• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Mahasiswa untuk Menjadi Young Entrepreneur (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Mahasiswa untuk Menjadi Young Entrepreneur (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi USU)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Kewirausahaan dan Wirausaha

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah suatu proses memulai bisnis ventura, mengorganisasikan sumber-sumber daya yang dibutuhkan, memperkirakan resiko-resiko dan imbalan-imbalan yang terkait (Daft, 2007: 250). “Entrepreneurship merupakan sebuah proses dinamik dimana orang menciptakan kekayaan incremental. Kekayaan tersebut diciptakan oleh individu-individu yang menanggung resiko utama, dalam wujud resiko modal, waktu dan atau komitmen karir dalam hal menyediakan nilai untuk produk dan jasa tertentu. Produk dan jasa tersebut mungkin tidak baru atau bersifat unik, tetapi nilai harus tetap diciptakan oleh sang entrepreneur melalui upaya mencapai dan mengalokasikan keterampilan-keterampilan serta sumber-sumber daya yang diperlukan.” Ronstad, dalam Winardi (2008: 28).

(2)

dihancurkan dan diganti dengan yang baru. Oleh karena itu entrepreneurship berkaitan dengan penemuan, dan pendayagunaan peluang-peluang yang menguntungkan.

Dengan kata lain fungsi spesifik dari entrepreneur adalah inovasi. Inovasi berarti penciptaan nilai sebagai sumber keunggulan kompetitif (Hutagalung dkk, 2010: 2). Inovasi lebih dari sekedar ide yang baik. Inovasi harus menjadi proses yang konstan karena kebanyakan ide tidak akan sukses dan kebanyakan inovasi akan gagal. Suatu gagasan murni memegang peranan penting dan pikiran yang kreatif untuk mengembangkannya menjadi gagasan yang berharga. Tanpa inovasi cara atau metode baru tidak akan pernah ditemukan. Melalui inovasi para entrepreneur akan terus melakukan ekspansi, memperluas daerah pemasaran, menambah jumlah pelanggan, meningkatkan penjualan dan laba.

Smith dalam Hutagalung dkk (2010: 2), yang kita kenal sebagai bapak ekonomi memiliki pandangan tersendiri. Dalam pandangannya wirausaha berarti orang yang mampu bereaksi terhadap perubahan ekonomi yang mengubah permintaan menjadi produksi. Ahli ekonomi Perancis Jean Baptise dalam Hutagalung dkk (2010: 2) berpendapat bahwa wirausaha adalah orang yang memiliki seni dan keterampilan tertentu dalam menciptakan usaha ekonomi yang baru.

(3)

mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.

Meng dan Liang dalam Hutagalung dkk (2010: 2) merangkum pandangan beberapa ahli dan mendefenisikan wirausaha sebagai seorang inovator, seorang pengambil resiko atau a risk taker, orang yang mempunyai visi dan misi, hasil dari pengalaman kanak-kanak, orang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi serta orang yang memiliki locus of control internal.

2.1.2 Pengetahuan Kewirausahaan

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat, diketahui, atau dirasakan sebelumnya oleh seseorang

(4)

1. Pengetahuan tentang usaha yang akan dirintis dan lingkungan usaha yang ada

2. Pengetahuan akan peran dan tanggung jawab

3. Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri 4. Pengetahuan akan manajemen dan organisasi bisnis

Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan sebagai pemilik dan manajer, maka wirausahalah yang memodali, mengatur, mengawasi, menikmati, dan menanggung resiko. Untuk menjadi wirausaha, hal yang harus dimiliki pertama kali adalah modal besar berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan modal baik uang maupun waktu, dan kecukupan tenaga serta pikiran. Modal-modal tersebut tidak cukup apabila tidak dilengkapi oleh kemampuan. Menurut Casson yang dikutip oleh Wirasasmita dalam Suryana (2008: 89), terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki, yaitu :

a. Self knowledge, memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan

atau ditekuni.

b. Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide dan perspektif serta tidak

mengandalkan kesuksesan masa lalu.

c. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis, misalnya

pengetahuan teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi dan pemasaran.

(5)

e. Foresight, berpandangan jauh ke depan.

f. Computation skill, kemampuan untuk menghitung dan memprediksi

keadaan di masa yang akan datang.

g. Communication skill, yaitu kemampuan berkomunikasi, bergaul dan

berhubungan dengan orang lain.

Menurut Dan & Bradstreet Business Credit Service dalam Suryana (2008: 89), ada 10 kompetensi yang harus dimiliki seorang wirausaha, yaitu :

1. Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan

dilakukan.

2. Knowing the basic business mangement, yaitu mengetahui dasar-dasar

pengelolaan bisnis.

3. Having the proper atitude, yaitu memiliki sikap yang benar terhadap

usaha yang dilakukannya.

4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup

5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan untuk

mengatur atau mengelola keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannya secara tepat, serta mengendalikan secara akurat.

6. Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien

(6)

7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur,

mengarahkan, menggerakkan dan mengendalikan orang-orang.

8. Satisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi

kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.

9. Knowing how to compete, yaitu mengetahui strategi atau cara bersaing.

10. Copying with regulations and paperwork, yaitu membuat aturan atau

pedoman yang jelas.

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan individu yang langsung berpengaruh pada hasil, karena wirausaha adalah orang yang selalu berorientasi pada hasil. Umumnya, wirausaha yang memiliki kompetensi-kompetensi tersebut cenderung berhasil dalam berwirausaha. Oleh karena itu, bekal kewirausahaan berupa pengetahuan dan keterampilan perlu dimiliki.

2.1.2.1 Karakteristik Kewirausahaan

Beberapa pendapat dan kesimpulan para ahli mengenai karakteristik kewirausahaan berbeda-beda. Tetapi pada intinya adalah, bahwa seorang wirausaha merupakan individu yang mempunyai ciri dan watak tertentu untuk berprestasi lebih tinggi dari kebanyakan individu-individu lainnya, hal ini dapat dilihat dari pendapat beberapa ahli sebagai berikut :

(7)

1) Dorongan berprestasi: semua wirausahawan yang berhasil memiliki keinginan yang besar untuk mencapai suatu prestasi.

2) Bekerja keras: sebagian besar wirausahawan “mabuk kerja”, demi mencapai sasaran yang diinginkan dan dicita-citakan.

3) Memperhatikan kualitas: wirausahawan menangani dan mengawasi sendiri bisnisnya sampai mandiri, sebelum ia memutuskan untuk memulai dengan usaha yang baru lagi.

4) Sangat bertanggung jawab: wirausahawan sangat bertanggung jawab atas usaha mereka, baik secara moral, legal maupun mental.

5) Berorientasi pada imbalan: wirausahawan mau berprestasi, kerja keras, bertanggung jawab dan mereka mengharapkan imbalan yang sepadan dengan usahanya. Imbalan itu bukan hanya berupa uang tetapi juga berupa sebuah pengakuan dan penghormatan.

6) Optimis: wirausahawan hidup dengan doktrin yaitu semua waktu baik untuk bisnis dan segala sesuatu itu adalah mungkin.

7) Berorientasi pada hasil karya yang baik (excellence oriented): sering sekali wirausahawan itu ingin mencapai kesuksesan yang menonjol, dan menuntut segala sesuatu yang first class.

(8)

9) Berorientasi pada uang: uang yang dikejar oleh para wirausahawan bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan pengembangan usaha saja, tetapi juga dilihat sebagai ukuran prestasi kerja dan keberhasilan.

2. Meredith et al dalam Mudjiarto dan Wahid (2006: 4) juga mengemukakan ciri-ciri

dan watak kewirausahaan yang digambarkan dalam tabel di bawah ini : Tabel 2.1 Ciri-ciri dan watak wirausahawan

No Ciri-ciri Watak

1 Percaya diri Keyakinan, ketidak tergantungan, dan optimis. 2 Originalitas Inovatif dan kreatif serta fleksibel

3

Kepemimpinan/ berorientasi manusia

Berperilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.

4 Berorientasi hasil kerja

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad dan kerja keras memiliki dorongan yang kuat, energik serta inisiatif. 5 Berorientasi

masa depan Pandangan kedepan, perspektif. 6

Berani mengambil resiko

Keberanian untuk mengambil resiko yang wajar dan suka akan tantangan.

Sumber: Geoffrey G. Meredith et al, kewirausahaan; teori dan praktik, Ed.5.h. 5-6. Dalam Mudjiarto dan Wahid, 2006: 5

3. Scarborugh dan Zimmerer dalam Hutagalung, dkk (2010: 5) mengemukakan delapan karakterisrik dari wirausaha yaitu :

1) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas

usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.

2) Preference for moderate risk, yaitu dengan lebih memilih resiko moderat,

(9)

3) Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan dirinya

untuk berhasil.

4) Desire for immediet feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik segera.

5) High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk

mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

6) Future orientation, yaitu dengan berorientasi ke depan, memiliki perkspektif

dan wawasan yang lebih jauh.

7) Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan

sumber daya dan menciptakan nilai tambah.

8) Value of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi dengan uang.

Setiap entrepreneur akan memulai usahanya dengan skala kecil terlebih dahulu, untuk itu sangat dibutuhkan pendalaman karakter diri dari setiap individu

entrepreneur tersebut. Selain karakter, sifat maupun ciri seorang entrepreneur yang

dikemukakan oleh para ahli diatas, ada hal lain yang juga sering terlihat pada diri seorang entrepreneur. Berikut adalah karakter lain yang sering terlihat pada

entrepreneur (Zimmerer dan Scarborough, 2008: 9) mencakup :

(10)

b. Toleransi terhadap ambiguitas: kemampuan untuk menangani ketidakpastian ini sangat penting sebab para pendiri perusahaan akan terus menerus dituntut untuk mengambil keputusan dengan informasi yang tidak lazim.

c. Fleksibilitas: ciri khas dari para wirausahawan sejati adalah kemampuan

mereka beradaptasi dengan perubahan permintaan pelanggan dan bisnisnya. d. Keuletan: hambatan, rintangan dan bahkan kekalahan tidak akan menghalangi

para wirausahawan yang bertekad baja untuk menggapai visi mereka, karena mereka akan terus mencoba.

2.1.2.2 Kepribadian Wirausaha

Seseorang tidak akan pernah mengalami perkembangan tanpa menggunakan upaya pikir dan fisik untuk menciptakan suatu rekayasa positif demi suatu perubahan (Machfoedz dan Machfoedz, 2005: 9). Seorang wirausahawan senantiasa berupaya untuk melakukan inovasi untuk dapat memperbaiki suatu keadaan. Dan dalam melakukan pencarian hal-hal yang baru dia akan selalu memperhatikan efektivitas dan efisiensi, serta kerjasama dengan pihak lain yang saling menguntungkan.

Seorang wirausaha memiliki beberapa ciri kepribadian (Machfoedz dan Machfoedz, 2005: 10) sebagai berikut :

a) Mengetahui target sasaran yang diinginkan b) Mempunyai daya ingat yang baik

(11)

e) Diplomatis dalam berbicara

f) Tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan g) Bersikap ramah dan sopan

h) Bersikap tegas i) Berpengetahuan luas

Menurut Miner dalam Hutagalung dkk (2010: 10) ada empat tipe kepribadian wirausaha yaitu :

1) Personal achiever, dengan ciri-ciri :

a. Memiliki kebutuhan prestasi

b. Memiliki kebutuhan akan umpan balik

c. Memiliki kebutuhan akan perencanaan dan penetapan tujuan d. Memiliki inisiatif pribadi yang kuat

e. Memiliki komitmen pribadi yang kuat untuk organisasi f. Percaya bahwa satu orang dapat memainkan peran penting

g. Percaya bahwa pekerjaan seharusnya ditentukan oleh tujuan pribadi bukan oleh hal lain

2) Supersalesperson, dengan ciri-ciri :

a. Memiliki kemampuan memahami dan mengerti orang lain b. Memiliki keinginan untuk membantu orang lain

c. Percaya bahwa proses-proses sosial sangat penting

(12)

e. Percaya bahwa bagian penjualan sangat penting untuk melaksanakan strategi perusahaan

3) Real managers, dengan ciri-ciri :

a. Keinginan untuk menjadi pemimpin b. Ketegasan

c. Sikap positif terhadap pemimpin d. Keinginan untuk bersaing e. Keinginan berkuasa

f. Keinginan untuk lebih menonjol diantara orang-orang lain 4) Expert idea generator, dengan ciri-ciri :

a. Keinginan untuk melakukan inovasi b. Menyukai gagasan

c. Percaya bahwa pengembangan produk sangat penting untuk menjalankan strategi dan organisasi

d. Intelegensi yang tinggi e. Ingin menghidari resiko

(13)

mengadapi krisis serta dalam menghadapi segalanya berusaha untuk sedapat mungkin bersifat positif. Supersalesperson akan berhasil jika dapat memanfaatkan banyak waktunya untuk menjual dan mengelola bisnisnya. Real managers akan berhasil kalau ia memulai usaha baru dan mengelola sendiri usaha tersebut. Expert idea

generator akan berhasil jika terjun ke bisnis teknologi tinggi.

2.1.2.3 Profil Wirausahawan

Selain kepribadian sebagaimana yang telah disebutkan di atas, ciri seorang wirausahawan juga ditunjukkan dengan profil pribadi (Machfoedz dan Machfoedz, 2005: 10) sebagai berikut:

Table 2.2 Profil Wirausahawan

Profil Wirausahawan Sifat kewirausahaan

Mengejar prestasi Memilih bekerja dengan pakar untuk mencapai tujuan prestasi

Berani mengambil resiko

Tidak takut untuk mengambil resiko dengan sebisa mungkin menghindari resiko besar

Mampu memecahkan permasalahan

Mampu mengidentifikasikan dan memecahkan permasalahan yang dapat menjadi kendala bagi kemampuan mereka untuk mencapai tujuan

Rendah hati Lebih mengutamakan misi bisnis daripada mengejar status Bersemangat Bersedia bekerja keras untuk membangun usaha

Percaya diri Mengandalkan kepercayaan diri untuk mencapai keberhasilan

Menghindari sifat cengeng

Menghindari hubungan emosional yang dapat mengganggu keberhasilan bisnis

Kepuasan diri Memandang struktur organisasi sebagai kendala dalam memenuhi keinginan

(14)

2.1.2.4 Ide dan Peluang Kewirausahaan

Ide dapat menjadi peluang apabila wirausahawan mau melakukan evaluasi terus menurus terhadap peluang melalui proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati peluang, menganalisis proses secara mendalam dan memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang wirausaha harus memiliki kemampuan dan pengetahuan seperti kemampuan menghasilkan produk atau jasa, menghasilkan nilai tambah, merintis usaha, melakukan proses atau teknik, atau mengembangkan organisasi baru. Ide pasti akan menghasilkan peluang dan tanpa ide tidak akan menghasilkan peluang.

2.1.2.5 Kreativitas dan Inovasi

Rahasia keberhasilan seorang wirausaha terletak pada kesedian untuk senantiasa mengetahui kebutuhan orang dengan melakukan pengamatan dan memperhatikan orang di lingkungan tempat ia berada dan berusaha untuk memenuhinya. Dengan terus malakukan kreativitas dan inovasi dapat menjadikan wirausahawan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan menghasilkan produk yang lebih baik lagi. Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (Suryana, 2008: 2)

(15)

memberikan ruang pada dirinya sendiri untuk berpikir secara bebas dalam membangkitkan hal-hal baru, ataupun menghasilkan gagasan-gagasan yang mengejutkan pihak lain dalam menghasilkan hal yang bermanfaat.

Untuk itu seorang wirausaha dituntut untuk selalu kreatif yaitu: keinginan untuk maju dengan tidak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan, rasa ingin tahu yang kuat dengan menambah wawasan melalui berbagi sumber-sumber informasi dan bertanya kepada orang yang berpengetahuan dan berpengalaman, semangat dalam mengerjakan pekerjaan, analisis yang sistematis atas segala sesuatu yang berhubungan dengan target dapat diprediksikan, terbuka untuk menerima saran dan masukan dari pihak lain, inisiatif yang selalu menonjol dalam upaya untuk melaksanakan pekerjaan atau mewujudkan ide, dan pikiran yang terkonsentrasi.

(16)

Kreativitas dapat berkembang dalam suatu lingkungan yang tepat. Tidak ada perusahaan yang mempunyai manajer dan pemilik yang kreatif jika lingkungan yang mendukung berkembangnya kreativitas tidak terbentuk. Kreativitas sebagai faktor intelektual individu dicirikan oleh talenta proses, produk dan pengakuan yang mampu menciptakan nilai tambah dari unsur tertentu pada peristiwa yang terjadi.

Dan inovasi sebagai sumber keunggulan bersaing didasarkan pada kreativitas yang didapatkan melalui proses alih teknologi dan pengelolaan kemitraan, sehingga dianggap sebagai fungsi penting dari bisnis setelah pemasaran. Kreativitas pada dasarnya adalah proses pengembangan dan pengekspresian gagasan-gagasan baru yang memiliki manfaat (Hutagalung dkk, 2010: 19). Ada empat ciri dari kreativitas :

1) Kreativitas merupakan pemikiran divergensi, berani berbeda dari yang ada terutama dalam melihat dan mengerjakan sesuatu.

2) Gagasan-gagasan baru ini harus dikomunikasikan kepada orang lain. Tujuan dari komunikasi ini adalah tidak lain untuk mengecek apakah gagasan-gagasan tersebut memang baru.

3) Pemikiran konvergensi, semacam persetujuan bahwa setidaknya ada gagasan baru yang memang bernilai untuk ditindak lanjuti.

(17)

Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna diantara semua mahkluk ciptaan-Nya. Hal ini berarti semua potensi yang ada pada diri manusia sangat hebat. Kecerdasan kreatif merujuk kepada cara seseorang menggunakan potensi kreatifnya. Kecerdasan kreatif adalah cara kita melakukan berbagai hal dan juga hasil yang dicapai. Kecerdasan kreatif juga mencerminkan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita.

Suatu aktivitas dianggap kreatif jika melibatkan suatu pendekatan baru atau unik yang hasilnya dianggap berguna serta dapat diterima. Dalam dunia yang semakin kompleks dan rancu sangatlah penting bagi kita untuk mengembangkan kreativitas. Dengan segala ketidakpastian yang ada terdapat peluang bagi kecerdasan kreatif untuk memberikan kontribusi yang lebih signifikan dari sebelumnya.

Rowe seorang Profesor Manajemen dan Organisasi dari USC Marshall School of Bussines membagi empat tipe kecerdasan kreatif (Hutagalung dkk, 2010: 24) yaitu:

1) Intuitif: fokus pada hasil dan mengandalkan pengalaman pada masa lalu

sebagai penuntun dalam melakukan berbagai tindakan.

2) Inovatif: berkonsentrasi pada penyelesaian masalah, sistematis dan

mengandalkan data.

3) Imajinatif: mampu untuk memvisualisasikan peluang, artistik, senang menulis

(18)

4) Inspirasional: fokus pada perubahan sosial dan rela berkorban demi mencapai

tujuan tersebut.

Aspek penting dalam kreativitas adalah pengembangan ide. Proses berpikir kreatif dapat menciptakan emosi, mulai dari rasa gembira maupun frustasi yang bersifat alami dan wajar. Seseorang dapat berpikir secara kreatif didasarkan pada hal berikut (Hutagalung dkk, 2010: 21) :

1) Mencoba mengemukakan ide-ide atau gagasan asli, dengan membuat kaitan-kaitan yang baru dengan hal-hal yang telah diketahui

2) Memperhatikan hal-hal yang tidak terduga

3) Ketika merasa ingin tertawa atau tersenyum akan suatu gagasan, maka hentikan pemikiran itu dan kerjakanlah.

4) Mempertimbangkan karakteristik pribadi seperti fleksibilitas dan spontanitas dalam pemikiran.

5) Kerja keras untuk membentuk gagasan-gagasan sehingga orang lain dapat melihat nilai didalamnya.

6) Jangan berpuas hati hanya dengan menghasilkan ide-ide kreatif saja dan ingatlah bahwa keberhasilan dari perubahan datang dari siapa yang melakukan aksi terhadap ide tersebut.

(19)

dari perjuangan manusia untuk mempertahankan identitas atau kelangsungan hidup”. Sejauh ini manusia mampu melakukannya dengan menciptakan solusi-solusi baru, meskipun sebagian berubah menjadi ancaman. Singkatnya inovasi merupakan cara untuk terus membangun dan mengembangkan ide-ide baru serta aplikasi-aplikasi baru agar dapat bertahan hidup.

Menurut Levitt dalam Hutagalung dkk (2010: 16) kreativitas adalah thinking

new things (berpikir sesuatu yang baru) dan inovasi adalah doing new things

(melakukan sesuatu yang baru). Inovasi berarti aplikasi dari kreativitas. Keberhasilan seorang pebisnis akan tercapai apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama tetapi dilakukan dengan cara yang baru (thinking

and doing new things or old thing in the new ways). Inovasi berkaitan dengan

knowledge yang dapat digunakan untuk menciptakan produk atau proses dan layanan

baru guna meningkatkan competitive advantage dan memenuhi kebutuhan pelanggan yang selalu berubah.

(20)

ditetapkan secara jelas (MISI). Dengan demikian inovasi adalah suatu perubahan yang direncanakan dan bertujuan untuk memperbaiki.

Kreativitas dan inovasi adalah hal yang penting dalam upaya untuk merebut pasar yang hyper fragmented. Saat ini wirausaha muda perlu untuk mengembangkan strategi yang tepat untuk mengatasinya, salah satunya dengan berupaya untuk mengembangkan kreativitas dan mewujudkannya dalam inovasi mereka. Kreativitas terkadang muncul dari ide-ide yang selintas dan sepele. Dengan adanya keunikan yang ditawarkan melalui kreativitas dapat memberikan nilai tambah kepada young

entrepreneur.

2.1.2.6 Modal Kewirausahaan

(21)

2.1.3 Keterampilan Kewirausahaan

Seorang wirausaha memerlukan banyak keterampilan untuk dapat menjalankan bisnis dengan sukses. Kemampuan yang baik dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh dan membuktikan kemampuannya dalam menjalankan sebuah bisnis, menunjukkan tingkat keterampilan yang diperoleh oleh seorang wirausaha (agroindustry.wordpress.com/2011/04/26/pengetahuan-dan-keterampilan-usaha-ukm/).

Untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses tentu harus memiliki kompetensi dalam menghadapi resiko dan tantangan. Seperti yang dikemukan oleh Harris dalam Suryana (2008: 5) “wirausaha yang sukses adalah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kualitas individual yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi dan tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan”.

Keterampilan yang harus dimiliki oleh wirausaha diantaranya: keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan resiko, keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, keterampilan dalam memimpin dan mengelola, keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, dan keterampilan teknik usaha yang akan dilakukan (Suryana, 2008: 5).

(22)

lakukan. Menurut Ebert dalam Suryana (2008: 92), efektivitas wirausaha sebagai manajer dan pemilik perusahaan tergantung pada keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dasar manajemen tersebut meliputi :

1) Technical skill, yaitu keterampilan yang diperlukan untuk melakukan

tugas-tugas khusus.

2) Human relation skill, yaitu keterampilan memahami, mengerti,

berkomunikasi, dan berelasi dengan orang lain.

3) Conceptual skill, yaitu kemampuan personal untuk berpikir abstrak,

mendiagnosis, menganalisis situasi yang berbeda dan melihat situasi di luar.

4) Decision making skill, yaitu keterampilan merumuskan masalah dan

melihat cara bertindak terbaik untuk memecahkan masalah.

5) Time management skill, yaitu keterampilan dalam menggunakan dan

mengatur waktu seproduktif mungkin. 2.1.3.1 Mempersiapkan Entrepreneurial Skill

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha skala kecil, dengan asumsi bahwa pendidikan yang lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik pula dalam mengelola usaha. Cara mempelajari

entrepreneurial skill adalah dengan learning but not studying (Hutagalung dkk, 2010:

(23)

Proses learning selalu penuh dengan kegiatan uji coba (trial dan error). Kegagalan dan kesalahan dalam melakukan uji coba adalah hal yang wajar, bahkan dapat selalu dijadikan cambuk untuk menjadi lebih baik lagi. Berikut adalah

entrepreneurial skill yang perlu dipelajari :

a. Menjaga reputasi

Reputasi yang baik adalah modal utama yang harus dipersiapkan dan dimiliki oleh seorang entrepreneur. Reputasi yang baik memudahkan seseorang untuk membuat jaringan relasi dengan banyak pihak untuk melancarkan bisnisnya. b. Kemampuan networking

a) Tumbuhkan rasa percaya diri yang kuat b) Jadilah “anak gaul”

c) Miliki kartu nama dan berikan pada kenalan baru Anda d) Tawarkan persahabatan yang tulus

c. Naruli untuk mengenali peluang yang ada a) Tentukan arah usaha atau minat Anda

b) Tumbuhkan kepekaan lingkungan dan amati kondisi di sekitar Anda c) Terapkan manajemen informasi pada diri Anda

d. Kemampuan persuasi-negosiasi-membuat deal a) Itikad baik untuk mencapai win-win solution b) Percaya diri dan penuh persiapan

(24)

d) profesionalisme

e. Pemilihan suatu bidang usaha

a) Lihat karakter usaha Anda yang sesuai dengan pribadi Anda b) Lihat apakah Anda menyukai usaha tersebut

c) Lihat apakah Anda mampu menjalankan usaha tersebut d) Analisis risk-return dan potensi pengembangan usaha tersebut f. Penguasaan aspek teknis dalam suatu usaha, antara lain :

a) Permodalan usaha

b) Aspek hukum dalam usaha c) Pengelolaan keuangan usaha d) Menghadapi persaingan

e) Perlunya mencari mentor yang kompeten f) Evaluasi usaha

g. Visi membentuk sistem bisnis

Hal yang terpenting dari seorang entrepreneur adanya visi dalam membentuk sistem bisnis. Sistem bisnis ini yang diharapkan mampu bekerja secara optimal untuk memberikan passive income yang berkelanjutan pada sang

entrepreneur.

Sebagai calon entrepreneur perlu untuk melakukan berbagai persiapan pribadi, karena dengan adanya persiapan pribadi yang memadai maka calon

(25)

yang baik harus mengenali dirinya sendiri. Beberapa poin pengenalan akan diri sendiri yang harus dipenuhi oleh calon entrepreneur antara lain :

a) Karakter pribadi

Memiliki motivasi tinggi, suka mencari tantangan, senang bergaul dengan orang lain dan lain sebagainya. Dan sebagai calon entrepreneur mereka dapat mencari pemahaman mengenai karakter melalui perenungan pribadi, maupun analisis dan pendapat orang disekitar atau orang terdekat.

b) Cita-cita dan motivasi pribadi

Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu termasuk menjadi seorang entrepreneur.

c) Bakat dan kemampuan

Pemahaman menjadi poin penting dalam pemilihan dan pelaksanaan bisnis. d) Pengalaman

Pengalaman adalah guru yang terbaik, belajarlah dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain. Namun bukan berarti dalam membuka suatu usaha maka Anda harus memiliki pengalaman terlebih dahulu, namun jika memilki pengalaman dibidang tertentu maka itu akan sangat membantu.

(26)

pendapatan, individu yang tidak kalah pentingnya dengan faktor dukungan keluarga akan menjadi faktor penentu. Beberapa ahli memberikan dukungan dan masukan mengenai keuntungan dan kerugian dalam berwirausaha sebagai berikut :

1. Meredith et al dalam Mudjiarto dan Wahid (2006: 6) mengemukakan keuntungan dan kerugian sebagai berikut :

1) Keuntungan

a. Memberi kesempatan kepada setiap pribadi untuk mengontrol jalan hidupnya sendiri dengan imbalan kepemilikian yang diperoleh dari kemerdekaan untuk mengambil keputusan dan resiko.

b. Kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan potensi pribadi secara penuh dan aktualisasi diri untuk mencapai cita-cita.

c. Kesempatan untuk meraih dukungan yang tidak terhingga dan masa depan yang lebih baik dengan waktu yang relatif lebih singkat.

d. Kesempatan untuk memberikan sumbangan kepada masyarakat dengan lapangan pekerjaan dan pengabdian serta memperoleh pengakuan.

2) Kerugian

(27)

b. Resiko hilangnya modal/asset/investasi. Dan usaha kecil memiliki tingkat keberhasilan yang sangat rendah

c. Kualitas hidup rendah sebelum bisnis mapan, bekerja selama 6-12 jam sehari.

2. Lambing dan Kuehl dalam Mudjiarto dan Wahid (2006: 6) mengemukakan keuntungan dan kerugian entrepreneurship sebagai berikut :

1) Keuntungan

a. Otonomi, pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat wirausaha menjadi seorang “bos” yang penuh kepuasan.

b. Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi

c. Tantangan awal atau motivasi yang tinggi merupakan hal yang menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausaha.

d. Control financial. Bebas dalam mengelola keuangan, dan merasa sebagai

kekayaan milik sendiri. 2) Kerugian

(28)

b. Beban tanggung jawab, seorang entrepreneur harus mengelola semua fungsi bisnis baik pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan.

2.1.4 Motivasi

Menurut para ahli motivasi adalah dorongan untuk berbuat sesuatu dalam memenuhi kebutuhan (Mudjiarto dan Wahid, 2006: 39). Motivasi adalah dorongan dan arahan perilaku (Machfoedz dan Machfoedz, 2005: 24). Motivasi adalah serangkaian kekuatan yang menyebabkan orang-orang berperilaku dalam cara tertentu (Griffin dan Ebert, 2007: 248). Keinginan akan pencapaian dalam memenuhi kebutuhan tergantung dari kekuatan motivasinya. Motivasi dengan kekuatan yang besar akan menentukan perilaku individu.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha karena motivasi utama seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur adalah be their

own bosses (Hutagalung dkk, 2010: 8). Motivasi juga merupakan hasil dari sejumlah

proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu (Gray, dkk dalam Winardi, 2001: 2).

(29)

entrepreneur juga perlu mengenali kekuatan motivasi dirinya sendiri sehingga dapat

menjaga keseimbangan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini usia merupakan faktor yang memotivasi kaum muda untuk menjadi seorang entrepreneur karena di dorong keinginan untuk mapan di usia muda. Menurut Hurlock dan Staw dalam Hutagalung dkk (2010: 9) bahwa usia bisa terkait dengan keberhasilan. Adanya pengalaman dalam mengelola usaha memberi motivasi untuk menjadi entrepreneur yang berpengaruh pada keberhasilan usaha (Hutagalung dkk, 2010: 10). Selain itu adanya latar belakang pendidikan juga dapat memotivasi untuk menjadi entrepreneur. Menurut Bowen dan Robert dikutip oleh Staw dalam Hutagalung dkk (2010: 10) menyatakan bahwa “pendidikan merupakan syarat keberhasilan bagi seorang wirausaha”.

2.1.4.1 Teori Kebutuhan McClelland

Menurut McClelland kebutuhan berasal dari budaya (Ivancevich et al, 2008: 154). Tiga dari kebutuhan itu adalah kebutuhan akan pencapaian (need for

achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation), kebutuhan akan

(30)

Memiliki kebutuhan akan pencapaian (need for achievement) yang tinggi mendorong seorang individu untuk menetapkan tujuan yang menantang, untuk bekerja keras demi mencapai tujuan tersebut, dan menggunakan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapainya. McClelland berpendapat bahwa kebutuhan akan pencapaian (need for achievement) dapat dipelajari.

Kebutuhan akan pencapaian (need for achievement) merefleksikan seseorang yang suka menerima tanggung jawab untuk memecahkan masalah, serta meyukai umpan balik. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) merefleksikan keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan kebutuhan akan kekuasaan (need for

power) memiliki dua orientasi yaitu kekuasaan dapat menjadi negatif jika berfokus

pada dominasi dan kepatuhan. Atau kekuasaan dapat menjadi positif karena merefleksikan perilaku persuasif dan inspirasional.

2.1.4.2 Goal Setting Theory

Teori penetapan tujuan (goal setting theory) adalah proses kognitif membangun tujuan dan merupakan determinan perilaku. Tujuan yang disadari akan menghasilkan tingkat prestasi yang lebih tinggi jika seseorang menerima tujuan tersebut (http://dspace.umy.ac.id/handle/123456789/121). Sifat kognitif (proses mental) mencakup:

(31)

2. Kesukaran tujuan: tingkat keahlian yang dibutuhkan (goal difficulty).

3. Intensitas tujuan: proses menentukan bagaimana mencapai tujuan tersebut (goal

intensity).

4. Kadar usaha untuk mencapai tujuan (goal commitment).

Dalam banyak penelitian, tujuan spesifik dan kesukaran tujuan menjadi pertimbangan penting. Tujuan spesifik mengarah pada hasil yang lebih baik dibandingkan tujuan yang samar-samar, karena tujuan tersebut memberikan kejelasan bagi individu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya dikerjakan. Hal tersebut akan dapat menimbulkan perasaan berprestasi pada diri entrepreneur, pengakuan dan komitmen. Dengan demikian penetapan tujuan yang bersifat spesifik akan mendorong peningkatan prestasi.

Demikian pula dengan kesukaran tujuan, semakin sukar tujuan, semakin tinggi pula tingkat prestasi. Namun hal tersebut terjadi ketika tujuan diterima atau disepakati (goal acceptance). Berkaitan dengan isu insentif, itu akan efektif mempengaruhi perilaku, jika insentif tersebut mempengaruhi tujuan orang dalam pencapaiannya. Namun demikian, masalah tentang hasil yang kembali menurun (diminishing returns) merupakan masalah nyata yang disebabkan kesukaran mencapai tujuan. Secara kognitif jika tujuan dianggap terlalu sukar sehingga tidak mungkin dicapai justru akan menyebabkan frustasi bukan motivasi. (Zander & Newcomb, 1967 dalam Gibson et al., 1985 dikutip dari

(32)

2.1.5 Young Entrepreneur

Seperti yang telah dilihat, sebenarnya hampir setiap orang memiliki potensi untuk menjadi seorang entrepreneur. Tentu saja keragaman menjadi tanda

entrepreneurship. Penelitian ini berfokus pada young entrepreneur yaitu orang-orang

muda yang mulai megambil bagian dalam memulai bisnis (Zimmerer dan Scarborough, 2008: 26). Didorong akan sempitnya lapangan pekerjaan atau rasa kekecewaan akan prospek dalam perusahaan serta keinginan untuk memiliki peluang dan menentukan nasib mereka sendiri, banyak generasi muda yang lebih memilih kewirausahaan sebagai jalur karir mereka.

Menurut Hurlock dalam Hutagalung dkk (2010: 9) menyatakan bahwa usia 18 tahun sampai 40 tahun adalah usia dewasa awal, dimana masa itu merupakan masa yang terkait dengan tugas perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Ketika seseorang masuk dalam usia dewasa awal yang memiliki tugas pokok yaitu memilih bidang pekerjaan yang cocok dengan bakat, minat serta faktor psikologis yang dimilikinya. Masih banyak orang dewasa muda yang bingung dengan pilihan karirnya, situasi seperti ini sering terjadi pada entrepreneur. Hurlock dalam Hutagalung dkk (2010: 9) menyebutkan masa dewasa awal adalah masa coba-coba untuk berkarir.

(33)

dalam kelompok umur lainnya. Anggota generasi ini menangani sekitar 80% dari seluruh bisnis awal, sehingga mereka menjadi generasi yang paling memiliki jiwa kewirausahaan tinggi dalam sejarah. Tidak ada kemunduran yang terjadi ketika generasi ini menegangkan otot-otot kewirausahaannya. Generasi X ini mungkin lebih tepat disebut sebagai Genereasi Entrepreneur.

Bahkan remaja dan mereka yang berusia 20-an tahun (yang lahir setelah tahun 1982) juga menunjukkan minat yang tinggi terhadap kewirausahaan. Kewirausahaan mengajarkan anak-anak muda cara untuk meluncurkan dan menjalankan bisnis. Dan karena orang-orang mudalah masa depan kewirausahaan tampak sangat cerah.

2.2 PENELITIAN TERDAHULU

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imla Hasanah (2011), dengan judul penelitian “Pengaruh Motivasi Berusaha Dan Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Kinerja Pengusaha Pada Pedagang Pakaian Di Jalan Ahmad Yani Pasar Ikan Lama Medan” Penelitian ini dilakukan kepada 68 responden yaitu pedagang pakaian di Jl. Ahmad Yani Pasar Ikan Lama Medan. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pengambilan sampel pada populasi menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

(34)

pakaian di Jl. Ahmad Yani Pasar Ikan Lama Medan. Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi variabel terikat Kinerja Pengusaha (Y) adalah variabel Motivasi Berusaha (X1).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hubungan antara variabel Motivasi Berusaha (X1) dan Pengetahuan Kewirausahaan (X2) terhadap Kinerja Pengusaha (Y) adalah erat. Sebesar 44,3% variabel Kinerja Pengusaha (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Motivasi Berusaha (X1) dan Pengetahuan Kewirausahaan (X2). Sedangkan sisanya yaitu 55,7% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Anita (2010) dengan judul penelitian “Analisis Hubungan Antara Motivasi Berusaha, Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Usaha Terhadap Kinerja Pengusaha (Studi Kasus Pada Pengusaha Rumah Makan di Jl. Setia Budi Tanjung-Rejo Medan)” penelitian ini dilakukan kepada para pengusaha rumah makan yang berada di Jl. Setia Budi Tanjug-Rejo Medan sebagai responden. Penelitian ini dilakukan kepada 31 responden yang memilki karakteristik meliputi tempat tinggal, jenis kelamin, usia dan pendidikan.

(35)

semakin besar pula dan jika variabel kemandirian usaha besar maka variabel kinerja berusaha akan semakin besar pula.

Berdasarkan hasil penelitian koefisien determinasi terdapat angka 30%. Angka tersebut menjelaskan bahwa sumbangan variabel motivasi berusaha, pengetahuan kewirausahaan dan kemandirian usaha yang dilakukan oleh pengusaha rumah makan terhadap kinerja pengusaha adalah 30%. Sedangkan 70% dapat dilihat dari faktor lain yang mempengaruhi kinerja pengusaha.

2.3 KERANGKA KONSEPTUAL

Seorang individu yang berpikir tentang kewirausahaan perlu untuk mengembangkan beberapa bidang pengetahuan bisnis. Pengetahuan adalah pemahaman tentang sebuah subyek yang diperoleh melalui pengalaman atau melalui pembelajaran dan studi memiliki pengetahuan. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha adalah pengetahuan tentang usaha yang akan dirintis dan lingkungan usaha yang ada, pengetahuan akan peran dan tanggung jawab, serta pengetahuan akan manajemen dan organisasi.

(36)

menerapkan kreativitas dan inovasi terhadap kebutuhan dan peluang dipasar (Zimmerer dan Scarborough, 2008: 59). Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang (Suryana, 2008: 2). Oleh karena itu entrepreneurship berkaitan dengan penemuan, dan pendayagunaan peluang-peluang yang menguntungkan.

Menurut para ahli motivasi adalah dorongan untuk berbuat sesuatu di dalam memenuhi kebutuhan (Mudjiarto, 2006: 39). Motivasi adalah dorongan dan arahan perilaku (Machfoedz dan Machfoedz, 2005: 24). Keinginan akan pencapaian dalam memenuhi kebutuhan tergantung dari kekuatan motivasinya. Motivasi dengan kekuatan yang besar akan menentukan perilaku individu. Dengan kata lain motivasi adalah kebutuhan, dorongan, atau implus yang menentukan perilaku seseorang.

(37)

Bahkan remaja dan mereka yang berusia 20-an tahun (yang lahir setelah tahun 1982) juga menunjukkan minat yang tinggi terhadap kewirausahaan. Kewirausahaan mengajarkan anak-anak muda cara untuk meluncurkan dan menjalankan bisnis. Dan karena orang-orang mudalah masa depan kewirausahaan tampak sangat cerah.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, maka model kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sumber: Winardi (2008), Zimmerer dan Scarborough (2008), Mudjiarto dan Wahid (2006), Machfoedz dan Machfoedz (2005), dan Suryana (2008) diolah oleh penulis

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 HIPOTESIS

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah peneliti kemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah : “Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Motivasi Mahasiswa Untuk Menjadi Young Entrepreneur”.

Keterampilan Kewirausahaan (X2)

Pengetahuan Kewirausahaan (X1)

Gambar

Tabel 2.1 Ciri-ciri dan watak wirausahawan Watak
Table 2.2 Profil Wirausahawan
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perencanaan juga mengembangkan aspek moral dan nilai-nilai agama yakni dapat menirukan pelaksanaan kegiatan ibadah secara sederhana dan aspek sosial emosional yakni

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/9/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman

In addition, it has been demonstrated that multiple disconnections of the provisional restoration would undermine the peri-implant soft tissue attachment; this might lead to

Optimalisa si Pemanfaat an dan Pengemba ngan Jaringan Internet Lingkup Kantor Gubernur Prov.. Kegiatan Penataan pertelekom unikasian

menganalisis dari tiga sudut pandang yaitu dari aspek manajemen, aspek akademik dan aspek sosial. Aspek manajemen akan dilihat dari pelaksanaan fungsi manajemen yaitu

dibidang administrasi pembangunan, pengendalian dan Eavaluasi Pembangunan yang dilaksanakan serta pembinaan usaha jasa pembangunan dalam wilayah Provinsi

S. Data were analyzed statistically using paired-sample t-tests. Results: Statistical evaluation indicated that there was a significant reduction in the presence of S. lactis was