• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Orangtua dan Anak. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Orangtua dan Anak. docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Hubungan Anak dan Orang Tua

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Hadis-Hadis Muamalah Dosen Pengampu : Dr. Zuhad, M. Ag.

Disusun Oleh :

Febryan Hidayat (124211045)

Fakultas Ushuluddin

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

I. Pendahuluan

Keluarga merupakan hubungan yang pertama dan utama bagi perkembangan individu. Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan dan pertumbuhan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Anak adalah mutiara yang berharaga manakala orang tua berhasil mendidik dan menanamkan nilai-nilai etika perilaku secara baik dan benar. Namun anak juga dapat menjadi sumber malapetaka apabila kurang mendapatkan sentuhan kasih sayang dan bimbingan moral dan spiritual.

Ketika seorang anak pada akhirnya menjadi liar, berani kepada orang tua, serta kurang mengindahkan norma asusila, hal ini bukanlah semata kesalahan si anak, melainkan kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Oleh karena itu, peran orang tua sangatlah penting dalam men

Orang tua harus benar-benar memahami karakteristik anak agar dapat memberikan pemeliharaan dan asuhan yang bersifat mendidik.

II. Rumusan Masalah

1.Jelaskan Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak ?

2.Jelaskan Tanggung Jawab Anak Terhadap Orang Tua ? III. Pembahasan

A.Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak 1. Memberikan Nama yang Baik

Memberikan nama kepada anak hukumnya wajib, sebagaimana ucapan Ibnu Hazm rahimahullah: “Para ulama telah sepakat, bahwasannya memberikan nama kepada anak laki-laki dan perempuan adalah wajib.” Nama adalah lafal dimana seseorang dipanggil dengannya dan islam memberikan perhatian sangat besar terhadap hal ini, oleh karena itu wajib bagi setiap orang tua memberikan nama yang baik kepada anak-anaknya sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasalam:

(3)

2. Menyusui

Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah: 233)

Dan sebagaima sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam :

“... Kemudian Malaikat itu mengajakku melanjutkan perjalanan, tiba-tiba aku melihat beberapa wanita yang payudaranya dicabik-cabik ular yang ganas. Aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat itu menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.” (HR Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah)

Al-‘Allamah Siddiq Hasan Khan berkata: “Mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh tiga bulan. Maksudnya adalah jumlah waktu selama itu dihitung mulaih hamil sampai disapih.” 1

Dari ayat dan hadis diatas dapat disimpulkan bahwa, seorang ibu wajib menyusui anaknya minimal 2 tahun dan terdapat pula ancaman bagi seorang ibu yang tidak mau menyusui anaknya tanpa ada udzur syar’i.

3. Mendidiknya

Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, seperti akhlak Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dan para Sahabatnya radhiyallahu ‘anhum.

Mendidik anak bukanlah kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu, berikut beberapa perkara yang wajib di perhatikan oleh ibu dalam mendidik anak-anaknya :

a. Menanamkan Akidah yang Bersih

1 Salamah Ummu Ismail, E-book Antara Hak Anak dan Kewajiban Ibu,

(4)

Menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. sebagaimana firman Allah :

Maka ketahuilah bahwa sesugguhnya tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah. (QS Muhammad: 19)

Begitu juga sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata:

“Pada Suatu hati aku membonceng dibelakang Nabi, kemudian beliau berkata: ‘Wahai anak. Sesungguhnya aku mengajarimu beberapa kalimat, yaitu: jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau mendapati-Nya di hadapanmu. Apablla engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau mohon pertotongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberimu satu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk memberimu satu bahaya, niscaya mereka tidak akan bisa membahayakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena telah diangkat dan tinta telah kering’.” (HR Tirmidzi)

Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya. 2

b. Menanamkan Keimanan

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha ia berkata:

“Suatu ketika Rasullah shalallahu alaihi wasalam, mengerjakan shalat malam, ketika akan witir beliau mengatakan: “Bangunlah, dan dirikanlah shalat witir wahai Aisyah”. “Allah mengasihi laki-laki yang bangun malam kemudian shalat lalu membangunkan isterinya sehingga shalat, jika tidak mau ia memerciki wajahnya dengan air.” (HR Bukhori-Muslim)

Membiasakan dan menganjurkan para anggota keluarga dengan sedekah adalah sesuatu yang bisa menambah iman, ia adalah perkara agung yang dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, beliau bersabda :

2 Salamah Ummu Ismail, E-book Antara Hak Anak dan Kewajiban Ibu, ... hal

(5)

“Wahai segenap wanita, bersedekahlah kalian. Sesungguhnya aku melihat bahwa kalian adalah sebanyak-banyak penduduk Neraka.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Jika anggota keluarga melihat seorang panutan yang membiasakan puasa pada ayyaamul biidh (puasa pada pertengahan bulan Qamariyah), hari Senin-Kamis, hari Asyura, hari Arafah, niscaya akan mendorong anggota keluarga yang lain untuk mengikutinya. 3

c. Menanamkan Cinta Terhadap Sunnah

Syaikh Sholih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan: Sebaiknya anak-anak diberikan pengetahuan tentang hukum-hukum sesuatu beserta dalil-dalilnya, misalnya: ketika kamu mengatakan kepada anakmu: “Bacalah basmalah saat akan makan, dan bacalah hamdalah saat kamu selesai makan!”, jika kamu mengatakan itu; maka maksud perintahnya sudah tercapai.

Tapi bila kamu mengatakan: “Bacalah basmalah saat akan makan, dan bacalah hamdalah saat kamu selesai makan, karena Nabi shalallahu alaihi wasalam menyuruh (kita) agar membaca basmalah sebelum makan, beliau juga mengatakan: “Sungguh Allah meridhoi seorang hamba yang memakan sesuap makanan dan dia membaca hamdalah karenanya, dan (seorang hamba) yang meminum seteguk minuman dan dia membaca hamdalah karenanya.”

Jika kamu melakukan hal ini, kamu akan mendapatkan 2 manfaat: Pertama: Kamu membiasakan anakmu untuk mengikuti dalil. Kedua: Kamu mendidik anakmu untuk mencintai Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, dan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasalam adalah seorang pemimpin panutan yang wajib diikuti arahan-arahannya.

Dan hakekat ini banyak dilalaikan, kebanyakan orang mengarahkan anaknya kepada hukum-hukumnya saja, namun dia tidak mengaitkan arahan itu dengan sumbernya, yaitu: Kitabullah dan As-Sunnah.

d. Mengajari Anak Sholat

Mengajarkan anak-anak sholat yaitu dalam hal-hal yang utamanya, wajib-wajibnya, waktunya, cara berwudhu dan dengan shalat dihadapan mereka. Demikian pula dengan pergi bersama mereka ke masjid, berdasarkan sabda Nabi shalallahu alaihi wasalam:

3 Syaikh Muhammad Sholih Al-Munajjid, E-book 40 Nasehat Memperbaiki

(6)

“Perintahkan anak untuk sholat apabila telah mencapai usia 7 tahun dan apabila telah mencapai usia 10 tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya.” (HR Tirmidzi dan Abu Dawud)

Hendaknya para ibu mengajarkan kepada mereka, bahwa shalat bukan hanya sekedar gerakan atau rutinitas seorang hamba kepada Rabbnya. Akan tetapi, shalat merupakan hubungan yang dalam dan kuat antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Maka peringatkanlah mereka dengan sungguh-sungguh, supaya tidak meninggalkan shalat. Berilah mereka ancaman bila meninggalkan perbuatan tersebut.

Suruhlah mereka untuk senantiasa bersegera menunaikan shalat pada awal waktu. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.” (QS Maryam: 59-60)

e. Mengajarkan Al-Qur’an

Seharusnya, para ibu ketika bersama anak-anaknya dirumah, ia mengajarkan Al-Qur’an dimulai dari menghafal surat al-Fatihah dan ayat-ayat pendek lainnya, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasalam:

(7)

ُوبجأن

دمببعن

ن

م منحبردلا

ِيفم

ةمرنمبإم

ن

ن َامنثبع

ج

َّىتدحن

ن

ن َاك

ن

ججَاجدحنلبا

ل

ن َاقن

ك

ن اذنون

ِيذملدا

ِينمدنعنقبأن

ِيدمعنقبمن

اذنهن

Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal Telah menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin Martsad Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami dari Utsman radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: “Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR Bukhori) 4

Para ibu pada masa kejayaan Islam, benar-benar memotivasi anak-anaknya untuk mendapatkan kebaikan, terlebih lagi dari Al-Qur'an, sebagaimana mereka mengusahakan kebaikan bagi jiwa anak-anaknya. 5

4. Memberikan Nafkah

Seorang ayah bertanggung jawab memberikan nafkah bagi istri dan anak-anaknya, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasalam:

“Satu dinar yang engkau infaqkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau infaqkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang engkau sedekahkan pada orang miskin dan satu dinar yang engkau infaqkan pada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah satu dinar yang engkau infaqkan pada keluargamu.” (HR Muslim)

Dan dalam riwayat lain, Beliau shalallahu alaihi wasalam juga bersabda:

“Tidaklah kamu menafkahkan suatu nafkah dengan tujuan untuk mencari ridha Allah, melainkan kamu akan mendapatkan pahala dari nafkah itu, hingga sesuap makanan yang kamu suguhkan ke mulut isterimu.” (HR. Bukhari) 6

4 Abu Ahmad As-Sidokare, E-book Shohih Bukhori, (Pustaka Pribadi, 2009),

Bab Keutamaan Al-Qur’an hal 20

5 Salamah Ummu Ismail, E-book Antara Hak Anak dan Kewajiban Ibu, ... hal 2-6

(8)

Sehingga termasuk dosa besar jika seorang ayah, tidak memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya, sebagimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasalam :

“Seseorang dianggap melakukan dosa, jika dia menyia-yiakan orang yang wajib ia nafkahi.” (HR Abu Dawud) 7

5.Mengaqiqohkan dan Mengkhitan

Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:

"Fitrah itu ada 5 yaitu: Khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak." (HR Bukhari-Muslim)

Dinukil dari kitab Hayatuna Al Jinsiyah, yang di tulis oleh DR. Shabri Al Qabani: “Sesungguhnya khitan merupakan salah satu bentuk mempersiapkan kesehatan seorang anak untuk melindungi dirinya dari segala macam penyakit.”

Dalam majalah Is-al Thabiibuka, melalui hasil pengumpulan data statistik menunjukkan, bahwa kanker rahim yang terjadi pada wanita muslimah lebih sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah penderita yang terjadi terhadap para wanita (isteri) yang suaminya tidak di khitan.

Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda:

“Setiap bayi yang baru di lahirkan itu tergadai dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ke tujuh, mencukur rambutnya dan memberinya nama.” (HR Abu Dawud, An Nasa'i dan Tirmdzi serta yang lainnya).

Imam Al Baihaqi menyebutkan dari Sulaiman bin Syarhabil, bahwa Yahya bin Hamzah bercerita kepada kami, dimana ia bertanya kepada 'Atha Al Khurasani: “Apa yang dijaminkan oleh pelaksanaan aqiqah?” Ia menjawab: “Memberi jaminan kesucian serta syafa'at (karena telah melaksanakan perintah Rasulullah) pada anaknya.”

(9)

Jawaban ini mengisyaratkan adanya kewajiban pada aqiqah. Adapun prosesi (pelaksanaan) pencukuran rambut pada saat diberlangsungkannya aqiqah adalah untuk tujuan mendapatkan hasil yang bagus, seperti rambut yang tebal dan ikal.

Nabi shalallahu alaihi wasalam memberi minyak rambut pada saat mencukur rambut anaknya yang baru dilahirkan. Sedangkan untuk mencukurnya beliau menggunakan pisau cukur yang biasa di pakai.

Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda:

“Bagi bayi laki-laki (aqiqahnya) dua ekor kambing dan bagi bayi perempuan satu ekor kambing.” (HR Abu Dawud, Ahmad dan Tirmidzi)

Dalam riwayat lain:

“Rasulullah shalallahu alaihi wasalam melakukan aqiqah untuk Hasan dan Husein serta mengkhitankan mereka berdua pada saat berumur 7 hari.”

(HR Abu Dawud dan An Nasa’i)

Aqiqah itu merupakan kewajiban agama 'hanya' bagi mereka yang mampu. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui akan hal ini. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam kitabnya yang berjudul Tuhfatul Wadud bi Ahkaamil Mauluud:

“Bahwa salah satu manfaat dari pelaksanaan aqiqah yang sesungguhnya adalah merupakan wujud dari pengorbanan yang akan mendekatkan anak yang baru di lahirkan pada permulaan waktu kelahirannya ke dunia. Adapun manfaatnya yang lain adalah membebaskan sang anak dari apa yang di sebutkan oleh Rasulullah sebagai 'gadaian'.” 8

B.Tanggung Jawab Anak Terhadap Orang Tua

1.Berbakti Kepada Kedua Orang tuanya

نع

دببعن

هملدلا

نبب

ورممبعن

ن

م بب

ص

م

َاعنلبا

ل

ن َاقن

ل

ن بنقبأن

ل

ل ججرن

َّىلنإم

ِي

ي بمنن

هملدلا

َّىلدص

ن

هجلدلا

هميبلنعن

م

ن لدس

ن ون

ل

ن َاقنفن

ك

ن عجيمَابنأج

َّىلنع

ن

ةمرنجبهملبا

دمَاهنجملباون

ِيغمتنببأن

رنجبلب

ن ا

ن

ب مم

هملدلا

ل

ن َاقن

ل

ب هنفن

ن

ب مم

ك

ن يبدنلماون

دلحنأن

ِي

ي حن

ل

ن َاقن

م

ب عننن

ل

ب بن

َامنهجلنكم

ل

ن َاقن

ِيغمتنببتنفن

رنجبلب

ن ا

ن

ب مم

هملدلا

ل

ن َاقن

م

ب عننن

ل

ن َاقن

عبجمربَافن

َّىلنإم

ك

ن يبدنلماون

ن

ب س

م حبأنفن

منهجتنبنحبص

ج

ا
(10)

Dari Abdullah bin Amru bin Ash radhyiallahu anhu, dia berkata: "Pada suatu hari ada seorang laki-laki menghadap kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dan berkata: “Ya Rasulullah, saya berbai'at kepada engkau untuk berhijrah dan berjihad agar saya memperoleh pahala dari Allah azza wajalla.” Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bertanya kepadanya: “Apakah salah seorang dari dua orang tuamu masih hidup?” Laki-laki itu menjawab: “Ya dan bahkan keduanya masih hidup.” Lalu Rasulullah bertanya lagi kepadanya: “Apakah kamu menginginkan pahala dari Allah Azza wa Jalla?” Laki-laki tersebut menjawab: "Ya." Rasulullah pun akhirnya berkata: “Kalau begitu, pulanglah kepada kedua orang tuamu dan berbaktilah kepada keduanya.” (HR Muslim) 9

Dari telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Ala’, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Hisyam dari bapaknya dari Asma' binti Abu Bakar radhyiallahu anha dia berkata: "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku (seorang musyrik) pernah datang kepadaku karena rindu dan ingin berjumpa denganku. Apakah aku boleh menghormati dan bergaul dengannya?” Rasulullah menjawab: “Ya.” (HR Muslim) 10

Sebagai seorang anak, sudah menjadi kewajiban kita untuk berbakti kepada keduanya, tidak menyusahkan mereka, serta tidak melawan mereka. Bahkan, kita diharamkan untuk berkata “ah” kepada orang tua apabila diperintah mengerjakan sesuatu. Allah telah berfirman dalam QS. Al-Israa ayat 23 yang bunyinya :

(11)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Israa: 23)

Jika perkataan “ah” saja tidak diperbolehkan, maka bagaimana halnya jika kita mengatakan kata-kata kasar terhadap ibu dan bapak kita ? Atau bahkan memukul mereka ? Kita tidak boleh mencontoh perilaku orang-orang kafir yang sering muncul di tivi-tivi dan di majalah-majalah yang menyebutkan kedurhakaan mereka terhadap orang tua.

2. Tidak Mencelanya

Banyak diantara kita, jika memanggil temannya dengan sebutan nama orangtuanya, atau terkadang memanggilnya dengna panggilan yang menhina orangtuanya, padahal Rasulullah shalallahu alaihi wasalam melarang hal ini dan hal ini termasuk dosa besar, sebagaimana hadis yang di riwayatkan oleh Abdullah bin amr bin ash radhiyallahu ‘anhu,

Dari Abdullah bin amr bin ash radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasullah shalallahu alaihi wasalam bersabda : “Sesungguhnya diantara dosa-dosa besar adalah melaknat seseorang kepada kepada kedua orang tuanya, para sahabat bertanya: ya Rasulullah, apakah mungkin seseorang melaknat kedua orang tuanya ?, Rasulullah menjawab: Iya, dia mencela bapak seseorang, lalu orang tersebut membalas mencela bapaknya, lalu dia mencela ibunya, lalu membalas mencela ibunya.” (HR Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi) 11

Seburuk-buruknya mereka, mereka adalah orangtua yang telah melahirkan kita dengan mempertaruhkan nyawa. Mereka membesarkan kita dengan penuh kasih sayang dan harapan. Mereka menafkahi kita dengan bekerja keras membanting tulang bermandikan peluh dan tak jarang air mata. Bahkan ridha Allah pun ada pada

(12)

ridha orang tua, ini menunjukan betapa mereka seharusnya diperlakukan dengan baik, bukan malah di cela.

3. Mendo’akan keduanya

Mendo’akan kedua orangtua merupakan prihal yang sangat urgen sebab do’a juga merupakan wujud ungkapan terimakasih anak kepada orangtuanya, sebagaimana dalam firman Allah:

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". (QS Nuh: 28)

Adapun jika keduanya telah meninggal dunia kita tetap bisa berbakti kepada keduanya dengan berbagai cara, sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wasalam: Dari Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan: “Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salamah. Orang ini bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara bagiku untuk berbakti kepada orang tuaku setelah mereka meninggal?’ Jawab Nabi shalallahu alaihi wasalam :

“Ya, menshalatkan mereka, memohonkan ampunan untuk mereka, memenuhi janji mereka setelah mereka meninggal, memuliakan sahabat mereka, dan menyambung silaturahmi yang terjalin karena sebab keberadaan mereka.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui adz-Dzahabi).

IV. Kesimpulan

Diantara hubungan orangtua terhadap anaknya adalah: memberikan nama yang baik, menyusui, mendidiknya, memberikan nafkah, mengaqiqohkan dan mengkhitan

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Ikk, Khalid Abdurrahman. Kado Pintar Nikah. Semarang. Pustakan Adnan. 2012. Al-Istanbuli, Mahmud Mahdi. E-book Kado Pernikahan. Jakarta. Pustaka Azzam. 2000. Al-Munajjid, Muhammad Sholih. E-book 40 Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga.

Jakarta. Al-Sofwah.

As-Sidokare, Abu Ahmad. E-book Shohih Bukhori. Pustaka Pribadi. 2009. Ilyas, Yunahar. Kuliyah Akhlaq. Yogyakarta. LPPI.1999.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan tingkat Konsumsi Zat Gizi Dengan Status Anemia Pada Anak Sekolah Dasar di Daerah Endemis Malaria (Studi di SDN Ngreco III Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan). Jurnal

Lemo atau kilemo (Litsea cubeba Persoon L.) termasuk ke dalam marga Lauraceae dengan nama daerah Kilemo (Jawa Barat), Krangean (Jawa Tengah) dan Antarasa (Sumatera

Berkaitan dengan penelitian saya – dijelaskan pada bagian rencana penelitian untuk tesis – yang mengambil basis fisika dan matematika, maka dari saya mengambil mata

The determination of chemical kinetics constant of triphenyltin(IV) p-hydroxybenzoate by the use of cyclic voltammetry has been performed, The compound used was

Dari hasil uji validitas tersebut diatas ternyata nilai signifikansi semua butir skor <0,05 sehingga semua butir pernyataan variabel Kinerja Karyawan dengan

Hasil uji HI menunjukkan reaksi silang baik serum ayam maupun itik pasca vaksinasi AI H5N1 clade 2.3.2 dengan antigen clade 2.1.3 terjadi dengan titer antibodi rendah,

• Berdasarkan tabel yang siswa buat, siswa diminta untuk mengidentifikasikan kegiatan mana yang menggunakan sumber energi panas yang paling sering dan paling jarang, dan

Bahwa terhadap rekomendasi dan Laporan Hasil Pengawasan sebagaimana pada poin 2 telah diteruskan oleh PPK kepada Termohon sebagaimana ketentuan Pasal 60 ayat (2)