• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Amdal - Makalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Amdal - Makalah"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pada dasarnya setiap pembangunan menyebabkan terjadinya perubahan

lingkungan. Dampak pembangunan ini ada yang bersifat positif maupun negatif. Oleh

karena itu, setiap rencana pembangunan perlu disertai dengan wawasan jauh ke depan

tentang perkiraan timbulnya dampak tersebut. Wawasan ini diterapkan dengan

mengadakan analisis perkiraan dampak penting terhadap komponen lingkungan fisik,

kimia, biologi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat. Analisis tersebut harus

dilakukan secara terperinci tentang dampak negatif maupun dampak positif yang akan

timbul, sehingga sejak dini dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulanginya

(Supardi, 2003).

Pembangunan kita perlukan untuk mengatasi banyak masalah, termasuk

masalah lingkungan, namun pengalaman menunjukkan, pembangunan mempunyai

dampak negatif. Dengan adanya dampak negatif tersebut, haruslah kita waspada.

Pada satu pihak kita tidak boleh takut untuk melakukan pembangunan, karena tanpa

pembangunan tingkat kesejahteraan kita akan terus merosot, pada lain pihak kita

harus memperhitungkan dampak negatif dan berusaha untuk menekannya menjadi

sekecil-kecilnya. Pembangunan itu harus berwawasan lingkungan dan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) merupakan salah satu alat dalam

(2)

Kegunaan AMDAL, khususnya dalam usaha menjaga kualitas lingkungan

adalah:

a. Mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tidak rusak, terutama

sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui;

b. Menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap sumber

daya alam lainnya, proyek-proyek lain dan masyarakat agar tidak timbul

pertentangan-pertentangan;

c. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran, misalnya

timbulnya pencemaran air, udara, tanah, kebisingan dan sebagainya sehingga

tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat;

d. Agar dapat diketahui manfaat yang berdayaguna dan berhasilguna bagi

masyarakat, bangsa, dan negara (Supardi, 2003).

2.2. Penyusunan Dokumen AMDAL

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 adalah kajian mengenai dampak besar dan

penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup,

yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha

dan/atau kegiatan.

Kegiatan studi AMDAL dalam pembangunan telah menjadi suatu instrumen

perencanaan yang dipersyaratkan oleh Pemerintah. Dalam pelaksanaan studi

(3)

maka pekerjaan studi dampak lingkungan menjadi sangat luas. Dalam

pelaksanaannya, studi AMDAL harus menggunakan dasar-dasar penelitian ilmiah.

Studi AMDAL adalah merupakan studi multi disiplin, oleh karenanya setiap pakar

yang terkait dengan studi ini harus berpikir dan melaksanakan proses penelitian

secara ilmiah dan terpadu. Secara keseluruhan studi AMDAL dapat dikemukakan

merupakan studi terapan (applied study) atau bahkan action study (Fandeli, 2007).

Sebagai acuan bagi penanggung jawab usaha dalam menyusun dokumen

AMDAL, Pemerintah melalui kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah

menerbitkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006

tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Melalui pedoman ini diharapkan kajian dalam studi AMDAL dapat lebih terarah,

mendalam dari aspek teknis, ekonomis-finansial dan lingkungan yang dapat memberi

masukan yang diperlukan bagi perencana dan pengambil keputusan.

2.3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan titik sentral untuk mencapai keunggulan

daya saing individu, organisasi, perusahaan dan bahkan bangsa di pentas global,

dengan terus mengembangkan kompetensi dan profesionalisme, komitmen dan

integritas yang dapat dipertanggungjawabkan dalam berbagai karya yang kreatif dan

inovatif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sumber

daya manusia yang berkualitas adalah melalui sistem pendidikan yang dapat

(4)

diupayakan melalui pendidikan dan latihan yang diprogram dengan baik dan benar

(Sedarmayanti, 2008).

Menurut Plunkett dan Attner dalam Lako (2004), konsep sumber daya

manusia menempatkan karyawan sebagai the most valuable resource yang berperan

untuk merencanakan, mengorganisir, mendayagunakan dan mengendalikan organisasi

beserta seluruh sumber ekonominya untuk pencapaian suatu tujuan organisasi.

Dalam proses tersebut, individu-individu atau kelompok sumber daya manusia

dan organisasi belajar untuk saling berintegrasi. Individu atau kelompok sumber daya

manusia belajar untuk meningkatkan kompetensinya dan memahami filosofi, visi,

tujuan dan budaya organisasi. Sementara organisasi belajar untuk memahami

karakteristik sumber daya manusia, mengembangkan dan mendayagunakan,

memelihara dan melindungi, serta memberikan imbalan dan penghargaan yang pantas

kepada individu atau kelompok sumber daya manusia sesuai dengan kinerjanya

(Lako, 2004).

Pengembangan sumber daya manusia, melalui berbagai jenjang pendidikan

maupun latihan yang dilakukan merupakan salah satu upaya peningkatan kinerja

sumber daya manusia tersebut. Kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan dan

dikembangkan sehingga berbanding proporsional dengan jumlah sumber daya

manusia yang ada. Jumlah personil yang banyak tidak memberikan dampak yang

berarti bagi kelancaran kegiatan dan pengembangan organisasi, jika tidak didukung

(5)

Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang mengatur tentang

pemberian kompensasi, integrasi, pemeliharaan, pengadaan tenaga kerja dan

melakukan pengembangan kerja melalui proses-proses manajemen dalam rangka

mencapai tujuan organisasi. Perencanaan sumber daya manusia dengan berorientasi

pada hasil analisis pekerjaan, agar pekerja yang diperlukan dapat dipenuhi baik dari

segi kuantitatif (jumlahnya) maupun kualitatif (kualitasnya). Dengan tersedianya

sejumlah pekerja yang relevan dengan tuntutan deskripsi dan atau spesifikasi

pekerjaan, diharapkan seluruh volume kerja dapat dilaksanakan secara produktif dan

berkualitas, tidak saja dalam proses produksi dengan seluruh pekerjaan yang

menunjangnya, tetapi juga dalam memasarkannya, yang memerlukan kemampuan

memberikan pelayanan yang berkualitas (Nawawi, 1997).

Dalam proses penyusunan dan penilaian dokumen AMDAL, kemampuan dan

kehandalan sumber daya manusia sangat dibutuhkan sehingga dapat menghasilkan

dokumen lingkungan yang berkualitas sebagai instrumen pengelolaan lingkungan

hidup (KLH, 2002).

Untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang

AMDAL, Pemerintah menetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL yang

merupakan alat atau sarana kerja bagi para anggota Komisi Penilai AMDAL Pusat,

Komisi Penilai AMDAL Daerah dan Tim Teknis Komisi; namun sesuai dengan

perkembangan keadaan, panduan ini telah digantikan dengan keluarnya Peraturan

(6)

Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) yang disusun

untuk menuntun para pemakainya dalam menilai dan mengevaluasi dokumen

AMDAL sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009, yaitu:

a. Penilaian dokumen KA-ANDAL terdiri atas 3 (tiga) aspek penilaian meliputi

uji administrasi, uji tahap proyek, uji kualitas dokumen (uji konsistensi, uji

keharusan dan uji kedalaman).

b. Penilaian dokumen ANDAL terdiri atas 4 (empat) aspek penilaian meliputi uji

administrasi, uji tahap proyek, uji kualitas dokumen (uji konsistensi, uji

keharusan, uji kedalaman, uji relevansi) dan kelayakan lingkungan untuk

ANDAL, RKL dan RPL.

c. Penilaian dokumen RKL dan RPL terdiri atas 2(dua) aspek penilaian meliputi

uji administrasi, uji kualitas dokumen (uji konsistensi, uji keharusan, uji

kedalaman dan uji relevansi).

Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24

Tahun 2009 menyatakan bahwa Penilai dokumen AMDAL dari instansi pemerintah

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Berpendidikan sarjana; dan/atau

b. Sudah memperoleh sertifikat pelatihan penyusunan AMDAL, pelatihan

penilaian AMDAL atau pelatihan yang sejenis.

Sampai saat ini, AMDAL belum menjadi instrumen yang efektif untuk

(7)

banyak dipandang sebagai ‘cost center’ ketimbang sebagai kontibutor untuk ‘cost

saving. Salah satu faktor yang turut andil dalam hal tersebut adalah rendahnya mutu

penilaian dokumen AMDAL. Mutu penilaian dokumen AMDAL dapat dipengaruhi

oleh 4 faktor yaitu:

1. Kompetensi teknis anggota Komisi Penilai AMDAL

Secara umum, kompetensi dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara

ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin

melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi.

2. Integritas anggota Komisi Penilai AMDAL

Integritas kerja adalah bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan dan kode etik

organisasi. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan

kebijakan dan etika tersebut, dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk

melakukannya.

3. Tersedianya panduan penilaian dokumen AMDAL.

4. Akuntabilitas dalam proses penilaian AMDAL (KLH, 2002).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas Komisi Penilai,

perlu dilakukan standarisasi Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota melalui

pemberian lisensi sebagai persyaratan untuk dapat melakukan penilaian dokumen

AMDAL, hal tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Negara Nomor 6 Tahun

2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak

(8)

Dari sisi kebijakan standarisasi AMDAL, sasaran peningkatan kompetensi

ditujukan untuk 3 pihak dalam pelaksanaan sistem AMDAL, yaitu komisi penilai,

penyusun dan diklat AMDAL. Untuk penyusun diberlakukan sistem standarisasi dan

registrasi kompetensi. Untuk diklat AMDAL diberlakukan sistem registrasi

kompetensi sedangkan untuk komisi penilai akan diberlakukan sistem lisensi untuk

menilai dokumen AMDAL. Secara ringkas, substansi pengaturan dalam Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

a. Standar kompetensi personil penyusun dokumen AMDAL.

b. Persyaratan kompetensi lembaga penyedia jasa/konsultan penyusun dokumen

AMDAL.

c. Sertifikasi kompetensi bagi personil penyusun dokumen AMDAL.

d. Registrasi kompetensi bagi lembaga jasa penyedia jasa penyusunan dokumen

AMDAL (konsultan AMDAL).

e. Registrasi kompetensi bagi lembaga penyelenggara pelatihan penyusunan

dokumen AMDAL (diklat penyusunan AMDAL).

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Kompetensi dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan

Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusunan Dokumen Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup mengandung arti bahwa Penyusun AMDAL

harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Tim penyusun dokumen AMDAL terdiri dari ketua tim dan anggota tim

(9)

dokumen AMDAL yang telah memiliki sertifikat kompetensi, termasuk 1

(satu) orang dengan kualifikasi sebagai ketua tim.

b. Tim penyusun AMDAL wajib melibatkan tenaga ahli sesuai dengan dampak

penting yang diakibatkan oleh rencana usaha dan/atau kegiatan.

c. Standar kompetensi untuk ketua tim dan anggota tim penyusun AMDAL

mengacu pada Lampiran I dan II Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 11 Tahun 2008.

2.4. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL

Dalam melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38

Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, maka

Pemerintah menjabarkan lebih lanjut ketentuan yang berkaitan dengan Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dengan menetapkan Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan penyelenggaraan pembinaan dan

pengawasan terhadap Komisi Penilai AMDAL daerah dilakukan sesuai dengan

norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dengan

mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 25 Tahun 2009

(10)

Komisi Penilai Pusat dibentuk oleh Menteri, Komisi Penilai Provinsi dibentuk

oleh Gubernur dan Komisi Penilai Kabupaten/Kota dibentuk oleh Bupati/Walikota.

Susunan Keanggotaan Komisi Penilai Provinsi dari unsur-unsur Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Provinsi, instansi lingkungan hidup provinsi, instansi di bidang

penanaman modal daerah, instansi di bidang pertanahan di daerah, instansi di bidang

pertahanan keamanan di daerah, instansi di bidang kesehatan daerah provinsi, wakil

instansi pusat dan/atau daerah yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang

bersangkutan, wakil instansi terkait di provinsi, wakil dari kabupaten/kota yang

bersangkutan, pusat studi lingkungan hidup perguruan tinggi daerah yang

bersangkutan, ahli di bidang lingkungan hidup, ahli di bidang yang berkaitan,

organisasi lingkungan hidup di daerah, organisasi lingkungan hidup sesuai dengan

bidang usaha dan/atau kegiatan yang dikaji, warga masyarakat yang terkena dampak,

serta anggota lain yang dipandang perlu. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai

Kabupaten/Kota dari unsur-unsur wakil dari Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, wakil dari instansi di bidang lingkungan hidup daerah, wakil dari instansi

penanaman modal daerah, wakil dari instansi di bidang pertanahan daerah, wakil dari

instansi di bidang kesehatan daerah, wakil dari instansi terkait lainnya di daerah, ahli

di bidang lingkungan hidup, ahli di bidang rencana usaha dan/atau kegiatan yang

bersangkutan, wakil dari organisasi lingkungan yang terkait dengan rencana usaha

dan/atau kegiatan yang bersangkutan, wakil dari masyarakat yang terkena dampak

(11)

Dalam pelaksanaan tugasnya, Komisi Penilai dibantu oleh Tim Teknis yang

mempunyai tugas menilai secara teknis dokumen KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan

RPL berdasarkan permintaan Komisi Penilai serta Sekretariat Komisi Penilai yang

mempunyai tugas di bidang kesekretariatan, perlengkapan, penyediaan informasi

pendukung dan tugas lain yang diberikan oleh Komisi Penilai.

Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL saat ini berpedoman kepada Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi

Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Secara umum mekanisme Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL Provinsi

maupun Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

1. Sebelum memulai penyusunan Dokumen AMDAL, Pemrakarsa wajib

memberitahukan secara resmi rencana usaha dan/atau kegiatannya kepada

Gubernur u.p Kepala Badan Lingkungan Hidup sebagai Ketua Komisi Penilai

AMDAL dan Bupati/Walikota yang bersangkutan.

2. Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan disusun AMDAL-nya wajib

diumumkan terlebih dahulu kepada masyarakat. Badan Lingkungan Hidup

sebagai instansi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup melalui

Sekretariat Penilai akan membuat pengumuman kepada masyarakat tentang

rencana usaha dan/atau kegiatan guna menerima saran dan pendapat dari

(12)

3. Prosedur Penerimaan dan Penilaian Dokumen KA-ANDAL:

a. Penerimaan Dokumen.

1) Dokumen KA yang akan dinilai, diajukan oleh Pemrakarsa kepada

Gubernur atau Bupati/Walikota melalui Sekretariat Komisi Penilai.

2) Sekretariat Komisi Penilai memeriksa kelengkapan administrasi

dokumen KA dan memberikan tanda bukti penerimaan dokumen

kepada Pemrakarsa dengan menuliskan hari dan tanggal penerimaan

dokumen.

3) Dokumen KA wajib dinilai oleh Komisi Penilai dan pengambilan

keputusan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota atas hasil penilaian

paling lama 75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak tanggal

tanda bukti penerimaan dokumen KA.

b. Penilaian oleh Tim Teknis

1) Ketua Komisi Penilai AMDAL meminta Tim Teknis untuk menilai

dokumen KA.

2) Undangan dan dokumen sudah harus diterima oleh Anggota Tim

Teknis selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal

rapat penilaian.

3) Penilaian oleh Tim Teknis dilakukan dalam bentuk rapat yang

dipimpin oleh Ketua Tim Teknis.

4) Semua saran, pendapat dan tanggapan anggota Tim Teknis dicatat oleh

(13)

5) Masukan dan pertimbangan teknis disampaikan kepada Rapat Komisi

Penilai.

c. Penilaian oleh Komisi Penilai.

1) Ketua Komisi Penilai AMDAL mengundang anggota untuk menilai

dokumen Kerangka Acuan.

2) Undangan dan dokumen diterima oleh Anggota Komisi Penilai

selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat

penilaian.

3) Penilaian oleh Komisi Penilai dilakukan dalam bentuk rapat yang

dipimpin oleh Ketua Komisi Penilai.

4) Rapat Penilaian dihadiri oleh penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan atau wakil yang memiliki kapasitas untuk pengambilan

keputusan.

5) Dalam rapat penilaian, semua anggota Komisi Penilai berhak

menyampaikan pendapatnya sesuai dengan ketentuan.

6) Anggota Komisi Penilai yang tidak hadir dalam rapat penilaian dapat

memberikan masukan tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja

setelah tanggal rapat penilaian.

7) Pemrakarsa wajib segera menanggapi dan menyempurnakan dokumen

KA berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai AMDAL.

8) Dokumen yang telah ditanggapi dan disempurnakan oleh Pemrakarsa

(14)

Komisi Penilai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak

tanggal rapat penilaian dilaksanakan.

9) Dalam hal dokumen yang telah disempurnakan belum memenuhi

ketentuan perbaikan berdasarkan hasil penilaian, Ketua Komisi Penilai

AMDAL berhak meminta Pemrakarsa untuk memperbaiki kembali

dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.

10)Apabila rencana lokasi dilaksanakannya usaha dan/atau kegiatan

terletak dalam kawasan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang

wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan, maka Komisi Penilai

AMDAL wajib menolak Kerangka Acuan tersebut.

4. Penerbitan Keputusan Kesepakatan Kerangka Acuan

a. Keputusan Kesepakatan Kerangka Acuan diterbitkan oleh Gubernur atau

Bupati/Walikota.

b. Penerbitan Keputusan tersebut dilakukan berdasarkan hasil penilaian

Komisi Penilai AMDAL.

c. Keputusan Kesepakatan tersebut harus memuat kesepakatan tentang ruang

lingkup kajian analisis dampak lingkungan hidup yang akan dilaksanakan.

d. Gubernur atau Bupati/Walikota menjamin Keputusan Kesepakatan KA

(15)

5. Prosedur Penerimaan dan Penilaian Dokumen ANDAL, RKL dan RPL:

a. Penerimaan Dokumen

1) Dokumen ANDAL, RKL dan RPL diajukan oleh Pemrakarsa kepada

Gubernur atau Bupati/Walikota melalui Sekretariat Komisi Penilai.

2) Sekretariat Komisi Penilai memeriksa kelengkapan administrasi

dokumen dan memberikan tanda bukti penerimaan dokumen kepada

Pemrakarsa dengan menuliskan hari dan tanggal penerimaan

dokumen.

3) Dokumen ANDAL, RKL dan RPL dilakukan penilaian oleh Komisi

Penilai dan pengambilan keputusan oleh Gubernur atau Bupati/

Walikota atas hasil penilaian paling lama 75 (tujuh puluh lima) hari

kerja terhitung sejak tanggal tanda bukti penerimaan dokumen.

b. Penilaian oleh Tim Teknis

1) Ketua Komisi Penilai AMDAL meminta Tim Teknis untuk menilai

dokumen ANDAL, RKL dan RPL.

2) Undangan dan dokumen sudah harus diterima oleh Anggota Tim

Teknis selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal

rapat penilaian.

3) Penilaian oleh Tim Teknis dilakukan dalam bentuk rapat yang

dipimpin oleh Ketua Tim Teknis.

4) Semua saran, pendapat dan tanggapan anggota Tim Teknis dicatat oleh

(16)

5) Masukan dan pertimbangan teknis disampaikan kepada Rapat Komisi

Penilai.

c. Penilaian oleh Komisi Penilai AMDAL

1) Ketua Komisi Penilai AMDAL mengundang para anggota untuk

menilai dokumen ANDAL, RKL dan RPL.

2) Undangan dan dokumen sudah harus diterima oleh Anggota Komisi

Penilai selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal

rapat penilaian.

3) Penilaian oleh Komisi Penilai dilakukan dalam bentuk rapat yang

dipimpin oleh Ketua Komisi Penilai.

4) Rapat Penilaian wajib dihadiri oleh penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan atau wakil yang memiliki kapasitas untuk pengambilan

keputusan serta tim penyusun dokumen AMDAL.

5) Dalam rapat penilaian, semua anggota Komisi Penilai berhak

menyampaikan pendapatnya sesuai dengan ketentuan.

6) Anggota Komisi Penilai yang tidak hadir dalam rapat penilaian dapat

memberikan masukan tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja

setelah tanggal rapat penilaian.

7) Pemrakarsa wajib segera menanggapi dan menyempurnakan dokumen

ANDAL, RKL dan RPL berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai

(17)

8) Dokumen yang telah ditanggapi dan disempurnakan oleh Pemrakarsa

diserahkan kepada Ketua Komisi Penilai AMDAL melalui Sekretariat

Komisi Penilai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak

tanggal rapat penilaian dilaksanakan.

9) Dalam hal dokumen yang telah disempurnakan belum memenuhi

ketentuan perbaikan berdasarkan hasil penilaian, Ketua Komisi Penilai

AMDAL berhak meminta Pemrakarsa untuk memperbaiki kembali

dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.

10)Ketua Komisi Penilai AMDAL menyampaikan Berita Acara Penilaian

dan dokumen yang telah disempurnakan kepada Gubernur atau

Bupati/Walikota untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan

pengambilan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup bagi rencana

usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

6. Penerbitan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup.

a. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup suatu rencana usaha dan/atau

kegiatan diterbitkan oleh Gubernur (untuk Provinsi) atau Bupati/ Walikota

(untuk Kabupaten/Kota).

b. Penerbitan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup tersebut wajib

mencantumkan:

1) Dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan tersebut.

2) Pertimbangan terhadap saran, pendapat, dan tanggapan yang diajukan

(18)

c. Salinan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup suatu usaha dan/atau

kegiatan beserta dokumen ANDAL, RKL dan RPL suatu usaha dan/atau

kegiatan disampaikan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota kepada instansi

yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan

serta instansi terkait (Per Men LH, 2008).

2.5. Evaluasi terhadap Kualitas Dokumen AMDAL

Kualitas dokumen AMDAL dapat dinilai dari:

a. Kesempurnaan dokumennya dengan memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Kelengkapan dan kesempurnaan, konsistensi daftar isi dan isi, halaman

bab dan sub babnya dengan Pedoman Penyusunan Dokumen AMDAL

yang ditetapkan Pemerintah yaitu Keputusan Kepala Badan Pengendalian

Dampak Lingkungan No. 9 Tahun 2000 yang telah diperbaharui dengan

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006.

2) Kelengkapan pemberian sumber atau asal dan tahun pada data yang

diambil, terutama untuk seluruh tabel yang ada dalam AMDAL.

Di samping itu judul tabel juga harus lengkap, jelas dan tidak terlalu

panjang.

3) Kelengkapan pada setiap peta termasuk keterangan yang diperlukan

seperti skala, simbol, legenda, keterangan pembuat peta dan judul peta.

4) Kelengkapan daftar pustaka yang terdiri atas, catatan nama pengarang,

(19)

5) Kelengkapan dan konsistensi laporan atau dokumen AMDAL dari

halaman depan hingga akhir yaitu spasi, awal kalimat pada alinea, jarak

tepi, huruf pada judul dan sub judul.

6) Ketepatan dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang benar. Penggunaan

bahasa asing dapat dilakukan hanya apabila terpaksa saja atau hanya untuk

istilah-istilah teknis. Sementara itu penggunaan nama-nama latin terhadap

flora, fauna, mikrobia, plankton dan benthos sejauh mungkin dilengkapi

dengan nama daerah. Tata cara menulis nama Latin harus benar sesuai

dengan tata nama (nomenklatur) yang benar.

b. Substansi Dokumen AMDAL memenuhi kriteria antara lain:

1) Penetapan Dampak Penting Hipotetik.

2) Mengacu kepada Pedoman atau Petunjuk Teknis yang tepat sesuai dengan

jenis usaha/kegiatan yang direncanakan seperti:

a) Untuk jenis usaha/kegiatan di bidang Pertambangan dan Energi

mengacu pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Nomor: 1457.K/28/MEM/2000 tanggal 3 Nopember 2000 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan

dan Energi.

b) Untuk jenis usaha/kegiatan Pembangunan Pelabuhan mengacu pada

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM.75 tahun 1994 tanggal 4

Nopember 1994 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Analisis

(20)

3) Ketepatan dalam memilih metoda AMDAL.

Metoda AMDAL sangat banyak jumlahnya, metoda yang ada terus

dikembangkan dengan tujuan untuk mencapai suatu strategi pengelolaan

lingkungan yang berkesinambungan (Cherp, et al, 2004).

Apabila tidak memperhitungkan aspek biaya, tenaga dan waktu, maka

metoda yang paling sesuai untuk berbagai proyek dalam berbagai

lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Ekosistem Hutan (alam): Metoda Leopold, Leopold Dimodifikasi,

Battelle, Overlay.

2. Tepi Sungai: Metoda Sorenson, Leopold Dimodifikasi.

3. Perkotaan: Metoda Fisher & Davies, Moore, Battelle.

4. Danau alam: Metoda Leopold, Leopold Dimodifikasi, Sorenson.

5. Waduk/Dam: Metoda Fisher & Davies, Moore, Sorenson, Battelle.

6. Pesisir (alam): Metoda Leopold, Leopold Dimodifikasi, Sorenson.

7. Daerah pedesaan: Metoda Moore, Battelle, Fisher & Davies.

8. Pantai: Fisher & Davies, Moore, Sorenson, Battelle, Overlay.

9. Persawahan: Fisher & Davies, Moore, Sorenson, Battelle

10.Perkebunan: Fisher & Davies, Overlay, Leopold, Leopold

Dimodifikasi, Sorenson, Moore, Battelle

4) Kesesuaian pengelolaan lingkungan hidup meliputi:

a. upaya pencegahan dan penanggulangan dampak negatif dengan

(21)

efisien dari segi dana dan efektif dalam menurunkan zat-zat

pencemaran dalam air dan udara.

b. kesesuaian instansi pelaksana, penanggung jawab dan instansi terkait.

5) Kesesuaian pemantauan lingkungan hidup meliputi:

a. penentuan lokasi, waktu, periode pemantauan.

b. kesesuaian dalam memilih cara, peralatan dan analisis dalam

pemantauan.

c. kesesuaian dalam menentukan instansi pelaksana, penanggung jawab

dan instansi yang terkait untuk memanfaatkan hasil pemantauan

(Fandeli, 2007).

Kualitas dokumen AMDAL secara langsung dipengaruhi oleh mutu penilaian

AMDAL yang dilakukan Komisi Penilai AMDAL. Sebagai pelengkap terhadap

KepMenLH Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL,

Asisten Deputi Urusan Kajian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup

telah menerbitkan buku Teknik Penilaian Dokumen AMDAL yang menjabarkan

kriteria dan teknik uji mutu dari dokumen AMDAL yang bersifat praktis,

logis-sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel), yaitu:

1. Uji Administratif.

2. Uji Fase Kegiatan Proyek.

3. Uji Mutu (Uji Mutu Aspek Konsistensi, Aspek Keharusan, Aspek Relevansi

Referensi

Dokumen terkait

perusahaan saudara termasuk telah dinyatakan lulus evaluasi administrasi, teknis dan harga, maka dengan ini kami mengundang saudara untuk hadir

According to Earle value is positive quality of anything it is desirable, useful, interesting, good and important; only a few of the terms available for the expression of

[r]

Instrumen yang kedua adalah instrumen wawancara, instrumen ini penulis tujukan kepada pemerintah Kabupaten, Kecamatan, maupun pemerintah Desa, dengan tujuannya yaitu

[r]

Dengan kemajuan di bidang hardware dan software dapat dibuat suatu sistem yang berfungsi untuk melakukan budgeting pulsa telepon sehingga biaya yang harus

prototipe gambar teknis atau gambar kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan kondisi setempat dengan tetap mengacu pada standar prasarana SD sesuai Peraturan Menteri

(7) Kewajiban membayar biaya jasa pengelolaan Sumber Daya Air dan membayar kewajiban keuangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana