• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Terhadap Perilaku Pencegahan Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Terhadap Perilaku Pencegahan Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan Tahun 2015"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

Mycobacterium tuberculosis. Sejak zaman purba, penyakit ini dikenal sebagai

penyebab kematian yang menakutkan (Darmanto, 2012). Sekitar satu pertiga

penduduk di dunia telah terinfeksi penyakit ini (PDPI, 2006).Tuberkulosismerupakan pembunuh nomor satu diantara penyakit menular lainnya dan berada pada posisi ketiga sebagai pembunuh tertinggi di Indonesia (PDPI, 2006). Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan Joint External

Tuberculosis Monitoring Mission (JEMM), setiap tahun sekitar 300.000 orang

terdiagnosis Tuberkulosis dengan angka kematian mencapai 61.000 orang (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2010).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), pada saat ini, Indonesia menempati urutan lima sebagai negara dengan jumlah penyakit Tuberkulosis terbanyak di dunia yaitu sekitar 429 ribu jiwa(WHO, 2010). Hal ini berbeda dengan data WHO pada tahun 2007 yang menyatakan bahwa Indonesia menempati urutan empat dengan total kasus TB sebanyak 528 ribu jiwa. Penurunan peringkat kasus TB di Indonesia ini berkaitan dengan pencapaian indikator Millennium Development Goals atau MDG untuk Pengendalian TB yang cukup memuaskan sejak tahun 2010. Sebab, Indonesia telah berhasil menurunkan insidens, prevalens, dan angka kematian akibat TB. Insidens TB berhasil diturunkan sebesar 45%, yaitu 343 per 100.000 penduduk tahun 1990 menjadi 189 per 100.000 penduduk tahun 2010. Prevalensi TB telah diturunkan sebesar 35%,

(2)

2

Walaupun terjadi penurunan jumlah penderita TB secara keseluruhan, seiring dengan penambahan jumlah penduduk setiap tahunnya tentu saja beban kasus Tuberkulosis masih banyak (Endang, 2010). Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB adalah kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, kegagalan program TB, perubahan demografik, dan dampak pandemi HIV. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB merupakan salah satu penyebab gagalnya program TB sehingga informasi mengenai TB kurang terakses oleh masyarakat dan kemiskinan merupakan salah satu penyebab permasalahan kesehatan di

negara-negara berkembang seperti di Indonesia menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju lainnya (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Hal ini terbukti berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa Singapura merupakan negara dengan prevalensi TB terendah sebesar 46 per 100000 penduduk. Sedangkan Indonesia berada di posisi keenam untuk prevalensi TB sebesar 281 per 100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Kemiskinan menjadi isu yang harus mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan termasuk kesehatan. Kemiskinan menjadi penghambat dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan sehat dan bergizi sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu. Selain itu, kemiskinan menjadi pembatas masyarakat dalam hal menjangkau akses pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli dan akses dari masyarakat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara tahun 2014, jumlah penduduk di Sumatera Utara tahun 2013 tercatat sebesar 13.326.307 sedangkan tingkat kemiskinan di Sumatera Utara pada September 2014 sekitar 9,58% (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2015). Pada tahun 2010,

(3)

3

Medan, salah satu kota yang padat penduduknya, memiliki tingkat kemiskinan 10,05% dengan jumlah penduduk miskin sekitar 212.006 jiwa (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2011). Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat dua belas kelurahan dari total 151 kelurahan di Kota Medan termasuk kategori rawan pangan, dengan kriteria kelurahan memiliki angka kemiskinan diatas dua puluh persen dari jumlah penduduk. Daerah-daerah tersebut antara lain Kelurahan Belawan Bahagia, Belawan Bahari, Belawan I, Belawan II, Bagan Deli, Pulau Sicanang, Terjun,

Paya Pasir, Pekan Labuhan, Nelayan Indah, dan Labuhan Deli (Lubis, 2014). Selain menanggulangi kemiskinan, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk mengendalikan penyakit Tuberkulosis. Salah satunya mendukung program pengendalian TB melalui dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan No. 565/Menkes/per/III/2011 tentang Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Akan tetapi, keberhasilan program pengendalian TB tidak akan sempurna tanpa partisipasi masyarakat untuk mengurangi kasus Tuberkulosis. Salah satu yang dapat dilakukan masyarakat untuk menurunkan kasus Tuberkulosis adalah dengan mencegah penyakit tuberkulosis maupun mencegah penularan Tuberkulosis (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2012).

Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang Tuberkulosis Paru di daerah Sumatera Barat menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai Tuberkulosis begitu beragam. Sebagian masyarakat sudah mengetahui dan menganggap penyakit Tuberkulosis Paru merupakan penyakit menular yang berbahaya dan memalukan sehingga penyakit itu perlu untuk dirahasiakan sedangkan sebagian masyarakat beranggapan bahwa penyakit Tuberkulosis Paru tidak berbahaya. Mereka

(4)

4

ditimbulkan oleh penyakit Tuberkulosis Paru. Perilaku dan kesadaran sebagian masyarakat untuk memeriksakan dahak dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masih kurang karena mereka malu dan takut divonis menderita Tuberkulosis Paru (Yulfira, 2011).

Perilaku kesehatan merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang berkaitan dengan sakit-penyakit. Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Pendidikan, sosio-ekonomi, agama, dan kebudayaan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang

(Sunaryo, 2002). Berdasarkan data dari Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kelurahan Terjun tahun 2015, keadaan sosial-ekonomi di Kelurahan Terjun masih cukup rendah. Mayoritas pekerjaan masyarakat adalah sebagai pedagang, petani, nelayan, buruh tani dan buruh harian. Pendidikan masyarakat di Kelurahan Terjun pun beragam, didominasi lulusan SD hingga SMA. Respon atau perilaku masyarakat terhadap suatu penyakit belum cukup baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai suatu penyakit terkait rendahnya pendidikan.

Pada Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti juga memilih KelurahanTerjun sebagai tempat penelitian karena prevalensi Tuberkulosis Paru cukup banyak. Berdasarkan data dari Puskesmas Terjun pada tahun 2015, jumlah kasus TB hingga akhir bulan Mei sebanyak 112 kasus termasuk suspect TB. Jumlah orang yang didiagnosis TB dengan hasil pemeriksaan Bakteri Tahan Asam positif (BTA +) adalah 26% dari seluruh kasus yaitu sebanyak 29 orang.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengharapkan penelitian yang berjudul hubungan pengetahuan dan sikap keluarga terhadap perilaku pencegahan Tuberkulosis Paru di KelurahanTerjun, Medan Marelan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat Kelurahan Terjun tentang Tuberkulosis Paru sehingga

(5)

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga terhadap perilaku pencegahan Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga terhadap perilaku pencegahan Tuberkulosis Paru di Kelurahan Terjun, Medan Marelan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan keluarga tentang Tuberkulosis Paru.

b. Mengetahui pengetahuan keluarga tentang pencegahan Tuberkulosis Paru.

c. Mengetahui sikap keluarga terhadap penyakit Tuberkulosis Paru.

d. Mengetahui perilaku keluarga dalam upaya pencegahan Tuberkulosis Paru.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Menambah wawasan bagi peneliti mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pencegahan Tuberkulosis Paru.

b. Mengembangkan kemampuan peneliti dalam mengaplikasikan pengetahuan tentang metode penelitian dalam masalah nyata yang ada di masyarakat.

c. Sebagai sumber bacaan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan masyarakat terhadap Tuberkulosis Paru.

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi Konglomerasi Keuangan ini, berdasarkan Surat Kepala Eksekutif Pengawasan IKNB No.S-66/D.05/2016 tanggal 10

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan: (1) apakah prestasi belajar matematika peserta didik dengan diajar menggunakan model pembelajaran Process Oriented Guided

yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sebelum diundangkannya Peraturan Presiden ini dapat mengikuti Wajib Kerja Dokter Spesialis secara sukarela. BAB

Klinik Bersalin Ananda Tiara Merupakan salah satu badan usaha bidang kesehatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum dan khususnya untuk wanita hamil

Tiba-tiba seorang anak berkomentar.”Syukurlah Bu, jalan menuju rumah saya sudah banyak bioporinya, tapi kata bapak itu bukan untuk.. menanggulangi banjir, melainkan biopori

Diplomasi kebudayaan merupakan salah satu cara pelaksanaan diplomasi dengan menggunakan pendekatan kebudayaan, yang antara lain berarti mencoba untuk meningkatkan

Di lain sisi, artikel ini pula berargumen bahwa INFID memiliki peran penting dalam diplomasi ekonomi transnasional Indonesia dengan cara memberikan peran aktif dengan berbagai

Profitabilitas secara parsial terhadap harga saham, sedangkan Inflasi dan Kurs tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Harga Saham Indeks Pefindo25