• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pupuk Organik Teknologi Effective Microo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pupuk Organik Teknologi Effective Microo"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pupuk Organik Teknologi Effective

Microorganism (TEM) sebagai Teknologi Inovatif

Ramah Lingkungan untuk Pertanian

Berkelanjutan—Oleh Halim Malik

Pendahuluan

Pangan adalah masalah utama dunia. Upaya peningkatan produksi, pangan masih prioritas utama bukan hanya karena permintaannya yang meningkat, tetapi juga karena distribusinya belum merata. Pendayagunaan sumber daya pertanian menjadi kunci dalam meningkatkan produktivitas pertanian, sehingga sumberdaya yang terbatas itu dialokasikanseefisien mungkin. Seperti diketahui sumberdaya pertanian yang terdisi dari lahan, tenaga kerja, air, termasuk unsur-unsur yang terkandung di dalamnya merupakan sumberdaya utama untuk kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan yang tidak bijaksana dan tidak mengacu ke depan akan berakibat menurunnya kualitas sumberdaya itu sendiri, yang akhirnya berpengaruh terhadap produktivitas pertanian.

Dengan semakin meluas dan berkembangnya isu dampak negatif pertanian intensif, maka konsep pembangunan pertanian harus berubah ke arah pembangunan yang tidak hanya aspek ekonomi, tetapi juga lingkungannya. Dalam hal ini dampak negatif

terhadap lingkungan itu harus diperhitungkan dalam analisa usaha ekonomi usaha tani, agar masalah tersebut bisa diatasi. Dengan kata lain harus ada kompromi (trade-of) antara kepentingan ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan pertanian

berkelanjutan. Peningkatan produksi pertanian atau yang biasa disebut dengan “revolusi hijau” (green revolution) terutama dihasilkan oleh industrialisasi pertanian, yang melibatkan subsidi bahan bakar energi yang banyak, pengendalian bahan kimiawi yang canggih, dan jenis-jenis tanaman yang telah dijinakkan.

Setiap tahun pasti ada pertanian dunia yang tidak lagi digunakan untuk produksi.Tanah itu diratakan dan diaspal, dijadikan tambang terbuka, kena erosi, atau dibiarkan kering karena air pengairannya dialihkan untuk tujuan-tujuan lain. Padang pasir dan kita menelan berjuta-juta tanah pertanian di semua benua tiap tahun.

Tanah pertanian yang habis paling panyak dirasakan di Negara-negara berpenduduk padat. Di mesir diperkirakan 26 ribu hektar tanah pertanian tersubur di sepanjang sungai nil yang hilang setiap tahun, karena diambil untuk mengembangkan kota, dijadikan jalan, tempat pabrik dan tempat militer. Di jepang industri meluas di daerah-daerah pertanian di sekitar kota besar sehingga tanah yang tingal untuk tujuan

(2)

Di samping hilangnya tanah pertanian, erosi tanah yang melanda tanah-tanah pertanian yang masih tinggal menurunkan produtivitas tanah. Erosi tanah merupakan suatu proses alamiah, bukan sesuatu yang baru dan tidak selalu merugikan. Lapisan tanah terus-menerus dibentuk dari batu-batuan yang rapuh karena dimakan hari dan selalu dikikis.

Kesuburan alamiah yang hilang mungkin bisa diimbagi dengan pupuk, seperti dilakukan di Negara-negara bagian tengah dan barat amerika, tetapi dalam jangka panjang

langkah ini tidak akan memadai. Menurut perkiraan PBB, erosi di kolombia setiap tahun menghanyutkan 426 juta ton lapisan tanah atas, ini berarti hilangnya setara dengan 30 cm lapis tanah atas di tanah seluas 160 ribu hektar, meksiko 50 – 200 ribu hektar tanah tidak dapat dipakai akibat erosi, dipakistan penebangan hutan tanpa

batas menyebabkan erosi tanah yang hebat dan hilangnya tanah pertanian (United Nation, 2006:30). Pada suatu titik tertentu, hilangnya lapis atas tanah ini akan menghambat meningkatkan produksi.

Sejauh ini usaha menaikkan produktivitas tanah pertanian dunia dengan cara menggunakan lebih banyak pupuk, memperluas pengairan,

menggunakan teknologi baru, dan memperbaiki mutu tanah masih mampu

mengimbangi hilangnya dan menurunnya mutu tanah. Tetapi di beberapa Negara, kekuatan merusak sekarang ini sama atau melebihi usaha menaikkan produksi pangan. Banyak Negara yang makin tergantung pada impor pangan dari amerika serikat, ini sebagaian mencerminkan system produksi pangan di negara-negara bersangkutan.

Perkembangan yang mencemaskan dalam ekonomi pandan dunia mengandung arti bahwa pemerintah nasional mungkin harus mengambil tindakan yang lebih keras untuk melindungi tanah pertanian. Kalau tidak maka mungkin akan timbul kekurangan pangan dan inflasi harga pangan yang hebat. Tindakan itu makin mendesak mengingat harga-harga “bahan-bahan pengganti tanah” seperti bahan bakar dan pupuk makin tinggi dan air kurang.16

Untuk meningkatkan dan melipatgandakan hasil tanaman dua kali lipat diperlukan sepuluh kali lipat peningkatan pupuk, pestisida dan tenaga kuda. Jadi pertanian secara industri yang menggunakan terlalu banyak bahan kimia seperti yang dipraktekkan di banyak negara di dunia misalnya, memproduksi hasil yang lumayan dibandingkan dengan pertanian yang sederhana, namun dampaknya terhadap kesehatan tanah dan pencemaran terhadap udara dan air sudah memasuki tahap yang melampaui

(3)

Pertumbuhan total penduduk dunia yang mencapai lebih dari 6 milyar telah membawa masalah yang luas dan besar, terutama berkurangnya lahan pertanian per kapita di sebagian besar dunia. Dengan semakin sedikitnya lahan yang tersedia, para perencana dan petani memusatkan upaya pada peningkatan produktivitas melalui: (1) penggunaan varietas unggul baru, (2) penggunaan lebih banyak pupuk kimia, yang konsumsinya meningkat menjadi 9 kali lipat, (3) penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimia serupa, yang konsumsinya telah meningkat menjadi tiga puluh dua kali lipat (Sumantri, 1987: 163). Kebijaksanaan pertanian praktis di semua negara telah memusatkan

perhatian pada peningkatan daya hasil. Konsekuensi lingkungan akibat sistem produksi yang tersubsidi (berat) semakin nampak jelas, dengan beberapa indikasi, antara lain: (1) produktivitas menurun sejalan dengan menurunnya kualitas tanah akibat

pemanfaatan tanah yang intensif dan penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan, (2) pencemaran nitrat pada sumber-sumber air tanah akibat pemakaian pupuk nitrat yang berlebihan. Penggunaan pupuk kimia telah banyak membantu meningkatkan produksi pangan dunia, namun setiap pertambahan pupuk kimia, mula-mula cepat, kemudian melambat sampai akhirnya menjadi datar. Salah satu contoh, penanaman jagung silangan di Barat Tengah Amerika, ketika pupuk digunakan pada rata-rata 20 kg per acre, setiap pon nitrogen pupuk menghasilkan tambahan 13,5 kg jagung. Dengan penambahan 20 kg pupuk untuk kedua kalinya, setiap pon

menghasilkan 7 kg jagung tambahan. Penambahan 20 kg untuk ketiga dan keempat kalinya, tambahan jagung yang dihasilkan setiap pon nitrogen turun sampai 9 dan 4 pon (Lester Brown, 70-71).

Oleh karena semakin meluas dan berkembangnya isu dampak negatif pertanian intensif, maka konsep pembangunan harus berubah arah kepada pembangunan yang selain memperhatikan aspek ekonomi harus pula memperhatikan aspek lingkungan. Dengan kata lain, ada kompromi (trade of) antara kepentingan ekonomi dan

kepentingan lingkungan, yang berarti perlu penerapan konsep pembangunan pertanian berkelanjutan berwawasan lingkungan (ecologically sustainable agriculture), dan

alternatif sistem pertanian yang bisa menekan timbulnya masalah lingkungan yang lebih serius tersebut (Addinul, 1997: 69).

1. Konsep Pertanian Berkelanjutan

Penerapan konsep pertanian berkelanjutan merujuk pada suatu pemahaman bahwa penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu mendukung perolehan hasil untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk yang seimbang dengan perlindungan dan

rehabilitasi sumber daya lingkungan tanah pertanian. Tarumingkeng dkk. menekankan pula bahwa, pupuk dan pestisida kimia pada kenyataannya memang dapat

(4)

produksi pertanian baik secara kualitas maupun kuantitas. Dan yang lebih parah terjadinya akumulasi residu kimia di dalam tanah akan merubah sifat fisik, kimia dan biologis tanah, berakibat pada rusaknya tanah. Oleh karena itu, penggunaan input pertanian berupa pupuk anorganik selayaknya diupayakan seminimal mungkin, dan menggunakan pupuk organik karena mampu menyediakan unsur hara terus menerus. Keadaan ini dapat menjaga ketahanan topsoil, sehingga dapat memberikan hasil secara berkelanjutan dan memperbaiki lingkungan tanah pertanian. Hal tersebut mengandung arti bahwa, program peningkatan produksi pertanian sudah selayaknya menggunakan input pertanian internal yang berasal dari lingkungan pertanian itu sendiri (http:// rudy c.t tripod.com/sem 1023/made suwena. htm, 2004.p. 2).

Teknologi Efective Microorganisms telah banyak digunakan oleh para petani di berbagai negara di Asia seperti di Thailand, Malaysia, Taiwan, Pakistan, Banglades, dan negara lainnya di Asia, di Afrika, bahkan di USA, Perancis, Jerman, Portugal dan Swiss. Di

Indonesia, juga telah menyebar penggunaannya, seperti di Bali, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Lampung, Riau, Sumatera Selatan, dengan hasil produksinya mencapai 4 (empat) kali lipat baik tanaman padi, jagung, cabe, tomat, buah-buahan dan sayur-sayuran, dan berbagai jenis ikan dan ternak (Mafftuha, 2001: 5). Namun demikian, pupuk organik Teknologi EM tersebut belum dimanfaatkan secara optimal di lingkungan pertanian di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa adopsi pupuk organik TEM di kalangan petani di Indonesia masih rendah. Rendahnya kemauan untuk mengadopsi pupuk organik TEM bagi para petani perlu diubah dengan jalan memberdayakan mereka melalui pendidikan, sehingga mereka dapat memahami apa dan bagaimana pupuk organik TEM dalam pertanian untuk memperoleh hasil yang berkelanjutan.

Upaya pembentukan pemahaman petani tentang konsep pupuk organik Teknologi EM dalam pertanian sebagai teknologi inovasi yang ramah lingkungan, dilakukan melalui pendidikan yaitu jalur pendidikan luar sekolah dalam bentuk penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan memerlukan pendekatan dan metode yang sesuai dengan karakteristik inovasi, dan karakteristik petani sasaran penyuluhan, sehingga pesan-pesan komunikasi dapat diterima secara efektif. Dalam proses penyuluhan sebagai pendidikan orang dewasa, ada berbagai jenis pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan individual, pendekatan kelompok dan pendekatan massal. Dari setiap pendekatan tersebut memiliki berbagai metode penyampaian materi (Suriatna, 1988: 16). Metode penyampaian materi penyuluhan secara massal dan penyuluhan kelompok dengan ceramah dan diskusi yang digunakan selama ini, tampaknya belum memberikan perubahan yang diharapkan pada perilaku petani yang masih cenderung mengolah lahan apa adanya dan cenderung menggunakan pupuk kimia dalam usaha tani mereka. Oleh karena itu, untuk mendorong petani agar mau dan mampu mengetahui dan

(5)

teknologi inovatif ramah lingkungan untuk pertanian, maka diperlukan metode

penyuluhan yang sesuai dengan karakteristik inovasi dan karakteristik petani itu sendiri.

2. Pukuk Organik Teknologi Effective Microoorganisms (TEM)

Teknologi EM-4 merupakan salah satu teknologi pemanfaatan jasad hidup dalam memperbaiki kesuburan tanah, melalui cara kerja dalam tanah dengan

menyeimbangkan populasi mikro-organisme yang menguntungkan (beneficial

microorganisms) dan menekan populasi mikroorganisme yang merugikan (deleterious microorganisms) (Subadiyasa, 1997: 7). EM-4 merupakan larutan yang berisi

mikroorganisme. Ada 5 golongan utama microorganisme yang terkandung dalam larutan EM-4 yaitu: lactobacillus sp, ragi (yeast), bakteri fotosintetik, actinomycetes, dan jamur pengurai selulose (streptomyces sp) untuk memfermentasi bahan organik menjadi senyawa organik yang mudah diserap oleh akar tanaman. Mikroorganisme-mikroorganisme tersebut bekerja saling membantu guna mencegah pembusukan bahan organik menjadi proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba peragian dan

mengurangi polusi panas, bau busuk serta mengurangi gas beracun lainnya yang timbul akibat proses pembusukan. Melalui fermentasi bahan-bahan organik dengan pemberian EM-4 akan menghasilkan pupuk organik yang dikenal dengan pupuk organik Teknologi EM-4 atau populer dengan nama bokashi (Wididana, 1999: 21). KataBokashi berasal dari bahasa Jepang sebagaimana penemunya yang berarti bahan organik yang telah

terfermentasi. Oleh orang Indonesia kata bokashi diperpanjang menjadi bahan organik kaya akan sumber kehidupan (Indriani, 2003: 33).

Dilihat dari karakteristik inovasi, pupuk organik Teknologi EM pada dasarnya adalah teknologi terapan yang dapat diketahui efek positif dan negatifnya dengan baik setelah melalui penggunaan langsung dalam usaha tani, sehingga petani dapat melihat

hasilnya dan merasakan manfaatnya. Dalam kaitan dengan hal tersebut, maka demonstrasi merupakan alternatif penyampaian materi yang sesuai, sehingga petani dapat melihat proses dan produktivitas usaha tani mereka, dan membandingkan dengan keadaan yang telah dilakukan selama ini. Dengan cara tersebut diharapkan mereka akan mudah percaya terhadap ide-ide baru yang dikenalkan dan

dianjurkan. Permasalahan dalam bidang pertanian mencakup variabel-variabel yang sangat luas dan kompleks, meliputi variabel ekonomi, lingkungan, sosial budaya, bahkan politik.

(6)

memberikan peluang seluas-luasnya untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman pertanian. Cara kerja TEM-4 dalam tanah yang secara sinergis dapat menekan populasi hama dan penyakit tanaman, meningkatkan kesehatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Penggunaan TEM dalam pertanian menurut Higa memenuhi beberapa kriteria, yaitu: (1) petani dapat menghasilkan produk pertanian yang bergizi, sehat dan berkualitas untuk peningkatan kesehatan manusia, (2) secara ekonomis dan spritual menguntungkan bagi petani dan konsumen, (3) mudah dipraktekkan, (4) selaras dengan alam, (5) melindungi lingkungan, serta (6) mampu mencukupi bahan pangan umat manusia yang terus bertambah (Higa, 1996: 100-101). Secara umum pemakaian pupuk organik TEM dalam pertanian di Indonesia dapat menekan biaya sebesar 20-50%, dan menaikkan produksi sekitar 20% (Wididana & Muntoyah, 2001: 21). Dapat disimpulkan bahwa TEM

merupakan teknologi alternatif untuk menjawab keterbatasan teknologi produksi pertanian yang ada dan telah dikembangkan selama ini untuk mengatasi kerusakan lingkungan.

3. Microorganisme Utama Teknologi “Effective Microorganisms” dan Kegiatannya dalam Tanah

Teknologi Efective Microorganisms merupakan kultur campuran mikroorganisme yang mengandung bakteri fotosintetik, actinomycetes, ragi, jamur fermentasi,

dan Lactobacillussp. (bakteri penghasil asam laktat) yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah. Ini akan dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah, dan pada gilirannya juga akan memperbaiki

pertumbuhan, jumlah dan mutu produksi tanaman.

Fungsi dan kegiatan setiap jenis bakteri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Bakteri fotosintetik (bakteri fototrofik)

Bakteri fotosintetik adalah mikroorganisme yang mandiri dan swasembada. Bakteri ini membentuk zat-zat yang bermanfaat dari sekresi akar-akar tumbuhan, bahan organik dan atau gas-gas berbahaya (misalnya hydrogen sulfide), dengan menggunakan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat tersebut meliputi asam amino, asam nukleik, zat-zat bioaktif dan gula, yang kesemuanya mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil-hasil metabolisme tersebut dapat diserap langsung oleh tanaman dan sebagai substrat bagi bakteri yang terus

bertambah.

(7)

Bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat dari gula, sedangkan bakteri fotosintetik dan ragi menghasilkan karbohidrat lainnya. Asam laktat dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan dan meningkatkan percepatan perombakan bahan-bahan organik. Selain itu, asam laktat dapat menghancurkan bahan-bahan-bahan-bahan organik seperti lignin dan selulose, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan pengaruh-pengaruh yang merugikan yang diakibatkan oleh bahan-bahan organik yang tidak terurai. Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan untuk menekan pertumbuhan Fusarium, suatu mikroorganisme yang merugikan, yang menimbulkan penyakit pada lahan-lahan yang terus ditanami.Biasanya pertambahan jumlah populasi Fusarium akan melemahkan kondisi tanaman, yang akan meningkatkan serangan berbagai penyakit dan juga mengakibatkan bertambahnya secara tiba-tiba jumlah cacing yang merugikan. Namun dengan adanya bakteri asam laktat, cacing-cacing tersebut secara berangsur akan hilang, karena bakteri asam laktat menekan perkembangbiakan dan berfungsinya Fusarium.

c) Ragi (Yeast)

Ragi membentuk zat-zat yang anti bakteri (zat-zat bioaktif) seperti hormon dan enzim dariasam-asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik, bahan organik dan akar-akar tanaman yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Zat-zat bioaktif seperti hormon dan enzim yang dihasilkan oleh ragi meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi ragi adalah substrat yang baik untuk

mikroorganisme efektif seperti bakteri asam laktat dan actinomycetes.

d) Actinomycetes

Actinomycetes, yang strukturnya merupakan bentuk antara bakteri dan jamur, menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbuhan jamur dan bakteri yang merugikan.Actinomycetes dapat hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik. Dengan demikian, kedua spesis ini sama-sama meningkatkan mutu

lingkungan tanah, dengan meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah.

e) Jamur Fermentasi (Streptomyces sp.)

(8)

dan asam nukleik serta berbagai vitamin dan hormon pada tanaman. Oleh sebab itu, tanaman akan tumbuh dengan baik sekali dalam tanah-tanah yang didominasi oleh bakteri TEM.

4. Penerapan Teknologi Effective Microorganisms pada limbah padat untuk membuat pupuk organik

Penerapan Teknologi Efective Microorganisms khususnya TEM-4 pada limbah padat adalah dimanfaatkan sebagai aktivator pada pada proses fermentasi (peragian)

pupuk organikdengan menggunakan berbagai bahan organik. Fermentasi bahan-bahan organik dengan TEM-4 akan menghasilkan pupuk organik yang dikenal dengan

nama bokashi. Dengan kegiatan fermentasi, TEM-4 dapat memanfaatkan segala macam bahan organik, seperti: dedak padi, dedak jagung, dedak gandum, tepung jagung, sekam padi, kulit kacang, jerami, ampas kelapa, ampas biji kapas, rumput, serbuk gergaji, sabut dan tempurung kelapa, sisa-sisa hasil tanaman seperti buah-buah kelapa yang hampa, tepung ikan, kotoran semua jenis ternak, sampah dapur, rumput laut, kulit kerang dan bahan sejenis lainnya. Dedak merupakan bahan utama yang mutlak

diperlukan dan dedak padi sangat dianjurkan sebagai bahan penting untuk bokashi karena mengandung gizi yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Namun yang penting diperhatikan dalam proses fermentasi bahan organik, mikroorganisme akan bekerja dengan baik bila kondisinya sesuai. Proses fermentasi akan berlangsung dalam kondisi anaerob, pH rendah (sekitar 3-4), kadar garam dan kadar gula tinggi, kandungan air sedang (30-40%), dan suhu sekitar 40-500 C.

Berdasarkan beragamnya bahan pembuatnya, maka nama bokashi yang dihasilkan juga bermacam-macam seperti bokashi jerami, bokashi pupuk kandang, bokashi pupuk kandang dan arang, bokashi pupuk kandang dan tanah, serta bokashi ekspres. Bahan organik yang masih hijau akan menghasilkan bokashi yang kaya senyawa organik karena bahan tersebut kaya asam amino dan asam organik yang bermanfaat untuk pertumbuhan bakteri TEM. Sebagai sumber energi atau makanan bagi bakteri, pada tahap awal sebelum proses fermentasi diperlukan molase (tetes tebu). Bila molase tidak ada dapat diganti dengan gula merah atau gula putih. Dari ketiga bahan tersebut, molase lebih baik dari gula merah dan gula merah lebih baik dari gula putih. Hal ini disebabkan kandungan asam amino dalam molase lebih baik dari gula merah, kandungan asam amino dalam gula merah lebih baik dibandingkan gula putih. Jenis bahan dan perbandingannya dalam pembuatan macam bokashi dapat dilihat pada lampiran di bawah ini.

(9)

1. Oleh karena semakin meluas dan berkembangnya isu dampak negatif pertanian intensif, maka konsep pembangunan harus berubah arah kepada pembangunan yang selain memperhatikan aspek ekonomi harus pula memperhatikan aspek lingkungan.

2. Penerapan konsep pertanian berkelanjutan merujuk pada suatu pemahaman bahwa penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu mendukung perolehan hasil untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk yang seimbang dengan perlindungan dan

rehabilitasi sumber daya lingkungan tanah pertanian.

3. Teknologi EM-4 merupakan salah satu teknologi pemanfaatan jasad hidup dalam memperbaiki kesuburan tanah, melalui cara kerja dalam tanah dengan

menyeimbangkan populasi mikroorganisme yang menguntungkan (beneficial

microorganisms) dan menekan populasi mikroorganisme yang merugikan (deleterious microorganisms)

4. Dilihat dari karakteristik inovasi, pupuk organik Teknologi EM pada dasarnya adalah teknologi terapan yang dapat diketahui efek positif dan negatifnya dengan baik setelah melalui penggunaan langsung dalam usaha tani, sehingga petani dapat melihat

hasilnya dan merasakan manfaatnya

5. Secara umum pemakaian pupuk organik TEM dalam pertanian di Indonesia dapat menekan biaya sebesar 20-50%, dan menaikkan produksi sekitar 20%. Dapat

disimpulkan bahwa TEM merupakan teknologi alternatif untuk menjawab keterbatasan teknologi produksi pertanian yang ada dan telah dikembangkan selama ini untuk mengatasi kerusakan lingkungan.

Daftar Pustaka

Brown, Lester R. Hari Yang Keduapuluh Sembilan, Diterjemahkan Oleh Tim Usica. Jakarta: Erlangga, 1982.

Higa, Teruo. An Earth Saving Revolution I. English Edition. Japan: Sunmark Publishing, 1996

Indriani, Yopita Hety. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya, 2003.

Komisi Mandiri Kependudukan dan Kualitas Hidup, Kepedulian Masa Depan, Agenda Radikal Menuju Perubahan Positif, Dialihbahasakan oleh Mohamad Soerjani. Jakarta: IPPL, 2000.

(10)

Setiana, Lucie. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Subadiyasa. Teknologi Efective Microorganisms, Potensi dan Prospeknya di

Indonesia.Makalah Disajikan pada Seminar Nasional Pertanian Organik di Jakarta 3 April 1997.

Sutanto, Rachman Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Yogyakarta; Kanisius, 2002.

United Nation, Economic Commission for Latin Amerika, el Medio Ambiente En Amerika (Santiago, chilli 2006)

Economic Research Service, 26 Year World Cereal Statistics by Country and Region, Stensilan US Departemen of Agriculture,, Washington, D.C 2004

Wididana, G.N. dan Muntoyah. Membangun Desa Membangun Bangsa. Jakarta: Institut Pengembangan Sumber Daya Alam, 1999.

Wididana, G.N. Teknologi Efective Microorganisms. Bali: Institut Pengembangan Sumber Daya Alam, 1999.

Yakin, Addinul. Ekonomi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan: Teori Dan Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Akademika Presindo, 1997.

Yusuf, Maftuchah. Teknologi Efective Microorganisme (TEM) Harapan Bagi

Penyelamatan Bumi, dalam Teknologi Efective Mikroorganisms. oleh Team PKLP. Jakarta: Universitas Trisakti, 2001.

(Naskah ini diambil dari Website kompasiana dengan alamat

Referensi

Dokumen terkait

Petualang” di trans7 yang bisa ditunjukkan dengan tersenyum atau tertawa ketika informan menonton tayangan program televisi “Si Bocah Petualang”, dan efek

Oleh karena defisiensi enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase dapat menyebabkan kurangnya pembentukan NADPH, maka defisiensi enzim tersebut juga berakibat tidak terbentuknya

Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan dan Penyelesain Pemberian Hak Atas Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan serta

Peranan komunikasi di dalam organisasi pemberdayaan masyarakat di daerah Pekon Tugupapak, Semaka, Kabupaten Tanggamus adalah sebagai berikut: (a) Peran makna informatif

Fotografi sendiri menjadi pilihan yang bisa dibilang tepat dalam memvisualkan suatu produk fashion apapun itu wujud dan bentuknnya, karena fotografi merupakan

Finance Di Surakarta)”, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018. Tujuan yang ingin dicapai penulis setelah melakukan penelitian berdasarkan permasalahan

Secara umum Laporan Akhir ini memuat rencana kerja yang meliputi; Pendahuluan, Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya, Arahan Perencanaan Pembangunan

Dalam lampiran (jika ada) terdapat keterangan atau informasi yang diperlukan pada pelaksanaan penelitian, misal tabel (lebih dari dua halaman), kuesioner, dan hal lain yang