• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL P"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI OPTIMALISASI

REPRESENTASI PEMBELAJARAN DALAM RANGKA

PEMBELAJARAN KUANTUM

oleh

I Wayan Puja Astawa Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran ditinjau dari kemampuan guru merancang representasi pembelajaran dan perilaku siswa dalam proses pembelajaran, mengetahui efektivitas representasi pengajaran dalam kerangka pembelajaran kuantum untuk meningkatkan hasil belajar matematika, dan menemukan kendala-kedala yang dihadapi guru matematika dalam pemilihan representasi pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas I2 SMU Negeri 4

Singaraja tahun ajaran 2003/2004 yang berjumlah 43 orang. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah kemampuan merancang representasi pembelajaran, perilaku siswa dalam proses belajar mengajar, hasil belajar matematika, dan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam memilih representasi pengajaran. Semua data dianalisis secara deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas proses pembelajaran meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya kemampuan guru merancang representasi pembelajaran dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran. Skor kemampuan guru merancang representasi pembelajaran pada siklus I sebesar 2,85 dan pada siklus II sebesar 3,15 yang keduanya tergolong klasifikasi baik, sedangkan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat dari rata-rata 18,5 yang berkategori baik pada siklus I menjadi 22,5 yang berkategori sangat baik pada siklus II. Di samping itu, representasi dalam kerangka pembelajaran kuantum efektif untuk meningkatkan kualitas hasil belajar dari rata-rata 4,36 menjadi 6,77 walaupun belum memenuhi harapan seperti tuntutan kurikulum. Dalam memilih representasi, ada beberapa kendala yang dihadapi guru, seperti beragamnya latar belakang siswa, keterbatasan buku sumber dan keterbatasan alokasi waktu.

(2)

ABSTRACT

The objectives of this research were: (a) to increase quality of learning process which relates to teacher’s ability in choosing teaching representation and students’ behaviour in learning proses; (b) to know the effectiveness of teaching representation implemented in quantum teaching in increasing students’ achievement in mathematics, and (c) to find out the constrains faced by mathematic teacher in choosing representation. It was a classroom action research using students ofI2SMU Negeri 4 Singarajain the academic year 2003/2004 as its subject. The total subjects involved in this research were 43 students. Data in this research related to the ability of mathematic teacher in choosing a representation, the students’ behaviour in learning process, the effectiveness of representation implemented in quantum teaching to increase students’ achievement in mathematics, and the constrains faced by the teacher in choosing representation. All data were analyzed descriptively. The results of the research showed that the quality of learning process was increased which could be seen from the increament of teacher’s ability in choosing representations and from good students behaviour in learning process. The mean score of teacher’s ability in choosing representations increased from 2.85 to 3.15 which was classified as good category for both mean scores. Moreover, the score of students behaviour in learning process increased from 18.5 (good) to 22.5 (excellent). In addition, the representation implemented in quantum learning was effective to increase students’ achievement from 4.36 to 6.77 eventhough both scores were not fulfill curriculum stipulation yet. In choosing representation, some contrains were found by the teacher such as heterogeneous of students’ academic background, limitation of references, and limitation of time.

Key words : teaching representation, quantum teaching

1. Pendahuluan

(3)

akan memberikan peluang pelaksanaan dan hasil yang baik pula. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam membuat rencana pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dan bukan didiktekan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran (Bodner, 1986).

Kelemahan dalam merancang pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi pelajaran berakibat pada hasil pelaksanaan pembelajaran di kelas. Kelemahan ini sering muncul pada guru-guru matematika di SMU yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika di kelas I2 SMU Negeri 4 Singaraja tahun ajaran 2002/2003

mengkonfirmasi kelemahan ini. Di samping itu, pembelajaran yang dilakukan masih bersifat teacher oriented sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Masalah lain yang teridentifikasi dari observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut. Komunikasi masih bersifat satu arah; siswa masih sedikit yang berpartisipasi dalam pembelajaran; soal-saol latihan masih beorientasi pada buku teks yang kurang mengaitkan dengan situasi psikologis siswa; kemajuan yang dicapai oleh para siswa kurang dihargai.

Di pihak lain,outputyang dihasilkan dalam situasi pembelajaran seperti di atas masih jauh dari harapan. Berdasarkan hasil wawancara dan pencatatan dokumen yang dilakukan oleh guru matematika yang mengajar di kelas I2SMU N

4 Singaraja di atas diperoleh data-data prestasi belajar dan ketuntasan belajar matematika siswa sebagai berikut. Rata-rata prestasi belajar matematika sebesar 6,26 dan ketuntasan belajar sebesar 60,9%. Hasil ini masih sangat jauh dari harapan yang tersurat dalam GBPP kurikulum 1994.

(4)

mengacu pada proses dan produk (NCTM, 2000). Pemilihan representasi ditekankan pada pengalaman siswa karena pengalaman sehari-hari siswa memegang peranan penting untuk pembentukan suatu konsep dalam pembelajaran matematika (Price, 1996; Civil, 1998; Binaja, 2000; Soejadi, 2000; Zamroni, 2000).

Di samping mengerti konsep, pembelajaran yang menekankan pada pengalaman siswa akan membantu siswa melihat kemanfaatan matematika. Pengalaman yang penting dalam pembelajaran matematika adalah pengalaman yang berkaitan dengan kenyataan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Van de Henvel-Panhuzien (dalam Djoko Waluyo dkk, 2001) yang mengatakan bahwa siswa akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika bila mereka belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari. Representasi pengajaran seperti di atas dapat diimplementasikan dalam pembelajaran kuantum yang merupakan suatu model pembelajaran berwawasan konstruktivis karena penerapan pembelajaran kuantum menunjukkan hasil yang menggembirakan (Nilandari, 2000).

(5)

Pembelajaran kuantum berakar dari beberapa teori belajar modern seperti accelerated learning dan neurolinguistic program (Abdurrahman, 1992). Dalam pelaksanaannya diperlukan penataan panggung belajar (ruang kelas) yang nyaman dan menyenangkan. Panggung belajar ini berdimensi empat aspek, yaitu suasana, landasan, lingkungan dan rancangan. Suasana kelas meliputi bahasa yang digunakan, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, sikap terhadap sekolah dan belajar. Suasana yang menggembirakan akan membawa kegembiraan juga dalam belajar. Landasan merupakan kerangka kerja seperti tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar. Lingkungan adalah cara penataan ruang kelas yang meliputi pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik dan semua hal lain yang mendukung proses belajar. Rancangan merupakan penciptaaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi.

2. Metode Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas I2 SMU N 4 Singaraja tahun ajaran 2003/2004 yang berjumlah 43 orang. Objek penelitiannya adalah kualitas proses dan hasil belajar matematika dalam pokok bahasan Matriks dan Grafik Fungsi Kuadrat dengan pemilihan suatu representasi. Representasi digunakan dalam menyajikan konsep, menumbuhkan pemahaman siswa dan memodelkan ke dalam representasi yang lain dalam soal cerita (Asa’ri, 2001). Dalam penelitian ini, representasi lebih ditekankan pada pemilihan situasi sehari-hari untuk menyajikan konsep matematika.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan rancangan dari Kemmis dan Taggart (1988), yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan observasi, dan refleksi.

(6)

Representasi penyajian konsep yang dipilih adalah permainan bola tenis dan ayunan bandul untuk pokok bahasan grafik fungsi kuadrat. Untuk pokok bahasan matriks, dipilih representasi penyusunan barang-barang belanjaan untuk keperluan sehari-hari. Dengan representasi yang telah dipilih, selanjutnya dibuat (a) rencana pembelajaran yang berpedoman pada representasi kemudian diimplementasikan dalam kerangka pembelajaran kuantum, (b) alat evaluasi dan (c) pedoman wawancara. Alat evaluasi berupa tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui efek pemberian tindakan terhadap hasil belajar siswa sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pemilihan representasi pengajaran.

Sebelum pembelajaran dilakukan, guru menata ruang kelas agar tercipta suasana kondusif (menyenangkan) untuk pembelajaran. Pada tahap ini, diinformasikan pelaksanaan pembelajaran, dipersiapkan perangkat yang diperlukan dan diorganisasikan siswa untuk belajar. Pelaksanaan pembelajaran kuantum yang berdasarkan kerangka TANDUR dengan representasi yang telah dipilih dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

Kerangka pembelajaran

kuantum Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa

TUMBUHKAN

Guru memberikan apersepsi dengan menekankan manfaat materi pembelajaran yang akan

dilakukan

ALAMI

Guru menyajikan konsep dengan menggunakan representasi yang sesuai dengan latar belakang siswa dan siswa mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalamannya

NAMAI

(7)

DEMONSTRASIKAN

Siswa menunjukkan kemampuannya dalam mengkonstruksi pengetahuan/konsep yang sedang dibahas seperti menjawab pertanyaan,

mengerjakan soal, mengkomunikasikan di depan kelas, atau mengomentari pendapat teman lain. ULANGI

Guru memberikan beberapa latihan soal yang mengarah pada kegiatan siswa untuk mengulangi pembentukan konsep yang telah dilakukan RAYAKAN

Siswa yang menunjukkan kemajuan dalam belajar mendapat penghargaan (reinforcement) dari guru. Penghargaan verbal dipilih dalam penelitian ini. Tahapan pembelajaran ini dilakukan dalam dua siklus, dengan masing-masing siklus untuk satu pokok bahasan.

Dalam setiap siklus, dilakukan dua evaluasi, yaitu evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan untuk melihat kesesuaian dengan perencanaan beserta kendala-kendalanya dan evaluasi terhadap efek pemberian tindakan dengan melihat aktivitas dan hasil belajar. Selain evaluasi, juga dilakukan observasi yang bertujuan untuk melihat perilaku siswa dalam proses pembelajaran.

Refleksi dilakukan dengan tujuan, baik untuk melihat kelemahan-kelemahan maupun kendala-kendala pada tindakan yang dilakukan agar tindakan berikutnya menjadi lebih optimal. Refleksi pada akhir siklus 1 digunakan untuk memperbaiki tindakan pada siklus 2 sehingga menjadi lebih akurat.

(8)

pada pemilihan representasi matematika dan pelaksanaannya pada pembelajaran kuantum. Setiap indikator mempunyai rentangan skor 0 – 4 sehingga skor maksimum ideal sebesar 52 dan skor minimum ideal sebesar 0. Selanjutnya, kemampuan ini digolongkan dengan menggunakan klasifikasi sangat baik, baik, sedang, kurang, dan sangat kurang seperti dalam Nurkencana dan Sunartana (1992). Data hasil belajar dijaring dengan tes hasil belajar dan dianalisis dengan membandingkan rata-ratanya tiap siklus dan dengan ketetapan kurikulum. Data perilaku siswa dalam pembelajaran diobservasi dengan menggunakan lembar observasi dengan tujuh indikator yang diamati seperti dalam Sarna (2001). Ketujuh indikator tersebut adalah interaksi anak selama kegiatan pembelajaran, keberanian anak dalam bertanya/ mengemukakan pendapat, partisipasi anak dalam pembelajaran, motivasi dan kegairahan anak dalam pembelajaran, kehadiran, hubungan anak dengan anak, dan hubungan anak dengan guru. Analisis terhadap data perilaku siswa dalam pembelajaran sama dengan analisis data kemampuan guru merancang pembelajaran dengan representasi yang tepat. Data terakhir berupa kendala-kendala dalam memilih representasi digali dengan wawancara kemudian dicatat sesuai dengan kendala yang diungkapkan oleh guru.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian

Kualitas proses pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran dengan representasi pengajaran dalam kerangka pembelajaran kuantum tergolong baik. Hasil ini dapat dicermati dari dua aspek. Pertama, aspek kemampuan guru kemampuan guru merancang pembelajaran dan perilaku siswa di dalam kelas selama mengikuti pembelajaran. Skor kemampuan guru merancang representasi pembelajaran pada siklus I sebesar 2,85 dan pada siklus II sebesar 3,15 yang keduanya tergolong klasifikasi baik, sedangkan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat dari rata-rata 18,5 yang berkategori baik pada siklus I menjadi 22,5 yang berkategori sangat baik pada siklus II.

(9)

berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini mendorong munculnya perilaku positif siswa dalam pembelajaran. Siswa mulai berani menunjukkan kinerjanya. Konsep-konsep dasar dari fungsi kuadrat seperti sumbu simetri, titik puncak, dan grafiknya mudah mereka pahami lewat pengamatan lintasan bola tenis dan bandul yang dimainkan oleh teman-temannya. Demikian juga halnya dengan konsep matrik seperti baris, kolom, elemen-elemen matriks mampu didefinisikan sendiri oleh siswa. Rata-rata 90% siswa ikut aktif selama proses pembelajaran. Aktivitas ini dapat dilihat dari pertanyaan maupun komentar mereka kepada guru maupun teman lainnya.

Berbeda dengan kualitas proses pembelajaran, kualitas hasil belajar masih belum menggembirakan. Hasil belajar pada siklus I rata-ratanya sebesar 4,36. Hasil ini tergolong sangat kurang, sedangkan hasil belajar pada siklus II lebih baik daripada hasil belajar pada siklus I. Rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 6,77 yang tergolong cukup baik.

Hasil lain yang diperoleh adalah kesadaran guru bahwa representasi pengajaran yang tepat memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Namun, dalam memilih representasi yang tepat, terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru. Kendala-kendala tersebut adalah latar belakang siswa yang sangat heterogen, kurang tersedianya buku-buku sumber, dan ketersediaan alokasi waktu yang terbatas.

3.2 Pembahasan

(10)

samping itu, representasi yang tepat akan membantu siswa untuk memahami konsep secara utuh sehingga memungkinkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Pentingnya representasi dalam pembelajaran matematika seperti di atas juga ditekankan oleh As’ari (2001).

Sisi yang kedua dari peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari perilaku anak dalam proses belajar mengajar. Pada kedua siklus, perilaku anak dalam proses belajar mengajar tergolong baik. Perilaku anak ini dilihat dari interaksi anak selama kegiatan pembelajaran, keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendapat, partisipasi anak dalam pembelajaran, motivasi dan kegairahan anak dalam pembelajaran, kehadiran, hubungan anak dengan anak, dan hubungan anak dengan guru. Perilaku siswa yang baik ini tumbuh dan berkembang dalam suasana yang alami sebagai akibat dari keterlibatan kognitif mereka secara aktif.

(11)

pelaksanaan evaluasi yang waktunya jauh setelah pembahasan pokok bahasan dan dilakukan setelah siswa libur panjang menyebabkan mereka tidak mampu menunjukkan hasil belajar terbaiknya. Pelaksanaan pembelajaran kuantum juga tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Pemberian musik selama proses pembelajaran yang merupakan unsur penting dalam menciptakan kondisi alpha dalam belajar tidak dapat dilaksanakan.

4. Penutup

Beberapa simpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kualitas proses pembelajaran dilihat dari kemampuan guru menyiapkan representasi pengajaran dan perilaku siswa dalam pembelajaran di kelas tergolong baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kemampuan guru dalam merancang pembelajaran dengan representasi yang tepat. Selain itu, atmosfir dalam kelas juga baik selama proses pembelajaran berlangsung. Kedua, hasil belajar pada siklus I rata-ratanya sebesar 4,36. Hasil ini tergolong sangat kurang. Hasil belajar pada siklus II lebih baik daripada hasil belajar pada siklus I. Rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 6,77 yang tergolong cukup baik. Dilihat dari hasil kedua siklus, maka representasi pengajaran dalam kerangka pembelajaran kuantum efektif untuk meningkatkan hasil belajar. Namun, dilihat dari ketetapan kurikulum, hasil ini belum memenuhi harapan. Ketiga, beberapa kendala yang dihadapi guru dalam memilih representasi adalah latar belakang siswa yang sangat heterogen, kurang tersedianya buku-buku sumber, dan ketersediaan alokasi waktu yang terbatas.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Buku Petunjuk Pelaksanaan PPL IKIP Negeri Singaraja. Singaraja. LPPL IKIP Negeri Singaraja

Abdurrahman, Alwiyah. 1992.Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan.terjemahan dari Quantum Learning: Unleashing The Genius In You Karya Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. Bandung. Kaifa As’ari Abdurrahman. 2001. representasi: Pentingnya dalam Pembelajaran

Matematika.Matematika, Jurnal Matematika atau Pembelajarannya.7(2) Binadja, A. 2000. Wawasan Set dalam Kurikulum Matematika. Makalah

disampaikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia

Bodner, G. M. 1986. Constructivism: A Theory of Knowledge. Journal of Chemical Education.63 (10)

Civil, M. 1998. Bridging in School Matematics and Out-of School Mathematic : a refection.www.hedgehog.math.arizona.edu/~bridge/aerag8.html

Djoko Waluyo, dkk. 2001. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika di Kelas 1 Sekolah Dasar melalui Optimalisasi Representasi Pengajaran. Proposal penelitiantidak diterbitkan

Hudojo, H. 1988.Mengajar Belajar Matematika. Jakarta. Depdikbud Dirjrn Dikti. Kemmis, W.C and Taggart, R.M. 1988. The Action Research Planner. Geelong

Victoria. Deakin University

McNiff, J. 1992.Action Research: Principles and Practice. New York. Chapmann and Hall Inc.

NCTM. 2000.Principles and Standards for School Mathematics.www.nctm.org

Nilandri, Ary. 2000. Quantum Teaching: Mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Terjemahan dari Quantum Teaching: Orchestrating Student Success karya Bobby DePorter dkk. Bandung. Kaifa

Nurkencana dan Sunartana. 1992.Evaluasi Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional Price, J. 1996. President’s Report: Building Bridges of Mathematical

(13)

Soedjadi, R. 2000. Nuansa Kurikulum Matematika Sekolah di Indonesia. Majalah Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia (Prosiding Konferensi Nasional Matematika X ITB, 17 –20 Juli 2000)

Referensi

Dokumen terkait

Biogas generation in the anaerobic fermentation process at laboratory scale needs to be compared with pilot plant scale to see their digester performance especially

Biogas generation in the anaerobic fermentation process at laboratory scale needs to be compared with pilot plant scale to see their digester performance especially

Menikah di usia remaja menjadi pilihan, mengingat untuk melakukannya yang dibutuhkan tidak hanya persiapan yang matang dalam banyak hal, namun juga konsekuensi dan

sedangkan untuk perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) personal hygiene di pondok pesantren darul Abrar dikategorikan baik.dan untuk aturan sekolah yang diterapkan di

Through the characters of the novel, Arthur Golden gives a new view and depiction of the real life of geisha which is unexposed, referring to his experiences.. In this thesis,

Tim Penyusun Buku, Paradigma, op.. Hambali yang memperbolehkan penukaran atau penjualan harta wakaf, baik itu berbentuk masjid. Menurut PP No. 28 Tahun 1977 Bab IV

Begitu juga dengan dasar hukum pada perkawinan Sabria dan Rio, dengan dasar hukum Pasal 56 ayat (1) UU perkawinan: “Perkawinan yang dilangsungkan di luar Indonesia antara

Saya menemukan pertentangan dalam produk perundang-undangan tentang perkawinan yaitu dengan Undang-undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 10 ayat (1) dan