• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERENCANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS id"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS,

PENYUSUNAN PROPOSAL DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

TINDAKAN KELAS

*PENDAHULUAN

A* : LATAR BELAKANG MASALAH

1. Jika kita menganalisis daftar hadir siswa. Analisis kehadiran akan memungkinkan guru mengetahui sebarapa besar keaktifan siswa masuk sekolah dengan melakukan perhitungan persentase kehadirannya setiap minggu atau setiap bulan. Perlu dicermati

pula apakah yang sering tidak hadir hanya siswa-siswa tertentu atau menyangkut sebagian besar siswa.

2. Menganalisis daftar nilai siswa untuk menemukan bagaimana hasil belajar yang mereka peroleh. Bagaimana rata-rata nilai mereka capai pada seluruh bidang studi yang diajarkan. Bidang studi mana yang pencapaian hasil belajarnya rendah, dan bidang

studi mana yang mampu mencapai hasil rerata yang baik. Di samping itu analisis daftar nilai juga dapat memberikan jawaban siswa-siswa mana yang sangat rendah capaian hasil belajarnya.

3. Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai, apakah tugas-tugas dan bahan pelajaran tersebut cukup menantang atau membosankan.

4. Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa. Apakah balikan tersebut membuat siswa frustasi atau mendorong siswa untuk memperbaiki pekerjaannya.

Melakukan analisis masalah dengan melakukan refleksi atas apa yang terjadi dan apa yang kita lakukan, atau melakukan pengkajian terhadap dokumen-dokumen kelas seperti daftar hadir, daftar nilai dan sebagainya, maka kita akan sampai kepada penilaian seberapa berat atau seberapa mendasarnya masalah tersebut dalam upaya mencapai perubahan kearah hasil belajar yang

lebih baik. Jika hasil analisis menunjukkan bahwa masalah yang tersebut berkaitan dengan keterlibatan sebagian besar siswa dan berkenaan dengan hal-hal substansif dalam pembelajaran berarti permasalahan dapat dikategorikan sebagai masalah strategis.

Sebaliknya jika hasil analisis merujuk kepada suatu masalah yang kurang mendasar dan tidak terkait langsung dengan keberlangsungan proses pembelajaran, maka mungkin tidak digolongkan sebagai masalah mendasar dan strategis sehingga dapat

dikaji atau diselesaikan dengan cara lain dan tidak perlu dikaji melalui PTK.

Untuk membantu mempertajam analisis masalah, guru dapat menganalisis beberapa komponen berikut :

Langkah berikut yang kita lakukan adalah merumuskan masalah. Secara sederhana merumuskan masalah dapat diartikan sebagai menyatakan suatu masalah secara kongkrit dan operasional sehingga member kejelasan bagi penentu alternative pemecahan atau

perbaikannya. Menurut Borg (2001), kata benda permasalahan memiliki makna konvensional dan makna teknis. Dalam pemikiran konvensional, suatu permasalahan dapat diartikan sebagai seperangkat kondisi yang memerlukan pembahasan,

keputusan, suatu solusi atau informasi. Sebuah permasalahan penelitian menyatakan secara tidak langsung kemungkinan investigasi empiris, yakni pengumpulan data dan analisis.

Untuk memperjelas kembali, sebagai contoh setelah pak Ardi melakukan analisis secara cermat maka ia sampai kepada kesimpulan bahwa masalah mendasar dalam pembelajaran IPA di kelas V yang dia hadapi adalah kurangnya perlibatan siswa di

dalam mengungkapkan contoh dan merumuskan kesimpulan materi pokok yang dibahas. Karena itu guru tersebut membuat pernyataan masalah seperti contoh berikut :

Contoh 1

(2)

Pernyataan masalah yang diungkapkan di atas semakin memberikan arah yang jelas bagi pak Ardi tentang apa yang harus dilakukannya di dalam memperbaiki pembelajaran IPA di kelasnya.

Contoh lain adalah hasil analisis yang dilakukan ibu Rini terhadap rendahnya kemampuan siswa di kelasnya dalam menyelesaikan latihan soal dan ulangan IPS. Setelah melakukan refleksi, mengkaji daftar nilai siswa di kelas, dan setelah melakukan wawancara terhadap sejumlah siswa di kelas tersebut, akhirnya bu Rini sampai kepada kesimpulan bahwa masalah mendasar yang dihadapinya dalam pelajaran IPS adalah rendahnya kemampuan siswa di dalam mengungkapkan pertanyaan dan

mengemukakan pendapat ketika pelajaran berlangsung.

B.

IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki dikelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil

belajar siswa.

Hopkins (1993) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat memulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian

mencoba memfokuskan gagasan tersebut.

Hal penting yang harus kita cermati dari penjelsan diatas bahwa munculnya masalah pertama kali sering dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih kabur. Namun tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah, meskipun tidak mustahil semua

guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktek pembelajaran yang dikelolanya. Bahkan mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya, meskipun ia sendiri merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dikelasnya, yang memerlukan perbaikan segera. Jika masalah dibiarkan tanpa upaya perbaikan yang tepat dan sisitematis akan berdampak pada menurunnya

kualitas pembelajaran. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri dan berusaha untuk tidak menutup-nutupi masalah yang dihadapinya. Berbekal kejujuran dan keterbukaan tersebut, guru

dapat mengidentifikasi masalah pembelajaran dengan mengemukakan beberapa pertanyaan. Sudarsono (1996/1997 : 5) mengungkapkan beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan panduan untuk mengidentifikasi masalah, yakni sebagai berikut :

1. Apa yang menjadi keptihatinan anda ( seorang guru, kepala sekolah) ? 2. Mengapa anda memprihatinkannya ?

3. Menurut anda, apa yang dapat anda lakukan untuk itu ?

4. Bukti-bukti apa yang dapat anda kumpulkan agar dapat membantu membuat penilaian tentang apa yang terjadi ? 5. Bagaimana anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut ?

6. Bagaimana anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan keakuratan tentang apa yang telah terjadi ? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada refleksi diri membutuhkan keterbukaan dan kejujuran. Jika kita tidak mampu mengungkapkan secara jujur dan terbuka, maka tindakan-tindakan perbaikan yang kita rancang dikhawatirkan tidak

dapat mencapai sasaran tepat. Refleksi akan efektif jika guru mempunyai pemahaman atau kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah

dalam bidang tertentu, berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah.

Wardani (2003 :2.5) memaparkan beberapa bentuk pertanyaan sederhana untuk menjadi acuan di dalam mengidentifikasi masalah yang dapat dijawab oleh guru sendiri, seperti dibawah ini :

1. Apa yang sedang terjadi di kelas saya ? 2. Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?

3. Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya ? 4. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan ?

5. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki situasi yang ada ?

Pertanyaan pertama akan menghasilkan daftar masalah yang terjadi di kelas. Daftar masalah ini mungkin masih bersifat umum, bahkan masih kabur sehingga nantinya perlu dilakukan analisis. Tidak mustahil pula ada di antara guru yang merasa kesulitan di

(3)

masalahnya. Berikut ini adalah salah satu contoh dialog antara dosen dan salah seorang guru yang belum dapat menemukan masalah dikelasnya yang dilaksanakan dalam suatu proses bimbingan mengidentifikasi masalah dalam perkuliahan PTK.

Dosen : Apakah ibu merasa ada masalah dalam proses pembelajaran yang ibu lakukan ? Guru : Tidak. Saya merasa tidak ada masalah di dalam proses pembelajaran yang saya lakukan.

Dosen : Bagaimana ibu mengetahui bahwa memang tidak ada masalah di dalam pembelajaran ?

Guru : Kegiatan pembelajaran yang saya lakukan berjalan dengan baik dan lancer saja. Kalau saya menjelaskan siswa-siswa saya umumnya mendengarkan. Jika saya berikan PR , pada umumnya mereka kerjakan. Jika saya memberikan tugas latihan di kelas mereka mengerjakan. Tidak ada keributan-keributan yang berarti. Jadi saya merasa tidak ada masalah dengan pembelajaran

saya.

Dosen : Apakah ibu merasa bahwa hasil-hasil latihan yang dikerjakan sudah dapat mencapai hasil optimal seperti yang ibu harapkan ?

Guru : Kalau soal hasil memang belum optimal. Bahkan hamper separuh dari siswa-siswa saya masih mendapat hasil yang rendah.

Dosen : Apakah ketika ibu menjelaskan, siswa-siswa yang ibu ajarkan aktif mengajukan pertanyaan terutama mereka yang diduga belum mengerti ?

Guru : Kalau bertanya memang siswa-siswa saya sulit. Meskipun mereka tidak mengerti, biasanya mereka sulit sekali untuk mengajukan pertanyaan. Padahal saya selalu mendorong mereka agar jangan malu dan segan bertanya, akan tetapi tetap saja jarang ada yang bertanya. Bahkan seringkali yang bertanya itu mereka yang sudah agak mengerti. Saya merasa kesulitan untuk

mendorong mereka agar lebih aktif. Padahal kalau diberikan soal-soal latihan banyak di antara mereka yang tidak bias mengerjakan dengan baik.

Dosen : Ketika ibu melaksanakan diskusi kelompok atau diskusi kelas, apakah siswa-siswa juga aktif mengemukakan pendapat, saran atau pertanyaan.

Guru : Sebagian aktif. Tetapi yang aktif itu hanya beberapa orang saja, sebagian besar sulit sekali untuk ikut mengungkapkan pikiran-pikiran mereka.

Dosen : Kalau begitu ibu merasa ada masalah dalam pembelajaran ? Guru : Ya ada, bahkan banyak masalah.

Berdasarkan dialog diatas ada kalanya kita menjumpai hal seperti itu. Kejadian ini adalah hal yang wajar, sebab untuk mengetahui ada tidaknya masalah juga memerlukan ketajaman dan daya piker kritis dalam menilai situasi.

Melakukan refleksi diri sebagaimana langkah-langkah yang ada dan sesuai mengingatkan kita akan salah satu karakteristik PTK yaitu masalah harus berasal dari guru sendiri sebagai pelaku atau pengelola pembelajaran dan bukan berasal dari orang luar. Namun ada kalanya guru perlu dibantu untuk mengidentifikasi masalah. Dalam hal ini guru dapat dibantu oleh rekan-rekan guru yang lain, kepala sekolah, atau dosen LPTK yang berkolaborasi dengan sekolah. Namun sekali lagi perlu ditekankan bahwa aktor

utama dalam hal ini adalah guru, bukan mitra kolaborasi, dan hubungan antara kepala sekolah, atau mitra kolaborasi adalah sebagai teman sejawat bukan sebagai atasan dan bawahan.

Dibawah ini terdapat beberapa contoh hasil identifikasi yang pernah dilakukan guru ketika mengawali perencanaan PTK, terutama untuk menjawab pertanyaan pertama tentang apa yang terjadi di kelas.

Ilustrasi 1:

Bu Isma adalah seorang guru yang bertugas mengajar pada salah satu sekolah dasar. Melalui laporan tertulisnya ia menuturkan hasil identifikasi yang ia lakukan di kelasnya seperti dituturkan berikut. Saya mengajar pelajaran matematika di kelas IV. Ketika

(4)

mengerjakan PR di kelas. Di kelas juga ia tidak mengerjakan sendiri, akan tetapi meniru atau mencontek pekerjaan teman-temannya yang sudah selesai. Jika saya minta untuk maju ke depan kelas (menyelesaikannya di papan tulis) ia tidak bisa menyelesaikannya, bahkan kadang-kadang tidak mau mengerjakan. Akibat perilakunya yang buruk tersebut hasil-hasil latihan

dan ulangan yang dicapainya sangat rendah.

C* MANFAATPENELITIAN

Tujuan dirumuskan secara objektif dan sesuai denga ruang lingkup penelitian. Rumusan PTK

tentu saja harus menggambarkan hasil yang akan kita capai melalui PTK yang akan dilakukan.

Apakah tujuan PTK itu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, atau agar siswa aktif

berinteraksi dalam diskusi, atau agar siswa memiliki kemampuan untuk bertanya dan

mengemukakan pendapat.Rumusan tujuan yang bersifat umum dapat kita jabarkan menjadi

tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Contoh tujuan yang bersifat umum “penelitian ni bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan latihan soal IPA”. Tujuan yang

bersifat umu tersebut akan lebih baik jika dijabarkan menjadi beberapa tujuan yang lebih

spesifik, misalnya:

-

Untuk mengetahui cara pengaturan diskusi kelompok.

-

Untuk mengetahui keterlibatan siswa di dalam pelaksanaan diskusi kelompok.

-

Untuk mengetahui apa peran guru di dalam pelaksanaan diskusi kelompok.

-

Untuk mengetahui cara kelompok mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi

dalam penyelesaian latihan.

-

Untuk mengetahui cara guru melaksanakan bimbingan kelompok

-

Utuk mengetahui hasil latihan yang dicapai oleh kelompok dan masing-masing siswa.

D* ASUMSI DAN HIPOTESIS

Kerangka teori atau kajian pustaka, berisi kajian teori yang relevan yang mendasari penelitian.

Teori-teori yang dikaji merupakan teori-teori yang sudah mapan atau yang telah banyak diterima

dan dipergunakan dibidangnya. Dalam kajian teori ini diutamakan teori-teori yang mutakhir dan

relevan dengan masalah yang diteliti. Kajian teori dalam berbagai bentuk proposal penelitian

selalu diletakkan sebelum perumusan hipotesis. Maksudnya adalah agar hipotesis yang kita

rumuskan memiliki dasar pemikiran yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara teoritis

(5)

permasalahan. Dengan kata lain hipotesis juga dapat dikatakan sebagai pernyataan tindakan yang

diduga dapat mengatasi masalah yang dihadapi guru.

E* RENCANA TINDAKAN

Rencana anggaran adalah uraian yang rinci berkaitan dengan biaya yang diperlukan untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan penelitian. Di dalam proposal penelitian, biasanya pendanaan meliputi beberapa

komponen kegiatan, yang meliputi kegiata persiapan, pelaksanaan, penyusunan laporan.

Kegiatan persiapan, misalnya melakukan pertemuan awal, melakukan koordinasi, menngurus izin

penelitian, menyusun proposal, menyiapkan instrument, dan pembahasan instrument.

Kegiatan pelaksanaan, meliputi persiapan di lokasi penelitian, pengumpulan data, analisis temuan-temuan

di lapangan, melakukan refleksi, menyusun rencana perbaikan dan seterusnya.

Menyusun laporan meliputi aspek-aspek kegiata, penyiapan format analisis data, melakukan analisis data,

seminar, penggandaan, dan penjilidan, pengiriman/ pendistribusian laporan. Jika diperlukan cantumkan

Referensi

Dokumen terkait

Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan intrakurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Sedangkan dalam hal pelanggaran hak cipta yang ada dalam perbuatan cyber crime dalam bentuk phising, yang mana perbuatannya adalah membuat tampilan yang mirip dengan

proliferasi tunas yang berasal dari media yang diperkaya dengan TDZ 3 mg/l, di dalam media subkultur yang diperkaya dengan BAP dihasilkan jumlah tunas lebih banyak yaitu 5,87

Hasil uji hipotesis menunjukkan t hitung > t tabel (10,087 > 1,661), maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya bahwa program Jamsostek mempunyai hubungan nyata dan

Unit Simpan Pinjam Swamitra Koperasi Pedagang Pasar Bangkinang hendaknya dalam pengalokasian dana dapat memberikan porsi yang lebih besar pada kredit modal kerja

Penerapan multi-threading dalam pengolahan citra bukanlah hal yang baru, aplikasi- aplikasi pengolahan citra komersil telah menggunakan teknik ini untuk mempercepat

kattbum lalu ketikan di output variabel => name: kat2tbum dan label: 2kategori tbum lalu klik change lalu klik old and new values , lalu pilih value pada bagian old value

Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah siswa kurang memahami cara menulis naskah drama karena terlalu banyak membuat siswa kesulitan dalam berpikir, ketika