• Tidak ada hasil yang ditemukan

kegiatan_5401410069_1361519105.docx 141.25KB 2013-07-11 22:11:42

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "kegiatan_5401410069_1361519105.docx 141.25KB 2013-07-11 22:11:42"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

STUDI PEMBUATAN EDIBLE FILM BERBASIS TEPUNG

KERING NATA DE METE (CASHEW)

BIDANG KEGIATAN: PKM-P

Diusulkan Oleh:

Ulin Nur Hayati 5401411108 TA 2011

Afrilia Dwi Wicaksono 5401410112 TA 2010

Pipit Adi utomo 5401410069 TA 2010

Syahrul Muttaqin 5301409002 TA 2010

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Studi Pembuatan Edible Film Berbasis Tepung Kering Nata De mete (Cashew)

a) Nama Lengkap : Ulin Nur Hayati

b) NIM : 5401411108

c) Fakultas/Jurusan/Tahun angkatan : Fak.Teknik/Tek. Jasa dan Produksi/2011

d) Universitas : Universitas Negeri Semarang e) Alamat Rumah/HP : Jln.Datuk Indah Mulyoharjo Rt.05

Rw.02 Kec.Jepara Kab. Jepara/085741360995

f) Alamat Email : ulinnurhayati@ymail.com

5. Anggota Pelaksana : 3 Orang

6. Dosen Pendamping

a) Nama Lengkap : Muhammad Ansori, S.T.P, M.P.

b) NIP : 197804102005011001

c) Alamat Rumah/HP : Tegallayang 9, Caturharjo, Pandak, Bantul, Yogyakarta

CP : 081578711113 7. Biaya Kegiatan Total

a) Dikti : Rp 9.111.000,00

b) Sumber lain :

-8. Jangka waktu pelaksanaan : 5 bulan

Semarang, 2 Oktober 2011 Menyetujui,

Ketua Jurusan Ketua Pelaksana Kegiatan

(Ir.Siti Fathonah, M.kes.) (Ulin Nur Hayati) NIP. 196402131988032002 NIM. 5401411108

(3)

Bidang Kemahasiswaan

(Prof. Dr. Masrukhi, M. Pd.) (Muhammad Ansori, S.T.P,M.P) NIP. 196205081988031002 NIP.197804102005011001 A. JUDUL

Studi Pembuatan Edible Film Berbasis Tepung Kering Nata De mete (Cashew)

B. LATAR BELAKANG

Jambu mete (Anacardium oc-cidentale. L) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai arti ekonomi dan cukup potensial karena produksinya dapat dipakai sebagai bahan baku industri makanan. Sampai dengan tahun 2003, luas perkebunan jambu mete telah mencapai 581.641 ha dengan produksi gelon-dong sebesar 112.509 ton (Ditjenbun, 2004). Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda (di Sumatera Barat: jambu erang/jambu monye, di Lampung dijuluki gayu, di daerah Jawa Barat dijuluki jambu mede, di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambumonyet, di Bali jambu jipang atau jambu dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buahyaki.

Tanaman jambu mete banyak tumbuh di Jawa Tengah khususnya daerah kabupaten Jepara tepatnya di kecamatan Jepara, banyak tanaman buah semu jambu metenya yang belum termanfaatkan dengan baik. Buah jambu mete menghasilkan gelondong sebesar 10% dan buah semu 90%. Pemanfaatan buah semu masih sangat terbatas, sehingga banyak yang terbuang sebagai limbah. Pemanfaatan buah semu secara optimal menjadi berbagai produk makanan akan dapat meningkatkan ekonomi petani jambu mete. Salah satu produk yang dapat diolah dari buah jambu mete adalah nata de cashew.

(4)

mempunyai sifat amat rekat terhadap cetakan dan tembus pandang, sehingga berpotensi untuk dibuat sebagai edible film. Sebab diketahui bahwa komponen utama penyusun edible film ada tiga kelompok, yaitu hidrokoloid, lemak dan komposit.

Edible film adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan, dibentuk melapisi komponen makanan (coating) atau diletakkan di antara komponen makanan (film) yang berfungsi sebagai barrier terhadap transfer

massa (misalnya kelembaban, oksigen, lipid, cahaya, dan zat larut), dan atau sebagai carrier bahan makanan atau bahan tambahan, serta untuk mempermudah penanganan makanan (Krochta dan De Mulder-Johnson, 1997).

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, seperti potensi sumber daya alam Indonesia yang cukup besar untuk menghasilkan olahan nata de mete (cashew) yang diperoleh dari ekstrak buah semu jambu mete sebagai penghasil pektin dan tapioka untuk pembuatan edible film, serta manfaat yang diperoleh dari penggunaan edible film, maka penelitian tentang pengembangan edible film dari nata de mete (cashew) dengan bantuan tepung tapioka perlu diupayakan.

C. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mengolah nata de mete (cashew) menjadi produk edible film ? 2. Bagaimana cara menumbuhkembangkan olahan nata de mete (cashew) sebagai

produk edible film kalangan masyarakat?

3. Apakah produk nata de mete (cashew) bisa sebagai edible film menggantikan karagenan rumput laut ?

D. TUJUAN PROGRAM

Tujuan yang hendak dicapai dari program kreativitas ini adalah: 1. Mendiskripsikan cara mengolah tepung kering nata de mete (cashew) untuk

produk edible film

2. Menumbuhkembangkan budaya kewirausahaan di kalangan masyarakat untuk mendorong terciptanya inovasi baru dengan menerapkan IPTEK dalam berwirausaha.

(5)

produk edible film sebagai edible packaging, apa saja kegunaannya,dan bagaimana cara pembuatannya.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Berdasarkan uraian diatas, target luaran yang diharapkan dari program kegiatan ini yaitu :

1. Meningkatkan nilai jual dari nata de mete (cashew) yakni lebih lanjut menjadi produk edible film yang lebih modern, eksklusif dengan sentuhan teknologi pangan yang tepat.

2. Membuka peluang bisnis baru bagi masyarakat dalam rangka menekan penggunaan kemasan makanan yang bersifat nondegradable.

3. Keterampilan bagi masyarakat dalam bidang teknologi industri yaitu menciptakan tepung kering nata de mete (cashew) sebagai edible film.

F. KEGUNAAN PROGRAM

Program kreativitas mahasiswa ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan alternative dalam pemanfaatan tepung kering nata de mete (cashew) sebagai pembuatan edible film untuk edible packaging.

2. Diharapkan dapat mengurangi penggunaan kemasan makanan yang bersifat nondegradable, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan. 3. Edible film yang dihasilkan diharapkan mampu memperpanjang umur

simpan produk yang dikemasnya.

G. TINJAUAN PUSTAKA

1. Nata de mete (cashew)

(6)

Nata dihasilkan dari proses fermentasi pada substrat yang mengandung gula dan nitrogen pada pH yang sesuai dengan perkembangan A. xylinum yaitu berkisar antara 4 - 4,5 (Pambayun, 2002). Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai media pembuatan nata adalah ampas nenas, adalah bahan yang paling ekonomis karena ampas nenas merupakan limbah pangan. Ampas nenas didapat dari sisa hasil pembuatan sirup nenas, selai, jelly, sari buah dan nenas goreng. Pengolahan buah nenas tersebut dapat diperoleh ampas nenas dalam jumlah yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan sebagai medium pertumbuhan dari bakteri A. xylinum. Rendemen nata yang diperoleh dari media ekstrak ampas nenas lebih besar dari pada media yang diperoleh dari sari buah nenas yaitu 54,13% dengan konsentrasi gula 7,50% dan masa inkubasi 14 hari (Arsatmojo, 1996).

2. Edible Film

Menurut Robertson (1993), bahan pengemas yang dapat digunakan antara lain plastik, kertas, logam, dan kaca. Bahan pengemas dari plastik banyak digunakan dengan pertimbangan ekonomis dan memberikan perlindungan yang baik dalam pengawetan. Sekitar 60% dari poliethilen dan 27% dari polyester diproduksi untuk membuat bahan pengemas yang digunakan dalam produk makanan. Akan tetapi penggunaan material sintetis tersebut berdampak pada pencemaran lingkungan (Alvin dan Gil, 1994 dikutip Henrique, Teofilo, Sabino, Ferreira, Cereda, 2007). Oleh karena itu pada saat ini dibutuhkan penelitian mengenai bahan pengemas yang dapat diuraikan (biodegradable) (Henrique et. al., 2007). Salah satu pengemas biodegradable adalah Edible Packaging .

(7)

sebagai pembawa zat flavor berbentuk serbuk. Edible film didefinisikan sebagai lapisan yang dapat dimakan yang ditempatkan di atas atau diantara komponen makanan (Lee dan Wu, 2006 dalam Hui, 2006).

Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, diletakkan diantara komponen makanan yang berfungsi sebagai barrier terhadap transfer massa (missal kelembaman, oksigen, lipid, dan zat terlarut) dan sebagai carrier bahan makanan dan aditif untuk meningkatkan penanganan makanan.

Pengembangan edible film pada makanan selain dapat memberikan kualitas produk yang lebih baik dan memperpanjang daya tahan, juga dapat merupakan bahan pengemas yang ramah lingkungan. Edible film memberikan alternatif bahan pengemas yang tidak berdampak pada pencemaran lingkungan karena menggunakan bahan yang dapat diperbaharui dan harganya murah (Tharamathan, 2003 dikutip Bourtoom, 2007). Fungsi

Fungsi dari edible film adalah penghambat perpindahan uap air, menghambat pertukaran gas, mencegah kehilangan aroma, mencegah perpindahan lemak, meningkatkan karakteristik fisik, dan sebagai pembawa zat aditif. Edible film yang terbuat dari lipida dan juga film dua lapis ( bilayer ) ataupun campuran yang terbuat dari lipida dan protein atau polisakarida pada umumya baik digunakan sebagai penghambat perpindahan uap air dibandingkan dengan edible film yang terbuat dari protein dan polisakarida dikarenakan lebih bersifat hidrofobik (Lee dan Wan, 2006 dalam Hui, 2006).

Edibel film dapat dibuat dari berbagai jenis bahan diantaranya tepung kering nata de mete (cashew) dengan bantuan tepung tapioka. Metylcellulose bisa membentuk film dengan kekuatan tinggi, jernih, larut air, tidak berminyak, laju oksigen dan kecepatan uap air rendah. Warnanya putih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak bersifat toksit.

3. Pati Tapioka

(8)

berantai lurus, α 1-4 glukosidik, sedangkan amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α 1-6 glukosidik.

Molekul-molekul berrantai lurus, yaitu amilosa yang berdekatan dan bagian rantai yang lurus pada bagian luar atau ujungujung amilopektin tersusun dengan arah sejajar. Susunan tersebut membentuk bangunan yang kristalin dan kompak. Molekul-molekul bercabang, yaitu amilopektin mempunyai susunan yang kurang kompak/amorf, sehingga lebih mudah dicapai oleh air dan enzim (Whistler, et. al. dalam Anugrahati, 2001) Wahyuni (2008) menjelaskan bahwa, pati mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan sifat-sifat produk pangan. Pati mampu berinteraksi dengan senyawa-senyawa lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga berpengaruh pada aplikasi proses, mutu, dan penerimaan produk.

Karena kemampuannya, pati dijadikan bahan pelapis yang dapat dimakan (edible film). Edible film adalah lapisan tipis dan kontinyu yang terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan, dibentuk melapisi komponen makanan (coating) atau diletakkan diantara komponen makanan (film). Prinsip pembentukan edible film adalah interaksi rantai polimer menghasilkan agregat polimer yang lebih besar dan stabil. Tepung tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi kerusakan tenun, juga digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih (Whistler, dkk, 1984).

H. METODE PELAKSANAAN PROGRAM

1. Persiapan Produksi

Sebelum memproduksi tepung kering nata de mete (cashew), langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan produksi. Dalam persiapan produksi ini terdapat dua kegiatan utama yaitu persiapan alat dan persiapan bahan.

2. Pelaksanaan Produksi

Pengolahan Bahan

(9)

a. Menyiapkan gula (150 g), dan asam asetat (10 ml) dimasukkan ke dalam 1000 ml ekstrak buah semu jambu mete dan diaduk sampai jadi larutan.

b. Mengambil Larutan 6-8 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditutup dengan kapas. Disterilkan pada suhu 110 0C

selama 20 menit.

c. Setelah selesai sterilisasi larutan tidak terlalu panas lagi, larutan dituangkan ke larutan kedalam tabung secara aseptis. Setelah itu 1 tabung diletakkan secara miring untuk membuat miring dan ditunggu sampai mengeras.

d. Inokulum Acetobacter xylinum diinokulasikan. Kemudian diinkubasikan pada suhu kamar atau pada suhu 300 0C sampai

tampak pertumbuhan bakteri serupa keloid mengkilat.  Pembuatan Starter

a. Ekstrak buah semu jambu mete diendapkan, kemudian disaring dengan beberapa lapis kain kassa, terus dipanaskan sampai mendidih dengan api besar sambil diaduk-aduk. Setelah mendidih, ditambahkan asam asetat glasial (10-20 ml asam asetat untuk setiap 1 liter air sari jambu mete), dan gula (75-100,0 gram gula untuk tiap 1 liter sari jambu mete). Campuran ini diaduk sampai gula larut. Larutan ini disebut sari jambu mete asam bergula.

b. Urea (sebanyak 3 gram urea untuk setiap 1 liter ekstrak buah semu jambu mete asam bergula yang disiapkan pada no. 1 diatas) dilarutkan di dalam sedikit ekstrak (setiap 1 gram urea membutuhkan 20 ml ekstrak buah semu jambu mete). Larutan ini dididihkan, kemudian dituangkan ke dalam ekstrak buah semu jambu mete asam bergula.

c. Ketika masih panas, media dipindahkan ke dalam beberapa botol bermulut lebar, masing-masing sebanyak 200 ml. Botol ditutup dengan kapas steril. Setelah dingin, ditambahkan 4 ml suspensi mikroba. Setelah itu, media diinkubasi pada suhu kamar selama 6-8 hari (sampai terbentuk lapisan putih pada permukaan media).  Fermentasi Nata

(10)

sampai mendidih dengan api besar sambil diaduk-aduk. Setelah mendidih, ditambahkan asam asetat glasial (10 ml asam asetat untuk setiap 1 liter ekstrak buah semu jambu mete), campuran ini diaduk sampai gula larut. Larutan ini disebut ekstrak buah semu jambu mete asam bergula.

b. Urea (sebanyak 5 g urea untuk setiap 1 liter ekstrak buah semu jambu mete asam bergula yang disiapkan pada no. 1 diatas) dilarutkan di dalam sedikit sari jambu mete yang telah dimasak (setiap 1 gram urea membutuhkan 20 ml sari buah jambu mete Larutan ini dididihkan, kemudian dituangkan ke dalam sari jambu mete asam bergula. Larutan yang diperoleh disebut sabagai sebagai media nata. Larutan ini didinginkan sampai suam-suam kuku. c. Media nata ditambah dengan starter (setiap 1 liter media nata

membutuhkan 50-100 ml starter), kemudian dipindahkan ke dalam wadah-wadah fermentasi dengan ketinggian media 4 cm. Wadah ditutup dengan kertas yang telah dipanaskan di dalam oven pada suhu 1400C selama 2 jam. Wadah berisi media ini disimpan di ruang fermentasi selama 12-15 hari sampai terbentuk lapisan nata yang cukup tebal (1,5-2,0 cm).

 Panen dan pencucian

Lapisan nata diangkat, kemudian dicuci dengan air bersih. Setelah itu nata direndam di dalam air mengalir atau air yang diganti-ganti dengan air segar selama 3 hari. Hal ini diulangi sampai nata tidak berbau dan berasa asam lagi.

 Pembutan tepung kering nata de mete (cashew)

Lembaran nata yang sudah mengalami pemanenan dan pencucian kemuadian dilakukan proses pembekuan difrezeer selama ± 3 hari. Setelah lembaran nata sudah mengalami pembekuan, dilakukan penirisan diloyang untuk mengalami proses pengeringan. Hal ini dilakukan agar kandungan air pada nata bisa hilang. Lalu nata yang sudah kering dihaluskan menggunakan blender sampai membentuk bubuk tepung nata.

(11)

Tahapan pembuatan larutan edible film dari tepung kering nata de mete (cashew) adalah sebagai berikut :

a. tepung kering nata de mete (cashew) dilarutkan di dalam campuran air dan tepung tapioka(1:2).

b. Tepung tapioca ditambahkan terlebih dahulu, dan diaduk dengan magnetic stirrer skala tiga selama sepuluh menit, kemudian diikuti dengan penambahan air dan tetap diaduk selama sepuluh menit.

c. Tepung kering nata de mete (cashew) yang sudah cukup larut dipanaskan di dalam penangas air pada suhu 850C, selama 15

menit. Konsentrasi tepung kering nata de mete yang ditambahkan adalah 1,00% dan 1,25%.

d. Kemudian larutan diaduk lebih cepat yaitu pada skala empat. Gliserol kemudian ditambahkan pada suhu 55-600 C.

e. Pemanasan dan pengadukan terus berlanjut hingga suhu mencapai 67-720 C, selama lebih kurang 30 menit.

f. Larutan pembentuk film tersebut banyak mengandung gelembung- gelembung udara terlarut. Gelembung- gelembung udara akan pada film yang telah kering seperti lubang-lubang yang mengganggu penampakan film dan hasil analisa.

g. Gelembung-gelembung gas perlu dihilangkan dengan pompa vakum selama 3 menit. Proses ini berlangsung sampai gelembung udara tidak terbentuk lagi.

h. Larutan yang dihasilkan didinginkan.

Setelah larutan edible film terbentuk maka dapat dilakukan proses pelapisan. Proses pelapisan memerlukan dua macam larutan, yaitu ion kalsium klorida dan larutan edible film. Buah yang akan dilapisi dicelupkan beberapa detik ke dalam larutan kalsium klorida, kemudian ke dalam larutan edible film. Proses pencelupan diulang dua kali. Beberapa menit kemudian, larutan mengering dan membentuk lapisan jernih dipermukaan buah. Selanjutnya, buah dikemas dengan pengemas sekunder untuk dipasangkan (Anonim, 2007).

I. JADWAL KEGIATAN

Adapun rincian jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:

(12)

A Tahap Pra Kegiatan 1 2 3 4 a. Persiapan tempat produksi usaha

b. Persiapan alat dan bahan produksiusaha

c. Mencari pasar yang cocok untuk mengembangkan usaha

b. Memberikan informasi kepada maahasiswa dan masyarakat sekitar dalam hal usaha donat

b. Produksi usaha ini di minati dan diterima oleh mahasiswa dan masyarakat

* *

*

J. RANCANGAN BIAYA

No Nama Jumlah Harga satuan Jumlah harga

(13)

4 MgSO4 50 gr Rp 50.000,00 Rp 50.000,00

Jumlah Rp 510.000,00

Peralatan Produksi

1 Kompor Gas 1 buah Rp 250.000,00 Rp 200.000,00 2 Tabung Gas 1 buah Rp 750.000,00 Rp 750.000,00

3 Oven 1 buah Rp 800.000,00 Rp 800.000,00

4 Timbangan 1 buah Rp 100.000,00 Rp 100.000,00 5 Pengaduk 3 buah Rp 5.000,00 Rp 15.000,00

6 Baskom 20 buah Rp 50.000,00 Rp 1.000.000,00

7 Pisau 1 buah Rp 5.000,00 Rp 5.000,00 8 Gunting 4 buah Rp 7.500,00 Rp 30.000,00 9 Sendok 1 lusin Rp 20.000,00 Rp 20.000,00 10

Celemek 5 buah Rp. 15.000,00 Rp 75.000,00 11 Serbet 3 buah Rp. 7.500,00 Rp 22.500,00 12 Kertas 40 lembar Rp 1.000,00 Rp 40.000,00 13 Karet 50 buah Rp 100,00 Rp 5.000,00

14 frezeer 1 buah Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00

15 Nampan 10 buah Rp 10.000,00 Rp 100.000,00

Jumlah Rp 5.387.500,00

Transportasi dan Komunikasi

1 Transportasi Sebelum,Selama dan Setelah Kegiatan Rp 582.000,00

2 Komunikasi Rp 624.500,00

Jumlah Rp 1.206.500,00

Konsumsi

1 Snack 25 dus Rp 4.500,00 Rp 112.500,00 2 Aqua gelas 2 dus Rp 20.000,00 Rp 40.000,00 3 Tisu makan 2 bks Rp 4.000,00 Rp 8.000,00

(14)

Laporan Akhir

1 Pembuatan Laporan Rp 80.000,00

2

Penggandaan,

pengarsipan Rp 86.000,00

3 Baner Rp 100.000,00

Jumlah Rp 266.000,00

Biaya listrik dan air Rp 277.000,00 Dokumentasi Rp 320.000,00

Saldo Rp 9.111.000 ,00

K. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Mengenal Edible Film, (online), Available at : http://www.scribd.com/doc/46423473/Edible-Film#archive (Diakses tanggal 7 Oktober 2011

AOAC, 1979. Official Methods of Analysis of the association of Analytical Chemists. Washington DC. 105 pp.

Bourtoom T. 2007. Effect of Some Process Parameters on The Properties of Edible Film Prepared From Starch. Departement of Material Product

Technology, Songkhala(online), Available at :

http://vishnu.sut.ac.th/iat/food_innovation/up/rice %20starch%20film.doc (Diakses tanggal 7 Oktober 2011)

Deavin, L., T. R. Jarman, C. J. Lawson, R. C. Righelato and S. Slocombe, 1977. The Production of Algenic Acid by Azobacter vinelandii in Batch and Continueous Culture. dalam Extracelluler Microbial Polysaccharides. American Chemical Society, Washinton. 205 pp.

Muljohardjo, M. 1990. Jambu Mete dan Teknologi Pengolahannya (Anacardium occidentale L) Liberty. Yogyakarta. 90 hal

Harris, H. 2001. Kemungkinan Penggunaan Edible Film Dari Pati Tapioka Untuk Pengemas Lempuk. Jurnal Ilmu-Ilmu pertanian Indonesia 3 (2) : 99-106

(15)

LAMPIRAN

Biodata Ketua

Nama : Ulin Nur Hayati

NIM : 5401411108

TTL : Jepara, 9 November 1992

Alamat : Jln.Datuk Indah Mulyoharjo Rt.05 Rw.02 Kec. Jepara Kab. Jepara

No HP : 085741360995

Prodi/Jur/Fak : Pkk,S1 Tata Boga/ Tek. Jasa dan Produksi/ Fak. Teknik Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

Semarang, 2 Oktober 2011

Ulin Nur Hayati NIM 5401411108

Biodata Anggota Pelaksana 1

Nama : Afrillia Dwi Wicaksono

NIM : 5401410112

(16)

Alamat : Ds. Mulyoharjo Rt.02, Rw. 04 Kec. Jepara Kab. Jepara

No HP : 081216155805

Prodi/Jur/Fak : Pkk,S1 Tata Boga/ Tek. Jasa dan Produksi/ Fak. Teknik Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

Semarang, 2 Oktober 2011

Afrillia Dwi Wicaksono NIM 5401410112

Biodata Anggota Pelaksana 2

Nama : Pipit Adi Utomo

NIM : 5401410069

TTL : Jepara, 01 Juni 1992

Alamat : Ds.Tanjung Rt.10, Rw.02 Kec. Pakis Aji Kab. Jepara

No HP : 085727910228

Prodi/Jur/Fak : Pkk,S1 Tata Boga/ Tek. Jasa dan Produksi/ Fak. Teknik Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

Semarang, 2 Oktober 2011

Pipit Adi Utomo NIM 5401410069

Biodata Anggota Pelaksana 3

Nama : Syahrul Muttaqin

NIM : 5302410146

(17)

Alamat : RT 04 RW 01 Ds. Kendeng Sidialit Welahan – Jepara

No HP : 085225195353

Prodi/Jur/Fak : Pend. Teknik Informatika & Komputer, S1/Tek. Elektro/Fak.Teknik

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

Semarang, 2 Oktober 2011

(18)

Biodata Dosen Pembimbing

Nama : Muhammad Ansori,S.TP.,M.P.

NIP : 197804102005011001

TTL : Bantul, 10 April 1978

Alamat : Tegallayang 9, Caturharjo, Pandak, Bantul, Yogyakarta

No HP : 081578711113

Jabatan : Lektor

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

Semarang, 2 Oktober 2011

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepatuhan kunjungan posyandu dengan status gizi balita di Posyandu Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta..

Dalam matakuliah ini akan dijelaskan tentang definisi, ciri-ciri/sifat kristal dan mineral, kristalografi bentuk luar dan orde internal, kimia kristal, mineralogi

Pada tahap ini dijelaskan pelaksanaan percobaan dari hasil pengujian alat tugas akhir dengan judul “ Perancangan Alat Pengukur Frekuensi 10 Hz – 10 Mhz Menggunakan IC

Jurusan Teknik Sipil Flkdtas Teknik Universitas Diponegoro

Perkembangan Psikologi dari abad ke-19 sampai abad ke-20, mengalami kemajuan yang pesat, khususnya dalam Psikologi pendidikan.Banyak teori-teori baru yang muncul dengan konsep

Berdasarkan kedua kesimpulan diatas maka belajar sosial adalah suatu proses tingkah laku dimana kita mengamati, bahkan meniru suatu pola perilaku orang lain (masyarakat) yang

Untuk itu diperlukan penambahan remaining untuk semua mix bed, dengan penambahan tersebut akan menambah jumlah produksi dari mix bed sendiri dan tentunya akan mengurangi

2.1 Pengertian dan komponen Permintaan Agregat Permintaan agregat (aggregate demand) ialah Hubungan antara jumlah output yang dimita dengan tingkat harga agregat dalam