• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 712010035 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 712010035 BAB III"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

12 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba

Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nama Gereja Kristen Sumba dicetuskan secara resmi pada sidang sinode ke- II di Waikabubak pada tanggal 1-5 juli 1947.1 Gereja Kristen Sumba lahir dan berdiri sendiri pada tanggal 15 Januari 1947 sebagai hasil pekabaran injil dari Zending Gereformeed Kerken in Nederland (GKN) sejak tahun 1881. Sejak berdiri sendiri, GKS mengalami dinamika-dinamika salah satunya adalah pada tahun 2006, GKS mengalami masa-masa berbenah diri yang ditandai dengan Amandemen TAGER GKS terutama perubahan struktur organisasi secara menyeluruh dan penyempurnaan GBKU sebagai pedoman bersama dalam melakukan pelayanan. Perubahan struktur yang terjadi dilatarbelakangi oleh keinginan yang kuat untuk melakukan revitalisasi asas pemerintahan gerejawi GKS” presbiterial sinodal” secara seimbang dan proporsional.2

Gereja Kristen Sumba memiliki visi dan misi yaitu:

1. Visi: Sumba yang damai sejahtera, di mana masyarakatnya hidup dalam kasih, kebersamaan, sukacita, mandiri, dan terpeliharanya keutuhan ciptaan Tuhan.

2. Misi: GKS membina, memperlengkapi dan memberdayakan pelayan serta warganya sebagai Tubuh Kristus agar mampu mewujudkan Sumba yang damai sejahtera, dimana masyarakatnya hidup dalam kasih, kebersamaan, sukacita, mandiri dan terpeliharanya keutuhan ciptaan.

Bentuk organisasi Gereja Kristen Sumba adalah prebiterial-sinodal. Artinya pada satu sisi memberi peranan pada Majelis Jemaat dan Jemaat dan pada sisi lain menekankan kebersamaan antar Jemaat dalam GKS melalui klasis dan sinode. Dengan sistem inilah dibangun sistem organisasi dan kepemimpinan dalam GKS. Gereja Kristen Sumba merupakan gereja yang mewarisi tradisi

reformed(calvinis). Kata “presbiterial” menunjukkan adanya otonomi gereja setempat yang di pimpin oleh majelis jemaat. Majelis jemaat menjadi pimpinan yang mengatur dan mengambil keputusan atas pelbagai hal keputusan jemaat lokal. Kata “sinodal” menjelaskan bahwa gereja-gereja yang telah menggabungkan diri pada sinode harus tunduk pada sinode perihal yang umum dan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh gereja setempat. Jemaat mempunyai otonomi penuh yang membatasi ialah sinode. Sinode mempunyai kekuasaan tetapi terbatas yang membatasi ialah jemaat.3

1

Oe.H. kapita, Sejarah pergumulan Injil di Sumba ( Sumba: Sinode GKS, 1962), hlm 70. 2

GBKU-GKS, Badan Pelaksana Majelis Sinode GKS, 2010, hlm 1. 3

(2)

13 Berdasarkan data terakhir tahun 2014, Wilayah pelayanan GKS saat ini tersebar diseluruh wilayah pulau Sumba yang terbagi di empat kabupaten yang ada (Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya). Di Sumba Timur, jumlah seluruh warga jemaat adalah 182.088 jiwa, terdiri dari 64 jemaat dan 14 Klasis dengan jumlah Pendeta Jemaat laki-laki sebanyak 41 orang, perempuan 40 orang, Vikaris 48 orang, Guru Injil 99 orang. Di Sumba Tengah, seluruh warga jemaat berjumlah 54.146 jiwa, terdiri dari 26 Jemaat, 5 Klasis, dengan jumlah Pendeta laki-laki 17 orang, perempuan 12 orang, Vikaris 16 orang, Guru Injil 16 orang. Di Sumba Barat, seluruh warga jemaat berjumlah 70.420 jiwa, terdiri dari 25 Jemaat, 4 Klasis dengan jumlah Pendeta laki-laki 11 orang, perempuan 21 orang, Vikaris 13 orang, Guru Injil 10 orang. Di Sumba Barat Daya, jumlah seluruh warga jemaat adalah 119.538 jiwa, terdiri dari 51 Jemaat, 9 Klasis dengan jumlah Pendeta laki-laki 27 orang, perempuan 22 orang, Vikaris 18 orang dan Guru Injil 30 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan, saat ini pada tahun 2014, GKS terdiri dari 426.192 jiwa warga jemaat, yang terbagi atas 166 jemaat, 32 Klasis dengan jumlah Pendeta sebanyak 192 orang, Guru Injil 155 orang, ditambah dengan 562 cabang dan 173 ranting pelayanan. 4

Pada sejumlah jemaat GKS yang lain masih terjadi kekuarangan pengerja gereja yang sangat kritis. Diantaranya adalah Klasis Nyura Lele WP jemaat Ombarade, memiliki jumlah warga jemaat sebanyak 5642 jiwa, 5 cabang pelayanan dan 1 ranting. Jemaat Ngambadeta (masih klasis NyuraLele WP) terdiri dari 5446 jiwa, 5 cabang dan 1 ranting. Jemaat Palla 4590 jiwa, 3 cabang 1 ranting. Jemaat Kori 5136 jiwa, 2 cabang 1 ranting. Secara keseluruhan, ada 17 jemaat GKS yang jumlah antara warga jemaat, cabang pelayanan dan pengerja gerejanya tercatat sangat berbanding jauh. Bahkan di antaranya ada 2 Jemaat GKS yang mengalami kekosongan pengerja gereja. Tidak ada Pendeta, Vikaris, dan Guru injil. Jemaat tersebut adalah Jemaat Waikarara dengan jumlah warga jemaat sebanyak 3114 memiliki 12 cabang pelayanan dan 3 ranting, serta Jemaat Kerenapu dengan jumlah warga jemaat sebanyak 1026 memiliki 2 cabang dan 2 ranting. beberapa jemaat diatas adalah jemaat yang hanya memiliki 1 pendeta tanpa vikaris maupun Guru Injil. 5 Data tahapan Vikariat pada tahun 2014 menunjukkan bahwa, saat ini GKS memiliki 98 orang Vikaris yang sedang menjalani tahapan Vikariat dari tahun ke -1 (tahap 1) sampai tahun ke-10 (tahap 10). Ditahap 1- 2 sebanyak 47 orang, dan ditahap 3-10 sebanyak 51 orang. Para vikaris yang berada ditahap 1-2 adalah mereka yang masih sedang menjalani masa vikariat wajib 2 tahun di jemaat, dan mereka yang berada

4

Laporan Persidangan Sinode ke-41 di Ramuk- Perjalanan Pelayanan dari Parewatana ke Ramuk – Data tahapan vikariat

GKS), 2014, hlm 8.

5

(3)

14 ditahap 3-10 adalah para vikaris yang telah layak untuk direkrut menjadi pendeta jemaat, dan sementara sedang menunggu untuk direkrut oleh jemaat hingga sekarang (tahun 2014). 6

3.2 Prosedur Rekrutmen Vikaris GKS

Rekrutmen pengerja gereja GKS berlangsung sejalan dengan sistem pemerintahan gereja yang berlaku di GKS yaitu presbiterial sinodal. Sebagai gereja yang menganut sistem presbiterial sinodal maka segala pengelolaan pengerja gereja diatur dan dibagi secara proporsional antara pihak sinode dan prebiter/jemaat.7 Berdasarkan hal diatas, maka pendaftaran, seleksi dan penempatan serta perputaran (mutasi) pengerja gereja (vikaris) diatur oleh pihak sinode GKS, sedangkan pemberian kompensasi dan perekrutan yang lebih lanjut(rekrutmen calon pendeta) diatur oleh jemaat.

3.2.1 Pendaftaran dan Seleksi

Untuk saat ini, mulai dari tahun 2009, GKS membuka pendaftaran pengerja gereja setiap tahun sekali tepatnya pada bulan Januari. Pendaftaran ini mewajibkan beberapa hal sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan yang telah diakui bersama di dalam Tata Gereja Kristen Sumba yaitu: Para lulusan Pendidikan Teologi yang berkeinginan menjadi pelayan GKS (vikaris) wajib menyampaikan surat lamaran kepada GKS melalui BPMS (Badan Pelaksana Majelis Sinode) GKS dengan mempedomani Tata gereja GKS pasal 33 ayat 2 yaitu : 1) wajib membawa fotocopy ijazah pendidikan teologia, fotocopy skripsi, surat keterangan kesehatan lengkap dari dokter, fotocopy akta baptisan kudus dan sidi. Bagi yang telah menikah, melampirkan surat keterangan nikah. 2) Tidak sedang berada dibawah disiplin gerejawi dan berusia maksimal 35 tahun. Setelah mendaftar, akan diadakan proses percakapan pastoral antara pihak BPMS Sinode GKS, dan akan ada penandatanganan surat pernyataan bersedia ditempatkan dimana saja oleh calon vikaris. Bersamaan dengan hal tersebut, calon vikaris akan di seleksi berdasarkan syarat-syarat yang sudah ada dalam ketentuan TAGER GKS, kemudian memberi kesempatan melakukan orientasi (magang) selama 3 (tiga) bulan di jemaat, dan kemudian diangkat dan dikukuhkan oleh BPMS Sinode GKS untuk memasuki tahapan vikariat. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak SA(inisial), pelaksanaan pembukaan pendaftaran calon pengerja gereja setiap tahunnya dilakukan dengan sangat terbuka tanpa adanya perencanaan dan analisis khusus terhadap terjaminnya GKS dalam jumlah yang tepat pada periode tertentu sebab tidak dapat dipastikan siapa saja yang akan kembali dan mendaftarkan dirinya untuk masuk dan melayani di GKS.8

6

Doc.IV.c/Sin.41/GKS 7

Hasil Wawancara dengan bapak SA(insial) 11 Agustus 2014 pukul 10.00 WITA 8

(4)

15

1.2.2. Penempatan dan perekrutan Vikaris menjadi Calon Pendeta GKS

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak CB (inisial), setelah menjalani masa seleksi, calon vikaris akan langsung mengikuti masa orientasi sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan oleh BPMS GKS dan kemudian akan diangkat dan ditempatkan di jemaat-jemaat. Pengangkatan dilakukan oleh BPMS GKS. Sebelum melaksanakan tugas, vikaris dikukuhkan dalam kebaktian jemaat dengan menggunakan formulir yang telah ditetapkan oleh sinode GKS. Penempatan vikaris di jemaat-jemaat dilakukan dan diatur oleh pihak sinode. Masa vikariat terbagi atas 3 tahap yaitu tahap 1 di jemaat pertama, tahap 2 di jemaat lain, dan tahap 3 dan seterusnya adalah tahap persiapan untuk di rekrut menjadi calon pendeta sesudah dinyatakan layak oleh BPMS GKS. Rekrutmen untuk menjadi calon pendeta GKS diatur dan ditentukan oleh jemaat sendiri. Perekrutan menjadi calon pendeta GKS hanya akan terjadi apabila ada salah satu jemaat yang akan mekar (Tata Gerja GKS bab II pasal 3 ayat 5 butir 5a dan 5b) dan jika ada jemaat yang sudah mekar, masih kekurangan pendeta serta berkeinginan merekrut pendeta tambahan ( Tata Gereja GKS pasal 31 ayat 6 butir 5c). 9

Vikaris yang berhak untuk direkrut menjadi calon pendeta adalah mereka yang sudah menjalani tahap vikariat mulai dari tahap ke-3 (tahun ke-3) dan sudah mendapat pengakuan kelayakan dipanggil menjadi Pendeta oleh BPMS GKS. 10 Bagi jemaat yang akan mekar, perekrutan calon pendeta sudah harus dilakukan sebelum pemekaran dilaksanakan. Pemekaran jemaat terjadi apabila jemaat tersebut telah memenuhi syarat-syarat dalam Tata Gereja GKS pasal 3 ayat 2 yaitu: harus terdiri dari 500 anggota sidi, otonom, mampu membiayai diri sendiri dan pendeta terpilih, harus mempunyai gedung gereja dan juga pastori layak huni untuk Pendeta. Prosedur perekrutan calon pendeta berdasarkan Tata Gereja GKS pasal 31 ayat 6 butir diantaranya adalah: Majelis jemaat mengadakan persidangan untuk menetapkan calon-calon pengerja gereja yang memenuhi syarat sesuai dengan Tata Gereja Pasal 31 ayat 3 butir 1-8. Lewat mekanisme uji kepatutan dan kelayakan, Majelis Jemaat menetapkan calon pendeta sekurang-kurangnya berjumlah 3 orang dan sebanyak-banyaknya berjumlah 5 orang. Setelah mendapat persetujuan klasis dan MS GKS cq BPMS. Calon-calon tersebut diumumkan kepada warga jemaat, dan pada waktu selanjutnya akan diadakan pemilihan secara langsung oleh jemaat, yang mendapat suara terbanyak adalah pemenang yang akan menjadi Pendeta di jemaat tersebut. Proses selanjutnya adalah, akan diadakan pemanggilan kepada calon terpilih, percakapan pemeriksaan dan pentahbisan. Bagi yang tidak terpilih akan terus

9

Hasil wawancara dengan bapak SA (inisial) 11 Agustus 2014 pukul 9.50 WITA 10

(5)

16 menjalani masa vikariat, pada jemaat-jemaat yang berbeda sesuai dengan roda penempatan yang diatur oleh BPMS GKS hingga terbuka kesempatan untuk dicalonkan kembali oleh sebuah jemaat.11

3.3 Kendala-kendala dalam Rekrutmen Vikaris GKS

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak CB (inisial), beliau mengatakan bahwa sistem rekrutmen pengerja gereja GKS dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kendala yaitu: pertama kendala dana. Perekrutan yang ada mengharuskan tersedianya dana dalam jumlah yang banyak, baik dana untuk pemekaran jemaat, maupun dan jemaat dalam rangka membiayai pendeta. Dana menjadi persoalan manakala kemampuan jemaat berbeda-beda dan cenderung tidak ada pemberdayaan ekonomi jemaat. Memang dari pihak sinode telah ada upaya-upaya yang dilakukan seperti dengan membentuk Lembaga Kemandirian Dana (LKD). LKD berjalan dengan masih belum maksimal dan masih terbilang jauh dari harapan. Ada juga program sadar 3.000 yang dicanangkan hanya masih juga belum berjalan seperti yang diharapkan. 12

Hal di atas dikuatkan oleh hasil wawancara dengan bapak SA (inisial)13 yang mengemukakan kendala yang kedua yaitu, pengembangan ekonomi jemaat, pelatihan dan peningkatan kualitas pendidikan dan ketrampilan bagi para pengerja gereja masih sangat jarang dilakukan baik dari pihak pengerja gereja sendiri maupun dari pihak sinode. Selanjutnya diakui bahwa, kendala yang ketiga

berasal dari pengerja gereja (vikaris). Beberapa vikaris menolak untuk ditempatkan dijemaat-jemaat desa, tidak mampu membangun relasi yang baik, dan selain itu, vikaris sudah menikah. Persoalan sudah menikah menjadi kendala tertentu bagi jemaat, sebab harus menyediakan tempat untuk vikaris dan keluarganya. Dapat dikatakan, fakta ini masuk dalam bahan pertimbangan jemaat dalam memilih calon pendetanya. Kemudian, banyaknya vikaris yang sedang menunggu bahkan hingga tahapan balasan tahun dianggap merupakan resiko dari pencalonan yang ada.

Kendala keempat, adalah kendala dari jemaat. Jemaat GKS adalah masyarakat Sumba yang sangat kental dengan budaya dan sistem kekeluargannya yang kuat. Hal ini merupakan kendala tersendiri bagi para vikaris ketika dicalonkan menjadi pendeta oleh sebuah jemaat. Terkadang (bahkan diakui pada umumnya) jemaat akan lebih memilih calon pendeta yang memiliki hubungan keluarga untuk menjadi pendetanya. Selain itu, adanya fenomena jemaat induk yang berat melepaskan jemaat cabang untuk mekar, sebab dana pada jemaat induk biasanya bersumber dari dana-dana jemaat cabang. Selain itu, kendala berikutnya adalah, masih kurang terjadinya perekrutan pendeta tambahan oleh jemaat, meskipun jumlah warga jemaat sudah sangat berbanding jauh dengan jumlah pengerja gereja yang ada.

11

Tata Gereja GKS, Sekretariat Sinode GKS, 2006, hlm 51-53. 12

Hasil wawancara dengan bapak CB (inisial), 10 Agustus 2014 pukul 11.00 WITA 13

(6)

17 3.4 Pandangan para Vikaris terhadap Sistem Rekrutmen di GKS

` Berdasarkan hasil wawancara, sistem rekrutmen pengerja gereja yang berlaku di GKS menurut para vikaris merupakan pergumulan tersendiri. Berikut ini adalah beberapa pandangan atau pendapat para pengerja gereja (vikaris) tentang sistem rekrutmen yang berlaku di GKS: Pertama,

sistem dan prosedur yang ada di pandang membuat para vikaris jenuh karena harus menunggu dalam waktu yang lama ”sistem yang berlaku membuat kami merasa jenuh karena harus menunggu dalam waktu yang sangat lama. Saya bahkan sudah pernah berhenti, tetapi karena SK sudah dikeluarkan saya kembali masuk dan melayani. Saya bahkan sudah 10 tahun lebih menjadi vikaris hingga saat ini”. 14

Kedua, sistem yang ada saat ini di GKS di pandang sudah berjalan dengan baik, tetapi tidak menjamin kesejahteraan hidup para vikaris “sistem ini sebenarnya bagus, tetapi tidak menjamin kesejahteraan vikaris karena penggajian didasarkan pada kemampuan jemaat. Hal ini tidak akan adil bagi mereka yang ditempatkan di jemaat kecil.15

Ketiga, pengelolaan penempatan yang dilakukan oleh pihak sinode di pandang tidak konsisten “penempatan vikaris harusnya diatur dengan roda yang bagus, kadang kami di tempatkan dalam klasis yang sama di wilayah yang itu-itu saja, belum lagi kalau sudah ada jemaat yang datang sendiri meminta vikaris mana yang mereka inginkan. Pada sisi lain, banyak vikaris yang ditempatkan dan dimutasikan hanya di desa terus, begitupun sebaliknya”. 16

Keempat, sistem rekrutmen calon pendeta GKS di pandang lebih banyak ditentukan oleh sistem kekeluargaan “Jadi, siapa yang memiliki keluarga yang banyak, dialah yang akan terpilih, sekalipun yang lain juga memiliki kemampuan dan kualitas yang sama baiknya dalam melayani jemaat”.17

Kelima, sistem rekrutmen di pandang melemahkan komitmen para vikaris “memang melayani Tuhan adalah komitmen dan pilihan, tetapi secara manusia sistem rekrutmen yang berlaku menimbulkan keragu-raguan dalam diri. Apakah memang tidak berkualitas, ataukah memang kurang

14

Hasil wawancara dengan vikaris BS (inisial) 14 Agustus 2014 pukul 17.00 WITA 15

Hasil wawancara dengan vikaris SF (inisial) 19 Agustus 2014 pukul 17.00 WITA 16

Hasil wawancara dengan vikaris SR(inisial) 16 Agustus 2014 pukul 12.00 WITA 17

(7)

18 pandai berelasi, atau mungkin tidak ditakdirkan Tuhan untuk menjadi pendeta, padahal itu yang menjadi tujuan”.18

18

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu suhu kompos diamati setiap minggu selama 8 minggu menggunakan termometer, pH diamati setiap minggu selama 8 minggu

Media penghubung antar bagian dilakukan secara manual, yaitu dengan berbagai bentuk form yang ada, misalnya bagian pemasaran membuat form pemesanan barang yang berupa lembaran

Untuk dapat menjelaskan bagaimana Islam dikonstruksi melalui wacana – wacana tertentu pada iklan televisi Pocari Sweat, peneliti menggunakan teori iklan yang telah

RS HERNA Tidak kerjasama untuk kelas perawatan SVIP A dan SVIP B RAWAT INAP HANYA UNTUK DEWASA KECUALI LAKI-LAKI TIDAK MELAYANI TINDAKAN ODONTECTOMY (DENTAL) Dokter yang tidak

Hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa sesuai dengan teori Suharto bahwa kriteria yang menandai kemiskinan salah satunya adalah mata pencaharian yang

Menurut (Tatik Suryani, 2013: 86) mengatakan citra merek mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi perilaku pembelian. Konsumen yang mempuntai citra yang positif

Studi ini bertujuan untuk menganalisa kelayakan dari perencanaan PLTMH dengan memanfaatkan debit air sungai dan bangunan irigasi yang dirasa dapat meningkatkan

Absolutitas kedaulatan negara pada tahapan awal mendorong terbentuknya doktrin kedaulatan negara yang meletakkan prinsip bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat