapasitas untuk menolak tantangan untuk

integritas diri, cara penanganan stres, keluarga atau sistem pendukung lainnya,

dan kemampuan yang dirasakan untuk mengelola situasi penuh tekanan.

11.Pola nilai-kepercayaan

Data mengenai pola nilai-kepercayaan menjelaskan pola nilai-nilai, tujuan,

atau keyakinan (termasuk spiritual) yang memandu pilihan atau keputusan.

Termasuk apa yang dianggapi penting dalam hidup, kualitas hidup, dan setiap

konflik yang dirasakan dalam nilai-nilai, keyakinan, atau harapan yang terkait

dengan kesehatan.

9. Pelaporan dan Pencatatan Data

Aktifitas terakhir dari pengkajian adalah pelaporan dan pencatatan.

Informasi yang didapat dari sumber-sumber data harus ditulis pada format secara

lengkap dan relevan. Menurut Camp dan Iyer (1999, dalam Haryanto 2008), ada

beberapa langkah saat mendokumentasi hasil pengkajian secara tepat: (1) Hindari

menggunakan kata seperti ‘sedikit’ dan ‘banyak’ yang memiliki banyak

pengertian, (2) Jelaskan apa yang terlihat, terdengar, terasa, dan tercium pada saat

pengkajian, (3) Gunakan sisitem PQRST (Propokatif/palatif, Qualiti/quantity,

Regio/radiasi, Severity/keperahan, Timing/waktu) untuk mengumpulkan data

nyeri, (4) Gunakan kata-kata klien ketika menggambarkan keluhan utamanya, dan

(14)

10.Studi Fenomenologi

Fenomenologi, berakar dalam tradisi filsafat yang dikembangkan dalam

tradisi filsafat yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger, adalah sebuah

pendekatan untuk berfikir tentang seperti apa pengalaman hidup orang-orang.

Peneliti fenomenologi bertanya: Apa esensi dari fenomena ini sebagai

pengalaman dari orang-orang? Fenomenolog mengasumsikan ada esensi yang

dapat dipahami, dalam banyak cara yang sama etnographer mengasumsikan

bahwa budaya ada. Fenomenolog yang menyelidiki fenomena subjektif

berkeyakinan bahwa kebenaran utama tentang realitas didasarkan pada

pengalaman hidup orang (Polite & Hungler, 1999).

Fokus penelitian fenomenologi adalah apa yang orang alami dalam hal

fenomena tertentu dan bagaimanakah mereka menafsirkan pengalaman mereka.

Fenomenolog percaya bahwa pengalaman hidup memberikan arti penting dengan

persepsi masing-masing orang dari fenomena tertentu. Tujuan penelitian

fenomenologi adalah sepenuhnya untuk menggambarkan pengalaman hidup

(Polite & Hungler,1999).

Fenomenolog tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi

orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Yang ditekankan oleh kaum

fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku orang (Moleong, 2002).

Hanya dengan memperhatikan persepsi dan makna yang menggugah

kesadaran maka dapat dialami apa yang dialami. Para fenomenolog memusatkan

perhatiannya pada cara mengatur gejala yang dialami sedemikian rupa sehingga

(15)

dunia. Tak ada realitas yang terpisah (atau objektif) bagi orang. Adanya hanyalah

apa yang diketahui tentang pengalaman dan maknanya. Pengalaman subjektif

sekaligus mengandung benda atau hal objektif dan realitas seseorang (Sutinah,

2005).

Informan dalam penelitian fenomenologi adalah orang yang dimanfaatkan

untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi,

fenomenolog harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia

“berkewajiban” secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya

bersifat informal. Sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan dengan

kesukarelaannya ia dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang

nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat bahwa setelah dilakukan evaluasi dokumen penawaran sesuai ketentuan yang berlaku, Perusahaan Saudara ditetapkan sebagai pemenang seleksi

Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 21 Rehabilitasi.. Jaringan

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat bahwa setelah dilakukan evaluasi dokumen penawaran sesuai ketentuan yang berlaku, Perusahaan Saudara ditetapkan sebagai pemenang seleksi

Dengan berbagai karakteris- tik dasar yang dimiliki bio-disel, maka bio-disel layak digunakan sebagai bahan campuran dalam solar tanpa mengalami gangguan yang berarti pada motor

button jawaban salah di frame terakhir.

Presentasi Multimedia Dengan Macromedia

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan lama konsumsi obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru dengan pa- rameter yang berbeda seperti jumlah trombosit dan

In this paper, QMCF method is used to investigate solvation structure and dynamical properties of Cu + in liquid ammonia during simulation time of 20 ps, especially in the second