TROPIK INFEKSI
TROPIK INFEKSI
DEMAM BERDARAH DENGUEDEMAM BERDARAH DENGUE
Pengertian
Pengertian
Demam berdarah dengue merupkan penyakit demam akut yang disebabkan virus
Demam berdarah dengue merupkan penyakit demam akut yang disebabkan virus
dangue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
dangue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AedesAedes aegyptyaegypty dan dan aedes albopictusaedes albopictus serta serta memenuhi WHO damam berdarah
memenuhi WHO damam berdarah dengue (DBD)dengue (DBD) DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Kreteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi:
Kreteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi:
. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanyabifasik
. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanyabifasik
. Terdapat minimum satu dari manifestasi perdarahan berikut ini :
. Terdapat minimum satu dari manifestasi perdarahan berikut ini :
- uji torniquet positip (>20 petekie dalam 2,54 cm²)
- uji torniquet positip (>20 petekie dalam 2,54 cm²)
- Petekie, ekimosis, atau purpura pedarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan,
- Petekie, ekimosis, atau purpura pedarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan,
atau tempat lain
atau tempat lain
- Hematemesis atau melana
- Hematemesis atau melana
. Trombositopenia (>100.000/mm³)
. Trombositopenia (>100.000/mm³)
. Trdapat minimal satu tanda – tanda
. Trdapat minimal satu tanda – tanda plasmaplasma leakageleakage
- hematokrit meningkat >20% dibanding hematokrit rata – rata pada usia, jenis
- hematokrit meningkat >20% dibanding hematokrit rata – rata pada usia, jenis
kelamin, dan jenis populasi yang sama
kelamin, dan jenis populasi yang sama
- hematokrit turun hingga >20% dibanding homatokrit awal, setelah pemberian cairan
- hematokrit turun hingga >20% dibanding homatokrit awal, setelah pemberian cairan
- terdapat efutasi pluera, efusi perikard, asites, dan hipoproteinemia
- terdapat efutasi pluera, efusi perikard, asites, dan hipoproteinemia
Drajat
Drajat
I : Demam disertat gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji
I : Demam disertat gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji
tornique
tornique positif positif dan/atau dan/atau mudah menularmudah menular II : Drajat I disertai perdarahan spontan
II : Drajat I disertai perdarahan spontan
III : Terdapat gejala sirklus : nadi cepat dan lemah atau hipontensi, disertai kulit dingin dan
III : Terdapat gejala sirklus : nadi cepat dan lemah atau hipontensi, disertai kulit dingin dan
lembab serta gelisah.
lembab serta gelisah.
IV : Renjatan : tekanan darah dan nadi tidak teratur DBD Drajat III dan IV digolongkan dalam
IV : Renjatan : tekanan darah dan nadi tidak teratur DBD Drajat III dan IV digolongkan dalam
sindrom renjatan
DIAGNISIS BANDING DIAGNISIS BANDING
Demam akut yang berbermanifestasi trombositopenia Demam akut yang berbermanifestasi trombositopenia PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN PENUNJANG Hb,Ht,lekosit,trobisit,selorologi dangue Hb,Ht,lekosit,trobisit,selorologi dangue TERAPI TERAPI
Nonfarmakologis: tirah baring,makanan lunak Nonfarmakologis: tirah baring,makanan lunak Farmakologis
Farmakologis
Simtomatis : antipirektik parasetamol bila demam Simtomatis : antipirektik parasetamol bila demam
Tatalaksana terinci dapat dilhat pada lampiran protokol tatalaksana DBDTatalaksana terinci dapat dilhat pada lampiran protokol tatalaksana DBD
- Cairan intravena : Ringer Laktat atau ringer asetat 4-6 jam/kolf koloid/plasma - Cairan intravena : Ringer Laktat atau ringer asetat 4-6 jam/kolf koloid/plasma ekspenter DBD stradium III dan IV bila diperlukan
ekspenter DBD stradium III dan IV bila diperlukan
- Transfusi trombosit dan komponen darah sesuai indikasi - Transfusi trombosit dan komponen darah sesuai indikasi
- Pertibangan heparinisasi pada DBD Stadium III atau IV dengan Koagulasi - Pertibangan heparinisasi pada DBD Stadium III atau IV dengan Koagulasi intravaskular diseminata(KID) intravaskular diseminata(KID) KOMPLIKASI KOMPLIKASI Ranjatan,pendarahan,KID Ranjatan,pendarahan,KID PROGNOLOGIS PROGNOLOGIS BONAM BONAM WEWENANG WEWENANG
• RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit DalamRS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam • RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT TERIKAT UNIT TERIKAT
DEMAM TIFOID DEMAM TIFOID PENGERTIAN
Demam tifoid merupakan penyakit sistemitik akut yang disebabkan kuman salmonella typhy atau salmonnella partatyphy
DIAGONISIS
• Anamnesis : demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau
remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore atau malam hari, sakit kepala, sakit otot,anoreksia, mual, muntah, obstifasi atau diare.
• Pemeriksaan fisis : febris, kesadaran berkabut, brakardia relatif (peningkatan suhu 1°c tidak di ikuti
peningkatan denyut nadi 8 x/menit), lidah yang beselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah, serta tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolae(jarang pada orang indonesia).
• Laboratorium : dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lokosit normal. Aneosinofilia, limfopenia,
peningkatan LED anemia ringan, trombositopenia. Ganguan fungsi hati. Kultur darah
• (biakan empedu). Positif atau peningakta titer uji widal >4 lipat setelah suhu satu minggu memastikan
diagnosis. Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji widal tunggal titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokong diagnosis.
Hepatitis Tifosa
Bila dipenuhi 3 atau lebih kreteria khosla(1990):hepatomegali,ikterik, kelainan laboratorium (antara lain:bilirubin>30,6umo1/1,peningkatan SGOT/SGPT,penurunan indeks PT), kelaianan histopatologi
Tifoid Karier
Ditemukannya kuman selmonella typhy dalam pembiakaan feses atau urin pada seseorang tanmpa tanda klinis infeksi atau pada seseorang setelah 1 tahun pasca – demam tifoid.
DIAGNOSIS BANDING Infeksi virus, malaria
PEMERIKSAAN MENUNJANG
TERAPI
TERAPI
Nonfatmalogis: tirah baring, makanan lunka rendah serat Nonfatmalogis: tirah baring, makanan lunka rendah serat Famakologis:
Famakologis:
• Simtomatis Simtomatis • Antimikroba Antimikroba
-pilihan utama kloramfenikol 4 x 500 mg sampai dengan 7 hari bebas demam. -pilihan utama kloramfenikol 4 x 500 mg sampai dengan 7 hari bebas demam. Alternatif lain :
Alternatif lain :
• Tiamfenikol 4 x 500 (komplikasi hematologi lebih rendah dibandingkan kloramfenikol)Tiamfenikol 4 x 500 (komplikasi hematologi lebih rendah dibandingkan kloramfenikol) • Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu
• Ampisilin adan amoksisilin 50-150 mg/kg BB selama 2 minggu Ampisilin adan amoksisilin 50-150 mg/kg BB selama 2 minggu
• Sefalosporin generasi III;yang terbukti efektif adalah seftriakson 3-4 gram dalam Sefalosporin generasi III;yang terbukti efektif adalah seftriakson 3-4 gram dalam
dekstrosa 100 cc selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari dapat pula dekstrosa 100 cc selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari dapat pula diberikan sefotaksim2-3 x 1 gram, sefoperazon 2 x 1 gram
diberikan sefotaksim2-3 x 1 gram, sefoperazon 2 x 1 gram
• Fluorokuinolon ( demam umumnya lisis pada hari III atau menjelang hari IV);Fluorokuinolon ( demam umumnya lisis pada hari III atau menjelang hari IV);
- norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari - norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari - siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari - siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari - ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari - ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari - pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari - pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari - fleroksasin 400mg/hari selama 7 hari. - fleroksasin 400mg/hari selama 7 hari.
Pada kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai gangguan kesadaran dengan atau tampa Pada kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai gangguan kesadaran dengan atau tampa kelainan neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan otak masih dalam batas kelainan neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal) langsung diberikan kombinasi kloramfeniko 4 x 500 mg dengan ampisilin 4 x 1 normal) langsung diberikan kombinasi kloramfeniko 4 x 500 mg dengan ampisilin 4 x 1 gram dan deksametason 3 x 5 mg.
gram dan deksametason 3 x 5 mg.
Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pada toksiktifoid,peritonitis atau perforasi, Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pada toksiktifoid,peritonitis atau perforasi, renjatan septik.
renjatan septik.
Steroid hanya di indikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid yang mengalami Steroid hanya di indikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid yang mengalami renjatan septik dengan disis 3 x 5 mg
renjatan septik dengan disis 3 x 5 mg Kasus tifoid karier
Kasus tifoid karier
Tanpa kolelitiasis -> pilihan renjimen terapi selama 3 bulan Tanpa kolelitiasis -> pilihan renjimen terapi selama 3 bulan
- Ampisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kg BB/hari - Ampisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kg BB/hari - Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kg BB/hari - Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari + probenesid 30 mg/kg BB/hari - Kotrimoksazol 2 x 2 tablet/hari
- Kotrimoksazol 2 x 2 tablet/hari
Dengan kolelitiasis -> kolesistektomi + regimen tersebut diatas selama 28 hari atau Dengan kolelitiasis -> kolesistektomi + regimen tersebut diatas selama 28 hari atau kolesistektomi + salah satu rejimen berikut:
- siprofloksasin 2 x 750 mg/hari- siprofloksasin 2 x 750 mg/hari - norfloksasin 2 x 400 mg/hari- norfloksasin 2 x 400 mg/hari
Dengan infeksi Schistososma haematobium pada trakus urinarius -> eradikasi Dengan infeksi Schistososma haematobium pada trakus urinarius -> eradikasi Schistososma haematobium;
Schistososma haematobium;
- Prazikuantel 40 mg BB disis tunggal, atau - Prazikuantel 40 mg BB disis tunggal, atau
-Metrifonat 7,5 – 10 mg/kgBB bila di perlukan diberikan 3 dosis, interval 2 minggu -Metrifonat 7,5 – 10 mg/kgBB bila di perlukan diberikan 3 dosis, interval 2 minggu setelah eradikasi berhasil, diberikan rajimen terapi untuk tifoid karier seperti diatas
setelah eradikasi berhasil, diberikan rajimen terapi untuk tifoid karier seperti diatas Perhatikan: pada kehamilan flourokuinolon dan kotrimoksazol tidak boleh digunakan. Perhatikan: pada kehamilan flourokuinolon dan kotrimoksazol tidak boleh digunakan.
Kloramfenikol tidak dianjurkan pada III. Tiamfenikol tidak diajurkan pada trimester I . Obat Kloramfenikol tidak dianjurkan pada III. Tiamfenikol tidak diajurkan pada trimester I . Obat yang dianjurkan golongan beta laktam: ampisilin, amoksisilin, dan sefalosporin generasi yang dianjurkan golongan beta laktam: ampisilin, amoksisilin, dan sefalosporin generasi III (seftriakson)
III (seftriakson)
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI
Intestinal
Intestinal : perdarahan intestinal, perforasi usus, ileus paralintik, pankreatis.: perdarahan intestinal, perforasi usus, ileus paralintik, pankreatis.
Ekstra-intestinal:
Ekstra-intestinal: kordiovaskular (kegagalan sirkulasi perifer,miokarditis, trombosis, kordiovaskular (kegagalan sirkulasi perifer,miokarditis, trombosis, tromboflebitis), hematologik ( anemia hemolitik, trombositopenia,KID), paru tromboflebitis), hematologik ( anemia hemolitik, trombositopenia,KID), paru (pneumonia, empiema, pleuritis), hepatobilier (hepatitis, kolestitis), ginjal (pneumonia, empiema, pleuritis), hepatobilier (hepatitis, kolestitis), ginjal (glomerulonefritis pielonefritis), tulang ( osteomielitis, periostitis, spondilitas, artritis), (glomerulonefritis pielonefritis), tulang ( osteomielitis, periostitis, spondilitas, artritis), neuropsikiatrik (toksiktifoid)
neuropsikiatrik (toksiktifoid)
PROGNOSIS
PROGNOSIS
Baik. Bila penyakit berat, pengobatan terlambat/tidak ada akut atau ada komplikasi berat, Baik. Bila penyakit berat, pengobatan terlambat/tidak ada akut atau ada komplikasi berat,
prognosis meragukan/buruk prognosis meragukan/buruk WEWENANG
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNIT YANG MANANGANI
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
. RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam UNIT TERKAIT
UNIT TERKAIT
. RS pendidikan: departemen Bedah diaestif . RS pendidikan: departemen Bedah diaestif . RS Non pendidikan : Departemen Bedah . RS Non pendidikan : Departemen Bedah
LEPTOSPIROSIS LEPTOSPIROSIS PENGERTIAN
PENGERTIAN
Penyakit zoonosis yang disebabkan oleh spirokaeta patogen dari famili leptospiraceae
DIAGNOSIS
• Anamnesis : demam tinggi, mengigil, sakit kepala, nyeri otot, mual, muntah, diare
• Pemeriksaan fisis: injeksi konjungtiva, ikterik, fotofobia, hepatomegalli,
splenomegali,penurunan kesadaran
• Laboratorium : dapat ditemukan leukositosis, peningkatan amilase, lipase, dan Ck,
gangguan fungsi hati, ganguan fungsi ginjal, serologi leptospira positif ( litter >1/100 atau terdapat peningkatan >4 kali pada liter ulangan)
DIAGNOSIS BANDING
Hepatitis fifosa, ikterus obstruktif, maliria kolangitis, hepatitis fulominan PEMERIKSAAN PENUNJANG
DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin, elekrolit, amelase, lipase serologi leptodpira MAT (mikoaglutinasi test)
TERAPI
Nonfarmakologis
Tirah baring, makanan/cairan tergantung pada komplikasi organ yang terlibat Farmakologis
• Simtomatis
• Antimikroba pilihan adalah pilihan utama :Peniselin G 4 X 1,5 juta unit selama 5-7 hari.
Alternatifnya tetrasiklin, eritromosin, doksisiklin, sefalosporin generasi III, fluorokuinolon KOMLIKASI
Gagal ginjal, pankreatitis, miokarditis, perdarahan masif, meningitis aseptik PROGNOSIS
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
UNIT TEKAIT
RS pedidikan : Divisi ginjal-hipertensi RS non pendidikan
SEPSIS DAN RENJATAN SEPTIK PENGERTIAN
• Sepsis merupakan sindroms respons inflamsi sistemik (SIRS) yang disebabkan oleh
infeksi.
• Renjatan (syok) septik: sepsis dengan hipotensi, ditandai dengan penurunan TDS<90
mm Hg atau penurunan >40 mmHg dari TD awal, tanpa adanya obat-obatan yang dapat menurunkan TD
• Sepsis berat : ganguan fungsi organ atau kegagalan fungsi organ termasuk
penurunan keasdaran, gangguan fungsi hati, ginjal paru-paru dan asidosis metabolik DIAGNOSIS SEPSIS
17. SIRS ditandai 2 gejala atau lebih berikut:
. Suhu bandah >38°c atau <36°c
. Frekuensi denyut jantung > 90x/menit
. Frekuensi pernapasan >24x/menit atau PaCO2<32
. Hitung leukosit>12.000/mm³,atau adanya > 10% sel batang
22 Adanya fokus infeksi yang bermakna
DIAGNOSIS
Renjatan kardiogenik, ranjatan hipovolemik PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dpl, tes fungsi hati, ureum kreatinin, gula darah,AGD , elektrolit, kultur darah dan infeksi fokal(urin, pus,sputum, dll) disertai uji kepekatan mikroorganisme terhadap tantimikroba, foto toraks
TERAPI
. Eradiksi fokus infeksi
. Antimikroba empirik diberikan sesuai dengan tempat infeksi, dugaan kuman penyebab, profil antimikroba (farmakokinetik dan farmakodinamik), keadaan fungsi ginjal dan fungsi hati
Anitimikroba definitif diberikan bila kultur mikroorganisme telah diketahui, antimikroba dapat diberikan sesuai hasil uji kepekaan mikroorganisme
. Suportif : resusitasi ABC, oksigenasi, terapi cairan, vasopresor/ inotropik, dan trasfusi(sesuai indikasi ) pada ranjatan septik diperlukan unntuk mendapatkan respon secepatnya
- Resusitasi cairan. Hipovolemia pada sepsis segara diatasi dengan pemberian cairan kristaloid.
- Oksigenasi sesuai kebutuhan, ventilator diindikasika pada hipoksemia yang progresif, hiperkapnia gangguan neurologis atau kegagalan otot pernapasan
- Bila hidrasi cukup tetapi pasien tatap hipotensi,
- Transfusi komponen darah sesuai indikasi
koreksi ganaguan metabolik : elektrolik , gula darah asidosis
metabolik.
- Nutrisi yang adekuat
- Terapi suportif terhadap gangguan fungsi ginjal - Kortikostroid bila ada kecurigaan insufisiensi adrenal
- Bila terdapat KID dan terdapatkan bukti terjadinya tromboemboli, dapat diberikan heparin dengan dosis 100 IU/kgBB bolu.
KOMPLIKASI
Gagal napas, gagal ginjal, gagal hati, KID,renjatan septikireversibel PROGNOSIS
Dubia ad malam WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
UNIT YANG TERKAIT
. RS pendidikan :Divisi pulmonologi, ginjal – hipertensi, hematologi-onkologi, dan medical hihg care/ICU
. RS non pendidikan: ICU
FEVER OF UNKNOWN ORIGIN PENGERTIAN
Fever of Unknown (FUO) klasik adalah demam > 38,3°c selama lebih 3 minggu, sudah dilakukan pemeriksaan intensif selama 3 hari bila pasien dirawat atau minimal 3 kali kunjungan pasien rawat jalan tetapi belum dapat dilakuan penyebab demam. Penyebab: infeksi, neoplasma, penyakit kolagen dan vaskular
FUO pada pasien HIV adalah demam >38,3°c selama 4 minggu dirawat atau lebih pada pasien rawat jalan atau minimal 4 hari pada pasein yang dirawat dengan hasil pertumbuhan mikroorganisme negatif dari dugaan fokus infeksi. Penyebab :infeksi,obat, sarkoma, limfoma
FUO pada pasien netropenia (jumlah lekosit PMN <500/MM³) adalah demam >38,3°c , dalam 3 hari perawatan pertumbuhan mikroorganisme masih negatif dari dugaan fokus infeksi. Penyebab : infeksi
FOU Pada geneatri (demam >38,3°c dalam 3 hari perawatan atau minimal 3 kali kunjungan pasein di rawat jalan belum dapat ditentukan penyebab demam, penyebab: neoplasma, penyakit kolage, infeksi
FUO pada pasien padiatri(usia<18, tahun) adalah demam > 38,3°c selama lebih 8 hari, sudah dilakukan pemeriksaan intensif selama 3 hari bila pasien dirawat atau minimal 3 kali kunjungan pasien rawat jalan tetepi belum dapat ditentukan penyebab demem. Infeksin, Penyakit kolagen, neoplasma
FOU pada pasien nosokomil demam >38,3°c timpul pada pasien yang dirawat di RS dan pada mulai dirawat serta pada saat permulaan perawatan tidak terjankit infeksi, penyebab demam tak diketahui dalam waktu 3 hari, termasuk hasil termasuk hasil pertumbuhan mikroorganisme negatif dari dugaan fokus infeksi, penyebab : infeksi. FOU iatrogenik adalah demam >38,3°c akibat penggunaan obat: penisilin,
sefalosporin, sulfonamida, atropin, fenition, prokainamida, amfoterisin, interferon, interleukin, rifampisin, INH, Makrolida, klidamisin, vankomisin, aminoglikosida, allopurinol
DIAGNOSIS
Anamnesis dan Pemeriksaan Fesis:
• Riwayat penyakit secara terperinci: pola demam, ada tidaknya infeksi saluran napas atas, infeksi saluran
napas bawah, kaku lehar, nyeri perut, disuria atau sakit pinggang, diare, abses atau randang tonsil dan otot, nyeri dan pembengkakan sendi, atau tanpa kelainan spesipik
• Riwayat pekerjaan, perjalanan kontak dengan orang sakit atau hewan, trauma fisik atau badeh,
obat-obatan (termasuk rokok, alkohol, narkoba), keadaan kulit pasien, kelenjar getah bening, lubang orifices
pasien
Laboratorium : sesuai mikroorganisme dan orang terkait DIAGNOSIS BANDING
Infeksi, penyakit kolagen, neoplasma, efek samping obat PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan hematologi, kimia darah, UL, mikrobiologi, imunologi, radiologi, EKG, biopsi jaringan tubuh, pencitraan, sidikan,(scanning), endoskopi,/peritoneskopi, angiografi, limfografi, tidakan bedah (laparatomi percobaan), uji pengobatan
TERAPI . Simtomatis
. Uji terapeutik dangan antibiotika, kortikosstroid, atau obat antiinflamasi non steroid tidak dianjurkan kecuali bila penyakit progresif potensial fatal sehingga terapi empirik diperlukan.
KOMPLIKASI
Sepsis, renjatan sepsis PROGNOSIS
Dubia
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
UNIT TERKAIT
. Pedidikan : Divisi Pulmologi, hematologi –onkologi . RS non
pendidikan:-MALARIA
MALARIA
Pengertian
Malaria merupakan penyakit yang disebabka oleh infeksi parasit plasmodium falsifarum, plasmadium vavix, plasmodium ovale atau malariae dan ditukarkan melalui gigitan nyamuk anopheles
DIAGNOSIS
Anamnesis : riwayat demam intermiten atau terus menerus, riwayat dari atau pergi ke daerah endemik malaria, trias malaria (keadaan menggigil yang diikuti denan demam dan kemudian timbul keringat yang banyak; pada daerah endemik malaria, trias malaria mungkin tidak ada, diare dsapat merupakan gejala utama)) Pemeriksaan fisis: : konjungtiva pucat, sklera ikterik, spelnomegali
Laboratorium : sediaan darah tebal dan tipis ditemukan plasmadium, serologi malaria (+) [sebagai penunjang]
Malaria berat: ditemukanya p.falciparum dalam stadium aseksual desertai satu atau lebih gejala berikut:
Malaria serebral: koma dalam yang tidak dapat/sulit dibangunkan dan bukan disebabkan oleh penyakit lain
Anemia berat (normositik ) pada keadaan hitung parasit >10.000/ul;(Hb<5g/dl atau hematokrit <15%)
Gagal ginjal akut (urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa, atau <12 ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi kretinin>3mg/dl)
Edema paru/acute respiratory distress syndrome (ARDS) Hipoglikemia ( gula darah <40 mg/dl)
Gagal sirkulasi atau syok (tekanan sistolik<70mmHg,disertai keringan dingin atau perbedaan temperatur kulit –mukosa>1°c)
Perdarahan spontan dari hidung, gusi saluran cerna, dan/atau disertai gangguan koagulasi intravaskular
kejang berulang lebih 2 kali dalam 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia Asidemia (ph 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mEg/1)
Hemoglobinuria makroskopik oleh karena infeksi malaria akut (kukan karena efek samping obat antimalaria pada pasien dengan defisiensi G6OD).
11. Diagnosis pasca kematian dengan ditemukanya P.Falciparum yang padat pada pembulu darah kapiler jaringan otak
Beberapa keadaan yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai dengan gambaran klinik daerah setempat;
Gangguan kesadaran
Kelemahan otot tanpa kelainan heurologis (tak bisa duduk/jalan)
hiperparasitemia >5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil malaria Ikterus (bilirubin >3mg/dl)
Hiperpireksia (suhu rektal>40°C) DIAGNOSIS BANDING
Infeksi virus, demam tifoid toksik, hipatitis, fulminan, leptospirosis, ensefalitis PEMIRIKSAAN PENUNJANG
Darah teral dan tipis malaria, serologi malaria, DPL, tes fungsi hati, gula darah, UL, AGD, elektrolit, hemostasis, rontgen toraks, EKG
TERAPI
Infeksi p. vivax atau P. ovale
a. Daerah sensetif klorokuin: klorokuin basa 150 mg:
Hari I: 4 tablet + 2 tablet ( 6 jam kemudian) Hari II dan III: 2 tablet atau
Hari I dan II: 4 tablet Hari III: 2 tablet
Terapi radikal : tambah primakiun 1 x 15 mg selama 14 hari, bila gagal dangan terapi klorokiun, kina sulfat 3 x 400 – 600 mg/hari selama 7 hari. b. Daerah resisten klorokiun
kina 3 x 400-600 mg selama 7 hari
II. Infeksi P.falciparum ringan/sedang infeksi campur P. falciparum dan P. vivax . Artemisin
Hari I : 4 tablet (200 mg) Hari II : 4 tablet (200 mg) Hari III : 4 tablet (200 mg) . Amodiagium
Hari I : 4 tablet (600 mg) Hari II : 4 tablet (600 mg) Hari III : 2 tablet (600 mg) . Klorokuin basa 150 mg:
Hari I : 4 tablet + 2 tablet (6 jam kemudian) Hari II : 2 tablet
Hari III : 2 tablet atau Hari I : 4 tablet
Hari II : 4 tablet Hari III: 2 tablet
. Bils perlu ditambah terapi redikal : ditambah primakiun 45 mg (3 tablet)(dosis tunggal); infeksi campuran : primakiun 1 x 15 mg selama 14 hari -> bila resisten dengan pengobatan tersebut : SP 3 tablet (disis tunggal ) atau kina sulfat 3 x 400-600 mg/hari selama 7 hari
III. MALARIA BERAT
. Artesnate iv/im 2,4 mg/kgBB diberikan pada jam ke:0,12,24, dilanjutkan satu kali per hari.
. Drip kina HCL 500mg (10/kg/BB) dalam 250-250 ml D5% diberikan dalam 6-8 jam (maksimum 2000 mg) dengan pemantauan EKG dan kadar gula darah tiap 8-12 jam sampai pasien dapat minum obat per oral atau sampai hitungan parasit malaria sesuai target (total pemberian parenteral dan per oral selama 7 hari dengan dosis per oral 10 mg/kgBB/24 jam diberikan 3 kali sehari)
. Pengobatan dengan kina dapat dikombinasikan dengan tetrasiklin 94 mg/kgBB diberikan 4 kali sehari atau doksisiklin 3 mg/kgBB sekali sehari.
Perhatikan SP tidak boleh diberikan pada bayi dan ibu hamil. Primakiun tidah boleh diberikan pada ibu hamil, bayi, dan penderita defisiensi G6PD. Klorokiun tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong. Pada pemberian kina parentenal, bila obat sudah diterima 48 jam tetapi belum ada perbaikan dan atau tardapat ganguan fungsi ginjal, maka dosis selanjutnya diturunkan sampai 30-50%. Kortikosteroid merupakan kontraindikasi pada malaria serebal.
Pemantuan pengobatan : hitungan parasit minimal tiap jam, target hitung parasit pada Hl 50% Ho dan H3<25%HO. Prmiriksaan diulang samapai dengan tidak titemukan parasit malaria dalam 3 hari pemeriksaan berturut-turut.
Pencegahan : klorokuin basa 5 mg/KgBB, maksimal 300mg/minggu diminum tiap minggu sejak 1 minggu sebelum ,masuk daerah endemik sampai dendgan 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemik atau deksisiklin 1,5 mg/kgBB/hari dimulai 1 (satu) bhari sebelum pergi ke daerah endemis malaria hingga 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemis
KOMPLIKASI
Malaria berat, ranjatan gagal napas, gagal ginjal akut. PROGNOSIS
Malaria falsiparum ringan/sedang malaria vivax, atau malaria ovale: bonam, malaria berat: dubia ad malam.
WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
UNIT TERKAIT
RS pendidkan: Divisi Ginjal-hipertensi, Divisi Pulmonologi dan departemen Neurologi RS non pendidikan: Bagian Neurologi.
INTOKSIKASI OPIAT INTOKSIKASI OPIAT PENGERTIAN
PENGERTIAN
Intoksikasi opiat merupakan intoksikasi akibat pengguna obat golongan opiat yaitu morfin, Intoksikasi opiat merupakan intoksikasi akibat pengguna obat golongan opiat yaitu morfin, petidin, heroin, opium, pentazokain, kodein, loperamid, dekstrometorfan
petidin, heroin, opium, pentazokain, kodein, loperamid, dekstrometorfan DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Anamnesis : informasi mengenai seluruh obat yang digunakan, sisa obat yang ada.Anamnesis : informasi mengenai seluruh obat yang digunakan, sisa obat yang ada.
Pemeriksa Fasis :pupil miosis-pin point pupil, depresi napas, penurunan kesadaran, nadi Pemeriksa Fasis :pupil miosis-pin point pupil, depresi napas, penurunan kesadaran, nadi lemah, hipontesi tanda edema paru, needle track sign, sianosis spesme saluran cerna lemah, hipontesi tanda edema paru, needle track sign, sianosis spesme saluran cerna danbilier, kenjang
danbilier, kenjang
Laboratorium : opiat urin positif atau kadar dalam darah tinggi Laboratorium : opiat urin positif atau kadar dalam darah tinggi DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS BANDING
Intosikasi obat sedatif: elektrolit, benzodiazepin,etanol Intosikasi obat sedatif: elektrolit, benzodiazepin,etanol PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Opiat urine/darah, AGD elektrolit gula darah, rontogen toraks Opiat urine/darah, AGD elektrolit gula darah, rontogen toraks TERAPI
TERAPI
M.
M. Penaganan kegawatan : resusitasi A-B-C(airway, breathing, circulation) dengan Penaganan kegawatan : resusitasi A-B-C(airway, breathing, circulation) dengan
memperhatikan prinsip kewaspadaan univesal. Bebaskan jalan napas, berikan oksigen memperhatikan prinsip kewaspadaan univesal. Bebaskan jalan napas, berikan oksigen sesuai kebutuhan, pamasangan infus dan pemberian cairan sesuai kebutuhan.
sesuai kebutuhan, pamasangan infus dan pemberian cairan sesuai kebutuhan.
N.
N. Pemberian antidot nalokson Pemberian antidot nalokson
1. Tanpa hipoventilasi: dosis awal diberikan 0,4 mg intravena pelan-pelan
1. Tanpa hipoventilasi: dosis awal diberikan 0,4 mg intravena pelan-pelan atau atau diencerkan
diencerkan
2. Tanpa hipoventilasi: dosis awal diberikan 01-2 mg intravena pelan-pelan
2. Tanpa hipoventilasi: dosis awal diberikan 01-2 mg intravena pelan-pelan atau atau diencerkan
diencerkan
3. Bila tak ada respon, diberikan nalokson 1-2 mg intravena tiap 5- 10 minet hingga 3. Bila tak ada respon, diberikan nalokson 1-2 mg intravena tiap 5- 10 minet hingga timbul respon (perbaikan kesadaran hilangnya dipresi pernapasan, dilatasipupil) atau timbul respon (perbaikan kesadaran hilangnya dipresi pernapasan, dilatasipupil) atau lelah mencapai dosis maksimal 10 mg. bila tetep tak ada respon, diagnosis intosikasi lelah mencapai dosis maksimal 10 mg. bila tetep tak ada respon, diagnosis intosikasi opiat perlu dikaji ulang.
opiat perlu dikaji ulang.
4 . Efek nalokson berkurang dalam 20-40 menit dan pasien dapat jatuh kedalam keadaan 4 . Efek nalokson berkurang dalam 20-40 menit dan pasien dapat jatuh kedalam keadaan
overdosis kembali, sehingga perlu pemantauan ketat tanda vital, kesadaran dan overdosis kembali, sehingga perlu pemantauan ketat tanda vital, kesadaran dan perubahan pupil selama 24 jam. Untuk mencegah dapat dapat diberikan drip nalokson perubahan pupil selama 24 jam. Untuk mencegah dapat dapat diberikan drip nalokson
satu ampul dalam 500 ml D5% atau Nacl 0,9 % diberikan dalam 4-6 jam satu ampul dalam 500 ml D5% atau Nacl 0,9 % diberikan dalam 4-6 jam 5. Simpan sanpel urine untuk pemeriksaan opiat urin dan lakukan foto toraks 5. Simpan sanpel urine untuk pemeriksaan opiat urin dan lakukan foto toraks
6.
6. pertimbangkan pemasangan pipa endo treakel bila: pernapasan tidak adeakut setelah pertimbangkan pemasangan pipa endo treakel bila: pernapasan tidak adeakut setelah pemberian nalokson yang optimal, oksigensi kurang meski ventilasi cukup, atau pemberian nalokson yang optimal, oksigensi kurang meski ventilasi cukup, atau hipoventilasi menetap setelah 3 jam pemberian nalokson yang optima.
hipoventilasi menetap setelah 3 jam pemberian nalokson yang optima. 7.
7. Pasien di puasakan 6 jam untuk menghindARI ASPIRASI AKIBAT Spesme pilorik bila Pasien di puasakan 6 jam untuk menghindARI ASPIRASI AKIBAT Spesme pilorik bila diperlukan dapat dipasang NGT untuk mencegah aspirasi atau bilas lambung pada diperlukan dapat dipasang NGT untuk mencegah aspirasi atau bilas lambung pada intoksikasi opiat oral.
intoksikasi opiat oral.
8. Activated charcoal dapat diberikan pada intoksikasi peroral dengan memberikan 240 ml 8. Activated charcoal dapat diberikan pada intoksikasi peroral dengan memberikan 240 ml
cairan dengan 30 gram charcoal, dapat diderikan sampai 100 grm. cairan dengan 30 gram charcoal, dapat diderikan sampai 100 grm.
9.bila terjadi kecang dapat diberikan daizepam intravena 5-10 mg dan dapat di ulan dila 9.bila terjadi kecang dapat diberikan daizepam intravena 5-10 mg dan dapat di ulan dila perlu.
perlu.
Pasien dirawat untuk penilaian klinis dan rencana rehabilitasi Pasien dirawat untuk penilaian klinis dan rencana rehabilitasi KOPLIKASI KOPLIKASI Aspirasi Aspirasi WEWENANG WEWENANG
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNIT YANG MANANGANI
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
. RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam UNIT TERKAIT
UNIT TERKAIT
RS pendidkan: Divisi Ginjal-hipertensi, Divisi Pulmonologi dan Departemen psikiantri, Departemen RS pendidkan: Divisi Ginjal-hipertensi, Divisi Pulmonologi dan Departemen psikiantri, Departemen
Anesntensi/ICU Anesntensi/ICU
RS Non pendidikan : bagian Psikiatri RS Non pendidikan : bagian Psikiatri
INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT PENGERTIAN
PENGERTIAN
Intoksikasi organofofat merupakan intoksikasi akit zat yang mengandung organofosfat Intoksikasi organofofat merupakan intoksikasi akit zat yang mengandung organofosfat DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
. Anamnesis: riwayat minum/kontak denan jat yang mengandung organofosfat, muntah . Anamnesis: riwayat minum/kontak denan jat yang mengandung organofosfat, muntah . Pemeriksaan Fasis: bradikardia pupil miosis, penurunan kesadaran, tanda-tanda . Pemeriksaan Fasis: bradikardia pupil miosis, penurunan kesadaran, tanda-tanda
aspirasi. aspirasi.
. Laboratorim: pemerikasaan bahan muntah atau darah mengandung organofosfat . Laboratorim: pemerikasaan bahan muntah atau darah mengandung organofosfat PEMERIKSAAN PENUJANG
PEMERIKSAAN PENUJANG
DPL, elektrolit, rontgen toraks,EKG, memeriksaan ogranofosfat DPL, elektrolit, rontgen toraks,EKG, memeriksaan ogranofosfat TERAPI
TERAPI
. Bilas lambung melalui NGT . Bilas lambung melalui NGT . Antropinisasi
. Antropinisasi KOMPLIKASI KOMPLIKASI
Gagal napas, blok AV Gagal napas, blok AV PROGNOSIS
PROGNOSIS Dubia
Dubia
RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS pendidikan : Dokter Spesialis Dalam dan PPDS Penyakit Dalam RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNIT YANG MANANGANI
UNIT YANG MANANGANI
. RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS pendidkan : depertemen ilmu Penyakit dalam – Divisi Tropik Infeksi . RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam
. RS non pendidikan ; bagian ilmu penyakit dalam UNIT TERKAIT
UNIT TERKAIT
. RS pendidikan : Divisi Pulmonologi, Psikosomomatik . RS pendidikan : Divisi Pulmonologi, Psikosomomatik . RS non Pemdidikan : bagian Psikiatri