• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Kepuasan Komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jaringan Komunikasi Terhadap Kepuasan Komunikasi"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Teori merupakan perangkat yang vital dan menentukan dalam arah sebuah pemecahan masalah dalam penelitian. Peneliti akan mampu memahami, memprediksi dan menjelaskan sebuah permasalahan dengan terlebih dahulu memahami teori yang relevan dengan fenomena terkait. F.N Kerlinger menyatakan teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sitematis dengan cara menghubungkan antar konsep (Singarimbun, 2008 : 37).

Dalam menyasar masalah dan menemukan penyelesaiannya tidak hanya membutuhkan teori namun juga dibutuhkan kerangka teori. Kerangka teori akan memaparkan setiap masalah melalui sudut pandang teori-teori yang relevan dan berkaitan. Dalam kerangka teori diuraikan tentang pengaliran jalan pikiran menurut kerangka logis atau menurut “logical construct” (Lubis 1998 : 109). Jadi kerangka teoritis disusun berdasarkan pemikiran logis atau berlandaskan akal sehat yang menjelaskan variabel dan keterhubungan antara variabel-variabel yang dianggap secara integral menyatukan dinamika dari situasi-situasi yang diselidiki (Silalahi, 2009 : 95).

Adapun teori-teori yang relevan dengan penelitian ini adalah komunikasi organisasi, iklim organisasi, iklim komunikasi, jaringan komunikasi, kepuasan komunikasi organisasi.

2.1.1 Komunikasi Organisasi

(2)

seorang pemimpin keterampilan berkomunikasi merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi, karena merupakan hal yang mutlak untuk dikuasai secara baik. Seorang pemimpin harus mampu mengkomunikasikan visi dan misinya dengan baik kepada bawahannya, melalui perkataan maupun pesan-pesan simbolik yang muncul dari setiap perilakunya, penampilannya, dan ekspresi pribadinya.

Pemimpin tidak saja dituntut untuk mampu berbicara secara efektif, tetapi juga harus mampu menjadi pendengar yang efektif. Melalui berbagai sumber, baik internal maupun eksternal, pemimpin berusaha mendengarkan dengan empati, mencoba untuk memahami kebutuhan orang lain dari informasi yang tidak dikatakannya, dan menyadari makna-makna yang tersembunyi di dalam proses komunikasi yang dimunculkan orang lain.

Komunikasi merupakan suatu medan yang sangat penting dalam manajemen organisasi, organisasi jelas memerlukan informasi, dengan berkembangnya organisasi kebutuhan informasi juga bertambah. Dalam kehidupan berorganisasi peranan komunikasi cukup besar dalam mendorong motivasi kuat dalam diri para anggota organisasi untuk berkarya lebih tekun. Oleh karena itu juga penting diperhatikan bahwa manusia adalah mahkluk sosial yang perlu berinteraksi dengan orang lain baik melalui jalur formal maupun jalur informal.

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. (Wiryanto 2004 : 54-55).

(3)

Lesikar, mereka menambah satu dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi diantara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaan secara informal mengenai informasi dan perasaan diantara sesama anggota organisasi. (Muhammad, 2009 : 66).

Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan yaitu :

a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.

c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan/skilnya. (Muhammad, 2009 : 67).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu perilaku yang dilakukan di dalam organisasi untuk pertukaran informasi seperti pengiriman dan penerimaan pesan di antara orang-orang yang berada di dalam organisasi.

Menurut Liliweri dalam bukunya yang berjudul “Wacana Organisasi” menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut :

a) Fungsi umum

• To tell. Komunikasi berfungsi untuk “menceritakan” informasi terkini mengenai bagaimana atau keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

• To sell. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide, pendapat, fakta, termaksud menjual sikap organisasi, sikap tentang sesuatu yang merupakan subjek layanan.

• To learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa “belajar” dari orang lain, belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan dan dikerjakan orang lain yang berhubungan dengan organisasi.

• To decide. Komunikasi berfungsi untuk “menentukan” apa dan bagaimana organisasi membagi pekerjaannya, menentukan kekuasaan dan wewenang, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan sumber daya, mengalokasikan manusia, mesin, metode dan teknik dalam organisasi.

b) Fungsi khusus

(4)

• Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi” antara sesame bagi peningkatan produk organisasi.

• Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang “ambigu” atau tidak pasti. (Liliweri, 2004 : 66-67)

Sedangkan tujuan komunikasi organisasi adalah sebagai saluran untuk melakukan dan menerima pengaruh mekanisme perubahan, alat untuk mendorong produktivitas dan sebagai sarana yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya.

Komunikasi dalam organisasi tidak selamanya berjalan dengan mulus seperti yang diharapkan. Seringkali dijumpai dalam organisasi terjadi salah pengertian antara satu anggota dengan anggota lainnya atau antara atasan dengan bawahannya mengenai pesan yang mereka sampaikan dalam berkomunikasi.

Robbins meringkas beberapa hambatan komunikasi sebagai berikut : 1) Penyaringan (filtering)

Hambatan ini merupakan komunikasi yang dimanipulasikan oleh sipengirim sehingga nampak lebih bersifat menyenangkan si penerima. Komunikasi semacam ini dapat berakibat buruk bagi organisasi, karena jika informasinya dijadikan dasar pengambilan keputusan, maka keputusan yang kelak akan dihasilkan berkualitas rendah.

2) Perspektif selektif

Hambatan ini merupakan keadaan dimana penerima pesan di dalam proses komunikasi melihat dan mendengar atas dasar keperluan, motivasi, latar belakang pengalaman, dan ciri-ciri pribadi lainnya. Jadi, boleh jadi tidak sama dengan apa yang dilihat dan didengar oleh orang lain. Hal ini disebut juga adanya perbedaan persepsi sehingga dapat menjadi penghambat bagi komunikasi yang efektif.

3) Perasaan

Hambatan ini merupakan bagaimana perasaan penerima pada saat dia menerima pesan komunikasi akan mempengaruhi cara dia menginterpretasikan pesan. Pesan yang sama yang diterima oleh seseorang disaat sedang marah akan berbeda penafsirannya jika ia menerima pesan itu dalam keadaan normal.

4) Bahasa

(5)

2.1.2 Iklim Organisasi

Iklim tidak dapat dilihat atau di sentuh tapi dapat dirasakan oleh orang di sekelilingnya, begitu juga dalam suatu organisasi, iklim organisasi dirasakan oleh semua anggota di dalamnya.Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena iklim organisasi berhubungan erat dengan persepsi individu, yaitu tentang apa yang telah diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim organisasi ditentukan oleh seberapa baik anggota diarahkan, dibangun dan dihargai organisasi itu sendiri.

Menurut Payne dan Pugh (1976) iklim organisasi didefinisikan sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial. (Dalam Muhammad, 2009 : 82).

Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi (misalnya pemasok, konsumen, konsultan dan kontraktor) mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi. (Wirawan, 2007 : 122).

Sedangkan menurut Champbell (1970) hasil-hasil penelitian mengenai iklim organisasi cenderung mendukung kesimpulan bahwa lebih positif iklim lebih produktif organisasi. (Dalam Muhammad, 2009 : 85).

(6)

dalam lingkungan internal organisasi tersebut. Setiap organisasi akan menarik dan mempertahankan orang-orang yang sesuai dengan iklimnya.

Iklim organisasi meliputi unsur-unsur yaitu :

1) Tanggung jawab tingkat pendelegasian yang dialami karyawan. 2) Standar. Harapan tentang kualitas karyawan.

3) Imbalan. Pengakuan dan penghargaan atas kinerja dan penolakan terhadap penyimpangan kerja.

4) Keramahan semangat tim, “persaudaraan”, saling mempercayai penuh kejujuran.

5) Kesiapan teknologi. Penyempurnaan metode kerja.

6) Komunikasi terbuka, kecukupan informasi dan terbuka bagi saran-saran. (Panuju, 2001 : 26-27).

Sikap dan perilaku organisasi mempengaruhi kinerja mereka secara individual dan kelompok yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi. Misalnya persepsi negatif karyawan terhadap kepemimpinan, sistem manajemen, pelaksanaan norma, serta peraturan organisasi dan pekerjaannya, mempengaruhi perilaku mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. Perilaku ini berpengaruh terhadap produktifitas mereka yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi.

Menurut Robert Stringer karakteristik atau dimensi iklim organisasi mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk berperilaku tertentu. Ia mengatakan bahwa untuk mengukur iklim organisasi terdapat enam dimensi yang diperlukan sebagai berikut :

1) Struktur

Struktur organisasi merefleksikan perasaan diorganisasi secara baik dan mempunyai peran dan tanggung jawab yang jelas dalam lingkungan organisasi. Struktur tinggi jika anggota organisasi merasa pekerjaan mereka didefinisikan secara baik.

2) Standar-standar

Standar-standar dalam suatu organisasi mengukur perasaan tekanan untuk meningkatkan kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki oleh anggota organisasi dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Standar-standar yang tinggi artinya mencari jalan untuk meningkatkan kinerja.

3) Tanggung jawab

(7)

4) Penghargaan

Penghargaan mengindikasikan anggota organisasi merasa dihargai jika mereka dapat menyelesaikan tugas secara baik. Iklim organisasi menghargai kinerja berkarakteristik keseimbangan antara imbalan dan kritik, penghargaan rendah artinya penyelesaian pekerjaa dengan baik diberi imbalan secara tidak konsisten.

5) Dukungan

Dukungan merefleksikan perasaan percaya dan saling mendukung yang terus berlangsung diantara anggota kelompok kerja. Dukungan tinggi jika anggota organisasi merasa bahwa mereka bagian tim yang berfungsi dengan baik dan merasa memperoleh bantuan dari atasannya, jika mengalami kesulitan dalam tugas.

6) Komitmen

Komitmen merefleksikan perasaan bangga anggota terhadap organisasinya dan derajat keloyalan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Perasaan komitmen yang kuat berasosiasi dengan loyalitas personal, jika level rendah komitmen artinya karyawan merasa apatis terhadap organisasi dan tujuannya. (Dalam Wirawan, 2007 :131-133)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi iklim organisasi yaitu : 1) Manajer/pimpinan

Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manjer mempengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan, kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi, cara-cara yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan pendisplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok, interaksi antar kelompok, perhatian pada permasalahan, yang dimiliki karyawan dari waktu ke waktu, serta kebutuhan akan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.

2) Tingkah laku karyawan

Tingkah laku karyawan mempengaruhi iklim melalui kepribadian mereka, terutama kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Komunikasi karyawan memainkan bagian penting dalam membentuk iklim. Cara seseorang berkomunikasi menentukan tingkat sukses atau gagalnya hubungan antar manusia. Berdasarkan gaya normal seseorang dalam hidup atau mengatur sesuatu, dapat menambahnya menjadi iklim yang positif atau dapat juga menguranginya menjadi negatif.

3) Tingkah laku kelompok kerja

(8)

4) Faktor eksternal organisasi

Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi iklim pada organisasi tersebut. Keadaan ekonomi adalah fakor utama yang mempengaruhi iklim. Contohnya dalam perekonomian dengan inflasi yang tinggi, organisasi berada dalam tekanan untuk memberikan peningkatan keuntungan sekurang-kurangnya sama dengan tingkat inflasi. Seandainya pemerintah telah menetapakan aturan tentang pemberian upah dan harga yang dapat membatasi peningkatan keuntungan, karyawan mungkin menjadi tidak senang dan bisa keluar untuk mendapatkan pekerjaan pada perusahaan lain. Di lain pihak, ledakan ekonomi dapat mendorong penjualan dan memungkinkan setiap orang mendapatkan pekerjaan dan peningkatan keuntungan yang besar, sehingga hasilnya iklim menjadi lebih positif. (Higgins, 1994 : 477-478).

Sedangkan menurut Robert Stringer bahwa terdapat lima faktor yang menyebabkan terjadinya iklim suatu organisasi yaitu :

1) Lingkungan eksternal

Industri atau bisnis yang sama mempunyai iklim organisasi umum yang sama. Walaupun lingkungan eksternal mempengaruhi keenam dimensi iklim organisasi, menurut Stringer terdapat pengaruh langsung yang paling banyak terhadap tiga dimensi yaitu :

a. Kecepatan perubahan, ketika kecepatan perubahan meningkat, organisasi dengan kinerja tinggi mempunyai struktur lebih rendah dan tanggung jawab lebih tinggi. Dalam jangka panjang, organisasi dengan kinerja tinggi yang menghadapi perubahan eksternal cepat harus memiliki kekuatan tim kerja, kepercayaan, dan dukungan untuk struktur rendah dan tanggung jawab tinggi.

b. Level konsolidasi dan regulasi tinggi industry tanpa adanya persaingan dalam suatu industri sering menjadi pengaruh penting terhadap pola iklim organisasi. Jika industry diregulasi secara ketat, maka setiap orang akan mengetahui peraturan.

c. Ekonomi kuat dan pasar kerja yang baik mempengaruhi dimensi komitmen iklim organisasi. Jika karyawan memiliki peluang dan pilihan karir terpisah dari organisasi mereka, komitmen yang menjadi rendah. Dalam lingkungan eksternal seperti itu, kinerja tinggi bergantung pada komitmen tinggi.

2) Strategi organisasi

Kinerja suatu perusahaan bergantung pada strategi (apa yang diupayakan untuk dilakukan), oleh karena itu strategi mempengaruhi iklim organisasi secara tidak langsung :

a. Praktik kepemimpinan akan bervariasi, bergantung pada strategi yang dilaksanakan.

b. Pengaturan organisasi akan dikembangkan untuk memperkuat strategi-strategi yang berbeda.

(9)

3) Kekuatan sejarah

Semakin tua umur suatu organisasi semakin kuat pengaruh kekuatan sejarahnya. Pengaruh tersebut dalam bentuk tradisi dan ingatan yang membentuk harapan anggota organisasi dan mempunyai pengaruh terhadap iklim organisasinya. Terdapat lima aspek sejarah dan budaya suatu organisasi :

a. Nilai-nilai sejarah, yaitu cara karyawan mengakses sifat, aktivitas, atau perilaku tertentu sebagai atau buruk dan produktif atau pemborosan.

b. Kepercayaan, yaitu pengertian karyawan mengenai cara organisasi bekerja dan kemungkinan konsekuensi atas tindakan yang mereka lakukan.

c. Mite, yaitu bahwa cerita atau legenda yang terus berlangsung mengenai organisasi dan para pemimpinnya mampu memperkuat nilai-nilai inti dan kepercayaan.

d. Tradisi, yaitu kejadian-kejadian penting yang berulang dalam suatu organisasi yang memperkuat dan mengabadikan nilai-nilai budaya. e. Norma, peraturan-peraturan informal yang ada dalam suatu

organisasi mengenai pakaian, kebiasaan kerja, jam kerja, perilaku interpersonal.

4) Kepemimpinan

Perilaku kepemimpinan mempengaruhi iklim organisasi yang kemudian mendorong motivasi karyawan. Motivasi karyawan merupakan pendorong utama terjadinya kinerja. (Dalam Wirawan, 2007 :135-138)

2.1.3 Iklim Komunikasi

Dalam hidup berorganisasi, komunikasi adalah suatu hal terpenting dalam mencapai tujuan perusahaan, karena iklim menjadi pedoman keputusan dan perilaku individu anggota organisasi itu sendiri. Adanya komunikasi berkelanjutan dalam suatu organisasi akan membentuk suatu iklim komunikasi. Iklim komunikasi mempunyai arti penting bagi semua anggota organisasi baik itu atasan atau bawahan yang nantinya dapat mempengaruhi kepada tingkah laku mereka. Agar menciptakan iklim komunikasi yang kondusif perlu memahami masing-masing individu.

(10)

Iklim organisasi dan iklim komunikasi berhubungan timbal-balik, adanya iklim organisasi menunjukkan adanya suasana dalam organisasi yang kondusif, yang memungkinkan adanya iklim komunikasi . Iklim organisasi dan iklim komunikasi yang baik, penuh persaudaraan, adanya rasa kebersamaan untuk memiliki organisasi, akan menumbuhkan adanya partisipasi, kepercayaan dan keterbukaan. Perasaan sebagai bagian dari organisasi dan rasa memiliki organisasi merupakan “roh” yang menghidupkan organisasi.

Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi, evaluasi, perilaku-perilaku, konflik-konflik, dan harapan-harapan. Selanjutnya menurut Denis (1975) mengemukakan iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. (Dalam Muhammad, 2009 : 86).

Menurut Poole (1985) iklim komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan harapan-harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi. (Dalam Pace, 2005 : 148). Dari sini dapat dilihat bahwa iklim komunikasi di dalam sebuah organisasi itu perlu untuk diperhatikan agar dapat menciptakan sebuah organisasi yang efektif.

Adapun faktor-faktor yang meliputi iklim komunikasi yaitu : 1. Dukungan.

2. Keikutsertaan dalam proses keputusan. 3. Kejujuran, percaya diri, dan kendala. 4. Terbuka dan tulus.

5. Tujuan kinerja yang tinggi. (Panuju, 2001 : 27)

(11)

Yang menjadi pokok persoalan pertama dari iklim komunikasi adalah hal-hal berikut :

1. Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi.

a. Apakah anggota organisasi merasa puas dengan atasan, teman sekerja sama dan bawahan sebagai sumber informasi.

b. Berapa pentingnya sumber-sumber itu.

c. Apakah sumber-sumber tersebut dapat dipercaya. d. Apakah sumber-sumber terbuka terhadap komunikasi. 2. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi.

a. Apakah jumlah informasi yang diterima cocok atau tepat dengan topic-topik yang penting dari sumber informasi.

b. Apakah informasi itu berguna.

c. Apakah balikan informasi dikirimkan kepada sumber yang tepat. 3. Persepsi mengenai organisasi itu sendiri.

a. Berapa banyaknya anggota yang terlibat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi mereka.

b. Apakah tujuan dan objektif dipahami. c. Apakah orang diberi sokongan dan dihargai.

d. Apakah sistem terbuka terhadap input dari anggotanya. (Dalam Muhammad, 2009 : 86-87).

Berdasarkan penelitian Pace dan Peterson dengan menggunakan Inventaris Iklim Komunikasi (IIK), menunjukkan bahwa paling sedikit ada enam faktor besar yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi. Keenam faktor tersebut dibahas secara singkat sebagai berikut :

a. Kepercayaan

Personel disemua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.

b. Pembuatan keputusan bersama

(12)

c. Kejujuran

Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan “apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan.

d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan tugas mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para pemimpin, dan rencana-rencana.

e. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Personel disetiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel disetiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.

f. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Personel disemua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya. (Dalam Pace, 2005 : 159-160).

(13)

terhadap informasi. Iklim mencakup kepuasan anggota organisasi terhadap informasi yang tersedia.

2.1.4 Jaringan Komunikasi

Jaringan atau network didefenisikan sebagai social structures by communication among individuals and groups-groups (struktur sosial yang diciptakan melalui komunikasi di antara sejumlah individu atau kelompok). Gagasan dasar yang sangat penting menegenai jaringan adalah ‘keterhubungan’ atau ‘keterkaitan’ (connectedness) yaitu ide bahwa terdapat jalur komunikasi yang relative stabil di antara individu-individu anggota organisasi. Para individu yang saling berkomunikasi satu sama lain akan terhubung bersama-sama ke dalam kelompok-kelompok yang pada gilirannya kelompok-kelompok itu akan saling berhubungan membentuk jaringan keseluruhan (Dalam Morissan, 2009 : 50-51).

Jaringan komunikasi berkaitan dengan pola saluran komunikasi diantara anggota kelompok atau diantara berbagai posisi dalam struktur organisasi. Organisasi dapat menciptakan jaringan komunikasi resmi. Hal itu dapat dilakukan dengan menciptakan rancangan jaringan komunikasi dengan komputer, telepon dan laporan. Jaringan komunikasi yang diciptakan akan mempengaruhi fungsi dari suatu kelompok (Gitosudarmo, 1997 : 205).

Hasil sebuah penelitian memperlihatkan bahwa ada enam yang berperan dalam jaringan komunikasi yaitu :

a. Opinion leader adalah pimpinan informal dalam organisasi. Mereka ini tidaklah selalu orang-orang yang mempunyai otoritas formal dalam organisasi tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka.

(14)

yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang-orang tertentu pada lingkungannya.

d. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam satu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lainnya. Individu ini membantu saling memberi informasi di antara kelompok-kelompok dan mengkoordinasi kelompok-kelompok.

e. Liaison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga membantu dalam membagi informasi yang relevan di antara kelompok-kelompok dalam organisasi.

f. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya (Muhammad, 2009 : 102-103)

Jaringan di sini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Struktur jaringan komunikasi dapat dibagi ke dalam lima struktur, sebagai berikut :

1) Struktur Lingkaran

Struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain yang terdekat.

2) Struktur Roda

Struktur roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya di pusat. Pemimpin merupakan satu-satunya orang yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.

3) Struktur Y

Struktur Y relative kurang tersentralisasi dibandingkan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas (orang ketiga dari bawah), satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua (orang dari bawah). Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Komunikasi ketiga anggota lainnya hanya dengan satu orang lainnya.

4) Struktur Rantai

Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran, akan tetapi anggota yang di bagian ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Yang berada diposisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yanga berada diposisi lain. 5) Struktur Semua Saluran

(15)

tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara maksimal. (Wiryanto, 2004 : 60-61)

Secara umum, jaringan komunikasi ini dapat dibedakan atas jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi formal ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda. Sedangkan jaringan komunikasi informal tidaklah direncanakan dan biasanya tidak mengikuti struktur formal organisasi, tetapi timbul dari interaksi sosial yang wajar di antara anggota organisasi. Yang termasuk komunikasi informal ini adalah berita-berita dari mulut kemulut mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia. (Muhammad, 2009 : 107)

1. Jaringan Komunikasi Formal

Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu :

1) Komunikasi ke Bawah

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya.

a. Tipe Komunikasi ke Bawah

Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe yaitu :

a) Instruksi Tugas

Instruksi tugas/pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya.

b) Rasional

Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi.

c) Ideologi

(16)

Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.

d) Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional.

e) Balikan

Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaanya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengritik pekerjaan, berarti pekerjaanya sudah memuaskan.

b. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi ke Bawah

Arus komunikasi daripada atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan lancer, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut :

a) Keterbukaan

Kurangnya sifat terbuka di antara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan.

b) Kepercayaan pada pesan tulisan

Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang disampaikan secara lisan dengan tatap muka. c) Pesan yang berlebihan

Karena banyaknya pesan-pesan dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo-memo, buletin, surat-surat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan, sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya. Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca.

d) Timing

Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan.

f) Penyaringan

(17)

c. Penyempurnaan Komunikasi ke Bawah

Karena adanya gangguan dalam penyampaian pesan dari atasan kepada bawahan maka pimpinan perlu memperhatikan cara-cara penyampaian pesan yang efektif. Davis (1976) memberikan saran-saran dalam hal itu sebagai berikut :

a) Pimpinan hendaklah sanggup memberikan informasi kepada karyawan apabila dibutuhkan mereka.

b) Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan.

c) Pimpinan hendaklah mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga karyawan dapat mengetahui informasi yang dapat diharapkannya untuk diperoleh berkenaan dengan tindakan-tindakan pengelolaan yang mempengaruhi mereka. d) Pimpinan hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di

antara pengirim dan penerima pesan. 2) Komunikasi ke Atas

Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.

a. Fungsi Komunikasi ke Atas

Menurut Smith (Goldhaber, 1986) komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pimpinan memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatu pesan yang disampaikan kepada bawahan dan dapat memberikan stimulus kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan kebijaksanaan bagi departemennya atau organisasinya.

b. Kesulitan Mendapatkan Informasi ke Atas

Sharma (1979) mengatakan bahwa kesulitan itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah sebagai berikut :

a) Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya.

b) Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik kepada masalah mereka.

c) Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas.

d) Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat menerima dan berespons terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan.

3) Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi.

a. Tujuan Komunikasi Horizontal

(18)

b) Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas.

c) Memecahkan masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama.

d) Menyelesaikan konflik diantara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. e) Menjamin pemahaman yang sama.

f) Mengembangkan sokongan interpersonal b. Metode Komunikasi Horizontal

Bentuk yang paling umum dari komunikasi horizontal adalah kontak interpersonal yang mungkin terjadi dalam berbagai tipe. Di antara bentuk yang seringkali terjadi adalah sebagai berikut :

a) Rapat-rapat komite.

b) Interaksi informal pada waktu jam istirahat. c) Percakapan telepon.

d) Memo dan nota. e) Aktivitas sosial. f) Kelompok mutu. 2. Jaringan Komunikasi Informal

(19)

Menurut Masmuh, untuk memperjelas pemahaman tentang komunikasi selentingan (grapevine) beberapa sifat selentingan adalah sebagai berikut :

a) Selentingan berjalan terutama melalui interaksi mulut ke mulut.

b) Selentingan umumnya bebas dari kendala-kendala organisasi dan posisi. c) Selentingan menyebarkan iinformasi dengan cepat.

d) Jaringan kerja selentingan digambarkan sebagai suatu “rantai kelompok” karena setiap orang menyampaikan selentingan cenderung menggambarkannya kepada kelompok orang daripada hanya kepada satu orang saja.

e) Para peserta dalam jaringan kerja selentingan cenderung menjalankan satu dari tiga peranan berikut : penghubung, penyndiri atau pengakhir (dead-enders) – mereka yang biasanya tidak melanjutkan informasi.

f) Selentingan cenderung lebih merupakan produk suatu situasi daripada produk orang-orang dalam organisasi tersebut.

g) Semakin cepat seseorang mengetahui suatu peristiwa yang baru saja terjadi, semakin besar kemungkinan ia menceritakannya kepada orang lain.

h) Bila suatu informasi yang disampaikan pada seseorang menyangkut sesuatu yang menarik perhatiannya, semakin besar kemungkinan ia menyampaikan informasi tersebut kepada orang-orang lainnya.

i) Aliran utama informasi dalam selentingan cenderung terjadi dalam kelompok-kelompok fungsional daripada antara kelompok-kelompok tersebut.

j) Umumnya 75%-90% dari rincian pesan yang disampaikan oleh selentingan adalah cermat; namun seperti, dikemukakan Keith Davis “orang-orang cenderung beranggapan bahwa selentingan kurang cermat daripada yang sebenarnya, karena kesalahan-kesalahannya lebih dramatic dan akibatnya lebih berkesan dalam ingatan daripada kecermatan rutin sehari-harinya. Selanjutnya, bagian-bagian yang tidak cermat seringkali lebih penting.

(20)

l) Selentingan cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk kebaikan atau keburukan; jadi pemahaman mengenai selentingan dan bagaimana selentingan ini dapat memberi andil positif kepada organisasi merupakan hal yang penting. (Masmuh, 2010 : 71).

2.1.5 Kepuasan Komunikasi Organisasi

Sifat dasar manusia bersumber dari adanya kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Setiap individu pada dasarnya membutuhkan sesuatu, walaupun prioritasnya berbeda dan akan selalu berusaha untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya tersebut. Salah satu kebutuhannya itu adalah kebutuhan akan komunikasi dengan tujuan untuk dapat menerima maupun memberikan informasi. Kepuasan terhadap aspek-aspek komunikasi dalam perusahaan merupakan hal yang sangat penting seperti pengarahan-pengarahan dari atasan kepada bawahannya, informasi yang memadai mengenai pekerjaannya, serta informasi organisasi secara keseluruhan.

Untuk memperjelas kepuasan komunikasi, berikut ini defenisi kepuasan komunikasi menurut Redding (Pace, 1989) kepuasan komunikasi organisasi adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempresepsi lingkungan kmunikasi secara keseluruhan. Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan kepada bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara disebarluaskan, bagaimana diterima, diproses dan apa respons orang yang menerima. (Muhammad, 2009 : 87)

(21)

penciptaan, pengungkapan dan penafsiran pesan. Kepuasan adalah suatu konsep yang biasanya berkenaan dengan kenyamanan, jadi kepuasan dalam berkomunikasi berarti karyawan merasa nyaman dengan pesan-pesan, media, dan hubungan-hubungan dalam organisasi.

Sedangkan menurut Down and Hazen : Communication satisfaction is an individual’s level of satisfaction with various aspect of communication in the organization (Down & Hazen, 1977). Pengertian ini mengemukakan bahwa kepuasan komunikasi didefinisikan sebagai kepuasan individu terhadap bermacam-macam aspek komunikasi yang ada dalam lingkungan organisasinya. Down and Hazen (1977) mengidentifikasikan ada delapan dimensi kepuasan komunikasi di organisasi :

1) Communication climate: iklim komunikasi mengacu pada komunikasi pribadi dan juga komunikasi organisasi. Termasuk sejauh mana stimulasi komunikasi dan memotivasi karyawan untuk memenuhi tujuan organisasi dan sejauh mana itu membuat mereka mengidentifikasi diri dengan organisasi. Di sisi lain, ini termasuk perkiraan sikap terhadap komunikasi yang sehat dalam organisasi.

2) Supervisory Communication: komunikasi dengan atasan mengacu pada sejauh mana atasan dipandang sebagai pendengar dan seberapa baik mereka memperhatikan karyawan, serta mengukur sejauh mana pengawas menawarkan bimbingan berkualitas dengan menyelesaikan masalah di tempat kerja.

3) Organizational Integration: mengacu pada kepuasan yang dimiliki karyawan berkaitan dengan informasi yang mereka terima tentang organisasi dan lingkungan kerja langsung. Ini termasuk kebijakan antardepartemen, dan rencana, kebutuhan individu pekerjaan masing-masing individu dan tanggung jawab, dan berita tentang rekan kerja dan pribadi lainnya.

4) Media Quality: mengacu pada apakah rapat telah diatur dengan baik, perintah ditulis dengan singkat dan jelas, serta jumlah komunikasi cukup. 5) Horizontal Informal communication: menyangkut sejauh mana

komunikasi horizontal dan informal akurat dan bebas mengalir. Faktor ini juga mencakup kepuasan dengan keaktifan selentingan.

6) General Organization Perspective: persepektif organisasi umumnya dikaitkan denga luasnya informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan bentuk luas informasi mengenai organisasi. Berkaitan dengan informasi seperti perubahan pada organisasi, kondisi keungan, dan informasi tentang kebijakan dan tujuan organisasi.

7) Subordinate Communication: berfokus pada atas dan ke bawah komunikasi dengan bawahan. Hanya pekerja dalam kapasitas pengawasan menanggapi item ini yang meliputi respon bawahan komunikasi ke bawah dan sejauh mana bawahan memulai komunikasi ke atas.

(22)

Hal yang banyak memberikan sumbangan kepada kepuasan dalam organisasi belumlah diidentifikasi semuanya tetapi pekerjaan Wiio (1978), Down dan Hazen dan Beckstrom (1980) menyarankan beberapa dimensi. Mereka menyusun suatu angket untuk mengukur 10 dari faktor kepuasan komunikasi organisasi karyawan dalam organisasi yang telah dipegang oleh peneliti terdahulu. Kepuasan dengan komunikasi muncul dari kombinasi faktor-faktor berikut :

1) Kepuasan dengan pekerjaan. Ini mencakup hal-hal yang berkenaan dengan pembayaran, keuntungan, naik pangkat, pekerjaan itu sendiri. Dari hasil penelitian ternyata bahwa kepuasan dalam aspek pekerjaan memberikan sumbangan kepada kepuasan komunikasi.

2) Kepuasan dengan ketepatan informasi. Faktor ini mencakup tentang tingkat kepuasan dengan informasi, kebijaksanaan, teknik-teknik baru, perubahan administrative dan staf, rencana masa dating dan penampilan pribadi. Kelihatannya kepuasan dengan ketepatan informasi yang diterima penting bagi konsep kepuasan komunikasi organisasi.

3) Kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan penyempurnaan. Faktor ini mencakup hal-hal sebagai tempat dimana komunikasi seharusnya disempurnakan, pemberitahuan mengenai perubahan untuk tujuan peyempurnaan dan strategi khusus yang digunakan dalam membuat perubahan. Kepuasan dengan bermacam-macam perubahan yang dibuat, bagaimana perubahan itu dibuat dan diinformasikan, kelihatannya mempunyai hubungan dengan kepuasan komunikasi organisasi.

4) Kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi. Faktor ini mencakup melalui mana komunikasi disebarluaskan dalam organisasi, mencakup peralatan, buletin, memo, materi, tulisan. Kepuasan komunikasi tampaknya berhubungan dengan pandangan orang mengenai berapa efisiensinya media untuk menyebarkan informasi dalam organisasi.

5) Kepuasan dengan kualitas media. Yang berhubungan dengan faktor ini berapa baiknya mutu tulisan, nilai informasi yang diterima, keseimbangan informasi yang tersedia dan ketepatan informasi yang datang. Hasil penelitian menyarankan bahwa penampilan, ketepatan dan tersedianya informasi mempunyai pengaruh kepada kepuasan orang dengan komunikasi dalam organisasi.

6) Kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja. Faktor ini mencakup komunikasi horizontal, informal dan tingkat kepuasan yang timbul dari diskusi masalah dan mendapatkan informasi dari teman sekerja.

(23)

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat mengantarkan pada rumusan hipotesis. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang sama (Bungin, 2011 : 67). Sementara, Swardi Lubis mengemukakan bahwa kerangka konsep merupakan kemampuan peneliti menyusun konsep operasional peneliti yang bertitik tolak pada kerangka teori dan tujuan penelitian.

Agar konsep dapat diuji secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X) / Independent Variable

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Jaringan Komunikasi Formal. Variabel bebas yaitu segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat, (Nawawi, 2001 : 57).

2. Variabel Terikat (Y) /Dependent Variable

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kepuasan Komunikasi. Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. (Bungin, 2011 : 72).

2.3 Variabel Operasional

(24)

Tabel 2.1

No Variabel Teoritis Variabel Operasional 1.

Variabel Bebas (X) Jaringan Komunikasi Formal

1. Jaringan Komunikasi dari atas ke bawah

2. Jaringan Komunikasi dari bawah ke atas

3. Jaringan Komunikasi horizontal

2.

Variabel Terikat (Y) Kepuasan Komunikasi

1. Kepuasan dengan pekerjaan.

2. Kepuasan dengan ketepatan informasi.

3. Kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan penyempurnaan.

4. Kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi.

5. Kepuasan dengan kualitas media.

6. Kepuasan dengan cara

komunikasi teman sekerja.

7. Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai suatu kesatuan

3.

Karakteristik responden

1. Jenis Kelamin 2. Usia

3. Tingkat pendidikan 4. Jabatan

(25)

2.4 Definisi Operasional

Agar variabel dapat diukur maka variabel harus dijelaskan ke dalam konsep operasional variabel, untuk itu maka variabel harus dijelaskan parameter atau indicator-indikatornya (Bungin, 2011 : 70). Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :

Jaringan Komunikasi Formal :

1) Jaringan komunikasi dari atas ke bawah yaitu: arus pesan yang mengalir dari atasan atau pimpinan kepada bawahan.

2) Jaringan komunikasi daribawah ke atas yaitu : pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.

3) Jaringan komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang selevel di dalam organisasi.

Kepuasan Komunikasi :

1) Kepuasan dengan pekerjaan. Ini mencakup hal-hal yang berkenaan dengan pembayaran, keuntungan, naik pangkat, pekerjaan itu sendiri. Dari hasil penelitian ternyata bahwa kepuasan dalam aspek pekerjaan memberikan sumbangan kepada kepuasan komunikasi.

2) Kepuasan dengan ketepatan informasi. Faktor ini mencakup tentang tingkat kepuasan dengan informasi, kebijaksanaan, teknik-teknik baru, perubahan administrative dan staf, rencana masa dating dan penampilan pribadi. Kelihatannya kepuasan dengan ketepatan informasi yang diterima penting bagi konsep kepuasan komunikasi organisasi.

(26)

bermacam-diinformasikan, kelihatannya mempunyai hubungan dengan kepuasan komunikasi organisasi.

4) Kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi. Faktor ini mencakup melalui mana komunikasi disebarluaskan dalam organisasi, mencakup peralatan, buletin, memo, materi, tulisan. Kepuasan komunikasi tampaknya berhubungan dengan pandangan orang mengenai berapa efisiensinya media untuk menyebarkan informasi dalam organisasi.

5) Kepuasan dengan kualitas media. Yang berhubungan dengan faktor ini berapa baiknya mutu tulisan, nilai informasi yang diterima, keseimbangan informasi yang tersedia dan ketepatan informasi yang datang. Hasil penelitian menyarankan bahwa penampilan, ketepatan dan tersedianya informasi mempunyai pengaruh kepada kepuasan orang dengan komunikasi dalam organisasi.

6) Kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja. Faktor ini mencakup komunikasi horizontal, informal dan tingkat kepuasan yang timbul dari diskusi masalah dan mendapatkan informasi dari teman sekerja.

7) Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai suatu kesatuan. Faktor ini mencakup hal-hal keterlibatan hubungan dengan organisasi, dukungan atau bantuan dari organisasi dan informasi dari organisasi. Kelihatan bahwa rasa puas dalam komunikasi organisasi dipengaruhi oleh aspek-aspek organisasi seperti dipercaya, sokongan dan tujuan kinerja yang tinggi

Karakteristik Responden :

1) Jenis kelamin yaitu : jenis kelamin wanita atau pria yang dijadikan sampel. 2) Usia : tingkatan umur responden yang dijadikan sampel.

3) Tingkat pendidikan : pendidikan terakhir responden. 4) Jabatan : tugas atau pekerjaan responden.

(27)

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan penghubung antara teori dan dunia empiris (Dalam Rakhmat, 2007 : 14).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho: Tidak terdapat Hubungan antara Jaringan Komunikasi Formal terhadap Kepuasan Komunikasi pegawai di PT PLN (Persero) Udiklat Tuntungan. Ha: Terdapat Hubungan antara Jaringan Komunikasi Formal terhadap Kepuasan

Gambar

No Tabel 2.1 Variabel Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Semua ibu hamil primigravida yang usia kehamilannya trimester II dan trimester III yang menjadi responden di RSIA Siti Fatimah

Adapun proses yang dimaksudkan oleh Parsons yang dapat dilakukan oleh para ahli hukum Islam adalah : pertama melihat fakta atau permasalahan aktual di masyarakat, yang

Hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan tingkat pengetahuan responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) setelah pemberian penyuluhan IMD dan hasil uji

OJK tengah menyiapkan sejumlah kebijakan pemanfaatan dana repatriasi terkait dengan penerapan kebijakan tax amnesty dalam bentuk instrument investasi seperti:

Persentase tutupan terendah terdapat di stasiun 4 atau lokasi Pulau Jagung pada zona perlindungan, sedangkan persentase tutupan karang paling tinggi berada pada stasiun

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan anion persulfat terhadap degradasi zat warna methyl orange menggunakan fotokatalis TiO 2 -bentonit.. Konsentrasi methyl

a. Kuadran ini menunjukkan faktor yang memengaruhi kepuasan pengguna dan kepentingan penerapan SAKTI yang perlu diprioritaskan untuk ditingkatkan kinerjanya. Komponen

Penelitian Mandasari, penelitian telah dilakukan pada keempat bank BUMN dan hasilnya aspek tata kelola keempat bank dikatakan dalam kondisi yang baik, ditinjaudari