• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 BIDANG ILMU TEKNIK SIPIL KEAIRAN TRANSPORTASI DAN MITIGASI BENCANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "3 BIDANG ILMU TEKNIK SIPIL KEAIRAN TRANSPORTASI DAN MITIGASI BENCANA"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN KOLAM SARINGAN SEDIMEN SEBAGAI UPAYA

MENCEGAH TERJADINYA KRISIS AIR BERSIH DI BTP KOTA MAKASSAR

Akhmad Azis1), Sugiarto Badaruddin2) 1,2)

Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

The problem that happened to the Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar community is the increasing of subscribers, making the lack of clean water supply by clean water distribution service, so that people have shortage of clean water either in rainy season or drought. The objective of the study is to analyze the large water needs and budget plan required in the manufacture of sedimentary sediment ponds for water supply for Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar. The benefit of research for stakeholders is with the success of this research, so with the sedimentary filter pond, the problem of clean water crisis in the Bumi Tamalanrea Permai (BTP) can be overcome. Tests were conducted experimentally in the laboratory by measuring the turbidity of water taken from the tributaries in the BTP, using sedimentary sieve ponds with variable gradation of sand and gradation of crushed stone. Furthermore, the calculation of population number 2015-2020, the need for clean water, sediment pond sediment design that was used to calculate Budget Plan Costs. Based on the results of research and calculations, it is obtained the results of turbidity water down from 29.7 NTU to 1.3 NTU. The number of residents in 2015-2020 amounted to 85,824 people, the need for clean water debit is 3,5 lt/sec or 12.6 m3/hour, budget plan needed to build sediment pond sediment installation is Rp. 1,028,442,000.

Keywords:sedimentary filter pond, clean water requirement 1. PENDAHULUAN

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun makhluk hidup yang berada di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Dengan kata lain air merupakan prasarana yang vital yang tanpa disadari keberadaannya harus mencukupi baik secara kuantitas maupun kualitas dan harus ada sepanjang waktu (kontiniutas).

Masalah yang terjadi saat ini yaitu, ketidakmampuan layanan pendistibusian air untuk mendistribusikan air sesuai kebutuhan masyarakat akan air bersih yang semakin meningkat. Kebutuhan masyarakat tidak dapat terpenuhi hanya dengan mengandalkan layanan pendistribusian air yang ada. Ketersediaan air yang cukup dapat terpenuhi apabila terdapat sumber air baku yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air tersebut. (Sutrisno C, Totok, 1991).

Hal ini juga merupakan permasalahan yang terjadi pada masyarakat Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar. Bertambah banyaknya pelanggan, membuat kurangnya penyuplain air bersih oleh layanan pendistribuisan air hingga masyarakat mengalami kekurangan air bersih baik itu di musim hujan ataupun kemarau. Maka dari itu dengan memanfaatkan air permukaaan yang ada pada daerah tersebut selanjutnya diolah menjadi air bersih menggunakan kolam saringan sedimen dengan bahan filtrasi berupa pasir, batu pecah dan ijuk dibuatkan kolam saringan sedimen diharapkan dapat mengatasi masalah yang terjadi.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis besar kebutuhan air bersih serta rencana anggaran biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan kolam saringan sedimen untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Kota Makassar. Manfaat penelitian bagi pemangku kepentingan/stakeholders adalah jika penelitian ini berhasil, maka dengan adanya kolam saringan sedimen, permasalahan krisis air bersih di Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dapat di atasi.

Keadaan sumber daya air permukaan khususnya dari sungai, tingkat kekeruhannya sangat tinggi di musim penghujan. Degradasi lingkungan, terutama yang berkaitan dengan berkurangnya areal hutan secara meluas, diikuti dengan meluasnya praktek bercocok tanam yang tidak atau kurang mengindahkan kaidah-kaidah konservasi telah memberikan sumbangan yang signifikan untuk terjadinya perubahan perilaku aliran dan peningkatan kekeruhan. (Asdak, Chay, 2002).

Di Indonesia ketentuan pengolahan air dalam rangka meningkatkan kualitas air tidak terlepas dari tujuan penyediaannya. Ketentuan umum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 / MENKES/ PER/IX/1990 membedakan antara istilah air minum dan air bersih dimana air minum adalah air yang kualitasnya

1

(2)

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sedangkan air bersih adalah air yang diperlukan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.(Anonim, 1990).

Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air antara lain sebagai berikut ini.

1. Syarat fisik, antara lain: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan suhu antara 10o- 25oC (sejuk)

2. Syarat kimiawi, antara lain : tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun, tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium dan pH air antara 6,5 – 9,2.

3. Syarat bakteriologi, antara lain: tidak mengandung kuman-kuman penyakit.

Untuk melakukan perhitungan proyeksi jumlah penduduk dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih adalah metode Aritmatik, metode Geometrik dan metode Least Square (Kambuaya.L.R, 2014):

Menurut Clark (1977) dalam Radianta Triatmadja (2006), memperkirakan kebutuhan manusia akan air untuk kegiatan sehari-hari sebesar 200 liter/orang/hari. Sedangkan kebutuhan air maksimum pada hari puncak mencapai 20% lebih banyak dibanding kebutuhan rerata harian.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menghitung jumlah kebutuhan air bersih, antara lain: a. Kebutuhan Air Domestik,dihitung menggunakan persamaan berikut :

= JP x (pl%) x S.…………...……...…...…….……. (1) dengan :

JP = Jumlah penduduk saat ini (jiwa)

P1% = Presentase pelayanan yang akan dilayani = Kebutuhan air domestic (lt/org/hari)

S= Standar kebutuhan air rata-rata

b. Kebutuhan Air Non Domestik,dihitung menggunakan persamaan berikut :

= (nD%) x .………..………...………...….……. (2) dengan :

= Kebutuhan air non domestic (lt/org/hari) nD%=Presentase kebutuhan air non domestik

= Kebutuhan air domestik (lt/org/hari)

c. Kebutuhan Air Total,dihitung menggunakan persamaan berikut :

= + .……….………..………...………….… (3)

dengan :

= Kebutuhan air total (lt/hari)

d. Kehilangan dan Kebocoran,dihitung menggunakan persamaan berikut :

= x ( %) .……….………...…...……… (4) dengan :

= Kebocoran air atau kehilangan air %= Presentase kehilangan atau kebocoran

e. Kebutuhan Air Rata-rata,dihitung menggunakan persamaan berikut :

= + .……….………...……. (5) dengan :

= Kebutuhan air rata-rata (lt/hari) = Kebutuhan air total (lt/hari)

= Kebocoran atau kehilangan air (lt/hari)

f. Kebutuhan Air Jam Maksimum/puncak,dihitung menggunakan persamaan berikut :

= x F.……….………...…...…………. (6) dengan :

= Kebutuhan air maksimum (lt/hari) = Kebutuhan air rata-rata (lt/hari)

F= Faktor air maksimum = 1,2 (Radianta Triadmaja, 2006)

(3)

1. Pengujian permeabilitas Material Pasir.

Permeabilitas yang diperoleh dari uji constan head sebesar 1,9 x 10-1 cm/det, sehingga material tanah tersebut dapat digunakan pada penelitian ini.

2. Pengujian model fisik

Berdasarkan hasil pengujian, debit keluar dari kolam saringan sedimen semakin menurun pada semua jenis pasir jika terjadi peningkatan kekeruhan air. Hal ini disebabkan pada air yang lebih keruh, mengandung sedimen yang melayang sehingga menghambat aliran air yang melewati lapisan pasir. Sedangkan pada jenis pasir, semakin kasar gradasi pasir semakin besar debit yang keluar dari kolam saringan sedimen sebab pori-pori diantara butiran lebih besar sehingga lebih besar debit yang melewati lapisan pasir. (Azis. A, Subhan, A.M, 2016)

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya, akan dilaksanakan selama 1 (satu) tahun di laboratorium Mekanika Tanah, Hidrolika dan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Untuk pengumpulan data, pada penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan kolam saringan sedimen. Air keruh dipompa masuk ke dalam kolam pengendap, selanjutnya air masuk ke dalam kolam saringan awal. Jika kolam pengendap sudah dipenuhi sedimen, maka dapat dilakukan pembilasan melalui pipa/saluran pembilas. Air yang telah berkurang kekeruhannya, masuk ke dalam kolam saringan akhir, kemudian keluar dari kolam saringan setelah melalui lapisan batu pecah dan lapisan pasir. Diharapkan air yang keluar telah berubah tingkat kekeruhannya.

Gambar 7. Model kolam saringan sedimen

2. Pengambilan data jumlah penduduk kawasan Bumi Tamalanrea Permai lima tahun terakhir.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitiian terhadap sampel air permukaan pada anak sungai yang ada di Bumi Tamalanrea Permai menggunakan model kolam saringan sedimen diperoleh data sebagai berikut : debit masuk rata-rata sebesar 0,139 lt/det, debit keluar rata-rata sebesar 0,061 lt/det dan nilai kekeruhan air sebelum melalui kolam saringan sedimen sebesar 29,7 NTU dan setelah melalui kolam saringan sedimen sebesar 1,3 NTU

Proyeksi Jumlah Penduduk

Untuk menentukan kebutuhan air bersih pada masa mendatang perlu terlebih dahulu diperhatikan keadaan pertumbuhan penduduk yang ada pada saat ini dan proyeksi jumlah penduduk pada masa mendatang. Dalam perencanaan ini proyeksi jumlah penduduk direncanakan untuk 5 tahun yang akan datang yaitu sampai tahun 2020. Data jumlah penduduk yang digunakan untuk menghitung rerata pertumbuhan penduduk adalah data jumlah penduduk 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai dengan 2015.

Tabel 1. Data penduduk bumi tamalanrea permai tahun 2011 - 2015

Lokasi Jumlah Penduduk (Jiwa)

(4)

Bumi Tamlanrea

Permai 14008 14028 14136 14153 14190

Sumber : Kelurahan Tamalanre

Selanjutnya dilakukan perhitungan laju pertumbuhan untuk menentukan berapa tingkat pertambahan penduduk yang akan datang, dimana hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan sebesar 0,32%. Sedangkan untuk menentukan metode yang akan digunakan untuk perhitungan jumlah penduduk menggunakan 3 metode antara lain: Metode Aritmatik, Geometrik dan Least Square, dimana hasil korelasi yang terbesar yang akan digunakan sebagai metode untuk perhitungan jumlah penduduk yang akan datang. Hasil perhitungan sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Perhitungan Jumlah Penduduk BTP Tahun 2011 – 2015

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Hasil Perhitungan

(x) (Y) Aritmatik Geometrik Least Square

2011 14008 14008 14008 13956

2012 14028 14054 14053 14005

2013 14136 14099 14098 14054

2014 14153 14145 14143 14103

2015 14190 14190 14182 14152

Jumlah 70515 - -

-Untuk perhitungan proyeksi jumlah penduduk 5 tahun rencana dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Proyeksi jumlah Penduduk Bumi Tamalanrea Permai Tahun 2015-2020

No Tahun Jumlah Penduduk Rencana (Jiwa)

1 2015 14190

2 2016 14236

3 2017 14281

4 2018 14327

5 2019 14372

6 2020 14418

Perhitungan Kebutuhan Air Bersih

Tingkat pemakaian air bersih masyarakat Bumi Tamalanrea difokuskan pada kebutuhan air rumah tangga (domestik) terutama untuk air minum, memasak, ablution dan bersih-bersih. Didapatkan jumlah pemakaian air bersih = 5 + 5 +10+10 = 30 liter/orang/hari.

Berdasarkan jumlah pemakaian air bersih dan hasil perhitungan kebutuhan debit air rencana hingga tahun 2020 diperoleh hasil sebesar 3,50 l/dtk atau 12,6 m3/jam

Design Perencanaan Kolam Saringan Sedimen 1. Analisis Kapasitas Reservoir

(5)

Gambar 1. Grafik Tampungan Reservoir

Dari gambar 1 didapatkan volume air maksimum = 10,08 m3/jam dan minimum = 9,07 m3/jam , Sehingga volume air dalam reservoir diperlukan sebesar 10,08 + 9,07 = 19,15 m3/jam. Direncanakan pendistribusian air ke masyarakat dari reservoir yang dibangun dengan kapasitas 460 m3/hari.

2. Kriteria Perencanaan Kolam Saringan

Untuk merancang Kolam Saringan, beberapa kriteria perencanaan yang harus dipenuhi antara lain : a. Kekeruhan air baku lebih kecil 10 NTU.

b. Kecepatan penyaringan antara 5 - 10 m3/m2/Hari. c. Tinggi Lapisan Pasir 70 - 100 cm.

d. Tinggi lapisan kerikil 25 -30 cm.

e. Tinggi muka air di atas media pasir 90 - 120 cm. f. Tinggi ruang bebas antara 25- 40 cm.

Dari hasil analisis data diatas diperoleh data sebagai berikut : 1. Sumber air – bak penampungan

a. Total head = 5.54 m dan 4.50 m

b. Daya pompa yang dibutuhkan = 7.06hpdan 5.83hp 2. Bak penampungan – Kolam saringan

a. Total Head = 2.33 m dan 2.29 m

b. Daya pompa yang dibutuhkan = 3.02hpdan 2.97hp 3. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Berdasarkan desain yang ada, maka setelah dilakukan perhitungan RAB diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

NO. URAIAN PEKERJAAN JUMLAH (Rp.)

A PEKERJAAN PERSIAPAN 7,153,591.68

B. PEKERJAAN TANAH 44,033,212.50

C. PEKERJAAN PASANGAN, PLESTERAN DAN ACIAN 168,359,174.85

D. PEKERJAAN BETON 565,483,228.42

I. PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA, POMPA DLL 149,918,357.01

JUMLAH 934,947,564.45

PPN (10%) 93,494,756.45

NILAI 1,028,442,320.90

DIBULATKAN 1,028,442,000.00

TERBILANG :

(6)

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan kolam saringan sedimen di laboratorium serta hasil perhitungan disimpulkan sebagai berikut :

1. Terjadi penurunan kekeruhan air dari 29,7 NTU menjadi 1,3 NTU 2. Laju pertumbuhan penduduk 0.32%

3. Kebutuhan debit air bersih sampai dengan tahun 2020 = 3,5 lt/det atau 12,6 m3/jam 4. Rencana Anggaran Biaya sebesar Rp. 1,028,442,000.00

5. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas Air, Kemenkes, Jakarta

Asdak, Chay., 2002.Kualitas Air, Jakarta : Penerbit Pradnya Paramita. hlm.529.

Azis, A., Subhan, M. A., 2016,Model Kolam Saringan Sedimen Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Penyumbatan Pada Waduk Resapan, Hasil Penelitian, PNUP, Makassar

Hardiyatmo, H.C., 2010.Mekanika Tanah 1. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Kambuaya, L.R., 2014,Cara Menghitung Kebutuhan Air Bersih Beberapa Tahun Mendatang Melalui Proyeksi Jumlah Penduduk, Jakarta

Kodoatie, R.J., Sjarief., R.2010.Tata Ruang Air. Andi, Yogyakarta

Putranto, T., Kusuma. 2009. Permasalahan Air tanah di Daerah Urban.Jurnal Teknik, 30 : 48 – 56 Sutrisno, Totok C., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih.Rineka Cipta, Jakarta

(7)

PREDIKSI UMUR RENCANA FLEXIBLE PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE

HDM III

Sri Wahyuni Ramadhan1), Syamsul Arifin2), Made Oka3) 1)

Student of Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Tadulako University, Palu 2)

Associate Professor of Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Tadulako University, Palu 3)

Associate Professor of Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Tadulako University, Palu ABSTRACT

Outputs that need to be known in designing AC WC flexible pavement construction is how long the infrastructure can provide services based on the quality and accumulation of the available load, in other word during the service period it is expected that there will be no significant damage to the construction. According to the World Bank terminology that the "pavement age" is the service life up to the initiation of a fine crack on the pavement surface, while "pavement life" is the service period at the time of occuration of 50% cracks. The modulus of elasticity of asphalt mixture, value of each of pavement layer strength coofficient material, bearing capacity of the subgrade and design of annual accumulation data of 8.16 tons standard axle load is essential to predict pavement age and pavement life of construction with HDM III method provided by the World Bank. The purpose of this research is to analyze the effect of traffic accumulation, effective gravity weight of aggregate fraction mixture (Gse) and mixed asphalt content to the pavement age and pavement life of flexible pavement construction. The largest and smallest of design life, both in pavement age and in pavement life, occur in Gse and asphalt content level of 2,738 and 6,5% respectively. The longest and shortest time of achievement of the pavement age are 4.64 and 4.10 years respectively. While the longest and shortest period of achievement pavement life respectively 10.64 and 10.10 years.

Keywords:Gse, HDM III, AC WC, Pavement age, Pavement Life

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Morowali merupakan Kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran wilayah Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-undang RI Nomor 51 Tahun 1999. Sejak kabupaten ini terbentuk, jalan yang terbangun adalah sepanjang 717,40 KM. Dari panjang ruas jalan tersebut, terdapat satu jalan sepanjang 8,40 Km yang ruasnya berada dalam pusat Kota Bungku, dengan lebar 28 m. Ruas jalan ini sangat bernilai ekonomis bagi masyarakat Kabupaten Morowali, karena menghubungkan beberapa desa dan kelurahan yang ada di sekitar Pusat Kota Bungku. Menyadari urgensi jalan tersebut, penulis merasa tertarik untuk membuat tulisan ilmiah sebagaiman judul yang diajukan, yaitu: Prediksi Umur Rencana Flexible Pavement Menggunakan Metode HDM III.

Dalam memprediksi umur rencana jalan khususnya konstruksi jalan lentur (flexible pavement), salah satu faktor penting yang menyita perhatian para ahli adalah aspek "design life". Terdapat dua terminologi terkait design life tersebut yaitu aspek "Pavement Age" yang berarti umur layanan hingga mulai terjadinya retak halus, dan aspek "Pavement Life" yang diartikan sebagai umur layanan pada saat telah terjadi sedikitnya 50% retak di permukaan jalan (Molenar, 1994). Perbaikan retak halus yang biasa disebut cracks filling masih memungkinkan dilakukan pada kondisi pavement age tercapai, sehingga retak yang lebih besar dapat dicegah, sementara jika pavement life terjadi maka sudah diperlukan penanganan utama (major maintenance) untuk mengembalikan fungsi konstruksi jalan agar kembali dapat digunakan.

Terkait hal di atas, Ringroad Bawah Fonuasingko – Bungku, merupakan ruas jalan Kabupaten sepanjang 8,40 KM, yang telah dibangun sejak Tahun 2011 yag lalu dengan lapis permukaan AC BC. Mengingat pertumbuhan lalu lintas berbagai jenis kendaraan baik dari sisi jumlah maupun komposisi kendaraan berat yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, maka pemerintah daerah melalui Dinas PU Tingkat II Kabupaten Morowali berencana melakukan peningkatan lapis permukaan dari AC BC menjadi AC WC. Olehnya itu menjadi hal yang urgen untuk memberi masukan kepada pihak - pihak terkait di atas tentang prediksi umur layanan lapis AC WC yang dapat diharapkan sehubungan dengan rencana peningkatan jalan tersebut. Dengan latar belakang ini, penulis bermaksud melakukan penelitian tugas akhir dengan judul "Prediksi Umur Rencana Flexible Pavement Menggunakan Metode HDM III".

Masalah Yang Dipecahkan

1

(8)

Dengan demikian, rumusan masalah terkait latar belakang di atas, dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Bagaimana pengaruh akumulasi beban lalu lintas terhadap ketebalan setiap lapis perkerasan lentur dan (2) Bagaimana pengaruh beban lalu lintas terhadap umur layanan lapis permukaan beraspal AC WC. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1) Menganalisis pengaruh akumulasi beban lalu lintas terhadap ketebalan setiap lapis perkerasan lentur. 2) Menganalisis pengaruh beban lalu lintas terhadap umur layanan lapis permukaan beraspal AC WC. Studi Sejenis yang Sudah Dilaksanakan Peneliti Lain

Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini, maka perlu menelusuri penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh sejumlah peneliti sehingga jelas kemana arah penelitian yang direncanakan ini. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan didapatkan beberapa, diantaranya adalah sebagai berikut :

Sentosa dan Roza (2012) mengembangkan penelitian tentang struktur perkerasan kaku yang sering terjadi kerusakan perkerasan dan pengurangan umur layan disebabkan kelebihan beban kendaraan. Resume beberapa hasil penelitian terdahulu dirangkum pada Tabel-1.

Tabel.1 Matriks Penelitian Terdahulu

Nilai total tebal perkerasan yang didapat pada metode Bina Marga (Data Jembatan Timbang) sebesar 38 cm, metode NAASRA sebesar 39 cm, dan metode Bina Marga kerusakan jalan dari beban overload pada jalan dan umur sisa (remaining life).

Didapatkan bahwa jalan tersebut masih aman untuk 10 tahun kedepan

Berat Jenis Efektif Campuran Fraksi Agregat (Gse)

Sebelum pencampuran panas antara fraksi agregat dengan bahan pengikat, terlebih dahulu dilakukan mix design campuran beraspal AC WC yang diawali dengan penentuan gradasi, diikuti penetapan proporsi masing-masing fraksi agregat dengan cara coba-coba (trial mix by portion). Jika variasi agregat yang digunakan memiliki berat jenis berbeda, makaGsedihitung menggunakan rumus berikut:

=

( / ) ( / )

dimana X, Y, dan seterusnya adalah persentase berat setiap fraksi agregat penyusun, dengan berat jenis masing - masing Gx, Gy, dan seterusnya. Berat jenis efektif suatu campuran fraksi agregat dengan proporsi yang ditetapkan dengan cara coba- coba di atas merupakan satu jenis Gse.

2. METODE PENELITIAN 2.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Eksperimental Kuantitatif, yaitu dengan melakukan analisis lanjutan terhadap data angka yang diperoleh baik dari hasil survey maupun dari hasil uji laboratorium, yang meliputi:

a) Analisis Utama (Primary Analysis): merupakan analisis asli yang akan dilakukan untuk menghasilkan temuan terkait topik peneltian yang diangkat.

b) Analisis Sekunder (Secondary Analysis): merupakan analisis lanjutan tentang temuan yang dihasilkan oleh peneliti lain namun masih terkait erat dengan topik penelitian ini.

(9)

Lokasi penelitian adalah di ruas jalan Ringroad Bawah Fonuasingko – Bungku, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Sedangkan waktu penelitian direncanakan selama kurang lebih 2 (dua) bulan sejak seminar proposal ini dilaksanakan.

2.3. Populasi, Sampel dan Tekhnik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus (Sabar, 2007, Sugiyono, 2011). Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa material (fraksi agregat) yang terdapat di sungai Bahomante, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali, untuk kebutuhan analisis penentuan nilai Modulus Elastisitas Campuran Aspal AC-WC (Sme). Sedangkan pengambilan data volume lalulintas (LHR) akan diadakan melalui survey di lokasi pengambilan sampel yakni di jalan Ringroad Bawah Fonuasingko - Bungku.

2.4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengumpulan sampel agregat dilakukan dengan mengambil material berbagai fraksi, seperti fraksi ¾”, ½” (atau 3/8”), dan dust, yang diproduksi oleh Stone Crusher yang melakukan pengolahan agregat Sungai Desa Bahomante, sesuai kebutuhan spesifikasi dan jenis fraksi. Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal Pen 60/70, yang pemeriksaan sifat fisiknya dilakukan menggunakan aturan lazim: AASHTO. Berikut adalah metode analisis yang akan digunakan:

1) Uji Kualitas Teknis Agregat yang meliputi pengujian agregat kasar, agregat halus, dust, dan pasir. 2) Pengujian sifat mekanis material, yaitu kekerasan yang menunjukkan ketahanannya terhadap deformasi

plastis yang dilakukan dengan Uji Abrasi menggunakan Mesin Los Angelos.

3) Perencanaan campuran (mix design) dilakukan dengan penetapan proporsi agregat, diawali penentuan gradasi, diikuti penetapan proporsi pemakaian masing-masing fraksi dengan cara coba-coba (trial mix by portion) sehingga memenuhi spesifikasi gradasi.

2.5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 2.5.1. Data Primer

Data ini terdiri dari:

- Berat jenis agregat dan data Sme. Untuk mendapatkan kedua jenis data tersebut, dilakukan melalui uji agregat di laboratorium berdasarkan standar yang sudah ditetapkan.

- Volume lalulintas (LHR) diambil dari survey langsung di titik lokasi ruas jalan yang akan di teliti. Pengambilan data volume arus lalu lintas digunakan dengan menggunakan metode manual dengan menempatkan surveyor disetiap titik pengamatan. Waktu pengamatan di laksanakan selama 2 hari yaitu pada hari rabu dan minggu. Untuk hari rabu mewakili 4 hari kerja dalam seminggu, sedangkan hari minggu mewakili hari akhir pekan (sabtu dan minggu). Pengambilan data dilakukan pada jam puncak di waktu pagi dan sore hari dengan periode waktu 15 menit.

2.5.2. Data Sekunder

Data ini meliputi: Peta lokasi jalan Ringroad Bawah Fonuasingko - Bungku dan data kondisi eksisting jalan. Data sekunder diperoleh dari lembaga terkait yakni Dinas Pekerjaan Umum Daerah dan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Morowali, berupa Peta ruas jalan, dan data teknis lainnya yang terkait dengan ruas jalan Ringroad Bawah Fonuasingko–Bungku yang merupakan lokasi sampel penelitian. 2.5.3 Teknik Analisis Data

Teknis analisa data mengacu pada gambar dibawah ini, yang merupakan urut-urutan kegiatan yang dilakukan untuk menentukan nilai Modulus Elastisitas campuran beraspal AC WC (Sme):

3. KARAKTERISTIK PAVEMENT MENURUT HDM III

Berdasarkan berbagai studi pada beberapa negara sedang berkembang, World Bank telah mengembangkan model yang memungkinkan melakukan prediksi terhadap retak (cracking) yang dikenal dengan High Way Model (HDM) III, dimana strength atau kekuatan pavement dikarakteristikkan menggunakan "structural number (SNC)".

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kualitas Agregat dan Bahan Pengikat

Sebagaimana diutarakan sebelumya bahwa telah dilakukan pengujian pendahuluan terhadap material yang diambil dari beberapa quarry yang berbeda

Tabel 2: Berat Jenis dan Penyerapan, Abrasi, serta CBR

Sumber Jenis Agregat BjBulk Penyerapan (%) Abrasi (%) CBRLPA (%)

(10)

Halus 2,714 0,806

Spesifikasi Min. 2,5 Maks.3% Maks. 40% Min. 85%

Pengujian berat jenis dan penyerapan, serta pengujian abrasi dilakukan untuk mengetahui kualitas individu agregat, sementara uji CBR dimaksudkan untuk mengetahui daya pikul beban campuran agregat kasar, agregat halus, dan filler material.

Tabel 3, Hasil Pemeriksaan Bahan Pengikat (Aspal Pen 60/70)

No Pengujian Hasil Uji Spek. Sat.

1. Penetrasi (25ºC, 5 dtk) 65,8 60-70 mm

2. Berat Jenis (25ºC) 1,032 Min. 1 Gr/cm

3. Titik Lembek 46,55 45-58 ºC

4. Titik Nyala 335 Min. 200 ºC

5. Daktilitas (25ºC, cm/mnt) 156 Min. 100 Cm

6. Kehilangan Berat (163ºC, 5 jam) 0,21 Max. 0,8 % Berat

7. Penetrasi setelah kehilangan berat 63,4 Min. 54 % Berat Semula

Pada Tabel 2, terlihat bahwa nilai berat jenis agregat lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan spesifikasi. Hal ini menggambarkan bahwa material quarry tersebut lebih padat, dan lebih sedikit mengandung rongga udara. Dengan sedikitnya rongga udara berarti tingkat penyerapan air atau penyerapan bahan liquid akan rendah. Adapun hasil pemeriksaan karakteristik teknis bahan pengikat telah memenuhi syarat spesifikasi teknis sebagaimana disajikan pada Tabel 3.

Tabel 4. Hasil Mix design Campuran Fraksi Agregat Komposisi Pasir 5%

Uraian Ukuran Saringan

Total Campuran 100,00 100,00 100,00 90,70 85,63 68,21 53,38 36,59 26,94 21,53 11,55

Spec.gradasi

Fuller 100,0 100,0 100,0 82,8 73,20 53,6 39,1 25,1 21,1 15,5 8,3

Zone Tertutup diperoleh komposisi setiap fraksi yang memenuhi spesifikasi gradasi. Komposisi setiap fraksi hasil trial mix disajikan pada Tabel 4. Persentase agregat kasar (CA), agregat halus (FA), dan filler (FF) dapat dihitung, yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 5.

4.3. Parameter Kinerja Campuran

Persentase setiap fraksi agregat harus diketahui sebelum pembuatan campuran beraspal. Metode yang digunakan untuk mengetahui persentase tersebut adalah trial mix terhadap fraksi agregat 3/4', agregat 3/8', Abu batu, dan pasir yang salah satu contoh hasilnya disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan trial mix pada komposisi pasir, maka diperoleh persentase setiap fraksi untuk campuran beraspal. Komposisi fraksi tersebut telah memenuhi spesifikasi gradasi AC WC. Variasi komposisi setiap fraksi agregat dan nilai Gse yang dihasilkan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Gse pada Setiap Komposisi Pasir

Fraksi Agregat BJBulk BJApp

Komposisi Pasir dalam Campuran

0% 5% 10% 15% 18%

(11)

Fraksi 3/8 2.824 2.878 45 35 40 38 40

Dust 2.558 2.751 40 50 45 46 42

Pasir 2.626 2.737 0 5 10 15 18

Total 100 100 100 100 100

KomposisiCA, FA, danFF

CA, % 52,77 46,62 49,70 49,34 52,33

FA, % 36,93 41,83 39,38 39,67 37,30

FF,% 10,30 11,55 10,93 10,99 10,37

Berat Jenis Campuran Agregat

Gsb 2,700 2,667 2,675 2,666 2,671

Gsa 2,814 2,798 2,801 2,796 2,798

Gse 2,757 2,733 2,738 2,731 2,734

Berat jenis efektif campuran fraksi agregat (Gse) disajikan pada Tabel 5. Terlihat bahwa nilai Gse tertinggi 2,757 dihasilkan dari kompoisi A dan yang terendah 2,731 didapat dari komposisi D. Berat jenis fraksi 3/8" lebih besar dari pada fraksi 3/4". Komposisi A menghasilkan Gse tertinggi karena persentase berat jenis fraksi 3/8" dan 3/4" nya yang paling besar (15% dan 45%). Adapun komposisi C menghasilkan Gse tertinggi kedua karena berat jenis fraksi 3/8" nya yang terbesar diantara komposisi B, D, dan E. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai Gse akan tinggi jika persentase fraksi 3/4" dan fraksi 3/8" besar. Pada komposisi E, walaupun persentase fraksi 3/4" = 0, tapi proporsi fraksi 3/8" nya cukup besar, sehingga Gse nya lebih tinggi dari komposisi B dan D.

3.4. Pengaruh Gse Umur Layanan sebelum Retak

Lebar dan kedalaman rutting tergantung pada karakteristik lapis perkerasan (ketebalan dan kualitas material), beban lalu lintas dan kondisi lingkungan.

Tabel 6. Contoh Hasil Perhitungan Umur Layanan Jalan hingga terjadinya Retak

Item NilaiGse

2,731 2,733 2,734 2,738 2,757

VMA(%) 21,27 20,71 20,93 21,82 21,23

Sbit (Psi) 2.656,49

Sme (Psi) 234.435,14 254.979,87 246.647,85 216.205,28 235.798,46

CBRbase (%) 90

TYN(thn) 4,19 4,29 4,25 4,10 4,20

50 % C 10,19 10,29 10,25 10,10 10,20

Untuk mengetahui umur layanan hingga terjadinya retak, maka dalam penelitian ini konstruksi jalan lentur didesain dengan ketebalan lapis permukaan, lapis base, dan subbase berturut - turut 101,6 mm, 300 mm, dan 423,40 mm (Huang, 1993), dengan modulus elastisitas aspal (Sbit), lapis permukaan (Sme), serta parameter lainnya sebagaimana ditampilkan pada Tabel 6.

Pada contoh ini digunakan kadar aspal 5%, kadar agregat 95%,Gmb= 2,286 gr/cm3, dan lalu lintas tahunan (YE4) = 0,8msa,diperolehTYN,dan 50% C.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Umur LayananTYN,dan 50% C pada setiap NilaiGsedan Variasi Kadar Aspal

Gse Kandungan Aspal (%)

5 5,5 6 6,5 7

TYN(thn) saat Retak Rambut (Narrow Cracking)

2,731 4,19 4,28 4,32 4,55 4,44

2,733 4,29 4,38 4,40 4,40 4,29

2,734 4,25 4,36 4,31 4,29 4,26

2,738 4,10 4,25 4,36 4,64 4,47

2,757 4,20 4,33 4,47 4,53 4,51

Umur Layanan( thn)saat 50% Cracking

2,731 10,19 10,29 10,25 10,10 10,20

2,733 10,28 10,38 10,36 10,25 10,33

(12)

Gse Kandungan Aspal (%)

5 5,5 6 6,5 7

2,738 10,55 10,40 10,29 10,64 10,53

2,757 10,44 10,29 10,26 10,47 10,51

Sumber : hasil analisis

Pada Tabel-7 disajikan prediksi lama waktu pelayanan yang dapat dilayangkan oleh lapis permukaan jalan AC WC sebelum terjadinya beberapa fase retak, yaitu: sebelum retak rambut (initiation of narrow cracking), dan sebelum 50% retak yang diikuti dengan penampilan data tersebut dalam bentuk visual pada Gambar 3. Pada gambar tersebut ditampilkan prediksiTYN,dan 50% C pada setiap nilai Gse untuk berbagai kadar aspal campuran, dengan menggunakan parameter teknis yang sama pada Tabel-6. Beberapa hal penting yang teramati dari Gambar-3 antara lain:

Gambar 3, HubunganGsedan Umur Layanan hingga terjadinyaTYNdan 50% C 4. KESIMPULAN

a) Perubahan nilai Gse campuran agregat dan kadar aspal campuran beraspal menyebabkan perubahan TYN, dan 50 % C.

b) Kecuali pada Gse 2,734, terlihat bahwa untuk kondisi TYN, dan 50% C, pada setiap nilai Gse memperlihatkan pola yang serupa, yaitu awalnya dengan kadar aspal 5% umur layanan meningkat hingga kadar aspal 6,5% untuk kemudian menurun pada kadar aspal 7 %.

c) Kecuali pada Gse 2,734, umur layanan terbesar sebelum terjadinya retak pada semua Gse lainnya terjadi pada kadar aspal 6,5%.

d) Umur layanan terbesar sebelum terjadinya retak terjadi pada Gse 2,738 dan kadar aspal 6,5%, sementara yang terkecil terjadi pada Gse 2,738 dan kadar aspal 5%.

5. DAFTAR PUSTAKA

A.A.A. Molenaar, Structural Design of Pavements, Part III Design of Flexible Pavements, Delft University of technology, The Netherlands, September 1994.

Brian J. Coree (2000) A Laboratory Investigation Into The Effects Of Aggregate-Related, Factors Of Critical VMAIn Asphalt Paving Mixtures, Civil Engineering, Iowa State University, Center for Transportation Research and Education, Iowa State University.

Brown, S.F, Janet M, Bruton (1982), An Introduction To The Analytical DesignOf BituminousPavement, 2nd Edition, University of Nottingham, UK.

Depertemen Pemukiman dan prasarana Wilayah, Direktorat Jendral Prasarana Wilayah,Spesifikasi Umum, 2010

Harold N.Atkins, 1997, Highway Materials, Soils, and Concretes, Third Edition, PRENTICE HALL, Upper Saddle River, Jersey, Columbus, Ohio

Hopman P.C, C.P Valkoning, J.P.J. Van Der Heide (1992), Towards a Performance –Related Mix design Procedure, Journal of The Association of Asphalt Paving Technologiests, Vol. 61

Kennedy, T.W, R.J. Cominsky, E.T. Harigan (1991), Development of Based Spesification and AAMAS. Jurnalof The Assosiation of Asphalt Paving Technologiests, Vol. 61.

Mahboub. K, and D.N. Little Jr. (1990), An Improvement AsphaltMix designProcedure, Journal of The Association of Asphalt Paving Technologiests, Vol. 59

Oliver P.S (1994), The AUSTROAD Asphalt Mix design Method, Version 1, Research Report , ARR 259 Australian Research Board Ltd. Australia.

R. Anwar Yamin, Juli 2002, ‘Desiminasi Spesifikasi-Baru Campuran Beraspal Panas Dengan Alat PRD’, Modul 3, Puslitbang Prasarana Transportasi, Makassar, , Departemen KimPrasWil.

Sukirman.S, 2010,Beton Asphal Campuran Panas, Granit, Yogyakarta

(13)

TRB. 2005. Superpave, Performance by Design. Final report of the TRB Superpave Committee. Washington, D.C.: National Academies Press.

(14)

STUDI PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI FILLER SERBUK ARANG TEMPURUNG

KELAPA DAN ABU TERBANG BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK

CAMPURAN ASPAL BETON LAPISAN PONDASI ATAS (AC-Base)

Triyanto Suparlan1), Dede Sumarna2), Safitri Syarief3)

1

Mahasiswa Prodi Teknik Sipil. Universitas Bumi Hijrah Maluku Utara 2

Dosen Prodi Teknik Sipil. Universitas Bumi Hijrah Maluku Utara

ABSTRAK

Tingginya laju pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya mobilitas penduduk. Kemampuan untuk mencapai umur desain dari jalan kemampuan melindungi subgrade dari kerusakan. Mineral yang digunakan sebagai filler campuran beraspal adalahcement portland, abu batu, perlu alternatif pemanfaatan limbah industri yang belum dikelola, fly-ash.. Hasil penelitian campuran arang tempurung kelapa semakin kaku karena mengandung unsur karbon dengan berat jenis yang lebih ringan dari berat jenis aspal. Nilai durabilitas meningkat kadar filler,fly-ashdigunakan berturut 2%, 4%, 6%, 1957, 15%, 1987, 96%, 1964, 27%.

Kata Kunci:AC-Base, Filler, Fly-As, Jobmix Design/ Jobmix Formula

1. PENDAHULUAN

Dewasa ini pengembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi hal ini mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk. Sistem transportasi merupakan salah satu elemen-elemen penting dalam pembangunan Negara salah satu layanan dasar ialah kemampuan untuk encapai suatu umur desain dari suatu jalan kemampuan melindungi subgrade dari kerusakan. Oleh karena itu, desain campuran beraspal yang digunakan sangatlah penting dalam memastikan campuran beraspal yang efektif dan mampuh mengatasi kemungkinan efek kerusakan dari beban yang dikenakan ke atasnya.

Campuran beraspal lapis aspal beton (Laston) atau umumnya dikenal sebagai aspal beton adalah salah satu konstruksi perkerasan lentur di lapisan permukaan (surface course). Mineral yang umum digunakan sebagai filler pada penyusunan campuran beraspal adalah semen portland, abu batu. Oleh sebab itu, perlu ditemukan alternatif pemanfaatan tersebut antara lain dengan menggunakan material dari limbah industri yang persediannya relatif banyak serta belum dikelolah dengan baik. Diantaranya, limbah industri abu terbang (fly-ash) batu bara yang digunakan dari PLTU/PLN di Tidore dan serbuk arang tempurung kelapa yang digunakan dari limbah pengolahan kopra. Apakah dengan di Tambahkannya Serbuk Arang Tempurung Kelapa dan Abu Terbang Batubara sebagai Campuran Variasi filler Dapat Meningkatkan Mutu Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Lapisan Fondasi Atas (AC-Base). Adapun tujuan tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

a. Untuk menentukan setiap variasi filler, serbuk arang tempurung, dan abu terbang batubara pada campuran aspal laston lapis lapisan pondasi atas (AC-Base).

b. Untuk membandingkan karakteristik campuran aspal laston lapis lapisan pondasi atas (AC-Base) yang menggunakan variasi filler, serbuk arang tempurung, dan abu terbang batubara.

Secara akademis diharapkan penilitian ini dapat dijadikan sebagai nilai tambah perekonomian. Dan dapat dijadikan referensi-referensi penting bagi peniliti berikutnya, yang punya keinginan meniliti masalah yang sama. Secara praktis diharapakan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah Daerah Propinsi Maluku Utara. Dalam hal ini Dinas Teknis yang terkait dengan pembangunan infrastruktur untuk mendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat ke depan secara totalitas, sehingga pembagunan infrastruktur jalan raya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2. METODE PENELITIAN

(15)

eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Itimkara yang berlokasi di Desa Ampera. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium jalan dan aspal fakultas teknik universitas khairun ternate, dengan pengujian agregat kasar dan halus berupa berat jenis dan penyerapan agregat kasar, berat jenis dan penyerapan agregat halus, abrasi. Adapun hasil pengujian agregat untuk agregat kasar.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan agregat dari AMP intimkara (laboratorium jalan dan aspal FT-UNKHAIR, 2017).

No Pengujian

Agregat

Spek Sat Ket

Kasar Kasar

Sedang Pasir

Abu batu

1 Keausan 30,800 Maks 40 % Memenuhi

2 Berat Jenis

BJ. Bulk 2,811 2,779 2,607 2,592 Min 2,5 Memenuhi

BJ. SSD 2,857 2,831 2,639 2,639 Min 2,5 Memenuhi

BJ. Apperent 2,947 2,930 2,694 2,720 Min 2,5 Memenuhi

No Pengujian

Agregat

Spek Sat Ket

Kasar Kasar

Sedang Pasir

Abu batu

Penyerapan 1,650 1,850 1,215 1,833 Maks 3,0 % Memenuhi

3 Indeks Kepipihan 16,00 Maks 25 % Memenuhi

4 Kadar Lumpur 1,250 1,978 1,250 1,750 Maks 5 % Memenuhi

(16)

Pada Gambar Grafik 1. diatas dari hasil pengujian menunjukan bahwa hubungan kadar aspal dengan stabilitas selalu mengalami kenaikan setelah ditambahkan kadar aspal dalam presentase normal, sedangkan bila ditambahkan dengan filler fly ash batu bara nilai stabilitasnya menjadi semakin meningkat yaitu dalam presentase kadar aspal 6 dengan filler 4%. Nilai stabilitas tertinggi berada pada Kadar aspal 6 yang mana untuk stabilitas normal = 1951,97 sementara untuk filler fly ash batu bara terjadi peningkataan dengan nilai = 1987,96 sedangkan untuk filler arang tempurung kelapa tidak terjadi peningkatan stabilitas dengan nilai = 1951,97. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar kadar aspal dan semakin besar pula filler fly ash batu bara maka semakin meningkat nilai stabilitasnya. Tetapi semakin tinggi kadar aspalnya dan semakin tinggi kadar fillernya maka nilai stabilitasnya menurun. Tetapi masih memenuhi spesifikasi.

3.2.

Terhadap Flow

Pada Gambar Grafik 2 diatas dari hasil pengujian menunjukan bahwa hubungan kadar aspal dengan flow mengalami penurunan setelah ditambahkan filler fly ash batu bara yang nilainya memenuhi spesifikasi yaitu 3-6. Nilai flow tertinggi juga berada pada Kadar aspal 5% filler arang tempurung kelapa 2% = 5,013. Dan Hal ini menunjukan bahwa fly ash batu bara sebagai filler membuat nilai flownya menurun. Dan arang tempurung kelapa sebagai filler membuat nilai flownya meningkat.

3.3. Terhadap Marshall Quontient

(17)

Pada tabel diatas dari hasil pengujian menunjukan bahwa hubungan kadar aspal dengan MQ nilainya memenuhi spesifikasi yaitu lebih dari 250 Kg/mm. Tetapi pada tabel di atas menunjukan bahwa penambahan arang tempurung kelapa dan Fly ash batu bara sebagai filler pada campuran aspal AC-Base mengakibatkan perkerasannya menjadi kaku, karena nilai dari MQ pada campuran aspal untuk 2% arang tempurung kelapa dan 4% fly ash batu bara mengalami kenaikan melebihi dari hasil normal MQ.

3.5. Terhadap Rongga Udara Dalam Campuran (Voids In Mix)

Dilihat dari tabel dan grafik diatas hasil pengujian menunjukan bahwa kadar aspal 5% normal melebihi spesifikasi batas atas dengan nilai = 5,072, sedangkan apabila ditambahkan dengan filler fly ash dan arang tempurung kelapa terjadi penurunan dengan nilai = 4,99 untuk fly ash dan 5,00 untuk arang tempurung kelapa dengan kadar aspal 5% presentasi filler 2%. Hubungan kadar aspal dengan VIM mengalami penurunan setelah penambahan kadar aspal dan penambahan filler. Yang mana spesifikasi untuk VIM pada campuran AC-Base adalah 3 – 5%. Nilai VIM yang diperoleh dari hasil pengujian ada yang memenuhi dan tidak dari standar dan batas spesifikasi yang ditentukan pada campuran tersebut. Hal ini menandakan bahwa pori yang tersisa disaat pemadatan ada yang tidak memenuhi spesifikasi dan ini berpengaruh pada gradasi dan jumlah aspal, karena nilai VIM yang terlalu besar dapat mempengaruhi kedap air, sehingga mempercepat penuaan aspal dan menurunkan sifat durabilitas aspal beton.

3.5. Terhadap Rongga Dalam Mineral Agregat (Voids In The Mineral Agregat)

Pada tabel & grafik diatas hasil pengujian menunjukan bahwa hubungan kadar aspal dengan VMA nilainya memenuhi spesifikasi yaitu lebih min 13. Namun bila kadar aspal semakin mingkat dan fariasi fillernya semakin besar maka nila rongga dalam agregatnya semakin terisi atau semanin kecil (Voids In The Mineral Agregat).

(18)

Hasil penelitian diatas nilai VFB ( Voids in film Bitumen ) memenuhi pada campuran AC-Base, bilamana kadar aspal semakin menikat dan di tambahkan dengan filler arang tempurung kelapa dan Fly ash batu bara maka nilai FVB cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena kadarfillerabu terbang batu bara dan arang tempurung kelapa yang ada menyerap aspal dan mengisi rongga lebih banyak dengan nilai FVB terbesar terjadi pada kadar aspal 7% dengan kadar filler abu terbang batu bara 6%, yaitu sebesar 79,39% dan kadar filler arang tempurung kelapa 7%, yaitu sebesar 79,37%. Sehingga volume porinya semakin terisi dan semakin kecil.

4. KESIMPULAN DAN SARAN a. Stabilitas

Stabilitas yang mengunakan filler abu terbang batu bara cenderung mengalami kenaikan sampai pada batas optmum kemudian mengalami penurunan. Stabilitas tertingi tercapai kadar aspal 6% dengan kadar filler optimum 4%. Sedangkan campuran yang menggunakan filler arang tempurung kelapa tidak terjadi peningkatan nilai stabilitas masih setara dengan nilai stabilitas normal tanpa bahan tambah dengan stabilitas tertinggi tercapai pada kadar aspal 6% dengan kadar filler 6%.

b. Fleksibilitas

Nilai fleksibilitas campuran dinyatakan dengan Marshall Quotien (MQ), menunjukan bahwa nilainya cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya kadar filler arang tempurung kelapa dan abu terbang batu bara kedalam campuran beton aspal.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa campuran yang menggunakan arang tempurung kelapa akan semakin kaku dikarnakan arang tempurung kelapa mengandung unsur karbon dengan berat jenis yang lebih ringan dari berat jenis aspal pada umumnya , karena melebihi dari hasil normal nilai MQ. Namun campuran yang menggunakan fly ash batu bara nilai MQ nya masih setara dengan hasil normal jadi campuran tidak menjadi kaku.

c. Durabilitas

Durabilitas campuran dinyatakan dengan nilai stabilitas sisa. Nilai durabilitas meningkat seiring meningkatnya kadar filler abu terbang batu bara yang digunakan berturut 2%, 4%, 6%, 1957, 15%, 1987, 96%, 1964, 27%. Untuk rentang kadar filler 4% abu terbang batu bara meningkatkan nilai durabilitas, yang mengidikasikan adanya ketahanan campuran terhadap pengaruh cuaca dan beban lalulintas atau nilai keawetan yang cukup baik. Namun untuk filler arang tempurung kelapa tidak terjadi peningkatan nilai durabilitasnya sehingga perkerasan campuran beraspal berpotensi untuk menjadi lebih kaku dan getas karena arang tempurung kelapa mengandung hidrokarbon sehingga kurang maksimal terhadap pengaruh cuaca dan beban lalulintas. Dari ketiga fariasi kadar filler abu terbang batu bara dan arang tempurung kelapa yang digunakan , kadar filler 4% untuk abu terbang batu bara dan 4% untuk arang tempurung kelapa menjadi kadar filler yang optimum / ideal sbagai bahan pengisi dalam campuran beton aspal dengan kadar aspal ptimum (KAO) sebesar 6%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan:

(19)

b. Untuk menggunakan abu terbang batu bara sebagai campuran aspal sangat baik dikarenakan tahan terhadap perubahan cuaca dan beban lalulintas dengan nilai stabilitas yang meningat dengan kadar filler optimum 4%.

c. Untuk menggunakan jenis filler yang lain untuk melihat perbandingan karakteristik marshall yang dihasilkan.

d. Untuk menggabungkan antara filler arang tempurung kelapa dan abu terbang batu bara dengan filler lain.

5. DAFTAR PUSTAKA

Anas Tahir, 2009, “Karakteristik Campuran Beton Aspal (AC-WC) dengan menggunakan variasi kadar filler abu terbang batu bara”, Jurnal SMARTek, Vol. 7 No. 4, November 2009, Palu. Diakses pada, 21 Maret 2017

Mashuri (2006), Sifat-sifat Mekanis Aspal yang ditambahkan Serbuk Arang Tempurung Kelapa, Jurnal Media Komunikasi Teknologi Edisi Januari 2006, Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu. Diakses pada, 21 Maret 2017

Mashuri (2008), Pengaruh Penggunaan serbuk Arang Tempurung kelapa dan Variasi jumlah Tumbukan Terhadap Karakteristik Campuran Beton Aspal, Jurnal Media Komunikasi Teknologi Edisi Januari 2008, Fakultas Teknik Universitas Todoluko, Palu. Diakses pada 25 Februari 2017

Edwin P, (dkk) 2007,“Studi Pengaruh Penggunaan Variasi Filler Semen, Serbuk Bentonit, dan Abu Terbang Batu Bara Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Lapisan Fondasi Atas (AC-Base)”. Diakses pada, 5 Mei 2017 Sugiyono, (2014)Metode Penelitian Kombinasi. Penerbit Alfabeta : Bandung.

Sukirman, Silvia. (2003)Beton Aspal Campuran Panas. Penerbit Granit : Jakarta. 6. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada :

(20)

PEMETAAN TERPADU SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JARINGAN JALAN KOTA

TAKALAR

Haeril Abdi Hasanuddin1), Vita Fajriani Ridwan2) 1,2)

Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

Takalar is one of the districts that belong to the mamminasata area, which is designed as a new metropolitan development area. Required improvement of quantity and quality of road infrastructure in takalar city in supporting the development of Mamminasata area. This study aims to create an integrated mapping with Geographic Information System (GIS) of Takalar city road network. This research was conducted by survei of primary data in the form of spatial data of road network mapping, attribute data in the form of road photograph, and secondary data in the form of regional administration data, roads and road facilities and then mapping software made geographical analysis to obtain an informative thematic map. The result of the research is the availability of mapping software used to perform geographic analysis of geographic object of map to produce integrative and informative thematic map as a tool of takalar city government in decision making.

Keywords: Takalar, road infrastructure, thematic map, Geographic Information System 1. PENDAHULUAN

Era teknologi informasi telah membuka wawasan dan paradigma baru dalam proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi. Kebutuhan informasi akan meningkat seiring perkembangan zaman, yang mengharuskan masyarakat untuk lebih aktif dan selektif, dalam memilih dan mengolah informasi tersebut untuk dijadikan bahan referensi. Berfikir lebih dalam mengolah data dan informasi yang ada menjadi hal yang yang baru dan lebih inovatif. Dengan adanya perkembangan teknologi dan pengetahuan, data yang merepresentasikan dunia nyata dapat disimpan dengan mudah dan diproses sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana dan sesuai kebutuhan. Kebutuhan akan pengolahan dan penyajian data yang berstruktur kompleks dengan jumlah data besar sulit dilakukan secara konvensional tanpa bantuan teknologi informasi. Teknologi informasi membutuhkan sistem informasi terintegrasi yang mampu mengolah data spasial maupun data atribut ini secara efektif dan efisien. Dengan demikian, diharapkan keberadaan suatu sistem informasi yang terpadu dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan yang tepat dan cepat. Sistem yang menawarkan solusi-solusi untuk masalah ini disebut Sistem Informasi Geografis (SIG).

Kabupaten Takalar merupakan salah satu kabupaten yang masuk pada kawasan Mamminasata, yang dirancang sebagai kawasan pembangunan kota baru Metropolitan. Berdasarkan pasal 15 ayat 2.c Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar, Kota Takalar sebagai salah satu pusat kegiatan wilayah perkotaan disekitar kota Makassar menjadi sentra pada beberapa sektor membutuhkan sarana dan prasarana transportasi yang memadai untuk menjamin kelancaran arus barang dan jasa. Peningkatan kuantitas dan kualitas dari sarana dan prasarana transportasi pada seluruh kabupaten Takalar pada umumnya dan kota Takalar pada khususnya adalah keharusan dalam rangka mendukung perkembangan kawasan Mamminasata. Infrastruktur Jalan sebagai salah satu sarana transportasi merupakan sarana yang utama dan penting dalam pertumbuhan suatu kawasan perkotaan. Manajeman pengembangan dan pengelolaan yang tidak terarah serta tidak cukupnya ketersediaan data-data yang informatif yang disajikan dalam bentuk peta tematik integratif sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, sehingga dibutuhkannya suatu pemetaan terpadu jaringan jalan kota Takalar dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis sebagai solusi dalam pemecahan masalah tersebut.

(21)

2. METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian di Kota Takalar kecamatan Pattalassang Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis berada pada 119o20’50” BT sampai 119o38’50” BT dan 5o12’15” LS sampai 5o36’40”. Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan April-Nopember 2017. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak Mapsource, Mapinfo, Mapbasic, Microsoft Visual Studio, GPS Path Finder Office, Microsoft Word, dan Microsoft Excel. Perangkat keras berupa Trimble Geo7X, Kendaraan roda dua dan empat, komputer PC maupun laptop, printer, kamera, dan Handycam. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa data peta jaringan jalan dan fasilitas jalan Kota Takalar yang diambil dengan menggunakan fitur tracking pada GPS Trimble Geo7X, data foto kondisi, kerusakan, dan fasilitas jalan, data video situasi jalan, data lapis perkerasan setiap ruas jalan. Data-data sekunder berupa peta rencana tata ruang Kawasan Mamminasa, peta Administrasi Kabupaten takalar dan wilayah Kota Takalar, data penamaan jalan pada jaringan jalan kota Takalar, dan data terkait lainnya.

. Gambar 1 Diagram alir Penelitian

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan lima tahapan yaitu tahap persiapan, pengumpulan data-data, kompilasi data-data, perancangan dan pembuatan perangkat lunak, analisis geografis peta untuk menghasilkan peta tematik yang terpadu dan informatif. Prosedur penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir pada Gambar 1. Dalam penelitian ini pengumpulan data meliputi kegiatan survai jalan di kecamatan Pattalassang Kabupaten Takalar dengan menggunakan GPS Garmin, pengumpulan data berupa pengambilan data hasil tracking jaringan jalan Kota Takalar, titik-titik jembatan, pencatatan jenis perkerasan jalan, dan tracking dan pencatatan fasilitas jalan (data spasial), foto situasi disekitar jalan, fasilitas jalan(data atribut), pengumpulan data sekunder terkait jaringan jalan Kota Takalar, data-data geometrik, data pemeliharaan dan pengembangan jalan, data penamaan jalan, peta administrasi kota Takalar, dan data lainnya terkait jalan kota Takalar.

(22)

menggunakan perangkat lunak pemetaan MapInfo yang menghasilkan beberapa layer peta dalam ekstensi *.tab yaitu layer jaringan jalan kota Takalar, layer fasilitas jalan kota Takalar, layer lapis perkerasan jalan kota takalar, layer batas administratif desa dalam kecamatan Pattallassang, layer titik jembatan dalam kota Takalar, dan layer peta pendukung lainnya.

Tahap pembuatan perangkat lunak diawali dengan perancangan dan pembuatan perangkat lunak untuk sistem informasi geografis terpadu jaringan jalan Kota Takalar dengan menggunakan perangkat lunak pemrograman Mapbasic dan Microsoft Visual Studio, perangkat lunak pemetaan MapInfo, serta perangkat lunak lainnya seperti Google Earth, dan Mapsource. Tahap terakhir ialah analisis geografis, yaitu melakukan analisis geografis pada perangkat lunak baru hasil rancangan menggunakan data-data dari peta jaringan jalan, peta lapisan permukaan jalan, peta fasilitas jalan, peta jembatan, serta peta batas administrasi wilayah untuk menghasilkan informasi yang terpadu.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Data-data yang diambil dalam penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan data sekunder. Adapun jenis data yang diambil terdiri atas 2 yaitu data spasial dan data attribut. Untuk mendapatkan data primer, metode pertama yang digunakan dalam pengambilan data-data di lapangan dengan melakukan survei/pengamatan secara langsung di lapangan dengan alat GPS untuk mengambil data spasial berupa peta jaringan jalan, lapis permukaan jalan, serta fasilitas jalan.

Gambar 2. Hasil tracking ruas jalan di Kecamatan Pattalassang di mapsource

Metode kedua adalah pengambilan data atribut berupa situasi ruas jalan dengan menggunakan kamera untuk data atrribut berupa foto serta data attribut lainnya pada jalan seperti kode ruas, titik pengenal pangkal, titik pengenal ujung, kondisi jalan, lebar jalan, dan lainnya dengan mencatatnya.

(23)

Gambar 3 Data atribut berupa foto situasi jalan serta fasilitas jalan pada ruas lainnya Pembahasan

Penggunaan perangkat lunak pemetaan yang umum digunakan membingungkan pengguna disebabkan tersedianya begitu banyak fitur namun tidak sesuai kebutuhan, sehingga dibutuhkan perangkat lunak yang sesuai kebutuhan pengguna serta mudah dipahami dan dioperasikan. Tahapan dalam pembuatan perangkat lunak pemetaan terpadu (integrated mapping) dimulai dengan perancangan graphical user interface (GUI) dari perangkat lunak tersebut dengan mengakomodir fitur-fitur yang hanya dibutuhkan oler user. Perangkat lunak SIG Jalan Kota Takalar 2017 dibangun dari bahasa pemrograman Mapbasic sebagai pengolah petanya dan Microsoft Visual Studio sebagai pengolah GUI dari perangkat lunaknya.

(24)

Gambar 5 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Takalar dalam tampilan perangkat lunak SIG Jalan Kota Takalar 2017

Analisis Geografis dengan perangkat lunak SIG Jalan Kota Takalar 2017

Perangkat lunak SIG Jalan Kota Takalar 2017 menyiapkan fitur untuk melakukan analisis geografis dengan beberapa operator geografis seperti titik pada garis, titik pada wilayah, garis pada garis, garis pada wilayah, wilayah pada garis, dan wilayah pada wilayah. Hasil analisis geografis dengan menggunakan SIG Jalan Kota Takalar 2017 akan menghasilakan peta tematik yang menyajikan data yang informatis dan terpadu.

Gambar 5 Peta tematik “Lapis Permukaan Jalan” pada wilayah kecamatan Pattallassang

(kota Takalar) kabupaten Takalar

(25)

4. KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat ruas jalan di Kecamatan Pattalassang Kabupaten Takalar dengan panjang jalan 134757.9763 meter, lapisan permukaan jalan yang termasuk tanah dengan panjang 574.787 meter, Aspal hotmix 44929.711 meter, Aspal lapen 31225.131 meter, Rigid Pavement 11788.458 meter, Perkerasan 6809.652 meter, Paving blok 13323.769 meter. pada Fasilitas jalan terdapat panjang 121097.366 meter yang termasuk trotoar kiri dengan panjang 6682.669 meter, trotoar kanan 15601.756, drainase kiri 30422.368, drainase kanan dengan panjang 27538.444 meter dan median jalan dengan panjang 40852.129 meter. Selain itu, pemanfaatan sistem informasi geografi (GIS) sebagai Operator dalam bidang Geografis (Titik, Garis dan Area) serta penyaringan objek-objek geografis dapat menganalisis data yang berstruktur kompleks dengan jumlah besar secara efektif dan efisien dengan penyajian yang lebih informatif berupa peta Tematik jaringan jalan Kecamatan Pattalassang Kabupaten Takalar.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih tujukan kepada pihak Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui Politeknik Negeri Ujung Pandang yang telah memberikan pendanaan sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik. Ucapan terima kasih juga ditujukan pada pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

6. DAFTAR PUSTAKA

Cornolly. 2004.Database Solutions : A Step-by-step Guide to building Database, Pearson Addison Wesley.

Eka, I Wayan. 2011. Sistem Informasi Geografis Berbasis Web untuk Pemetaan Pariwisata Kabupaten Gianyar. Skripsi Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Hertanto, Hendrik Boby. 2011.Sistem Informasi Geografis.Semarang:

Mangatur. 2010. Sistem Informasi Geografis: Pengertian dan Aplikasinya.Yogyakarta: STIMIK AMIKOM Yogyakarta. Mangatur, Irma. 2010. Sistem Informasi Geografi dan Penerapannya dalam Bidang HPT. Jatinagor:

Siswanto. 2005. Pengantar Sistem Informasi Geografik.Surabaya: UPN Press. Whitten. 2004.Metode Desain dan Analisis Sistem.Yogyakarta : Andi.

Wikipedia.com. 2012. Global Positioning System,(Online),(http://id.wikipedia.org/ wiki/Global Positioning System). Wikipedia.com. 2012. Sistem Informasi Geografis,(Online),(http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis. Wikipedia.com. 2012. MapInfo,(Online ),(http://id.wikipedia.org/wiki /MapInfo diakses).

(26)

STUDI PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM UNTUK MAHASISWA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Syahlendra1) 1)

Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

To overcome the increasingly severe congestion, it is necessary an effort to plan a good transportation system. One effort that can be done is to maximize the planning of public transport, be it urban or busway transportation. Students as users of private vehicles, especially large motorcycles, is an important element that needs to be studied in maximizing the planning of public transport. This study examines the elements of students, especially students majoring in Civil Engineering State Polytechnic Ujung Pandang. The research was conducted by designing questionnaire based on stated preferences which consisted of the selection of student modes, where the modes reviewed were private vehicle mode, municipal transport mode and busway mode. The results obtained showed that some students who use private vehicles still prefer to keep using private vehicles, although the level of public transport service has been improved. Keywords: Students, Stated Preferences, Public Transportation

1. PENDAHULUAN

Salah satu penyebab kemacetan adalah tidak berimbangnya jumlah kendaraan yang menggunakan fasilitas jalan, dengan perkembangan fasilitas jalan itu sendiri. Pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi semakin meningkat dengan cepat dari waktu ke waktu, ini menunjukkan pertumbuhan kebutuhan manusia yang meningkat. Hal ini kurang diikuti dengan perkembangan system transportasi, dalam hal ini fasilitas jalan yang perkembangannya dirasakan sangat lambat. Salah satu jalan keluar untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan menerapkan suatu system angkutan umum/massal yang dikelola secara baik dan benar, dalam artian bagaimana memaksimalkan kinerja dan pelayanan dari angkutan umum/massal, sehingga pengguna kendaraan pribadi merasa tertarik untuk menggunakan kendaraan umum/massal dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Negara-negara maju, seperti Jepang, Korea, negara-negara Eropa, atau bahkan di negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, tingkat kemacetan tergolong rendah, hal ini dikarenakan system angkutan umum/massal yang dikelola dengan sangat baik dan maksimal, sehingga kebanyakan masyarakat akan lebih memilih menggunakan fasilitas angkutan umum/massal dari pada menggunakan kendaraan pribadi.

Untuk mewujudkan suatu system angkutan umum/massal yang baik dan maksimal, yang membuat masyarakat lebih memilih untuk menggunakan angkutan umum/massal daripada kendaraan pribadi, maka dibutuhkan suatu perencanaan transportasi yang baik. Pertama terlebih dahulu harus diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan moda transportasi yang digunakan. Kemudian yang kedua menganalisa tingkat ketertarikan masyarakat terhadap moda angkutan umum/massal yang ada saat ini ataupun yang mungkin akan diterapkan untuk pemenuhan kebutuhan transportasi kedepan. Kemudian yang ketiga menganalisa besaran tingkat kebutuhan masyarakat terhadap moda angkutan umum/massal, Kemudian setelah itu menganalisa faktor-faktor apa yang dapat membuat masyarakat untuk lebih tertarik lagi menggunakan moda angkutan umum/massal daripada menggunakan kendaraan pribadi. Setelah faktor-faktor tersebut diperoleh, maka berikutnya bisa dijadikan bahan kajian dalam menentukan system angkutan umum/massal yang baik, maksimal, efektif dan efisien.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran kebutuhan probabilitas penggunaan moda angkutan umum/massal pada mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang dalam memilih moda transportasi.

2. METODE PENELITIAN 2.1. Jenis Penelitian

(27)

terukur atau terdeskripsikan dengan angka-angka (kualitatif) dan ada yang bersifat tidak terukur atau terdeskripsikan dengan kata-kata (kuantitatif).

2.2. Lokasi dan Waktu Kegiatan Penelitian

Penelitian dilakukan di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang dan dilakukan selama 4 bulan, mulai bulan april sampai bulan oktober 2017. Penelitian terbagi kedalam beberapa tahapan, tahap yang pertama adalah studi literatur dan pengumpulan data-data skunder, tahap yang kedua adalah perancangan desain kuisioner, tahap ketiga distribus kuisioner, tahap keempat pengumpulan data hasil kuisioner, tahap kelima penginputan dan pengolahan data, kemudian tahap yang terakhir adalah penulisan hasil penelitian. 2.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari objek yang diteliti, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang, jumlah populasi ini pasti dan dapat diketahui, maka populasi ini didekati sebagai populasi terhingga, Status seluruh populasi adalah sama yaitu mahasiswa sehingga populasi ini didekati pula sebagai populasi homogen (Amirin, 2011).

Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 10% dari jumlah populasi (populasi homogen) (Amirin, 2011). Misalnya diasumsikan rata-rata jumlah mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang adalah sebanyak 25 orang, jumlah kelas sebanyak 20 kelas, maka total jumlah mahasiswa adalah sebanyak 500 orang, 500 orang ini adalah populasi, sedangkan sampel ditetapkan sebanyak 10% dari 500 orang. Jadi jumlah sampel yaitu sebanyak 50 orang.

2.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan quisioner yang dirancang berbasis teknik stated preferences. Ciri-ciri dari teknik stated preference adalah adanya penggunaan desain untuk membangun alternatif hipotesa terhadap situasi (hypothetical situation), yang kemudian disajikan kepada responden (Rahman, 2009). Quisioner survey terbagi kedalam 4 bagian utama, yang berisi tentang karakter individu responden, karakter perjalanan responden, karakteristik penggunaan angkutan umum responden dan preferensi pemilihan moda responden berdasarkan perubahan variable tingkat pelayanan angkutan umum.

2.5. Teknik Pengumpulan Data

Data skunder berupa data jumlah mahasiswa diperoleh secara langsung melalui staff akademik jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang. Data Primer diperoleh dengan menggunakan salah satu teknik sampling yang memiliki jumlah populasi terhingga, yaitu teknik simple random sampling atau pengambilan sampel dengan metode acak sederhana. Pertama sampel dipilih secara acak, dimana semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Sampel yang terpilih kemudian di berikan kuisioner yang telah dirancang berbasis stated preferences untuk diisi.

2.6. Variabel yang Digunakan

Variabel terikat yang ditinjau adalah pemilihan moda mahasiswa berdasarkan 4 perubahan kondisi variable tingkat pelayanan angkutan umum, khususnya perubahan tingkat pelayanan terhadap angkutan umum busway. Untuk lebih jelasnya, variable terikat yang ditinjau dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Variabel terikat yang ditinjau.

Kondisi Variabel terikat yang digunakan Simbol

1 Tersedianya Halte busway politeknik (100%) Y1

2 Daya jelajah/jangkau busway ditingkatkan ( halte yang lebih banyak dan jarak

antar halte yang lebih pendek ) (100%) Y2 3 Tersedianya jalur khusus busway yang dipisahkan separator sehingga terhindar

dari kemacetan (100%) Y3

4 Tingkat keamanan dan kenyamanan halte busway lebih ditingkatkan (fasilitas

cctv, ac , tv pada halte busway) (100%) Y4

Variabel bebas yang ditinjau adalah variabel yang dirasakan akan berpengaruh secara signifikan terhadap veriabel terikat yang ditinjau, dari variable karakter individu responden, dipilih variable jenis kelamin dan kepemilikan SIM responden. Untuk variable karakter perjalanan responden dipilih variable yang bersifat kuantitatif yaitu jarak, waktu dan biaya yang dibutuhkan dari tempat tinggal menuju ke kampus. Kemudian dari variabel karakteristik penggunaan angkutan umum responden, dipilih jarak dari tempat tinggal menuju tempat menunggu angkutan kota dan busway. Untuk lebih jelasnya, variable bebas dan nilai rata-rata variabel bebas yang ditinjau dapat dilihat pada table 2.

(28)

No Variabel Bebas Yang Digunakan Simbol Nilai rata-rata

1 Jenis Kelamin X1 1.50

2 Kepemilikan Sim X2 0.88

3 Jarak dari tempat tinggal menuju kampus (Km) X3 4.69

4 Waktu yang dibutuhkan dari tempat tinggal menuju kampus (Mnt) X4 22.58 5 Biaya yang dibutuhkan dari tempat tinggal menuju kampus (Rp.) X5 8541.67 6 Jarak lokasi tempat tinggal ke lokasi menunggu pete-pete (m) X6 280.83 7 Jarak lokasi tempat tinggal ke halte busway terdekat (m) X7 405.83 2.7. Teknik Penginputan Data Format Multinomial Logit Model

Data yang terkumpul kemudian diinput dan direkapitulasi berdasarkan tiap variable yang ditinjau. Variable yang bersifat kualitatif kemudian di kuantitatifkan dengan cara mengubah setiap alternative pilihan yang bersifat kualitatif menjadi angka-angka yang terukur, misalnya pada variable jenis kelamin, untuk jenis kelamin laki-laki, diubah menjadi angka 1 dan untuk jenis kelamin perempuan diubah menjadi angka 2. Untuk data yang sudah bersifat kuantitatif, penginputannya langsung diinput berdasarkan alternative pilihan yang dipilih. Teknik penginputan data format multinomial logit model dilakukan dengan menjabarkan tiap alternative jawaban pada variable terikat menurun kebawah, jadi misalnya jika terdapat tiga alternative jawaban, maka untuk tiap data responden, akan memiliki tiga baris format penginputan data dengan multinomial logit model. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Format penginputan data dengan multinomial logit model (MNL)

Dari gambar diatas, kolom “No” dalah nomor responden, kolom “kondisi” adalah kode untuk variable terikat yang ditinjau (4 kondisi perubahan variabel tingkat pelayanan angkutan umum), kolom “ALT” adalah alternative pilihan jawaban untuk variabel terikat yang ditinjau, kolom “Y” adalah pilihan jawaban untuk variable terikat yang ditinjau, kemudian kolom “X1” sampai “X7” adalah variable bebas yang ditinjau. Pengolahan lebih lanjut diakukan dengan metode statistik menggunakan program STATA 12.

2.8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Untuk menganalisa pemilihan diskret dari permintaan perjalanan, maka digunakan model pilihan probabilitas, salah satunya adalah Model Multinomial Logit (MNL) yang digunakan untuk memodelkan permintaan perjalanan. Irawan, M.Z. dkk (2011) mengatakan bahwa Multinomial Logit (MNL) mengasumsikan bahwa seseorang yang memilih pilihan memiliki nilai utilitas tertinggi. Jika setiap alternatif m memiliki utilitas khusunya n (Unm), maka utilitas dapat dinyatakan oleh fungsi linear sebagai berikut :

nm nm nm

V

U

ε

……….(1)

Dimana Unm adalah utilitas dari wisatawan n pada moda m dan ε nmadalah kesalahan acak.

Gambar

Tabel 4. Hasil Mix design Campuran Fraksi Agregat Komposisi Pasir 5%
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
Gambar 1 Diagram alir Penelitian
Gambar 2. Hasil tracking ruas jalan di Kecamatan Pattalassang di mapsource
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dimensi produk Dimensi produk sederhana karena hanya menyimpan daya dari aliran listrik PLN Solar charging bag memiliki dimensi yang lebih sederhana yang memungkinkan untuk

Pergaulan Mahasiswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda tentunya akan menghasilkan pola perilaku yang menarik untuk dicermati. Mahasiswa yang tinggal

(1) Objek Retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di Puskesmas, Puskesmas Keliling, Puskesmas pembantu, Rumah sakit umum daerah, Laboratorium

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dalam skripsi ini dengan judul “ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN

Teknik Pengumpulan Data ... Analisa

Subyek dalam penelitian ini adalah berhubungan dengan sistem elolaan layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 4 Kota Bengkulu dengan rincian sebagai

bahwa dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan untuk memberikan dukungan teknis operasional dan

1) Teori tentang kenyamanan termal dan perancangan pasif. • Standar kenyamanan termal dari buku bangunan tropis, Georg Lippsmeyer. • Tindakan arsitektural yang bisa dilakukan