• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metafora MURUKEN ‘Marah’ dalam Bahasa Pakpak (Kajian Semantik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metafora MURUKEN ‘Marah’ dalam Bahasa Pakpak (Kajian Semantik)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Metafora menjadi salah satu kajian linguistik kognitif yang mencoba menganalisis tentang bahasa figuratif yang dikonseptualisasikan ke dalam bahasa. Hampir semua ruang dalam aktivitas berbahasa manusia melibatkan metafora. Tidak hanya dalam ranah figuratif, metafora juga sering menjadi piranti utama dalam ranah kolokial (Mulyadi, 2010:17). Fenomena metafora dalam bahasa merupakan salah satu cara berpikir manusia. Berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari sering menggunakan ungkapan – ungkapan yang berkaitan dengan bahasa figuratif yang orang lain tidak mengerti bahwa yang diucapkan itu adalah sebuah metafora.

(2)

Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan.

Keadaan emosional selalu diekspresikan secara metaforis dalam pemakaian bahasa sehari-hari sebab kualitas keadaan emosional sukar dipahami dan sulit diperikan (digambarkan) melalui bahasa harfiah apalagi emosi berbeda-beda intensitasnya (Mulyadi 2010:17). Metafora bukan hanya sebuah bahasa, tetapi merupakan pikiran dan alasan yang pertama dari aspek metafora yaitu pemetaan yang merupakan bagian dari sistem konseptual. Dalam bahasa Pakpak ditemukan sejumlah unsur leksikal untuk menyatakan konsep MURUKEN ‘marah’, yaitu MURUKEN bagi BINATANG ‘marah sebagai binatang’, MURUKEN bagi CAIREN ‘marah sebagai cairan’, MURUKEN bagi API ‘marah

sebagai api’, MURUKEN bagi RASA ‘marah sebagai rasa’, MURUKEN bagi

GERAKAN ‘marah sebagai gerakan’, MURUKEN bagi WAKTU ‘marah sebagai

waktu’.

Pengkategorian terhadap data metafora adalah suatu proses yang disebut “menentukan sistem metafora yang terlibat”. Kategorisasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan, menggolong-golongkan menurut jenis, cara mengungkapkan makna dengan pelbagai potensi yang ada dalam bahasa (Alwi, 2007 : 516).

(3)

MURUKEN ‘marah’ dapat dilihat secara batiniah, menyangkut kategori makna, juga dapat dilihat secara lahiriah, menyangkut kelas kata. Kategori lahiriah tersebut dapat berupa kelas kata, seperti nomina, verba, dan adjektiva (Siregar, dalam Prasetyo 2009:3). Setelah pengkategorian selesai ada tiga langkah proses yang ditempuh dalam pemetaan konseptual (Siregar, dalam Prasetyo 2009:4), yaitu:

1. Pencarian ranah sumber yang sesuai.

2. Pemetaan konseptual antara ranah sumber dan sasaran.

3. Penayangan semua inferensi tentang ranah sumber ke ranah sasaran melalui pemetaan.

(4)

melakukan penelitian ini, yaitu selain belum pernah ada yang meneliti, judul ini sangat unik untuk dianalisis dalam mengungkapkan ketegorisasi dan makna.

Penelitian metafora sudah pernah dilakukan oleh para ahli. Misalnya, Siregar (2005) dengan judul artikel “Jeruk kok Minum Jeruk : Gejala Metaforis menganalisis gejala metaforis dan metonimisasi dalam bahasa Indonesia”, Silalahi (2005) dengan judul artikel “Metafora dalam Bahasa Batak Toba”, Prasetyo (2009) dengan judul artikelnya “Metafora Pengungkapan Cinta”¸ Rajeg (2010) dengan judul artikel “Cintanya Bertepuk Sebelah Tangan”, Siregar (2010) “Emosi dan Kebudayaan dalam Metafora”, Mulyadi (2010) dengan judul artikel “Dari Gerakan ke Emosi Perspektif Linguistik Kognitif”, Sari (2012) dengan judu l skripsi “Metafora dalam Pidato Charles De Gaulle pada Perang Dunia II”,.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kajian semantik Metafora MURUKEN ‘marah’ dalam Bahasa Pakpak belum pernah dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah kategorisasi metafora MURUKEN ‘marah’ dalam bahasa Pakpak?

(5)

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini terbatas pada kategorisasi dan makna Metafora MURUKEN ‘Marah’ dalam Bahasa Pakpak yang digunakan oleh masyarakat yang berdomisili di Desa Sionom Hudon Timur II Kecamatan Parlilitan.

1.4 Tujuan

1. Mendeskripsikan kategorisasi metafora MURUKEN ‘marah’ dalam Bahasa Pakpak.

2. Mendeskripsikan makna metafora MURUKEN ‘marah’ dalam Bahasa Pakpak.

1.5 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Manfaat teoretis antara lain :

1. Menambah khazanah pengetahuan tentang Metafora MURUKEN ‘Marah’ dalam Bahasa Pakpak.

2. Menambah penelitian semantik tentang Metafora MURUKEN ‘Marah’ dalam Bahasa Pakpak.

Manfaat praktis antara lain :

1. Penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin membahas metafora dalam bahasa-bahasa daerah.

Referensi

Dokumen terkait

METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM 2013-2014: KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Evans dan Green menyebutkan bahwa linguistik kognitif mempelajari inti bahasa berdasarkan asumsi bahwa bahasa merefleksikan pola sebuah pemikiran (Evans & Green,

Penelitian ini menerapkan pendekatan linguistik kognitif dalam menelusuri metafora konseptual kasta dalam masyarakat Bali. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana

Objek penelitian ini terletak pada rubrik opini dalam surat kabar Harian Fajar dengan menganalisis menggunakan kajian semantik kognitif untuk menentukan

Rosni (2017) dalam skripsinya yang berjudul “Kekerabatan bahasa Batak Mandailing, bahasa Batak Toba, dan bahasa Karo Kajian Linguistik Historis Komparatif” penelitian

Metabahasa Semantik Alami (MSA) diakui sebagai pendekatan kajian semantik yang dianggap mampu memberi hasil analisis makna yang memadai karena dengan teknik eksplikasi

SIMPULAN Dari kajian awal ini dapat ditarik simpulan sementara bahwa emosi marah dalam bahasa Minangkabau dapat diungkapkan secara verbal dengan pilihan kosakata yang berbeda seperti

Karena merepresentasikan makna yang tersirat, dari sini dapat dilihat bahwa linguistik kognitif memandang bahwa struktur bahasa merupakan lambang, sehingga dalam setiap bentuknya bahasa