• Tidak ada hasil yang ditemukan

PS MODUL MENATA PRODUK.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PS MODUL MENATA PRODUK.pdf"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SMK NEGERI 1 CIANJUR 

 

MODUL  

MENATA PRODUK 

 

 

         

Program Keahlian PEMASARAN 

2013

(2)

BAB I

MENGINTERPRESTASIKAN PERENCANAAN VISUAL

PENATAAN PRODUK

A. Pengertian Menata Produk

Penataan produk atau yang sering kita kenal dengan istilah display

adalah suatu cara penataan produk terutama produk barang yang diterapkan oleh perusahaan tertentu dengan tujuan untuk menarik minat konsumen. Untuk memperjelas arti dari display tersebut, William J.Shultz, “Display consist of simulating customers attention and interest in a

product or a store, and desire to buy the product or patronize the store, through direct visual appeal”. Display adalah suatu cara mendorong perhatian dan minat konsumen pada toko atau

barang dan mendorong keinginan membeli melalui daya tarik penglihatan langsung ( direct

visual appeal ).

Pelaksanaan display yang baik merupakan salah satu cara untuk

memperoleh keberhasilan self service dalam menjual barang–barang. Hal ini dapat dilihat di supermarket. Adapun tujuan display digolongkan sebagai berikut :

1. Attention dan Interest Customer

Attention dan interest customer , yaitu untuk menarik perhatian

pembeli dilakukan dengan cara menggunakan warna-warna, lampu- lampu, dan sebagainya.

2. Desire dan Action Customer

Desire dan action customer , yaitu untuk menimbulkan keinginan

memiliki barang-barang yang dipamerkan di toko tersebut, setelah memasuki toko, kemudian melakukan pembelian.

Selanjutnya, display dibagi kedalam beberapa bagian yaitu: 1. Window Display

Window Display, yaitu Memajangkan barang-barang, gambar-gambar kartu harga, simbol-simbol, dan sebagainya dibagian depan toko yang

disebut etalase.

2. Interior Display

Interior Display yaitu, Memajangkan barang-barang, gambar-gambar, kartu-kartu harga, dan poster-poster di dalam toko. Interior display dibagi dalam beberapa bagian yaitu sebagai berikut:

a. Open display

Open display, yaitu barang-barang dipajangkan pada suatun tempat terbuka sehingga dapat dihampiri dan dipegang, dilihat dan diteliti oleh calon pembeli tanpa bantuan petugas pelayanan, misalnya self display, island display (barang-barang diletakkan diatas lantai dan ditata dengan baik sehingga menyerupai pulau-pulau).

b. Closed display

Closed display, yaitu barang-barang dipajangkan dalam suasana tertutup. Barang-barang tersebut tidak dihampiri tidak dipegang atau diteliti oleh calon pembeli, kecuali atas bantuan petugas pelayanan. Hal ini bertujuan untuk melindungi barang dari kerusakan, pencurian.

(3)

Architectural display, yaitu memperlihatkan barang-barang dalam penggunaannya, misalnya di ruang tamu, di kamar tidur, di dapur dengan perlengkapannya. Cara ini dapat memperbesar daya tarik karena barang-barang dipertunjukkan secara realistis.

3. Exterior Display

Exterior Display yaitu, Memajangkan barang-barang di luar toko, misalnya pada waktu mengadakan obral dan pasar malam. Display ini mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

a. Memperkenalkan suatu produk secara cepat dan ekonomis. b. Membantu para produsen yang menyalurkan barang-barangnya

dengan cepat dan ekononomis.

c. Membantu mengkoordinasikan Advertising dan Merchandising. d. Menyebabkan adanya kontinuitas skema dan tema warna dari

pembungkus.

e. Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat, misalnya pada hari raya, ulang tahun.

Selain ketiga macam display yang telah diuraikan di atas, perlu juga diperhatikan beberapa hal dalam display, yaitu sebagai berikut:

1. Store Design dan Decoration

Store design dan decoration, yaitu tanda-tanda yang berupa

diantaranya simbol-simbol, lambing-lambang, poster-poster, gambar-

gambar, bendera-bendera, dan semboyan. Tanda-tanda ini diletakkan di atas meja atau digantung di dalam toko. Store design tersebut digunakan untuk membimbibing calon pembeli kearah barang

dagangan dan member keterangan kepada mereka tentang penggunaan

barang-barang tersebut. “decoration” pada umumnya digunakan dalam

rangka peristiwa khusus, seperti penjualan pada saat-saat hari raya, natal, dan tahun baru.

2. Dealer Display

Dealer display, yaitu penataan yang dilaksanakan dengan cara wholesaler yang terdiri atas simbol-simbol dan petunjuk-petunjuk tentang penggunaan produk. Dengan memperlihatkan kegunaan produk dalam gambar dan petunjuk, maka display ini juga memberi peringatan kepada para petugas penjualan agar mereka tidak

memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan petunjuk yang ada dalam gambar tersebut.

B. Pasal 7 Undang - Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen

1. Pertimbangan Presiden Republik Indonesia

Undang – Undang Republik Indonesi Nomor 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen dengan rahmat Tuhan Yang MAha Esa, Presiden Republik Indonesia menimbang;

a. bahwa pembanguanan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual dalam era demokrasi ekonomi berdasrkan Pancasila dan Undang-

(4)

Undang dasar 1945.

b. bahwa pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi h

harus dapat mendudkung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu

menghasilkan beraneka barang dan atau jasa.

c. bahwa semakin terbukanya pasar nasional sebagi akibat dari proses

globalisasi ekonomi harus tetap menjamin peningkatan

kesejahteraan masyarakat serta kepastian atas mutu, jumlah, dan

keamanan barang dan atau jasa yang diperolehnya.

d. bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian kemampuan

dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta

menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung

jawab.

e. bahwa ketentuan hukum yang melindungi kepentingan konsumen

di Indonesia belum memadai.

f. bahwa kesadaran pertimbangan tersebut diatas diperlukan

perangkat peraturan perundang-unadang untuk mewujudkan

keseimbangan perlindungan kepentingan konsumen dan pelaku usaha sehingga tercipta perekonomian yang sehat.

g. bahwa untuk itu perlu dibentuk undang-undang tentang

perlindungan konsumen.

2. Landasan Hukum Perlindungan Konsumen

Adapun kewajiban Pelaku Usaha yang tertuang dalam pasal 7 tersebut antara laian sebagai berikut;

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha

b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai jaminan barang/jasa serta memberi penjelasan, perbaikan dan pemeliharaan.

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif.

d. Menjamin mutu barang/jasa yang diproduksi dan atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu/jasa yang berlaku.

e. Memberikan kepada konsumen untuk menguji, dan mencoba barang jasa tertentu serta memberi jaminan dan garansi barang yang dibuat atau yang diperdagangkan.

Pelaku usaha, disamping mempunyai kewajiban juga mempunyai hak. Hak pelaku usaha anatara lain sebagai berikut;

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dangan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang/jasa yang diperdagangkan b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang beritikad tidak baik

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen.

(5)

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang/jasa yang diperdagangkan.

e. Hak –hak yang diatur dlam ketentuan peraturan perundang-undang lainnya

C. Kode Etik Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia ( APLI )

1. Ruang Lingkup Kode Etik

Kode etik se- dunia diterbitkan oleh Federasi Sedunia Asosiasi Penjualan Langsung ( WFDSA). Kode etik ini juga berlaku untuk para anggota asosiasi nasional penjualan langsung yang tergantung pada WFDSA. Kode etik ini menyangkut hubungan anatar perusahan-perusahan penjualan langsung dan para penjual langsung disuatu pihak dan para konsumen dilain pihak, antara perusahaan penjualan langsung dengan anggota dan calon anggota independent/mandiri, serta diantara perusahan-perusahan penjual langsung sendiri.Kode etik ini bertujuan memberikan kepuasan dan perlindungan kepada semua pihak yang berkepentingan, memajukan kompetisi yang sehat dalam rangka sisitem dunia usaha bebas, dan peningkatan citra umum dari kegiatan penjualan langsung.

2. Istilah –Istilah mengenai Kode Etik

Untuk keperluan kode etik ini, istilah-istilah yang digunakan mempunyai arti sebagai berikut;

a. Penjualan Langsung

b. APLI ( Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia)

c. Perusahaan Penjualan Langsung

d. Penjual Langsung e. Produk f. Konsumen g. Penjualan h. Penjualan arisan i. Formulir pesanan j. Perekrutan

k. Administrator kode etik 3. Asosiasi

APLI berjanji untuk menganut suatu kode etik yang mencakup subtansi-subtansi dari ketentuan didalam kode etik WFDSA,UUPK, dan instansi pemerintah yang terkait, sebagai suatu syarat untuk menerima dan dipertahankan sebagai anggota WFDSA.

4. Perusahaan

Setiap perusahaan anggot APLI berjanji akan menaati kode etik sebagai syarat diterima menjadi dan dipertimbangkan sebagai anggota APLI.

5. Penjual Langsung

Penjual langsung tidak terkait secara langsung oleh kode etik ini, tetapi perusahaan harus mewajibkan para penjual langsung untuk berpegang teguh pada ketentuannya ataupun pada peraturan-peraturan perilaku yang memenuhi standar perusahaan sebagai syarat keanggotaan pada perusahaan tersebut.

(6)

Kode etik ini adalah alat untuk mengatur diri sendiri dalam industri penjualan langsung.Kode etik ini bukan undang-undang dan kewajiban –kewajiban yang dibebankan untuk menuntut suatu perilaku etis yang melampaui tuntutan persyaratan hukum yang berlaku.

7. Hukum

Perusahaan-perusahaan dan para penjual langsung dianggap telaah menaati persyaratan-persyaratan hukum. Oleh karena itu, kode etik ini tidak menyebutkan semua kewajiban hukum yang ada.

8. Standar

Kode etik ini memuat standar perilaku etis bagi perusahaan penjualan langsung dan para penjual langsung.APLI bisa mengubah standar ini asalkan subtansi kode etik tetap terpelihara atau tetap seperti yang telah dipersyaratkan oleh hukum nasional.

D. Segmentasi Pasar, Targeting, dan Positioning

1. Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar adalah pengelompokkan pasar menjadi kelompok-kelompok,dimana tiap kelompok dapat dipilih sebagai pasar yang dituju untuk pemasaran suatu produk. Sedangkan pasar memiliki pengertian yang berbeda, menurut lingkupnya, yaitu sebagai berikut.

a. Menurut penegrtian yuridis, pasar adalah tempat atau bursa dimana

saham-saham diperjualbelikan.

b. Menurut pedagang, pasar adalah suatu lokasi atau tempat dimana produk-produk tersebut diterima, dipilih, disimpan, da dijual. c. Menurut manajer, pasar adalah tempat atau letak geografis(kota,

desa) di mana manajer harus memutuskan menegenai distributor, produk yang dijual, periklanan, salesman, dan sebagainya.

d. Menurut ahli ekonomi, pasar adalah semua orang atau kelompok yang memiliki perhatian, baik riil maupun potensial terhadap suatu

produk atau golongan produk.

e. Menurut seorang pemasar, pasar merupakan semua orang, kelompok usaha lembaga perdagangan yang membeli atau cenderung untuk membeli suatu produk atau jasa.

Berdasarkan motif beli dari para konsumen untuk membeli suatu produk, pasar dapat dibagi atau dikelompokkan sebagai berikut;

a. Pasar konsumen, yaitu sekelompok pembeli barang-barang dan jasa-jasa untuk dikonsumsi dan bukan untuk dijual atau untuk diproses lebih lanjut.

b. Pasar produsen, yaitu pasar yang terdiri atas individu-individu atau organisasi yang memerlukan barang-barng dan jasa-jasa untuk diproses atau diproduksi lebih lanjut dan kemudian dijual dan

disewakan.

c. Pasar dagang,yaitu pasar yang terdiri atas individu-individu atau organisasi-organisasi yang biasanya disebut perantara penjualan atau distributor yang memerlukan barang-barang untuk dijual

(7)

dengan tujuan memperoleh laba.

d. Pasar pemerintah, yaitu pasar dimana terdapat lembaga-lembaga pemerintahan seperti departemen, direktorat, kantor, dan instansi

lainnya

e. Pasar internasional, yaitu pasar yang meliputi beberapa atau semua Negara didunia.Tujuan pembelian dalam pasar ini adalah

memenuhi kebutuhan pribadi atau rumah tangga, mendapatkan laba dengan menjual lagi barang tersebut

Tujuan adanya segmentasi pasar adalah sebagai berikut; a. Menyalurkan uang dan usaha kepasar potensial yang paling

menguntungkan.

b. Merencanakan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar. c. Menentukan cara-cara promosi yang paling tepat bagi perusahaan d. Memeilih media advertensi yang lebih baik dan menemukan

bagaimana mengalokasikan sevara baik.

e. Mengatur waktu yang sebaik-baiknya dalam usaha promosi

f. Para penjual atau perusahaan akan berbeda dalam posisi yang lebih baik untuk menempatkan serta membandingkan kesempatan- kesempatan atau harapan-harapan dlam pemasaran sehingga dapat mempelajari kebutuhan tiap segmen.

g. para penjual dapat mengunakan pengetahuannya untuk menangapi usaha pemasran yang berbeda-beda sehingga dpat mengalokasikan anggarannya dengan lebih tepat terhadap berbagai segmen.

h. Penjual dapat mengatur lebih baik produknya dan cara pemasaran

Agar segmentasi pasar atau pengelompokkan pasar dapat berjalan dengan efektif,maka harus memenuhi syarat-syarat pengelompokan pasar berikut;

a. Measurability, yaitu cirri-ciri atau sifat-sifat tertentu pemebli harus dapat diukur atau dapat didekati

b. Accesibility, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dapat secar efektif memusatkan usha pemasrannya pada segmen yang telah

dipilih

c. Demograpich variables, yaitu pengelompokkan pasar dengan

menggunakan variable-variabel kependudukan.

d. Psychograpich variables, yaitu pengelompokan pasar dengan mengunakan sifat pemberani, bebas, tidak bebas, konservatif, liberal, ardikal. Leadership dsb.

e. Buyer behaviour variability, yaitu pengelompokan pasar dengan mengunakan ukuran rata-rata pamakian.

2. Target Pasar

Defenisi strategi menurut Kenneth R. Andrew ynag diterjemahkan Bukhori Alma dalam buku Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa adalah pola keputusan dalam perusahaan yang menentukan dan mengungkapkan sasaran, maksud atau tujuan yang menghasilkan kebijakan utama, dan merencanakan untuk mencapai tujuan serta menrinci jangkauan bisnis yang akan dikejar perusahaan. Pengertian dan perbedaan antara startegi pemasaran dan strategi penjualan. Keterangan sebgai berikut;

(8)

a. Konsep pemasaran berasal dari kata dasar pasar(market), yaitu adanya potensi permintaan (demand),diantaranya dari orang- orang terhadap produk

b. Konsep penjualan berorientasi pada pola produk yang sudah hadir dan selanjutnya diupayakan agar produk tersebut dapat laku terjual. c. Konsep pemasaran berorientasi pada pemuasan dan untuk

kepuasan pasar, sedangkan konsep penjualan berorientasi pada hasil penjualan dan keuntungan.

d. Proses penjualan merupakan bagian dari pemasaran. Pemasaran bertolak dari posisi sebelum kehadiran produk, sedangkan

penjualan berposisi sesudah kehadiran produk.

Tujuan dari stratyegi pemasran di antaranya untuk a. mengetahui kebutuhan pasar

b. produsen menghadirkan produk sesuai permintaan

c. upaya menyalurkan produk kepada konsumen ekhir agar laku terjual dengan harga layak.

Target pasar adalah memilih kelompok konsumen mana yang akan dilayani dlam penjualan. Penyusunan target pasar dpat dilakukan dengan cara sebagai berikut;

a. Mengenali dan mengevaluasi factor-faktor criteria target pasar yang akan digunakan untuk proses seleksi.

b. Menerapkan faktor-faktor tersebut untuk memilih dan menentukan

pasar target.

Dalam menentukan target pasar perlu diperhatikan factor-faktor yangh mempengaruhi dalam penentuan segmentasi pasar yang akan dituju oleh perusahaan, yaitu;

a. Ukuran Segmen

b. Pertumbuhan segmen

c. Posisi persaingan

d. Biaya untuk mencapi segmen

e. Kesesuaian tujuan dengan kemampuan perusahaan.

Ancaman-ancaman persaingan tersebut meliputi berikut ini; a. pesaing yang ada sebelumnya

b. Pendatang baru

c. Produk pengganti

d. Meningkatnya kemampuan menawar e. Meningkatanya harga produk

3. Positioning dalam Startegi Pemasaran

Langkah-langkah dalam perumusan strategi pemasran, khususnya dalam bisnis eceran, seperti halnya di Sarinah Departemen Store adalah menentukan segmentasi pasar, menentukan target pasar, dan terakhir menentukan positioning. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai beriku;

a. Segmentasi Marketing

Segmentasi pemasaran dapat direncanakan melalui kerangka informasi konsumen serta keputusan yang bisa diambil melalui

(9)

refenisi analisis pasar. 1. Demografis atau geografis 2. Psikografis atau life style

3. Perilaku pembelian

4. Media apa yang tepat digunakan agar penggan dapat dijangkau

b. Target pemasaran

Dari keempat butir segmentasi pemasaran maka dapat disimpulkan Dan ditentukan target sasaran konsumen yang sebenarnya.

1. Dari segi jenis kelamin 2. Dari segi pendidikan 3. Dari segi pendapatan 4. Dari segi ukuran keluarga

5. Dari segi etnis

c. Positioning marketing

Setelah dapat ditentukan target pemasarannya, kemudian tentukan Sikap, tindakan dan kedudukan sesuai tingkatnya, ayitu melalui hal-hal berikut ini;

1. Produk

2. Harga

3. Place

4. Promosi

E. Jenis dan Spesifikasi Barang

Menurut William J. Stanton. Barang (produk) adalah sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (in tangible) di dalamnya sudah tercakup nama, harga, kemasan, prestise, pabrik, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin dapat diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya atau kebutuhannya.

1. Kelompok Barang Berdasarkan Kepuasan Segera dan Kesejahteraan Konsumen Jangka Panjang

a. Solutary Product

yaitu barang-barang yang mempunyai daya tarik sangat rendah,

tetapi dapat memberikan manfaat yang sangat tinggi kepada

konsemen dalamjangka panjang.

b. Deficient Product

yaitu barang-barang yang mempunyai daya tarik tinggi, tetapi

tetap mempunyai manfaat untuk konsemen.

c. Pressing Product

yaitu barang –barang yang segera memberikan kepuasan kepada si pembeli, akan tetapi dapat berakibat sangat buruk bagi para

pemakai barang tersebut.

d. Desirable Product

yaitu yang barang dapat memberikan kepuasan dengan segera

(10)

2. Kelompok Barang Menurut Tujuan Pemakaian a. Barang Konsumsi (Consumer Goods)

Barang Konsumsi (Consumer Goods) adalah barang-barang untuk dikonsumsikan atau dipakai sendiri oleh anggota

keluarganya. Pembelian didasarkan atas kebiasaan membeli dari

konsumen. Consumer goods dapat dibedakan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu :

1). Convenience Goods , ( barang kebutuhan sehari-hari) ialah barang-barang yang biasanya dibeli oleh konsumen secara seringkali atau kadang-kadang dan dengan

pengorbanan-pengorbanan/usaha-usaha yang minimum di

dalam membandingkan/memilih dan membelinya. Contoh : rokok, sabun, gula, Koran dan sebagainya.

2). Shopping Goods, ( barang belanjaan)

Barng yang pembeliannya perlu dipertimbangkan, harga relative mahal, perbandingan mutu, dan lain- lain misalnya mobil, peralatan rumah tangga dan pakaian.

3). Specialty Goods ( barang khusus )

Merupakan barang dengan cirri khas yang mampu menarik konsumen dalam belanja, misalnya mobil mewah dan gaun

malam yang mewah.

4) Unsought Goods, ( barang yang tidak dicari )

adalah barang yang tidak diketahui ataudiketahui oleh konsumen tetapi biasanya tidak terpikir untuk membelinya misalnya asuransi jiwa, batu nisan dan tanah kuburan . b. Barang Industri (Industrial Goods)adalah barang yang dibeli

untuk diproses kembali atau untuk kepentingan dalam industri. Jadi pembeli barang industri ini adalah perusahaan, lembaga atau

organisasi termasuk organisasi nonlaba.Barang industri dapat

digolongkan sebagai berikut;

1) Bahan dan suku cadang, barang-barang yang seluruhnya masuk dalam produk jadi anatara lain;

a. Bahan baku

b. Bahan jadi dan suku cadang

2) Barang modal, barang-barang yang sebagian masuk kehasil barang jadi akhir. Barang ini meliputi

a. Instaklasi

b. Peralatan ekstra

3) Pembekalan dan pelayanan(supplies and service)

a. Pembekalan operasional

b. Jasa nasihat bisnis

3. Barang – Barang di Supermarket

Barang dikelompokkan menjadi tiga yaitu barang supermarket, Barang fresh, barang fashion. Barang supermarket meliputi

(11)

departemen-Departemen berikut ini.

a. Departemen Food

Departemen food, yaitu meliputi semua makanan, khususnya

makanan ringan ( snack) yang banyak dikonsumsi oleh anak-

anak .

1. Milk dan milk product ( susu anak bayai sampai dewasa)

2. Biscuits (sejenis wafer dan cracker )

3. Drink(jenis minuman berenergi, obat, soda atau jus)

4. Canned food(makanan yang diawetkan dalam kaleng)

5. Snack( makanan ringan termsuk hasil industri rumah tangga)

6. seasoning(aneka macam bumbu masak lokal, nasional)

7. Local basic( sembilan bahan pokok atau sembako)

8. Bakery (seperti roti tawar, roti manis dsb)

9. Baking needs(jenis-jenis bahan untuk pembuatan kue)

10. Candies dan chocolate( permen dan coklat)

b. Departemen Nonfood

Departemen nonofood, yaitu meliputi barang-barang selain

makanan

1. Hair care(aneka bahan untuk perawatan rambut)

2. Body care( aneka bahan untuk perawatan tubuh)

3. Skin care( aneka bahan perawatan kulit)

4. Mouth care( aneka bahan perawatan gigi)

5. Cleaning aid(aneka bahan untuk pembersih & pengharum

lantai)

c. Departemen House Hold

Departemen house hold adalah perlengakapan rumah tangga

1. Electrical( peralatan yang menggunakan listrik)

2. Party wear(perlengkapan pesta)

3. Seasonal goods(barang musiman)

4. Luggage(tas dan koper)

5. Hard ware(perlengkapan untuk bengkel)

d. Departemen Toys

Departemen toys adalah sarana atau tempat atau barang-barang

yang disediakan khusus anak-anak. Jenis toys terdiri atas berikut

ini.

1. Soft toys( maianan yang lembut untuk perempuan)

2. Battered operated toys for boys( aneka perlengkapan

mainanananak laki-laki)

3. Battered operated toys for grils( aneka perlengkapan

Mainanan anak perempuan)

4. Games( permaian tradisional dan internasional)

5. Education toys the other(aneka maian untuk pendidikan )

e. Departemen Stationary

Departemen stationary meliputi semua peralatan tulis dan kantor,

1. Pensil

(12)

3. Penggaris

4. Perlengkapan computer

5. Perlengkapan mesin ketik dsb,

F. SOP(Standar Operating Procedure) Penataan Produk dari

Suatu

Perusahaan

SOP penataan produk adalah langkah-langkah yang harus ditempuh Pada penataan produk yang dijadikan acuan(standar) dalam penataan untuk menarik perhatian konsumen untuk kepurtusan membeli. Visual merchadising adalah penataan produk yang tujuannya untuk menarik perhatian konsumen, perlengkapan-perlengkapan yang

diperlukan dalam menyusun mechandising diantaranya adalah label dan display yang lebih jelasnya adlah sebagai berikut:

1. Labelling

Ketentuan label harus memuat informasi tentang:

a. tanggal receiving

b. kode barang ( PLU)

c. kode supplier

d. bar code

e. harga jual( tidak selalu ada)

f. memeriksa kesesuaian antara brand(merk)articl(tipe)size(ukuran)

2. Display

Display adalah suatu tindakan menampilkan, menaruh, meletakkan Produk pada suatu tempat sedemikian rupa sehingga menarik

perhatian.SOP display diswalayanuntuk barang supermarket paling

awal yang harus diperhatikan adalah penggunaan ruangan. Penggunaan ruangan harus disesuaikan dengan hal berikut ini;

a. Kategori Produk

b. Ukuran Kemasan

Pendukung pen – display-an yang baik diantaranya seperti berikut; a. POP

POP merupakan suatu himbauan yang ditujukan kepada pembeli

agar timbul keinginan untuk membeli

b. Peralatan display barang supermarket

Alat display yang dipergunakan dalam penataan produk

supermarket terdiri atas berikut ini;

a. Gondola

b. Chelving

c. Showcase

d. Showcase chiller

(13)

f. Wagon

g. Single book

h. Hambalan

i. End gondola

c. Istilah dan perlengkapan display barang supermarket

a. SKU, keterangan yang menunjukkan nama produk, harga,

nomor, PLU produk

b. Bay, yaitu susunan pemejangan produk dirak baris kebawah

c. Tier, yaitu barisan pemajangan produk kebelakang

d. Face, yaitu pemajangan produk tampak muka harus

menghadap kedepan, jangan terbalik, miring dsb

e. POP ( Point of Purrchase), yaitu keterangan mengenai nama

produk, harga ataupun sarana Bantu promosi penjualan.

f. Floor display, yaitu pemajangan pada lantai

g. COC ( Check on Counter ), yaitu pemajangan produk yang

menempel didepan kassa

h. PLU ( Price Look Up Unit ), yaitu nomor identitas barang yang berfungsi untuk pencatatan komputerisasi.

i. Piramid, yaitu hambalan yang terdiri atas dua tingkat untuk pemajangan floor display

d. Cara penataan produk supermarket

Cara-cara dalam penataan produk supermarket diantaranya adalah berikut ini;

1) Barang supermarket yang akan ditempatkan hendaknya berurutan terdiri atas beberapa jenis barang , antara lain; a. barang yang sangat dibutuhkan oleh konsumen b. Barang yang sama efisien penggunaannya

c. barang yang sedang tren

d. barang yang berkualitas baik, dan e. barang yang berprestasi

2) Brand blocking secara vertical

Yaitu penempatan barang supermarket yang sejeniss berderet Kearah vertical atau bawah dan merek barang juga harus terlihat dibagian muka secara vertical.Penempatan barang secara vertical berarti menempatkan barang ;

a. dari atas kebawah secara sistematis b. disusun sesuai jenis dan klasifikasinya

c. barang disusun berdasarkan ukuran, dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya

d. warna barang disusun dari warna muda sampi warna tua e. harga barang diletakkan dari harga murah keharga mahal f. barang disusun dari atas kebawah atau sebaliknya menurut jenis kategori, bentuk, dan sifatnya.

(14)

F. Keterampilan dalam Menginterprestasikan Perencanaan Visual Penataan Produk

Dalam melakukan prsktik menginterprestasikan perencanaan VM Maka langkah yang harus dikerjakan adalah sebagai berikut;

1. Memilih segemnn pasar yang dijadikan target penentuan dan kebijakan

dalam pengadaan barang.

2. Mengidentifikasi barang supermarket yang akan dijual. 3. Menata produk sesuai prosedur perusahaan

4. Melaksanakan kode etik APLI bagian II

G. Sikap Dalam Menginterprestasikan Perencanaan Visual Penataan Produk Dibutuhkan Sikap Yang Baik Dengan Dasar SOP, Yaitu; 1. Cermat

Harus cermat saat menginterprestasikan perencanaan visual tersebut

Diantaranya

a. Spesifikasi barang dengan yang benar

b. Berdiri, duduk, dan gerakan sesuai kebutuhan

c. Berbicara jelas dan lantang

2. Teliti

Pelayanan harus teliti dalam menginterprestasikan visualisasi penataan

produk diantaranya dapat dilakukan dengan cara;

a. Memperhatikan setiap proses yang akan dilaksanakan

b. Periksa dokumen barang yang ditata, apakah telah dipasang/belum

3. Tanggung Jawab

Pelayanan harus bertanggung jawab dalam menginterprestasikan visualisasi

Penataan produk sesuai dengan tingkat wewenang pada perusahaan tersebut;

a. Menampung masukan mengenai penataan dari supervisor atau kolega

b. Disalurkan pada petugas yang berwenag diperusahaan

c. Meneruskan kembali proses penataan dengan benar.

(15)

BAB II

Memonitor

Penataan atau Display Produk

A. Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Hak dan kewajiban konsumen antara lain sebagai berikut;

1. Hak Konsumen

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang atau jasa.

b. Hak untuk memiliki barang dan jasa serta mendapatkan barang dan

jasa tersebut dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat atau keluhannya atas barang dan jasa

yang digunakan.

e. Hak untuj mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan secara patut dan baik.

2. Kewajiban Konsumen

Kewajiban konsumen disebutkan pada pasal 5 anatara lain sbb;

a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakai

atau permanfaatan barang atau jasa demi keamanan dan keselamatn

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian.

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang telah disepakati

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

B. Kode Etik Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia ( APLI) Bagian 2 tentang Perilaku terhadap Konsumen

Dalam kode etik APLI bagian 2 diuraikan perilaku penjual atau

perusahaan terhadap konsumen sebagai berikut; 1. Perilaku terhadap konsumen

a. Praktik- praktik terlarang b. Identifikasi

c. Penjelasan dan peragaan

d. Menjawab pertanyaan

2. Hal-hal yang harus Diperhatikan oleh Penjual Langsung atau

Perusahaan.

(16)

b. Janji-janji lisan

c. Penyejukan dan pengembalian barang

d. Jaminan dan layanan purnajual

e. Literatur

f. Kesaksian

g. Perbandingan dan pencemaran

h. Hormat pada hak pribadi

i. Kewajaran ( keadilan)

j. Penyerahan barang

k. daftar harga

C. Segmentasi Pasar, Targeting, dan Positioning

1. Segmentasi Pasar

Walaupun sebelumnya telah diajarkan tentang segmentasi pasar, berikut ini akan dijelaskan kembali hal lain tentang segmentasi pasar tersebut. Dalam penentuan segmentasi pasar dapat ditentukan dengan cara menjawab pertanyaan berikut ini;

a. Siapa pelanggan yang akan membeli produk yang akan dijual b. Apa yang dikehendaki oleh pelanggan

c. Apa yang dibeli pelanggan

d. Dimana pelanggan dapat dijangaku 2. Targeting ( Target Pasar )

Target pasar adlah memilih kelompok konsumen mana yang akan dilayani.

Dalam menentukan target pasar, khususnya dalam produk Fashion terlebih dahulu

Sasaran pelanggan mana yang akan dilayani sesuai dengan potensi tempat perusahaan berada, misalnya sebagai berikut;

a. Apakah target yang akan diambil berdasarkan geografis b. Apakah target yang akan diambil berdasarkan demografis

c. Apakah target yang diambil itu berdasarkan produk yang dikehendaki

pelanggan

d. Produk apakah yang banyak dibeli pelanggan

e. Apakah pelanggan tersebut dapat dijangkau dari tempat pembelanjaan 3. Positioning

Setelah dapat ditentukan target pemasaran, kemudian tentukan sikap tindakan da kedudukan sesuai tingkatnya melalui berikut;

a. Produk

b. Harga

c. Place

d. Promosi

D. Pengetahuan Tentang Barang

1. Pengertian Produk Fashion

Produk Fashion adalah sebuah produk yang mempunyaio ciri-ciri khusus yang tepat dan mewakili style yang sedang trend ala suatu kurun waktu tertentu.

Sebuah produk dikatakan “ Fashionable” jika produk –produk tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut;

(17)

a. Konsumen bersedia untuk meluangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk memperoleh produk ini.

b. Merupakan produk yang dapat mempertinggi image retailer dan traffic

konsumen

c. Merupakan produk berbeda dengan produk sejenis ( dalam hal style)

yang dikeluarkan oleh competitor.

Sementara itu seorang pemerhati mode akan melihat produk yang fashionable berdasarkan hal-hal sebagai berikut;

a. Produk yang berorientasi pada kehidupan masyarakat disekitarnya b. Produk yang dapat memberikan kesenangan pada dirinya

c. Produk yang memungkinkan pemakianya dapat diterima secara

terbuka dilingkungannya

d. Produk yang memungkinkan pemakianya dapat menonjolkan diri

dilingkungannya

e . Produk yang memungkinkan pemakianya mendapatkan rasa percaya

diri yang tinggi

f. Produk yang memiliki nilai estetika dan dapat dijadikan sebagai gambaran status sosial bagi pemakainya.

2. Kriteria Barang Fashion

Barang fashion kriterianya ada yang disebut dengan barang putus dan ada pula barang konsinyasi.

a. Barang Putus

adalah barang yang dibeli dengan system putus artinya segala sesuatu

setelah barang tersebut dibeli menjadi resiko pembeli.

b. barang Konsinyasi

adalah barang milik supplier yang dititipkan. Barang ini ditempatkan discounter dan dijaga oleh Sales Promotion Grils( SPG). SPG lah yang bertanggung jawab terhadap barang dan juga pelayanan terhadap

konsumen.

3. Lingkup Produk Fashion

Pengelompokan produk fashion secara garis besar, ada pakaian wanita dan ada pula pakaian pria.

a. Pakaian Wanita

1) Lingerie ( Pakaian dalam)

2) Dresses( pakaian sehari hari)

3) Evening Chlotes ( pakaian malam)

4) Suits

5) Winter wear

6) Sportwear ( pakain olahraga)

b. Pakaian Pria

1) Tailored clothing

2) Furnishing

3) sportwear

(18)

5) Work clothes

4. Jenis- Jenis Produk Fashion

a. Pakaian wanita

b. Pakaian Pria

c. Pakaian anak laki-laki

d. Pakaian anak perempuan

e. Pakaian bayi

f. Perlengkapan bayi

g. Perlengkapan kecil bayi

h. Perlengkapan makan bayi

i. Perlengkapan main bayi

j. Tolletris

k. Aksesoris

l. Tas wanita

m. Tas pria

n. Sepatu dewasa wanita

o. Sepatu dewasa pria

p. Sepatu anak perempuan

q. Sepatu anak laki-laki

r. Kosmetik

5. Ukuran- Ukuran Produk Fashion

a. Pakaian Wanita 1) Small ( S) : 7 2) Middle(M) : 9 3) Large(L) : 11 4) Extra Large (XL) : 13 5) Triple Large ( LLL) : 15 b. Pakaian Pria 1) Small ( S) : 14 2) Small Middle(M) : 14 1/2 3) Middle (M) : 15 4) Middle Large(ML : 151/2 5) Large (L) : 16 6) Extra Large (XL) : 16 1/2 7) Triple Large (LLL) : 17 c. Pakaian anak usia 2-12 tahun

1) Small ( S) : 4

2) Middle(M) : 5

3) Large(L) : 6

4) Extra Large (XL) : 7

d. Pakaian bayio usia 0-24 bulan

1) Small ( S) : menurut usia bayi

2) Middle(M) : menurut usia bayi

3) Large(L) : menurut usia bayi

(19)

f. Sepatu pria dewasa dari ukuran 38-44

g. Sepatu anak dari ukuran 13-55

h. Sepatu bayi dari ukuran 2-6

6. Kriteria Pemilihan da Elemen Desain Fashion a. Warna

1) Warna merupakan aspek dari pakaian atau askesoris yang direspon pertama kalinya oleh calon konsumen

2) Konsumen fashion berhubungan secara pribadi dengan warna

Beberapa diantaranya berhubungan dengan segi kehidupan dan

kebudayaan, seperti penjelasan sebagai berikut;

a. Masyarakat perkotaan dengan masyarakat perdesaan tidak

sama dala keinginanya terhadap warna

b. menurut Ginio Stephen Frings, dalam fashion from concept

to consumer, warna dapat juga dibedakan berdasarkan iklim,

1. warna merah dan hijau untuk musim dingin

2. warna pastel untuk musim semi

3. warna putih untuk musim panas

Dalam pengkajian mengenai dimensi, warna mempunyai tiga dimensi sebagi

berikut, 1) Hue

Adalah istilah yang berkaitan dengan warna itu sendiri yang biasa dikenal sebagai warna merah diantara hijau dan biru

2) value

adalah istilah warna yang berkaitan dengan kekuatan cahaya dari warna tersebut. 3) Itensity

adalah istilah yang berhubungan dengan tingkat kecerahan warna sebagai akibat dari perbedaan cerah dan pucatnya warna karena perbedaan komposisi air.

Dalam warna terdapat sifat warna , yaitu kesamaan yang ditimbulkan oleh warna

tersebut, 1) Warna colour

adalah warna –warna yang dapat menimbulkan kesan hangat atau panas misalnya; a. warna merah mengesankan cinta, romantisme, bahaya, gairah

b. warna kuning mengesankan kecerahan, kegembiraan, persahabatan dan optimisme.

2) Cool colour

Adalah kelompok warna dingin yang biasanya diasosiasikan dengan alam, seperti pohon, laut, langit misalnya;

a. warna biru bersifat menenagkan

b. warna hijau bersifat mengesankan kedamaian, ketenangan, sejuk dan sepi,

c. warna ungu mengesankan mewah, agung dan dramatic.

3) Neturals

Adalah warna-warna yang cenderung tidak memancing

(20)

dalam mengkomposisikannya, misalnya;

a. beige(senada dengan warna krem)

b. coklat, putih, abu-abu, da hitam.

b. Tekstur

1. Tekstur merupakan sifat permukaan kain atau aksesori yang

sangat berhubungan dengan penampilan rasa dan kenyamanan.

2. Permukaan kain dapat bersifat licin, polos, kasar atau

gelombang

3. Tekstur berkaitan dengan efek yang ditimbulkan oleh

karakteristik serat kain, struktur tenun, anyaman kain, rajur,

serta efek dari teknologi penyemurnaan

c. Style atau Gaya

Style atau gaya adalah karakter atau cirri-ciri khusus yang

membedakan satu produk fashion dengan produk yang lainnya dan

mempengaruhi opini konsumen tentang suatu gaya yang sedang

popular.Elemen-elemennya terdiri atas garis, bentuk, dan detail

d. Pemilihan praktis produk fashion

Harga merupakan pertimbangan utama bagi para pembeli. Kondisi

dan penampilan sebuah produk fashion akan dihubungkan dengan

harga yang dicantumkan.

e. Pengepasan dan kamar pas(fit and fitting room)

Pengepasan adalah mencoba dalam memilih produk fashion karena

ukuran tidak menjamin kenyamanan saat dikeneakan.

f. Kepantasan(appropriateness)

Kepantasan dianggap penting apabila dikaitkan dengan tujuan

khusus penawaran produk fashion yang sesuai dengan gaya hidup

konsumen.

g. Merk( brand)

Merk merupakan sebuah cara untuk mengidentifikasikan sebuah

Produk.

h. Ketahanan dan keperawatan bahan atau kain

Katahanan dan perawatan bahan kain sangat diutamakan kerana

konsumen todak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk perawatan.

i. Kerapian

Kerapian, suatu produk dapat dilihat dari kualitas konstruksi

jahitan dan finishing-nya

7. Jenis-jenis kain a. Serat alam * Serat selulosa * Serat protein * Serat mineral b. Serat buatan

* Serat setengah buatan

* Serat sintetis

(21)

a. Kekuatan

b. Mulur dan elastisitas

c. Daya serap

d. Keliatan

e. Kekuatan

f. Ktahanan kimia

9. Pemeliharaan Pakain Jadi

a. Label pemeliharaan system Amerika

b. Label pemeliharaan system Kanada

c. Label pemeliharaan system Eropa

d. Label pemeliharaan system Inggris

e. Label pemeliharaan system Indonesia

E. SOP ( Standar Operating Procedure) Penataan Produk Fashion

1. Prinsip Penataan

Prinsip penataan barang fashion meliputi;

a. Penataan Barang Baru

b. Penataan barang-barang tidak lengkap(ukuran,model,warna)

c. Penggunaan wagon display

d. Penggunaan fixture kombinasi antara rak-rak dan T-stand

e. Penggunaan bracket dan book khusus pilar

f. Apabila stock barang sedang dalam keadaan menurun atau

sedikit

g. Pemajangan sepatu dan sandal pria wanita, pemajangan sepatu

anak, pemajangan sepatu bayi,pemajangan tas, pemajangan ikat

pinggang, dan pemajangan aksesoris.

2. Labelling

Langkah pertama dalam melakukan visual merchandising dengan

pendisplay-an barang fashion adalah pelabelan.Sebagai contoh,

akan diambil pelabelan pada produk fashion, yaitu sebagai berikut;

a. sebelum label ditempatkan, periksa apakah hal-hal berikut ini sesuai antara produk dengan labelnya.

* Brand ( merek)

* Article(tipe)

* Size ( ukuran )

b. Penempelan label secara umum adalah pada bagian sebelah kanan atas facing(muka atau depan)suatu produk.

c. Untuk barang-barang yang menggunakan hang tang(gantungan)

d. Untuk produk-produk tertentu berlaku kondisi khusus 3. Display

Langkah kedua dalam visual merchandising penataan barang

fashion adalah pen-display-an.Langkah-langkah pen-display-an

produk fashion diantaranya;

a. Kriteria display barang fashion

Display pemajangan produk fashion mempunyai beberapa criteria yaitu sebagai

(22)

* sederhana, dapat menerik perhatian pembeli untuk masuk Toko

* mempunyai dampak yang dapat dirasakan serasi dengan

keadaan ditoko.

* mempunyai kemampuan untyuk membujuk pembeli dan mempengaruhi

mereka untuk membeli.

* pemajangan VM yang baik antara 2-3 minggu.Hala ini bertujuan untuk

menghindari kebosanan.

b. Teknik Pemajangan

* berdasarkan warna

* penggunanan rak

* penggunanan gantungan atau hanger

* penggunanan lemari kaca atau showcase

4. Visual Presentation dan Medianya

Penggunanan visual presentation(sarana-saran display) harus tepat

Dan benar diantara sarana-sarana tersebut adalah sebagai berikut;

a. Show window atau window display, yaitu suatu ruangan yang

berfungsi sebagai media display atau pemajangan sebagai besar

barang-barang yang ada ditoko.

b. Center point, dilihat dari fungsinya sama dengan window,

hanya lokasinya berada didalam toko dan dimanfaatkan sebagai

media untuk memvisualisasikan barang yang mewakili setiap

departemen tertentu.

c. Stage display,yaitu media visualisasi barang disetiap bagian

dalam departemen tertentu.

d. Vocal point, yaitu media yang dipaki untuk memvisualisasikan

setiap produk dimasing-masing bagian.

e. Wall display, yaitu dinding yang difungsikan sebagai vocal

dengan varisai penggunaan media ram display, body display

dll.

5. Alat Bantu Display Fashion

Alat Bantu display produk fashion adalah sebagai berikut;

* Fixture * T- stand * Gawang * Hanger * Dress making * Swastika * Showcase * Hambalan * Wagon * Tabel presentation * Manequine * Torso * Plat from * Water fall

(23)

* Black wall

* Fitting room

* Bracket

* Singel book

F. Keterampilan dalam Memonitor Penataan atau Dsplay Produk

Keterampilan yang harus dimiliki dalam memonitor penataan produk, yaitu sebagai berikut;

1. Mengevalusi Display Produk Sesuai Perencanaan

Mengevaluasi display produk adalah dapat dilakukan dengan cara

menilai ulang yang disesuaikan dengan perencanaan,perlengkapan,

peralatan, tempat, dan produk yang di-display dengan teknik yang

digunakan.

2. Mengidentifikasi Kerusakan atau Perubahan pada Display Produk

Mengidentifikassi kerusakan atau perubahan pada display dapat

dilakukan denga cara menyusun, dan mengelompokkan barang dari

segi kerusakan atau perubahan.

3. Mengatasi Setiap Perubahan pada Display.

Mengatasi setiap perubahan pada display, dapat dilakukan denga

penataan ulang terhadap display yang rusak dan berubah dari

perencanan.

G. Sikap dalam Memonitor Penataan atau Display Produk

Sikap-sikap yang dibutuhkan saat memonitor penataan produk dijelaskan sebagai

berikut;

1. Cermat

Pelayanan saat memonitor display produk haruslah cermat, di

antaranya dengan cara:

a. Identifikasi barang dengan benar

b. Berdiri, duduk, dan gerakan sesuai kebutuhan

c. Lakukan seperti baru pertama kali, dan

d. Berikan perhatian terhadap display produk

2. Telti

Pelayan harys teliti dalam memonitor penataan produk. Di antarany

dapat dilakuakan dengan cara;

a. Perhatikan setiap proses yang dilaksanakan

b Amati dengan saksama barang yang telah ditata, dan

c. Periksa barang dan dokumen-dokumen barang yang ditata apakah telah dipasangkan

3. Bertanggung Jawab

Pelayan harus bertanggung jawab dalam memonitor penataan produk sesuai dengan tingkat wewenagnya pada perusahaan

tersebut. Di antaranya dengan;

a. menampung masukan mengenai penataan dari supervisor atau kolega

b. disalurkan pada petugas yang berwenag diperusahaan, dan

(24)

BAB III

Menjaga Display Produk Agar Tetap

Sesuai dengan Standar

Perusahaan

danPerencanaan

Undang –Undang No, 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, pasal 7 Undang-Unadang No. 8 Tahun 1999 pada intinya adlah sebagai perilaku usaha mempunyai kewajiban untuk beritikad baik dalam kegiatan usahanya, bersedia memberikan informasi yang benar, jelas, jujur, siap melayani konsumen

tanpa diskriminatif menjamin untuk barang dan jasa yang diproduksi.

1. Perbuatan yang Dilarang bagi Pelaku Usaha

Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan atau jasa yang terdapat dalam pasal-pasal berikut; a. Pasal 8

1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan dan ketetntuan peraturan perundang-undang.

2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang rusak,

cacat, atau bekas dan tercemar tanpa memberikan informasi

secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.

3. Pelaku usaha dialrang memperdagangkan persedian farmasi

dan pangan yang rusak cacat, atau bekas dan tercemar tanpa

memberikan informasi secara lengkap dan benar .

4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1)

Dan( 2) dilarang memperdagangkan barang dan jasa

tersebut dan wajib menariknya dari peredaran.

b. Pasal 9

1. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan,

mengiklankan suatu barang dan atau jasa secara tidak

benar.

2. Barang dan atau jasa sebagaimana yang dimaksud ayat (1)

Dilarang untuk diperdagangkan.

3. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat

(1) dilarang melanjutkan penawaran, promosi, dan

pengiklanan barang dan jaa tersebut.

c. Pasal 10

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan jasa yang ditunjuk untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan,

Mengiklankan atau membaut pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan

d. Pasal 11

Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melelui cara obral atau

lelang, dilarang mengelabui atau menyesatkan konsumen

(25)

Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan suatu barang dan atau jasa dengan harga atau tariff khusu dalam waktu dan jumlah tertentu jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan atau diiklankan.

f. Pasal 13

1. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau

mengiklankan suatu barang dan atau jasa dengan cara

menjanjikan pemebrian hadiah berupa barng atau jasa lain

secara Cuma-Cuma dengan maksud tidak memberikannya

atau memberikan tidak sebagaiman yang dijanjikannya.

2. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau

Mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makan, alat

kesehatan dan jasa pelayanan kesehatan denga cara

menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan jasa lain.

g. Pasal 14

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa yang

ditujukan diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui

cara undian.

h. Pasal 15

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa dilarang

melakukan dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat

menimbulkan gangguan, baik fisik maupun psikis terhadap

konsumen.

i. Pasal 16

Palaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa melalui

pesanan dilarang untuk;

1. tidak menepati pesanan dan atau kesepakatan waktu

penyelesaian sesuai denga yang dijanjikan

2. tidak menepati janji atas suatu pelayanan da atau prestasi

j. Pasal 17

1. Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan

2. Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran

iklan yang telah melanggar peraturan pada ayat (1)

2. Ketentuan Perncantuman Klausula Baku (Pasal 18)

a. Pelaku uasaha dala menawarkan barang dan atau jasa yang dipertunjukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen

b. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas atau yang pengungkapannya sulit dimengerti

c. Setiap klausula baku yang ditetapkan oleh pelaku usaha pada konsumen atau pada perjanjian yang memenuhio ketentuan sebagai dimaksud pada ayat(1)dan ayat(2) dinyatakan batal demi hukum.

d. Pelaku usaha wajib menyelesaikan klausula baku yang bertentangan dengan undang-undang ini.

(26)

3. Tanggung Jawab Palaku Usaha

a. Pasal 19

1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi

atas kerusakan, pencemaran dan atau kerugian konsumen

akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan

atau diperdagangkan.

2. Ganti rugi sebgaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

Pengembalian barang dan atau jasa yang sejenis atau serta

nilainya atau perawatan kesehatan dan atau pemberian

santunan yang sesuai dengan ketetntuan peraturan

perundang-undang yang berlaku.

3. pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7

Hari setelah tanggal transaksi

4. Pemberian ganti rugi sebagaimana diamksud pada aayt (1)

dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya

tuntutan pidana berdasarkan pembuktian labih lanjut

mengenai adanya unsure kesalahan.

5. Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

Tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan

bahwa kesalahan tersebut kesalahan konsumen.

b. Pasal 20

Pelaku usaha periklanan bertantungg jawab atas iklan yang diproduksi dan

segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersbt c. Pasal 21

1. Importir barang bertanggung jawab sebagi pembuat barang

Yang diimpor apabila importasi barang tersebut tidak

dilakukan oleh agen atau perwakilan produsen luar negeri.

2. Importir jasa bertanggung jawab sebagi penyedia jasa asing

Apabila penyediaan jasa asing tersebut dilakukan oleh agen

atau perwakilan penyedia jasa asing.

d. Pasal 22

Pembuktian terhadap ada tidaknya unsure kesalahan alam kasus

Pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (4) pasal 20

dan pasal 21 merupakan beban dan tanggung jawab pelaku

usaha tanpa menutup kemungkinan bagi jaksa melakukan

pembuktian .

e. Pasal 23

Pelaku usaha yang menolak dan atua tidak memberi tanggapan

dan atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen

sebagaimana dimaksud pasal 19 ayat(1), (2), (3) dan (4) dapat

digugat melalui badan penyelesaian badan sengketa konsumen

atau mengajukan kebadan peradilan ditempat kedudukan

konsumen.

f. Pasal 24

1. Pelaku usaha yang menjual barang atau jasa kepada pelaku

(27)

gugatan konsumen.

2. Pelaku usaha sebagimana pada ayat(1) dibebaskan dari

tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan gugatan

konsumen apabila pelaku usaha lain yang membeli barang

dan atau jasa menjual kembali kepada konsumen dengan

melakukan perubahan atas barang dan atau jasa tersebut.

g. Pasal 25

1. Pelaku usaha yang memproduksi barang yang pemanfaatan

Berkelanjutan dalam waktu sekurang-kurangnya 1 Tahun

Wajib menyediakan suku cadang dan atau fasilitas

Purnajual dan memenuhi jaminan atau garansi sesuai

dengan yang dijanjikan.

2. Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertanggung jawab atas tuntutan rugi dan atau gugatan

konsumen.

h. Pasal 26

Pelaku usaha yang memperdagangakan jasa wajib memenuhi

Jaminan dan garansi yang disepakati dan atau yang

diperjanjikan.

i. Pasal 27

Pelaku usaha yang memproduksi barang dibebaskan dari

tanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen.

j. Pasal 28

Pembuktian terhadap ada tidaknya unsure kesalahan dalam

Gugatan ganti rugi sebagaimana dalam pasal 19,22,dan 23

merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha.

Maksud dan tujuan pengawasan peredaran barang dan jasa antara lain sebagai

berikut;

a. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negative pemakian barang dan

atau jasa yang beredar dipasar.

b. Menumbuh kembangkan pelaku usaha yang jujur dan

bertanggung jawab

c. Mendorong tersedianya barang yang sesuai dengan standar

mutu dan persyaratan yang diwajibkan mutu sesuia Standar

Nasional Indonesia (SNI) Wajib.

d. Menciptakan iklim berusaha yang sehat didalam negri

e. Pengamanan pasar dalam negeri.

f. Mengurangi beredarnya barang impor laegal

g. Menarik Investor

h. Meningkatkan persaingan usaha dan menghindari praktik

monopoli.

Pengawasan barang dan jasaa yang beredar dipasar didasarkan atas hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu berikut ini;

(28)

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan

Konsumen.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang

pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan

Konsumen.

c. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 634/

MPP/Kep/9/2002tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan

Barang Beredar dan atau Jasa yang Beredar di Pasar.

Kegiatan pengawasan barang dan atau jasa sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 634/MPP/Kep/9/2002 dapat dilakuakan sebagi berikut.

a. Pengawasan berkala terhadap barang dan jasa yang beredar di

pasar dalam memenuhi standar mutu produk, pencantuman

label, klausula baku, pelayanan purnajual, cara menjual.

b. Pengawasan khusus dilakukan sebagai tindak lanjut dari

pengawasan berkala, adanya pengaduan masyarakat/LPKSM

yang memerlukan penanganan secara cepat atau adanya dugaan

terjadinya tidak pidana di bidang perlindungan konsumen.

c. Penegakan hukum melalui penyidikan dilakukan sebagai tindak

lanjuti dari hasil pengawasan khusus, adanya pengaduan

masyarakat / petugas atau diketahui tindak pidana dibidang

perlindungan konsumen oleh PPNS.

d. Penyusunan prioritas pengawasan dengan memperhatikan

aspek keselamatan, keamanan, kesehatan dan lingkungan,

dikonsumsi dan atau digunakan oleh masyarakat banyak,

produk yang telah memiliki standar termasuk SNI baik wajib,

sukarela, maupun standar lain yang dipersyaratkan oleh

pemerintah.

e. Koordinasi lintas sektoral baik didaerah maupun dengan pusat

dilakukan dalam rangka pelaksanaan pengawasan terhadap

barang dan atau jasa yang beredar di pasar.

f. Penyedian SDM, sarana penunjang dalam mendukung

pelaksanaan, pengawasan.

B. Kode Etik APLI Bagian 2 tentang Perilaku terhadap Konsumen.

Pada subkompetensi 2 sebelumnya, telah membahas kode

etik APLI tentang perilaku terhadap konsumen. Dalam subkompetensi sekarang, akan dibahas perilaku terhadap penjual langsung dan perilaku antar perusahaan yang melakukan proses penjualan

1. Perilaku terhadap Penjual Langsung

a. Ketaatan penjual langsung

b. Perekrutan

c. Informassi bisnis

d. Pernyataan penghasilan

(29)

f. Iuran

g. Pemutusan hubungan

h. Persedian produk

i. Penghitungan dan imbalan

j. Pendidikan dan pelatihan

k. Jaminan layanan purnajual

l. Praktik-praktik terlarang

2. Perilaku Antar Perusahaan

a. Azas

b. Bujukan

c. Pencemaran nama baik

C. Segmentasi Pasar, Targeting, dan Positioning

Dalam menentukan segmentasi pasar agar pengelompokan pasar dapat berjalan dengan efektif dan mengena.Apabila kita menentukan dari salah satu segmen pasar tersebut, maka akan dapat ditentukan jenis produk dan harga produk yang panas.

1. Segmentasi Pasar

Adalah pengelompokan pasar menjadi kelompok - kelompok

konsumen yang homogen, yang dalam tiap kelompok dapat dipilih

sebagai pasar yang dituju untuk pemasaran suatu produk. Misalnya

dengan penentuan Life style, yaitu sebagai berikut.

a. Life style adalah suatu pola kehidupan yang dibentuk melalui

pengaruh-pengaruh psikologis, sosial, pengalaman hidup, dan

lingkungan dimana orang tersebut berada.

b. Dengan mengetahui aktivitas, kesenangan, dan opini dari

konsumen, memungkinkan retailer untuk memilih produk -

produk yang sesuai dengan gaya hidup konsumen dan

membangun image dari retailer yang bersangkutan

c. Membangun satu jalur produk yang sesuai dengan gaya hidup

konsumen.

Untuk mengevaluasi produk-produk yang life style maka retailer harus

memperhatikan hal-hal berikut;

a. Mengidentifikasi target market berdasarkan gaya hidup

konsumen

b. Menentukan life style dari segmen konsumen mana yang sesuai

dengan image produk yang ditawarkan

c. Mengevaluasi bagaimana produk-produk yang ditawarkan

mampu memberikan kepuasan bagi konsumennya.

2. Targeting(target pasar)

Target pasar adalah memeilih kelompok konsumen mana yang

akan dilayani.

3. Positioning

Setelah dapat ditentukan target pemasarannya dengan pasti

kemudian tentukan sikap, tindakan dan kedudukan sesuai

(30)

a. Produk

b. Harga

c. Place

d. Promosi

D. Pengetahuan tentang Barang

Semua produk fresh harus benar-benar dijaga dengan baik karena meiliki masa kadaluwarsa yang relative singkat. Berikut adalah uraian tenetang produk-produk fresh .

1. Vegetable (sayuran)

Sayur – mayor diantaranya meliputi;

a. Sayuran daun

b. Sayuran buah dan bunga

c. Sayuran umbi dan akar

d. Sayuran beku

e. Jamur

2. Fresh Fruit ( Bauh)

Buah diantaranya meliputi;

a. Buah lokal yaitu buah-buahan dari dalam negeri seperti jeruk

bali, slak jogja, durian dsb

b. Buah impor yaitu buah- bauhan yang berasal dari luar negeri.

seperti kurma, apel, pear, mangga tahiland dsb

3. Fresh Meat ( Daging)

Produk fresh ini memiliki masa kadaluwarsa yang sangat singkat

apabila tidak diolah atau dibekukan. Produk ini meliputi;

a. daging ayam

b. daging sapi

c. ikan

d. decatessen

4. Dairy Product

Dairy Product yaitu produk susu dan produk yang berasal dari

pengolahan susu. Dairy terdiri atas;

a. Dairy lokal misalnya susu mentah,susu cap kuda liar sumbawa

b. Dairy internasional, mislanya youghurt, butter, keju dsb

5. Frozen

Frozen yaitu barang-barang yang dibekukan,misalnya

a. daging yang masih segar atau baru datang dari supplier

b. sayuran yang masih segar

c. chicken nugget

d. ice cream dsb

E. SOP ( Standar Operating Procedure) Penataan Produk Fresh

Standar Operating Procedure (SOP) penataan produk fresh tidak jauh berbeda

dengan penataan supermarket dan penataan produk fashion. Perbedaanya hanya dalam alat atau tempat pemajangan produk.Selain itu tempat yang digunakan untuk penataan produk fresh ini biasanya dibuat suatu ruangan seperti dapur umum yang lataknya agak jauh dari keramaian. Peralatan dan perlengkapan display departemen fresh yang diperlukan adalah sebagai berikut;

(31)

1. Peralatan dan perlengkapan display sayuran a. Showcase b. Try nampan c. Pisau d. Talenan e. Mesin wrapping f. Cool room g. Tali h. Label i. POP

2. Peralatan dan perlengkapan display buah-buahan

a. Showcase

b. Bins

c. Cool room

d. Label

3. Peralatan dan perlengkapan display daging

a. Showcase

b. Frozen island

c. Nampan

d. Es serut

e. Mangkuk

f. Potongan jeruk nipis

g. Plastik wrapping

h. POP

i. Label

j. Nampan

4. Peralatan dan perlengkapan display dairy

a. Frozen island b. Showcase c. Rak d. Tag Harga e. Plastik wrapping f. Chiller g. Lampu h. Label

F. Merancang Lay Out ( Tata Letak) Toko

1. Pengertian Lay Out ( Tata Letak ) dalam Toko

Lay Out adalah pemetaan area yang dirancang(design) sebagai tempat menjual suatu barang untuk membantu konsumen berbelanja dan mempengaruhi pencarian barang yang akan dibeli.Adapula barang-barang yang dipajangkan secara tertutup(closed

(32)

display) dimana konsumen tidak dapat menghamiri, memegang, meneliti, kecuali atas bantuan petugas penjualan. Hal ini bertujuan untuk melindungi barang dari perncurian,kerusakan, dsb.

2. Fungsi dan Tujuan Lay Out

Lay out berfungsi sebagai pengalokasikan tempat perbelanjaan

Dan pengelompokan produk sesuai dengan kategorinya.Adapun tujuan lay out adalah untuk membantu konsumen dalam berbelanja terhadap barang yang di kehendaki.

3. Pengaturan Ruangan

Pengaturan ruangan anatar toko tradisional dan toko modern ( departemen store), sangat berbeda. Pengaturan raungan toko tradisonal tidak sebaik toko modern. Toko tradisional tidak memiliki ruangan khusus dan pengelompokan barang. Berbeda dengan departemen store atau toserba, dimana toko tersebut dikelola dengan baik, penempatan dan pengelompokkan barang jelas sehingga konsumen dengan mudah untuk melayani sendiri(self service).

Kategori dan spesifikasi barang disesuaikan dengan jenisnya dan penataan produk sesuai prosedur perusahaan. Berikut ini diuraikan syarat utama dari ruangan yang baik;

a. Adanya Ventilasi atau saluran uadara yang baik

b. Adanya etalase

c. Adanya ruang informasi

d. Adanya ruang tempat penitipan barang e. Adanya ruang keamanan

f. Adanya ruang pamer yang memadai g. Adanya ruang coba(fitting room) h. Adanya ruang tunggu

i. Adanya toilet atau kamar kecil umum j. Adanya ruang administrasi

k. Adanya gudang( tempat penyimpanan barang persedian)

4. Hal- hal yang Perlu Diperhatikan dalam Lay Out

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tata letak dalam toko adalah sebagai berikut;

a. Memposisikan produk sesuai dengan kategorinya

b. Pembagian area penjualan berdasarkan pengelompokan produk c. Penempatan posisi kassa berada dipintu keluar

d. Tata letak yang satu dengan yang lain dibatasi dengan lorong minimal 120 cm

e. Tata letak rak diatur dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlihat ada area yang kosong.

G. Merawat Display Produk Agar Bersih dan Rapi

Dalam merawat display produk,khusunya departemen fresh

memperhatikan keadaan disekelilingnya. Perawatan ini tidak hanya perawatan produk saja, tetapi juga meliputi semua kegiatan dalam perdangan, misalnya perawatan counter , alat display, ruangan dan sebagainya.

(33)

1. Perawatan Sayuran

Perawatan sayuran adalah sebagai berikut;

a. Showcase dan ruangan persiapan tidak boleh kotor dan berbau

b. Nampan, pisau, talenan, mesin wrapping dan perlengkapan lainya

harus bersih dan disimpan pada tempatnya.

c. General cleaning seminggu sekali untuk counter dan ruang

persiapan.

d. Menjaga suhu showcase dan cool room

e. Membuat produk olahan

f. Mencatat pemusnahan barang dan perubahan bentuk setiap hari

2. Perawatan Buah- Bauahan

Perawatan buah-buahan adalah sebagai berikut

a. Showcase, bins, cool room dan ruangan persiapan harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak bau

b. Semua perlengkapan yang telah digunakan dibersihkan kembali

dan disimpan ditempatnya

c. Dalam penyimpanan stok harus memperhatikan arus perputaran barang (FIFO), ketahanan penyimpanan suhu dan mencantumkan

tanggal penerimaan barang paada dus atau peti.

d. Membuat produk olahan dan special prize dengan memanfaatkan produk yang sudah tidak layak pajang tetapi masih layak makan. e. Mencatat pemusnahan dan perubahan bentuk

3. Perawatan Daging

Perawatan daging dapat dilakuakan sebagi berikut;

a. Daging yang dijual sebaiknya berasal dari rumah potong hewan yang berizin resmi sesuai dengan standar pemotongan dan

sertifikat halal.

b. Produk yang dijual harus memenuhi standar kesehatan, tidak mengandung penyakit, busuk, tidak beracun, dan tidak kotor. c. Daging sapi dijual sesuai dengan bentuk yang dikenal peta daging, misalnya has dalam, sengkel, dsb

d. Daging ayam dijual berupa potongan atau utuh

e. Menjual berbagai jenis lokal maupun impor dengan berbagai

variasi, misalnya daging yang sudah diolah dan diberi bumbu,

daging yang sudah di –slice, dsb.

f. Produk yang diterima dari supplier harus memenuhi standar

kualitas supermarket.

g. Produk yang diterima dari supplier harus segera diproses, baik

untuk distok maupun untuk dipajang.

h. Untuk daging ayam, ikan,dan sosis dapat dicuci denga aiar dingin kecuali daging sapi tidak boleh dicuci

4. Perawatan Dairy

Perawatan produk dairy dpat dilakukan sebagai berikut;

a. Pada saat memajang ulang atau pengisian, periksa dengan teliti

Referensi

Dokumen terkait