BAB II
KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI
2.1 Konsep
Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2007:588) adalah “...
gambaran mental dari suatu objek, proses ataupun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.”
Hal ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang
digunakan secara mendasar dan penyamaan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari kesalahan yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.
2.1.1 Etos Kerja
Etos kerja adalah sikap terhadap kerja yang memiliki sistem orientasi nilai budaya.Sikap itu dimiliki oleh seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu bangsa.Sikap itu termasuk karakter utama, pikiran dasar, kode moral, dan kode
perilaku.Semua itu adalah pandangan moral sebagai motivasi, kebiasaan, dan budaya kerja yang memiliki kesungguhan dan semangat dalam bekerja.Menurut
situs resmi kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) etos kerja diartikan sebagai sikapmental yang mencerminkan kebenaran dan kesungguhan
serta rasa tanggungjawab untuk meningkatkan produktivitas (www.depkop.go.id).
Pada Webster'sOnline Dictionary, Work Ethic diartikan sebagai; Earnestness or
fervor inworking, morale with regard to the tasks at hand; kesungguhan atau
semangatdalam bekerja, suatu pandangan moral pada pekerjaan yang dilakoni.
adalah “... semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau
suatu kelompok.” Menurut Jansen Sinamo (2005:87) mengungkapkan bahwa: “Perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas yang mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar.”
2.1.2 Masyarakat Tionghoa
Masyarakat Tionghoa adalah Suku bangsa atau pendatang yang berasal dari Fukkien dan Kwangtung yaitu Hokkien, Teo-chiu, Hakka, dan Kanton.
Mereka mengalami interaksi dengan etnis India, Arab, dan beberapa etnis kecil pendatang yang lain dengan tujuan bermigrasi ataupun berdagang.MenurutWibowo, (2000: xiii) masyarakat Tionghoa adalah “... Suku
yang berimigrasi ke luar daratan China bukanlah pengusaha. Mereka terdiri dari petani, penjaga toko, buruh pabrik, dan sesampai di tempat tujuan mereka kebanyakkan menjadi kuli atau buruh perkebunan teutama karet .”
Menurut Sugiarto, (2012:99) masyarakat Tionghoa adalah “...Suku yang berada di pesisir utara pulau Jawa, pesisir selatan Sumatera, dan pesisir barat
Kalimantan, lebih dari seribu tahun lalu.Umumnya mereka datang untuk berdagang atau mencari kehidupan baru.”
2.1.3 Berdagang
Berdagang adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara para produsen dan konsumen sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran, penyebaran, dan penyediaan barang melalui mekanisme pasar.Menurut
berdagang adalah “... Pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli
barang untuk memperoleh barang atau memperoleh keuntungan, jual-beli atau niaga.”
2.1.4 Pasar
Pasar adalah sebagai tempat pemusatan beberapa pedagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka atau ruangan tertutup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Geertz, (1973:8) pasar adalah “... Pusat
jaringan perdagangan yangsangat aktif dan meliputi daerah yang amat luas, lewat pasar itu segala macam dagangan disalurkan, dan dari pasar itu sebagian besar
penduduk kota kemungkinan mendapat mata pencahariannya.”
2.1.5 Kecamatan Galang
KecamatanGalangadalah sebuah Kecamatan Galang beribukota Galang kota yang merupakan satu-satunya
kelurahan di dalam kecamatan ini. Kecamatan Galang terdiri dari
kecamatan ini berada pada 02"57' - 03"16' ibukota kabupaten Deli Serdang, KM dengan waktu tempuh mencapai 15-20 menit perjalanan. Jalan lintas
terlebih dahulu melalui kecamatan
Gambar2. 1 Peta Kecamatan Galang
Sumber : http//sumut.bps.go.id/Galang
2.2 Tinjauan Pustaka
Penulis menemukan beberapa buku dan jurnal yang relevan dengan judul penelitian ini. Adapun buku dan Jurnal yaitu:
Sulistyawati dan Cahaya Wirawan Hadi, (2010) Meneladani Etos Kerja Warga Tionghoa.Jurnal ini menjelaskan tentang pedagang Tionghoa di Indonesia
merekalah yang paling berhasil.Hal ini juga disebabkan karena sebagian besar dari
mereka sangat ulet, tahan uji, hemat, sederhana, tanggung-jawab, kerjasama, kuat dan rajin.Rupanya keberhasilan dalam suku-suku pedagang inilah yang menjadi
lambang yang dilihat sebagai etos kerja yang perlu diteladani, tanpa memperhatikan imigran Tionghoa lain, yang berasal dari suku-bangsa lain, yang kebanyakan tidak berprofesi di dunia perdagangan, dan banyak juga yang hidup
Vorta Tambunan, (2009) Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa. Bisnis bagi etnis
Tionghoa merupakan roda perekonomian yang penting untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Skripsi ini menjelaskan tentang Eksistensi etnis Tionghoa
memiliki aturan atau norma-norma yang pada umumnya sudah ada di setiap individu atau kelompok-kelompok bisnis, hanya saja keuletan dan kerajinan mereka dalam berusaha yang membuat etnis Tionghoa jauh lebih hebat dan
dianggap sebagai etnis yang kuat dalam berbisnis. Skripsi ini bermanfaat untuk penulis karena skripsi ini berkaitan dengan bisnis masyarakat Tionghoa.
Desy Harahap, (2011) Perbedaan Motivasi Berprestasi pada Karyawan Etnis Batak dan Etnis Tionghoa di Citi Finantial Medan.Skripsi ini menjelaskan
tentang peranan gaya kepemimpinan transformasional sebagai prediktor positif
bagi komitmen organisasi. Globalisasi menciptakan ancaman semakin banyaknya persaingan bisnis yang menuntut perusahaan untuk memiliki sumberdaya manusia
yang berkomitmen tinggi. Skripsi bermanfaat untuk penulis karena skripsi ini
berkaitan dengan Teori Motivasi Berprestasi.
Fahri Rezki Rahman, (2013) Aktualisasi Nilai Budaya Lokal dalam Kepemimpinan Pemerintahan di Kota Palopo. Skripsi ini menjelaskan konsep
otonomi daerah dalam pelaksanaannya tidak menjamin eksistensi nilai budaya lokal dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya Kota Palopo, terkait dengan variabel nilai budaya lokal adele, lempu, dan getteng, terhadap
2.3 Landasan Teori
Landasan Teori, teori merupakan yang alat terpenting dari suatu pengalaman. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja,
tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan, (Koentjaraningrat, 1973:10).Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena.Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian didalam ilmu
pengetahuan. Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang
akan dibahas dalam tulisan ini. Adapun teori yang penulis pergunakan adalah seperti teori yang diuraikan berikut:
2.3.1 TeoriMotivasi Berprestasi (N-Ach)
Motivasi berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray yang
diistilahkan dengan need for achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clellanddengan sebutan n-ach,(dalamMc Clelland, 1971:40). Motivasi berprestasi
adalah semangat seseorang untuk memberikan yang terbaik di dalam melakukan suatu pekerjaan dan mampu bekerja secara optimal dan tidak pesimis.Menurut Mc Clelland(1971:40)motivasi berprestasi merupakan“... Daya penggerak yang
memotivasi semangat kerja seseorang karena itu, kebutuhan berprestasi ini akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua
kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal.”
Individu yang menunjukkan motivasi berprestasi merupakan individu yang
mengevaluasi tugas-tugasnya dengan beberapa cara, yaitu membandingkan
dengan hasil kerja orang lain atau dengan standar tertentu. Ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi sangat suka dengan tantangan yang bertaraf
sedang tidak suka dengan tantangan yang terlalu mudah, terlalu sulit, bertanggung jawab hingga tuntas terhadap tugas yang sedang dikerjakan, menyukai umpan balik dengan cara membandingkan performannya dengan orang lain ataupun
suatu standarisasi tertentu, tekun dan gigih terhadap tugas yang berkaitan dengan kemajuannya.Menurut McClelland,(dalam Maentiningsih, 2008:6-8). Ciri-ciri
individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah:
1. Menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang/menengah.
Mereka yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tidak menyukai
tugas yang terlalu mudah atau tidak menantang, yang dinilai tidak mampu memuaskan kebutuhan berprestasi mereka. Mereka berpendapat jika tugas terlalu mudah, tidak ada alasan untuk terlihat lebih baik karena semua
orang pasti dapat melakukannya. Namun disisi lain mereka juga tidak menyukai tugas yang terlalu sulit karena hal ini dapat menghambat
kesempatan mereka untuk meraih kesuksesan. Mereka tidak tertarik untuk melakukannya karena kemungkinan untuk gagal terlampau besar.Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih menyukai tugas yang
memiliki taraf kesukaran sedang namun menjanjikan kesuksesan. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha
tinggi akan enggan melakukannya. Maka orang-orang yang memiliki
kebutuhan berprestasi yang tinggi menyenangi tugas, pekerjaan, dan vokasional yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan
kemampuan mereka dengan tuntutan dari pekerjaan mereka tersebut. 2. Bertanggung jawab secara personal atas performa kerja.
Orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memilih untuk
bertanggung jawab secara personal untuk performa mereka, karena hanya dalam kondisi tersebut mereka dapat memperoleh kepuasan setelah
melakukan sesuatu yang lebih baik. Individu tersebut juga mempunyai kecenderungan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya hingga tuntas, dan selalu ingat akan tugas-tugasnya yang belum
terselesaikan. Intinya, mereka fokus pada peningkatan performa mereka secara pribadi, tanpa memperhatikan apakah prestasi tersebut berpengaruh bagi anggota kelompok mereka atau tidak.
3. Suka menerima umpan balik (suka membandingkan kinerja dengan orang lain). Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mengharapkan
umpan balik dengan cara membandingkan performannya dengan orang lain atau suatu standarisasi tertentu. Penetapan standar keberhasilan merupakan motif ekstrinsik yang bukan dari dalam dirinya, namun
ditetapkan dari orang lain. Seseorang terdorong untuk berusaha mencapai standar yang ditetapkan oleh orang lain karena takut kalah dari orang lain.
lain dengan suatu ukuran keunggulan yaitu perbandingan dengan prestasi
orang lain atau standartertentu.
4. Tekun dan gigih terhadap tugas yang berkaitan dengan kemajuannya.
Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan memiliki kinerja yang baik, aktif berproduktivitas, dan tekun dalam bekerja. Dengan adanya motivasi berprestasi akan memiliki sifat-sifat seperti selalu berusaha
mencapai prestasi sebaik-baiknya dengan selalu tekun dalam menjalankan tugas.
Adanya motivasi berprestasi dalam diri individu akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat dan menumbuhkan individu-individu yang bertanggung jawab. Motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk individu menjadi
pribadi yang kreatif. Jadi dapat disimpulkan, bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri individu untuk mencapai suatu nilai kesuksesan. Nilai kesuksesan tersebut mengacu pada perbedaan dengan suatu
keberhasilan atas penyelesaian masalah yang pernah diraih oleh individu maupun keberhasilan individu lain yang dianggap mengandung suatu nilai
kehormatan.
2.3.2 TeoriOrientasi Nilai Budaya
Nilai-nilai budaya adalah wujud ideal dari kebudayaan yang merupakan konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat. Secara
orientasi kepada kehidupan manusia.Menurut Kluckhohn dan Strodtbeck,
(Koentjaraningrat, 1990:78) konsepsi mengenai isi dari nilai budaya yang secara universal ada dalam tiap kebudayaan menyangkutlima hal, yaitu:
1) Masalah human nature, atau makna hidup manusia
2) Masalah man nature, atau makna dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
3) Masalah time, atau persepsi manusia mengenai waktu
4) Masalah activity, atau soal makna dari pekerjaan, karya dan amal perbuatan manusia, dan
5) Masalah relational, atau hubungan manusia dengan sesama manusia. Masalah human nature atau makna hidup manusia.Masyarakat Tionghoa
belajar dari kehidupan masa lalu yang kelam, masa lalu yang tidak bisa membuat mereka berkecimpung di bidang strategis khususnya politik bahkan susahnya mendapatkan pengakuan sebagai salah satu etnis penduduk Indonesia. Masalah
man natureatau makna dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya.Sebagai
warga Galang, Deli Serdang yang tidak memiliki lahan sebagai lahan pertanian, hal ini menjadikan latar belakang masyarakat Tionghoa harus aktif dan dinamis
dalam mencari celah usaha di luar pertanian yang tentu dikuasai oleh penduduk asli sehingga menjadikan masyarakat Tionghoa berkecimpung dalam dunia
perdagangan.
Masalah time atau persepsi manusia mengenai waktu.Masyarakat Tionghoa sangat menghargai waktu yang berlalu setiap hari karena waktu terbatas
dan tidak dapat diulang.Waktu bagi mereka sangatlah berharga, setiap detik adalah kerja keras yang harus ditempuh. Mereka juga sangat menghargai waktu
Masalah activity atau soal makna dari pekerjaan, karya dan amal
perbuatan manusia.Masyarakat Tionghoa suka bekerja keras, tekun, dan gigih di dalam pekerjaan karena, itu adalah kunci kesuksesan di dalam bekerja. Sampai
saat ini masyarakat Tionghoa memperoleh kesuksesan di perdagangan karena sifat-sifat tersebut sudah ditanamkan sejak dini oleh orang tua mereka.
Masalah relational, atau hubungan manusia dengan sesama
manusia.Masyarakat Tionghoa di kota Galang, Deli Serdang dapat berbaur dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Mereka saling membantu, bergotong
royong, tolong-menolong walaupun masyarakat Tionghoa dengan masyarakat lainnya memiliki perbedaan dalam suku, agama, adat dan budaya tetapi perbedaan itu tidak menjadikan suatu hambatan sehingga tercipta kerukunan antar
masyarakat.Hubungan sosial dengan masyarakat lainnya dapat berjalan dengan baik tanpa memandang perbedaan.
Pendapat di atas menegaskan bahwa orientasi manusia terhadap nilai
budaya akan tergantung pada hakikat kedudukan manusia dalam kehidupannya serta kesadarannya terhadap keharmonisan hubungan dengan penciptanya yang