• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tuna fishery in coastal area of Sendang Biru, Malang, East Java Province | Fanani | AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT (Jurnal Ilmu dan Manajemen Perairan) 2280 4152 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tuna fishery in coastal area of Sendang Biru, Malang, East Java Province | Fanani | AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT (Jurnal Ilmu dan Manajemen Perairan) 2280 4152 1 SM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index jasm-pn00024

62

Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tuna fishery in

coastal area of Sendang Biru, Malang, East Java Province

Analisis bioekonomi dan efektifitas alat tangkap perikanan tuna di wilayah pesisir

Sendang Biru, Malang, Provinsi Jawa Timur

M. Zainal Fanani

1

* and Khairul Jamil

2

1

Program Studi Ilmu Perairan, Program Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi.Jl. Kampus Unsrat Kleak, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia.

2 Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Akademi Perikanan Bitung, Kampus APB, Bitung 95526, Telp./Fax. (0438) 21436. *E-mail:zafan_zani@yahoo.com

Abstract:Tuna (Thunnus sp.) need to be managed well by maintaining balance between economic aspect (profits) and ecological aspect (sustainability of fish resources). To maintain balance these aspect to do with bioeconomical analysis. With these analysis be expected can be obtained maximum economic profits without any damage fish resources so that environmental conservation stay awake. In order to analyze the bioeconomical is needed to estimate the stock assessment. The first step is standardization of fishing gear, this need to be done because each of fishing gear not only catch the target fish but also catch the non target fish (multi gear multi spesies). Of the research be obtained standard gear for tuna fishery in Sendang Biru water are trolling line, with maximum value between payang, hand line and gillnet. Status of tuna fishery from biological aspect in Sendang Biru water by Schaefer model in general medium fishing condition. Whereas status of tuna fishery from economic aspect by Schaefer model in over exploited. Of the research by multi criteria decision making (MCDM) analysis with simple multi attribute rating technique (SMART) and visual interactive sensitivity analysis (VISA) obtainable that the main priority in election of tuna fishing gear evectively and efficient are trolling line, paying, hand line and gillnet©

Keywords: tuna; bioekonomi; MCDS; fishing; exploited.

Abstrak: Perikanan tuna perlu dikelola dengan baik dengan cara menjaga keseimbangan antara aspek ekonomi (keuntungan) dan aspek ekologi (kelestarian sumberdaya ikan). Untuk menjaga keseimbangan aspek-aspek tersebut, dapat dilakukan dengan analisis bioekonomi. Dengan analisis ini diharapkan dapat diperoleh keuntungan ekonomi yang maksimum tanpa disertai kerusakan sumberdaya ikan sehingga konservasi lingkungan tetap terjaga. Dalam rangka menganalisa bioekonomi perlu dilakukan pendugaan stok ikan (‘stock assessment’). Langkah awal adalah standarisasi alat tangkap, hal ini perlu dilakukan karena setiap alat tangkap tidak hanya menangkap ikan target tapi juga menangkap ikan non target (‘multi gear multi spesies’). Dari hasil penelitian didapat alat tangkap standar untuk perikanan tuna di perairan Sendang Biru adalah pancing tonda dengan nilai porsi terbesar diantara alat tangkap payang, pancing tangan dan ‘gillnet’. Status perikanan tuna dari aspek biologi di perairan Sendang Biru menurut model Schaefer secara umum dalam kondisi ‘medium fishing’. Sedangkan status perikanan tuna secara ekonomi menurut model Schaefer dalam kondisi ‘over exploited’. Dari hasil analisis multi ‘criteria decision making’ (MCDM) dengan teknik ‘simple multi attribute rating technique’ (SMART) dan teknik ‘visual interactive sensitivity analysis’ (VISA) diperoleh bahwa prioritas yang utama dalam pemilihan alat tangkap tuna secara efektif dan efisien adalah pancing tonda, payang, pancing tangan dan gillnet©

Kata-kata kunci: tuna; bioekonomi; MCDS; penangkapan ikan; eksploitasi.

PENDAHULUAN

Kegiatan perikanan tuna di Indonesia masih dipusatkan pada masalah penangkapan, sedangkan perhatian terhadap aspek biologi dan lingkungannya baru berkembang beberapa tahun terakhir. Artinya

(2)

Model yang paling sederhana dalam dinamika populasi ikan adalah model produksi surplus dengan memperlakukan ikan sebagai biomassa tunggal yang tak dapat dibagi, yang tunduk pada aturan-aturan sederhana kenaikan dan perununan biomassa (Fauzi dan Anna, 2005).

Kajian bioekonomi merupakan perpaduan dinamika biologi sumberdaya dan faktor ekonomi yang mempengaruhi perikanan tangkap. Analisis bioekonomi bertujuan untuk menentukan tingkat pengusahaan yang optimum secara ekonomi. Berkaitan dengan faktor ekonomi ini tidak terlepas dari peran alat tangkap perikanan tuna.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar hasil tangkapan maksimum lestari (MSY), hasil tangkapan maksimum secara ekonomi (MEY)

dan mengetahui jenis alat tangkap yang efektif dan efisien. Dengan demikian diharapkan terjadi kelestarian alam dan kelestarian usaha penangkapan ikan tuna di pesisir Sendang Biru Kabupaten Malang Jawa Timur.

MATERIAL DAN METODE

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan skunder. Data skunder diperoleh dari Badan Pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan (BPPPI) Pondok Dadap Sendang Biru, KUD Mina Jaya dan Dinas Kelautan dan Perikanan Malang dan Jawa Timur selama

tahun 2003-2012, perpustakaan Universitas Brawijaya Malang dan Universitas Sam Ratulangi Manado. Sedangkan data primernya diperoleh dari wawancara dan observasi di tempat penelitian dan pihak-pihak yang terkait, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

Data yang digunakan untuk analisis model produksi surplus adalah data hasil tangkapan (Ct)

per tahun dan upaya tangkap (Et) per tahun, serta catch per unit effort (CPUE=Ct/Et).

Kemampuan setiap jenis alat tangkap berbeda-beda, sehingga perlu dilakukan standarisasi upaya tangkap, dengan rumus (Gulland, 1982):

a. Menghitung fishing power index (FPI): FPI =

Edst = upaya tangkap yang akan standarisasi

Es = upaya tangkap hasil standarisasi

Model penduga yang digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi ialah model Schaefer. Dari model tersebut dapat dihitung nilai hasil tangkapan maksimum lestari (MSY), upaya tangkap optimum (EMSY), EMEY, CMEY, EOA dan COA

dari perikanan tuna di perairan Sendang Biru. Dari hasil analisis MSY ini, dilanjutkan dengan analisis

No Responden Jumlah

1 Pemerintah

- BPPPI Pondok Dadap 1

- Dinas Perikanan dan Kelautan Malang 1

- Bappeda Kabupaten Malang 1

- Kecamatan Sumbermanjing Wetan 1

- Desa Tambakrejo 1

2 Perguruan tinggi 3

3 Nelayan

- Nelayan pancing Tonda 5

- Nelayan payang 5

- Nelayan pancing Tangan 5

4 Pengusaha perikanan

- Pengusaha perikanan pancing tonda 5

- Pengusaha perikanan payang 5

- Pengusaha perikanan pancing tangan 5

5 Ahli perikanan 3

6 LSM Perikanan 3

Total 44 Tabel 1. Jumlah dan komposisi responden untuk penentuan prioritas jenis alat

(3)

64 untuk memperoleh nilai MEY, untuk menentukan hasil tangkapan maksimum secara ekonomi.

Model produksi surplus tergantung pada empat macam besaran, yaitu biomassa populasi pada suatu waktu tertentu t (Bt), tangkapan untuk

suatu waktu tertentu t (Ct), upaya tangkap pada

waktu tertentu t (Et), dan laju pertumbuhan alami

konstan (r) (Boer dan Aziz, 1995 dalam Kekenusa, 2008). Model ini pertama kali dikembangkan Schaefer, yang bentuk awalnya sama dengan model pertumbuhan logistik.

Menurut Spaire dan Venema (1999) dalam

Kekenusa (2008), rumus-rumus model produksi surplus hanya berlaku apabila parameter slope (b) bernilai negatif, yang berarti penambahan upaya tangkap akan menyebabkan penurunan hasil tangkapan per upaya tangkap. Apabila parameter b

nilainya positif, maka tidak dapat dilakukan pendugaan besarnya stok maupun upaya optimum, tetapi hanya dapat disimpulkan bahwa penambahan upaya tangkap masih memungkinkan untuk meningkatkan hasil tangkapan.

Hasil akhir dari perhitungan rumus model Schaefer adalah:

Ct = aEt - bEt 2

Dengan mensubstitusikan a = qK dan b =q2K

r , maka akan diperoleh:

Et =

Pengelolaan sumberdaya ikan harus memberi manfaat secara ekonomi dalam bentuk rente ekonomi. Keuntungan maksimum diperoleh pada saat upaya (E) menghasilkan keuntungan ekonomi yang maksimum, EMEY = E pada Maximum

Economic Yield (Fauzi dan Anna, 2005). Rente merupakan selisih dari penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Π = pC - cE

Keuntungan ekonomi yang maksimum diperoleh dengan memasukkan CMSY dan

turunannya disamakan dengan nol, selanjutnya dengan memasukkan nilai CMEY pada fungsi

produksi maka diperoleh nilai EMEY.

Setelah menganalisis potensi sumberdaya ikan tuna menggunakan model produksi surplus (model penduga Schaefer), selanjutkan menganalisis kelestarian usaha perikanan dengan cara menentukan prioritas alat tangkap tuna yang paling efektif dan efisien, menggunakan metode analisis multi criteria dicision making (MCDM) dengan teknik simple multi attribute rating technique (SMART) dibantu software criterium decision plus (Criplus Version 3,4.S) dan teknik

visualinteractive sensitivity analysis (VISA). Dalam analisis ini, pembobotan suatu alternatif dan kriteria yang diambil disusun berdasarkan matrik pembobotan kriteria dalam penentuan prioritas alat tangkap ikan tuna, seperti pada Tabel 2.

Selanjutnya dianalisis dengan persamaan agregasi:

γ = π Si 1/n

dimana: γ = rata-rata geometric

Sumber: Diadopsi dari Khairul (2005). di mana:

Ai,(i=1,2,m)= menunjukkan pilihan alternative yang ada Cj,(j=1,2,n)= merujuk pada criteria dengan bobot Wj Aij,(i=1..m, j=1..n) = adalah pengukuran keragaman dari

satu alternatif Ai berdasarkan criteria Cj

Kriteria

Tabel 2. Contoh matrik pembobotan kriteria dalam penentuan prioritas alat tangkap ikan tuna di

(4)

Si = nilai skor akhir hasil analisa prioritas berdasarkan kelompok kriteria Selanjutnya persamaan menjadi:

�= S1 x S2

Berdasarkan hasil analisa di atas, maka diperoleh hasil akhir untuk peringkat dalam menentukan prioritas jenis alat tangkap perikanan tuna di pesisir Sendang Biru Malang. Pembobotan kriteria dan sub kriteria dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil tangkapan perikanan tuna di perairan Sendang Biru dari tahun ke tahun walaupun berfluktuasi namun cenderung meningkat. Data hasil tangkapan selang tahun 2003-2012 diringkas

dalam Tabel 5, sedangkan data alat tangkap dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 7 memperlihatkan catch, effort dan CPUE.

Dari hasil analisis model Schaefer diperoleh persamaan regresi:

Ct/Et = 60,6594 – 0,3345 Et

dengan nilai koefisien determinan (R2) = 0,445 dan tingkat signifikansi p = 0,000.

Dari persamaan fungsi produksi:

Ct = 60,65941 Et– 0,3345 Et 2 Tabel 3. Kriteria pemberian skor dalam analisis MCDM teknik SMART dan VISA

Kriteria Sub Kriteria Penjelasan

Fisik/ekologi a. Dampak lingkungan b. Keragaman rekruitmen c. Ukuran ikan tangkapan

0: berdampak jelek, 10: tidak berdampak 0: beragram tinggi, 10: tidak beragram 0: ukuran kecil, 10: ukuran besar Ekonomi a. Kelayakan usaha

b. Peranan koperasi

c. Kesempatan pendapatan lain

0: tidak layak, 10: sangat layak

0: tdk ada peranan koperasi, 10: berperan 0: tidak sempat, 10: mempunyai kesempatan Sosial Budaya a. Konflik kepentingan

b. Pelibatan pihak berkepentingan c. Pengenalan alat tangkap

0: berkonfik, 10: tidak ada konflik 0: tidak ada pelibatan, 10: ada pelibatan 0: tidak kenal, 10: kenal baik

Teknologi a. Ketahanan alat tangkap b. Selektivitas alat tangkap

0: cepat rusak, 10: ketahanan tinggi 0: tidak selektif, 10: selektif tinggi Sumber: Diadopsi dari Khairul (2005)

Tabel 4. Standarisasi pemberian skor

Skor Keterangan

0,00 sampai 2,49 Buruk 2,50 sampai 4,99 Sedang 5,00 sampai 7,49 Baik 7,50 sampai 10,00 Sangat baik Sumber: Diadopsi dari Khairul (2005)

(5)

66 Persamaan tersebut merupakan persamaan kuadrat, yang berarti bahwa pada awalnya peningkatan upaya tangkap (Et) akan meningkatkan

hasil tangkapan (Ct), hingga mencapai titik

maksimum lestari. Kemudian akan terjadi penurunan hasil tangkapan seiring dengan terus bertambahnya nilai upaya tangkap.

Dari persamaan di atas, diperoleh nilai koefisien a sebesar 60,6594 dan nilai b sebesar 0,3345. Sehingga dapat dihitung nilai upaya tangkap optimum (Eopt) dan hasil tangkap

maksimum lestari (CMSY), sebagai berikut:

Eopt =

a 2b=

60,6594

2(0,3345)= 90,6719 trip/tahun

CMSY = a2 4b =

(60,6594 )2

4(0,3345 ) = 2750,056 ton/tahun Artinya bahwa untuk menjaga kelestarian sumberdaya perikanan tuna secara teknis dan biologis, dalam setahun jumlah unit penangkapan tidak boleh melebihi 91 trip dan maksimum ikan tuna yang dapat ditangkap sebesar 2750,056 ton. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10, dan khusus untuk EMEY, CMEY, EOA dan COA

dapat dihitung ketika harga rata-rata dalam sepuluh

tahun (p) dan biaya rata-rata dalam sepuluh tahun (c) telah dihitung.

Dari data pada Tabel 9, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software SMART dan VISA. Hasil analisa dengan menggunakan teknik SMART dan VISA dapat dilihat pada Tabel 10. Sedangkan pohon nilai (value tree) dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Dari Tabel 10 terlihat bahwa hasil susunan peringkat prioritas pemilihan alat tangkap perikanan tuna dengan teknik SMART yaitu pancing tonda menempati urutan pertama dengan nilai 0,923, disusul payang dengan nilai 0,876, pancing tetel dengan nilai 0,741 dan terakhir gillnet dengan nilai

Tabel 6. Jumlah alat tangkap yang menangkap ikan tuna di perairan Sendang Biru Tahun 2003 - 2012

Tahun Pancing

Tabel 7. Jumlah hasil tangkapan, upaya tangkap, dan CPUE ikan tuna di perairan Sendang Biru tahun 2003-2012

Tahun Tangkapan (ton) Upaya (trip) CPUE (ton/trip)

2003 1967 119 17

Tabel 8. Nilai CMSY, EMSY, CMEY, EMEY, COA dan EOA

C (ton) E (unit)

MSY 2750,05 91

MEY 2674,96 75,69

OA 1517,28 151,38

(6)

67

0,628.

Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh pada teknik SMART tetap konsisten atau tidak, maka dilakukan perbandingan analisis dengan teknik VISA. Nilai bobot yang digunakan pada masing-masing kriteria di atas sama dengan bobot yang digunakan pada teknik SMART. Hasil analisis akhir teknik VISA dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 2. Pada Tabel dan Gambar tersebut terlihat bahwa alat tangkap pancing tonda menempati urutan pertama dengan nilai 93 kemudian payang dengan nilai 88, pancing tangan dengan nilai 75 dan disusul gillnet dengan nilai 65. Sehingga kedua teknik yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan urutan prioritas pemilihan alat tangkap ikan tuna yang relatif sama.

Hasil analisis dengan menggunakan teknik SMART dan VISA ini menempatkan pancing tonda

sebagai peringkat pertama, dilanjutkan payang.

Pada urutan ketiga pancing tangan dan terakhir

gillnet. Nilai masing-masing alat tangkap di atas dapat dilihat pada Tabel 10.

Gambar 1. Pohon nilai (value tree) teknik SMART

Tabel 9. Nilai bobot masing-masing kriteria/sub kriteria pada pemilihan prioritas jenis alat tangkap

ikan tuna di perairan Sendang Biru

No Kriteria/Sub Kriteria (atribut)

Bobot

1. Ekologi

a. Potensi dampak lingkungan

b. Keragaman rekruitmen c. Ukuran ikan tangkapan

0,103 0,098 0,091

2. Ekonomi

a. Kelayakan usaha b. Peranan koperasi c. Kesempatan

pendapatan lain

0,093 0,088 0,087

3. Sosial Budaya

a. Konflik kepentingan b. Pelibatan pihak

berkepentingan c. Pengenalan alat

tangkap

0,093 0,089 0,087

4. Teknologi

a. Ketahanan alat tangkap b. Selektivitas alat

tangkap

0,088 0,084

) )

(7)

68

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

a. Persamaan matematis metode produksi surplus yang digunakan untuk menelaah hasil penangkapan ikan tuna di perairan Sendang Biru dengan Model Schaefer, adalah Ct = 60,6594 Et

– 0,3345 Et 2

.

b. Hasil analisis bioekonomi terletak pada status

medium fishing untuk aspek ekologi dan over exploited untuk aspek ekonomi.

c.

Prioritas pemilihan alat tangkap ikan tuna secara berurutan adalah pancing tonda, payang, pancing tangan dan gillnet

.

Ucapan terima kasih. Penulis ucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini yang tidak sempat penulis sebut satu persatu namun kiranya tidak mengurangi rasa hormat penulis.

REFERENSI

AYODHYA (1981) Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Penerbit Yayasan Dewi Sri.

BOER, M. and AZIZ, K.A. (1995) Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Melalui Pendekatan Bioekonomi. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan, 3(2), pp. 109-119.

DAHURI, R. (2001) Menggali Potensi Kelautan dan Perikanan dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Menuju Bangsa yang Maju, Makmur dan Berkeadilan. Bogor: Pidato

dalam rangka Temu Akrab CIVA-FPIK-IPB tanggal 25 Agustus 2001.

DAHURI, R. et al. (2004) Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

KABUPATEN MALANG (2012) Buku

Tahunan Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten Malang Tahun 2012. Malang.

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

PROPINSI JAWA TIMUR (2012) Buku Tahunan Statistik Perikanan Tangkap Propinsi Jawa Timur Tahun 2012. Surabaya. FAUZI, A. and ANNA, S. (2005) Pemodelan

Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

FAUZI, A. (2006) Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. PopulationAnalysis. FAO.

JAMIL, K. (2005) Kajian Kesesuaian Lahan dan Kelayakan Ekonomis Pengembangan Budidaya Perikanan Pesisir di Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Unpublished thesis (MSi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

KEKENUSA, J. (2008) Evaluasi Model Produksi Surplus Ikan Cakalang yang Tertangkap di Perairan Sekitar Bitung Provinsi Sulawesi Utara. SIGMA, pp. 43-52.

RUBIANTO, I. (2001) Rencana Strategis Pembangunan Kabupaten Malang. Malang: Makalah. Malang: Pemerintah Kabupaten Malang.

SOEKARTAWI, et al. (1986) Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

SPAIRE P. and VENEMA, S.C. (1999) Introduksi Pengkajian Stok Ikan Pelagis. Buku 1 Manual. (Terjemahan: J. Widodo, I.G.S. Merta, S. Nurhakim, dan M. Badrudin). Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

SYAFRIN, N. (1993) Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan. Unpublished thesis (MSi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tabel 10. Hasil analisis multi criteria dicision making (MCDM) prioritas pemilihan alat tangkap ikan tuna di

(8)

SUBANI et al. (1989) Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut.

Gambar

Tabel 1. Jumlah dan komposisi responden untuk penentuan prioritas jenis alat tangkap  yang efektif dan efisien di perairan Sendang Biru Malang
Tabel 2. Contoh matrik pembobotan kriteria dalam penentuan prioritas alat tangkap ikan tuna di
Tabel 3. Kriteria pemberian skor dalam analisis MCDM teknik SMART dan VISA
Tabel 6. Jumlah alat tangkap yang menangkap ikan tuna di perairan Sendang Biru Tahun 2003 - 2012
+3

Referensi

Dokumen terkait

Indikator kekeringan berdasarkan nilai SPI dikategorikan menjadi empat jenis menurut McKee, Dosken & Kleist (1993) yaitu: 1) near normal yakni terjadi defisit

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah pangsa sektor pertanian, pangsa sektor industri pengolahan, produk domestik

Pengambilan keputusan dalam pemilihan Siswa terbaik menggunakan metode Simple Multi Attribute Rating Technique (SMART) dapat menghasilkan hasil yang sesuai dengan hasil

Primjer 3.5.2.1. Strategiju Mentalna mapa objasnit ć emo na primjeru usustavljivanja sadržaja prilikom ponavljanja prostih brojeva u petom razredu osnovne

Metode latihan interval adalah metode latihan dimana atlet secara bergantian melakukan aktifitas antara aktifitas kerja atau interval kerja (work interval) dan interval

Saudara – saudara se-Iman, Alhamdulillah setelah dengan menempuh proses yang panjang dan dengan dukungan tokoh masyarakat, aparat pemerintahan baik secara langsung

- Tagapagtala sa Ateneo Municipal na hindi tumanggap kay Rizal noong una dahil huli na siya sa pagpapatala at masakitin siya at maliit para sa kanyang

Dengan dasar tersebut, maka penulis ingin menerapkan elemen-elemen Balanced Scorecard untuk mengukur berbagai yaitu aspek keuangan, aspek pelanggan, aspek bisnis