• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP MIKROSEFALUS.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP MIKROSEFALUS.docx"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1.

1. Konsep PenyakitKonsep Penyakit 1.1.

1.1. Anatomi (Gambar) dan FisiologiAnatomi (Gambar) dan Fisiologi 1.1.1.

1.1.1. Anatomi OtakAnatomi Otak

1.1.2.

1.1.2. Fisiologi OtakFisiologi Otak 1.1.2.1.

1.1.2.1. Cerebrum Cerebrum (Otak B(Otak Besar)esar)

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran,  perencanaan,

 perencanaan, memori memori dan dan kemampuan kemampuan visual. visual. KecerdasanKecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Cerebrum secara terbagi menjadi empat bagian yang disebut Lobus. Cerebrum secara terbagi menjadi empat bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah:

masing adalah: a.

a. Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depanLobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan,  penyelesaian

 penyelesaian masalah, masalah, memberi memberi penilaian, penilaian, kreativitas, kreativitas, kontrolkontrol  perasaan, kontrol perilaku

 perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan seksual dan kemampuan bahasa secarabahasa secara umum.

umum.  b.

 b. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan prosesLobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit. c.

c. Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan denganLobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

(2)

d. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf  di  bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.

1.1.2.2 Cerebellum (Otak Kecil)

Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol  banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau  posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci  pintu dan sebagainya.

Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan  pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan  baju.

1.1.2.3 Brainstem (Batang Otak)

Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang  punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu  fight or flight   (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.

Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a. Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

 b. Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

c. Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke  pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang

(3)

1.2. Definisi penyakit

Mikrosefali adalah kasus malformasi kongenital otak yang paling sering dijumpai. Ukuran otak pada kasus ini relatif amat kecil, dan karena pertumbuhannya terhenti maka ukuran tengkorak sebagai wadahnya pun juga kecil (sebenarnya nama yang lebih tepat adalah mikroensefalus). Perbandingan berat otak terhadap badan yang normal adalah 1 : 30, sedangkan pada kasus mikrosefalus, perbandingannya dapat menjadi 1 : 100. Bila kasus bisa hidup sampai usia dewasa, biasanya berat otaknya hanya kurang dari 900 gram (bahkan ada yang hanya 300 gram).

Mikrosefalus adalah kelainan otak dengan ukuran kepala lebih kecil dari ukuran kepala rata-rata berdasarkan umur dan jenis kelamin. Kepala dikatakan lebih kecil  jika ukuran lingkar kepala kurang dari 42 cm atau lebih kecil dari standar deviasi 3

dibawah angka rata-rata.

Mikrosefali adalah cacat pertumbuhan otak secara menyeluruh akibat abnormalitas  perkembangan dan proses destruksi otak selama masa janin dan awal masa bayi.

Ukuran kepala lebih dari 3 standart deviasi di bawah rata-rata.

Mikrosefalus seringkali terjadi akibat kegagalan pertumbuhan otak pada kecepatan yang normal. Beberapa penyakit yang mempengaruhi pertumbuhan otak dapat menyebabkan mikrosefalus. Mikrosefalus seringkali berhubungan dengan keterbelakangan mental. Mikrosefalus dapat terjadi setelah infeksi yang menyebabkan kerusakan otak pada bayi yang sangat muda (misalnya: meningitis dan meningoensefalitis).

1.3. Etiologi

 Kelainan genetic

 Kekurangan oksigen setelah paparan kelahiran dan kehamilan   Narkoba dan alkohol.

 Infeksi dan/atau intoxikasi

 Rudapaksa dan/atau sebab fisik lain

 Gangguan metabolisme, pertumbuhan gizi atau nutrisi  Penyakit otak yang nyuata (kondisi setelah lahir/post natal)

 Akibat penyakit atau pengaruh sebelujm lahir (pre-natal) yang tidak diketahui.  Akibat kelainan kromosommal.

 Gangguan saat kehamilan (gestational disorders)

 Gangguan pasca psikiatrik/gangguan jiwa berat (post –  psychiatrik disorsers)  Pengaruh lingkungan

 Kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan 1.4. Patofisiologi dan Pathway

1.4.1. Patofisiologi

Mikrosefali diklasifikasikan kedalam tiga kelompok, se suai penyebabnya:  Mikrosefali primer jinak berkaitan dengan faktor genetik. Mikrosefali

genetik ini termasuk mikrosefali familial dan mikrosefali akibat aberasi khromosom.

 Mikrosefali akibat penutupan sutura prematur (kraniosinostosis). Jenis mikrosefali ini berakibat bentuk kepala abnormal, namun pada kebanyakan kasus tak ada anomali serebral yang jelas.

(4)

 Mikrosefali sekunder terhadap atrofi serebral. Mikrosefali sekunder dapat disebabkan oleh infeksi intrauterin seperti penyakit inklusi sitomegalik, rubella, sifilis, toksoplasmosis, dan herpes simpleks; radiasi, hipotensi sistemik maternal, insufisiensi plasental; anoksia; penyakit sistemik maternal seperti diabetes mellitus, penyakit renal kronis, fenilketonuria; dan kelainan perinatal serta pascanatal seperti asfiksia, infeksi, trauma, kelainan  jantung kronik, serta kelainan paru-paru dan ginjal. Jenis mikrosefali ini  berhubungan dengan retardasi mental dalam berbagai tingkat.

(5)

1.5. Manifestasi Klinis atau Tanda dan Gejala

Kepala lebih kecil dari pada normal, sekunder akibat jaringan otak yang tidak tumbuh. Kadang-kadang ubun-ubun besar terbuka dan kecil. Didapatkan retardasi mental. Mungkin didapatkan pula gejala motorik berupa diplegia spastik, hemiplegia dan sebagainya. Terlambat bicara dan kadang-kadang didapatkan kejang. Tampilan kasus mikrosefallus yang khas adalah tulang frontal dan fosa ante rior yang kecil. Gejala yang muncul pada bayi:

 Keterbelakangan mental

 Tertunda fungsi motorik dan bicara  Kelainan wajah

 Perawakan pendek (pendek tidak tinggi)  Hiperaktif

 Kejang

 Kesulitan dengan koordinasi dan keseimbangan  Kelainan neurologis

1.6. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik  Pemeriksaan fisik penderita  Pemeriksaan kromosom  Ultrasonografi (USG)  Ekokardiogram (ECG)

 Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling) 1.7. Terapi atau Pengobatan

Terapi bersifat simptomatik yaitu antikonvulsan, fisio terapi, speech terapi.

Tidak satupun bentuk mikrosefali dapat diobati, perawatan berfokus pada cara-cara untuk mengurangi dampak neurologis terkait cacat.

1.8. Prognosisis Penyakit

 bayi yang dilahirkan dengan mikrosefali biasanya tidak bisa hidup lama, beberapa langsung meninggal setelah lahir, dan kebanyakan dari mereka yang masih bisa hidup mengalami retardasi mental dan kelainan motorik seperti hemiplegia, diplegia spastik. Mikrosefali biasanya disertai dengan kelainan-kelainan lain sebagai suatu sindrom.

1.9. Komplikasi

Komplikasi tertentu dari Mikrosefali, seperti kejang atau hiperaktif, dapat dikelola dengan obat.

2. Konsep Asuhan Keperawatan 2.1. Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat Data subyektif

1) Ibu klien mengatakan “anak saya tidak ada aktivitas selain barin g da 2) menggerakkan tubuhnya”

Data obyektif

1) Klien tampak takipnea pada keadaan baring rata

2) Perubahan posisi klien tampak seutuhnya dilakukan oleh keluarga 3) Tampak terpasang O2 1 liter/jam

(6)

 b. Sirkulasi

Data subyektif

1) Ibu klien mengatakan “anak lahir dengan kepala kecil”

2) Ibu klien mengatakan “saya duga anak saya duga penyakit paru- paru”

3) Ibu klien mengatakan “pertumbuhan anak saya berbeda dengan anak yang lainnya”

Data obyektif 1) Lingkar kepala

2)  Napas terdebgar Rales dengan frekuensi napas 48x/menit 3) Klien tampak tidak ada pertahanan tubuh yang kuat

c. Integritas Ego Data subyektif

1) Ibu klien mengatakan “anak saya tergantung pada kami” d. Eliminasi

Data subyektif

1) Bapak klien mengatakan “anak ngompol 5x”

2) Bapak klien mengatakan “anak saya sudah BAB hancur 4x” 3) Orangtua klien mengatakan “banyak dahak putih di mulut anak” Data obyektif

1) Urine tampak encer, pucat dan ngompol, feses warna kuning 2) Abdomen rata

3) Bising usus 30x/menit

4) Tampak ada asepto menghisap lender e. Makanan/Cairan

Data subyektif

1) Keluarga klien mengatakan “anak saya tidak mampu makan/minum” Data obyektif 1) BB=5,5 kg. BB turun 2 kg 2) Ada SH dan IV 3) Kulit DBN f. Hygiene Data subyektif

1) Bapak klien mengatakan “saya selalu membersihkan anak saya” Data obyektif

1) Klien tampak bersih g. Neurosensori

Data subyektif

1) Ibu klien mengatakan “klien kadang kejang-kejang sebentar Data obyektif

1) Otot seluruh tubuh tampak spasme 2) Tangan tampak mengepal

3) Tampak tegang h. Pernapasan

Data subyektif

1) Keluarga mengatakan “anak saya susah bernapas dan sering batuk” Data obyektif

1)  Napas terdengar Rales kuat dengan frekuensi napas 48x/menit 2) Terpasang O2 dan SH

(7)

4) Tampak sputum putih di dalam mulut klien i. Interaksi social

Data subyektif

1) Ibu klien mengatakan “anak saya bisa melihat kepada orang yang berbicara pada anaknya”

Data obyektif

1) Tampak melihat kearah suara yang memanggil nama klien 2) Klien tampak sangat disayangi oleh keluarga

2.2.Diagnosa keperawatan

1) Bersihan jalan napas takefektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum 2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan  penurunan

status mental/tingkat kesadaran 2.3 Intervensi

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria hasil Intervensi Rasional

Bersihan jalan napas takefektif  b.d peningkatan  produksi sputum Tujuan: Ventilasi dan oksigen adekuat untuk kebutuhan individu Kriteria: Menunjukkan  perilaku mencapai  bersihan jalan napas 1. Kaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan gerakan dada 2. Penghisapan sesuai

indikasi

3. Bantu mengawasi efek  pengobatan nebuliser dan

fisioterapi lain, mis., spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, drainase postural.

4. Lakukan diantara waktu makan dan batasi cairan  bila mungkin.

5. Kolaborasikan

1. Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada simetris sering terjadi karena

ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru. 2. Merangsang

 batukpembersihan  jalan napas secara

mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena  batuk takefektif atau  penurunan tingkat kesadaran 3. Memudahkan  pengenceran dan  pembuangan sekret. Koordinasi  pengobatan/jadwal dan majukan oral mengurangi muntah karena batuk,  pengeluaran sputum. 4. alat untuk mengurangi spasme  bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki  batuk dengan mengurangi ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara

(8)

hati-hati, karena dapat mengurangi upaya  batuk/menekan  pernapasan 5. mengkolaborasikan dengan dokter dan  poteker. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d  penurunan status mental/tingkat kesadaran Tujuan: Masukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu Kriteria: BB  progresif kearah tujuan dengan nilainya bebas dari nutrisi.

. Kaji status nutrisi secara kontinue, selama

 perawatan setiap hari,  perhatikan tingkat energi;

kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk

makan/anoreksia.

. Timbang BB setiap hari dan bandingkan dengan BB saat penerimaan. . Dokumentasikan masukan

oral slama 24 ja, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.

. Berikan larutan nutrisi  pada kecepatan yang

dianjurkan melalui alat kontrol infus sesuai kebutuhan. Atur kecepatan pemberian setiap jam sesuai anjuran. Jangan meningkatkan kecepatan untuk “mencapai”.

. Pertahankan retensi selang pemberian makan enteral dengan membilas air hangat, sesuai indikasi

1. memberikan kesempatan untuk mengobservasi  penyimpangan dari normal/dasar pasien dan mempengaruhi  pilihan intervensi. 2. Membuat data dasar,

membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik, dan menyadarkan  perawat terhadap ketidaktepatan kecendrungan dalam  penurunan/penambah an BB. 3. Mengidentifikasikan ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual. 4. Ketentuan dukungan

nutrisi didasarkan  pada perkiraan kebutuhan kalori dan  protein. Kecepatan konisten dari  pemberian nutrisi akan menjamin  penggunaan tepat dengan efek samping lebih sedikit, seperti hiperglikemia/sindro m dumping. 5. Formula enteral mengandung protein yang menghambat selangpemberian makan (silikon) mungkin daripada selang poliuretan yang memerlukan  pembuangan/perganti an selang.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Tahun kedua adalah pengadaan dan integrasi terowongan angin dengan peralatan pendukung yaitu sistem PIV (Particle Image Velocimetry) untuk meningkatkan kemampuannya dalam

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor pada bulan Februari s/d April 2012 dan merupakan rancangan yang bersifat deskriptif korelasional tentang

Perbandingan Untuk Siswa Kelas VII dengan Pendekatan Kontekstual” (Skripsi Sarjana, Program Studi Pendidikan Matematika UN Yogyakarta, 2015)... indikator atau beberapa

lunak Microsoft Visual Basic 6 yang bekerja dalam Windows 2003 telah dibangun untuk menganalisa imej lalu lintas dalam bentuk video untuk mendeteksi kenderaan,

11 Masa lalu merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, terangkum menjadi sebuah ingatan yang diaktualisasikan menjadi sebuah cerita suka duka yang dimuat dalam karya

Dengan mengetahui adanya perbedaan efek antara metil prdnisolon tunggal dengan kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat terhadap perbaikan klinis pasien Bell’s palsy,

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga tesis dengan judul EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL DALAM PELATIHAN

Dalam penelitian, observasi dikelompokkan sebagai penelitian ilmiah apabila observasi tersebut secara khusus dirancang untuk menjawab sebuah