• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN WEBS SERAT ALGINAT/POLIVINIL ALKOHOL HASIL PROSES ELEKTROSPINING UNTUK PEMBALUT LUKA PRIMER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN WEBS SERAT ALGINAT/POLIVINIL ALKOHOL HASIL PROSES ELEKTROSPINING UNTUK PEMBALUT LUKA PRIMER"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 2

Theresia Mutia , Rifaida Eriningsih

1 2

Balai Besar Pulp dan Kertas , Balai Besar Tekstil @yahoo.com ABSTRAK

Alginat digunakan di bidang bio medis, antara lain sebagai bahan baku pembalut luka primer (kontak langsung dengan luka) karena bersifat nontoksik, biodegradable, biocompatible dan dapat mempercepat pertumbuhan jaringan baru. Produk tersebut mulai diteliti sebagai biomaterial dengan teknologi elektrospining. Serat - serat hasil elektrospining berukuran diameter <100 nm - 500 nm, umumnya digolongkan sebagai serat nano. Polimer alginat tidak dapat membentuk serat nano, sehingga harus dicampur dengan polimer lain, misalnya PVA (polivinil alkohol). Dari penelitian terdahulu diperoleh membran alginat yang dapat digunakan sebagai pembalut luka, tetapi dengan metoda elektrospining, maka akan diperoleh membran berkualitas lebih tinggi karena mempunyai luas permukaan yang sangat besar dan berpori. Untuk itu dilakukan penelitian pembuatan webs (lembaran tipis) atau membran dari serat alginat/PVA melalui teknologi elektrospining, karena metodanya mudah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pembalut luka berskala mikro hingga nano. Percobaan dilakukan dengan mengunakan variasi komposisi larutan pintal Alginat 3%/PVA 10% ( 7/3, 6/4, 5/5, 4/6, 3/7), jarak (10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm) dan tegangan (12 KVA, 15 KVA, 18 KVA, 23 KVA). Pengujian terhadap produk akhir meliputi analisa gugus fungsi, analisa struktur mikro, uji resistensi terhadap mikroba dan uji pre klinis. Hasil penelitian menunjukkan proses elektrospining menggunakan larutan Alginat 3%/PVA 10% 4/6, pada tegangan 15 KVA dengan jarak 15 cm, akan menghasilkan webs serat dengan ukuran diameter mayoritas antara 100 nm - 300 nm. Selain itu, produk tersebut bersifat anti bakteri dan lolos uji pre klinis, karena tidak menyebabkan iritasi serta dapat berfungsi sebagai pembalut luka dengan kualitas yang lebih baik dibanding pembalut luka alginat konvensional, yaitu mampu mempercepat penyembuhan luka dari 24 jam menjadi 1 jam.

Kata kunci : webs (membran), serat alginat/PVA, elektrospining, pembalut luka, biomedis

ABSTRACT

Alginate used in the field of bio-medical application, among others as a primary wound dressing (direct contact with the wound) because it is nontoxic, biodegradable, biocompatible and can accelerate the growth of new tissue. This product is being investigated as a biomaterial electrospun. Fiber produced by electrospining method with diameter less than 100 nm – 500 nm is generally classified as nano fibers. Alginate polymer fiber can not form a nano, so it must be mixed with other polymers such as PVA (polyvinyl alcohol).From the last study known that alginate membrane can be used as a primary wound dressing, but with electrospinning method will be produced a higher quality membran because it has a very large surface area and porous.This study was done making webs (thin sheet) or membrane of alginate/PVA fibers through electrospinning technology, because the method is easy. The goal is was to get micro to nano scale composite membrane for primary wound dressing. The experiments were performed using a variation of the composition of the spinning solution of 3% Alginate / 10%PVA (7/3, 6/4, 5/5, 4/6, 3/7), distance (10 cm, 15 cm, 20 cm, 25 cm ) and voltage (12 KVA, 15 KVA, 18 KVA, 23 KVA). Tests on final product included the analysis of chemical functional groups, analysis of the microstructure, resistance to microbial testing and pre-clinical trials.The results showed electrospinning process using a solution of 3% Alginate/10% PVA 4/6, at a voltage 15 KVA with a distance of 15 cm, will produce webs which dominated by fibers from 100 nm to 300 nm. Furthermore, the end product showed antibacterial activity and passed pre clinically test, because it didn't cause irritation and could be function as a primary wound dressing with higher quality than conventional alginate wound dressing, i.e. accelerated wound healing from 24 hours to 1 hour. Key word : webs, alginate/PVA fibers, electrospinning, wound dressing, biomedic

theresia.mutia

BAB I. PENDAHULUAN antara lain harus bersifat nontoksik, tidak menyebabkan alergi, mudah disterilkan, Material tekstil yang digunakan di mempunyai sifat mekanik yang memadai, bidang medis terdiri dari serat, benang, kain kuat, elastis, awet (durability) dan dan produk nonwoven atau komposit. biocompatibility (kesesuaian alami). Serat Persyaratan utama untuk polimer bio-medis yang digunakannyapun bervariasi, baik

PENGGUNAAN

WEBS

SERAT ALGINAT/POLIVINIL ALKOHOL

HASIL PROSES ELEKTROSPINING UNTUK PEMBALUT LUKA PRIMER

(THE USE OF ELECTROSPUN WEBS FROM ALGINATE/POLYVINYL ALCOHOL

FOR PRIMARY WOUND DRESSING)

(2)

yang berasal dari alam maupun serat Polivinil alkohol (PVA) dengan rumus buatan. Pangsa pasar khusus, termasuk kimia [(C H OH) ] adalah polimer sintetik 2 4 x

tekstil medis diperkirakan akan berkembang yang diproduksi oleh hidrolisis dari polivinil lebih pesat lagi. Diantara tekstil medis yang asetat. PVA bersifat nontoksik dan larut akan berkembang antara lain adalah dalam air, sehingga banyak digunakan di

pembalut luka [1]. berbagai bidang, antara lain bidang medis

Pembalut luka berfungsi untuk menutupi dan farmasi [8]. Produk ini sangat sesuai luka, menghentikan pendarahan, menyerap untuk digunakan secara komersial dalam cairan yang keluar dari luka/ nanah, skala besar sebagai eksipien dalam mengurangi rasa sakit dan menyediakan berbagai produk farmasiseperti tablet salut, perlindungan untuk pembentukan jaringan tetes mata, biofermentasi dan topikal. PVA baru. Untuk luka biasa, penyembuhan akan bersifat kompatibel secara hayati dan terjadi dalam waktu sekitar 21 hari, sesuai untuk simulasi jaringan alami. Selain sedangkan untuk luka kronis adalah sekitar itu, PVA mempunyai permeabilitas oksigen 12 minggu [1]. Pembalut luka primer (yang yang baik, tidak bersifat imunogenik, dan kontak langsung dengan luka) saat ini pada memiliki sifat yang sangat baik dalam umumnya berbahan dasar karbohidrat, pembentukan film, pengemulsi dan dapat antara lain chitosan dan alginat [2, 3]. Dari dilembabkan [9].

bahan tersebut akan dihasilkan produk Serat nano dan elektrospinning pembalut luka yang berdaya serap tinggi, merupakan material dan teknologi yang mudah digunakan/dilepas, melindungi s a n g a t p e n t i n g u n t u k m e n u n j a n g t e r h a d a p s e r a n g a n b a k t e r i , d a p a t perkembangan di berbagai bidang, mempertahankan kelembaban di sekitar termasuk bidang biomedis, sehingga luka dan menutup luka. Beberapa pembalut penelitian bahan untuk dibuat serat nano luka modern menggunakan alginat sebagai semakin banyak dilakukan dalam rangka bahan bakunya, karena diketahui dapat mencari bahan yang bersifat kompetitif, mendorong pertumbuhan jaringan sel baru strategis dan ramah lingkungan untuk dan mengurangi peradangan, sehingga memenuhi kebutuhan manusia di masa mempercepat penyembuhan luka [1,2,4], yang akan datang [2,3,10,11].

selain itu alginat harganya relatif lebih Elektrospining adalah teknik pembuatan murah dibanding chitosan [2]. serat nano dengan memanfaatkan gaya Alginat yang terkandung dalam rumput elektrostatik sebagai pendorong larutan laut coklat merupakan polisakarida yang polimer ketika disuntikan dari sebuah jarum terdiri dari residu asam β - d manuronat dan (spineret) ke suatu kolektor (Gambar 1). asam α - l- guluronat [4]. Di Indonesia yang Pancaran larutan polimer berakselarasi ke paling banyak ditemukan adalah jenis arah kolektor memanjang dan menyebar Sargassum dan Turbinaria [5]. Alginat secara tidak beraturan dari spineret ke banyak digunakan untuk keperluan medis, kolektor. Pancaran larutan tersebut akan antara lain untuk bahan regenerasi menipis dan mengering seiring dengan pembuluh darah, kulit, tulang rawan, ikatan menguapnya pelarut, meninggalkan serat-sendi dan sebagainya. Hal ini disebabkan serat nano yang saling berhubungan satu karena sifatnya yang biodegradable dan dengan lainnya membentuk jaring-jaring biocompatible, antibakteri, nontoksik dan yang solid berupa webs [2,3,10]. Serat tidak menyebabkan alergi. Selain itu nano memiliki keunggulan tertentu digunakan pula sebagai pembalut luka, dibandingkan serat konvensional, yaitu karena berdaya absorpsi tinggi, dapat karena diameternya kecil, maka memiliki menutup luka dan dapat menjaga luas permukaan yang sangat besar. Dalam keseimbangan lembab di sekitar luka, dunia perdagangan serat nano adalah mudah digunakan/ dihilangkan, bersifat serat yang mempunyai diameter kurang elastis, tidak mengganggu/merusak dari 0,5 mikron (500 nm), sedangkan serat jaringan baru dan dapat mempercepat yang telah diproduksi dan diperdagangkan

(3)

300 nm [2]. Serat nano akhir-akhir ini mulai sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk popular dan dibuat dalam bentuk non- keperluan tertentu), dan membran alginat woven (webs), sehingga pembuatannya untuk pembalut luka dengan metoda tidak melalui proses pertenunan atau konvensional [13]. Adapun tujuannya

perajutan [10, 11]. adalah untuk mendapatkan produk dengan

kualitas yang lebih baik. Penelitian serupa mengenai komposit serat nano alginat (alginat/PEO) telah dilakukan, tetapi ditujukan untuk keperluan rekayasa jaringan [2], sedangkan penelitian lainnya yang mengarah pada pemanfaatan alginat untuk pembalut luka telah dilakukan namun tidak menggunakan teknologi nano [14]. Selain itu komposit alginat berukuran mikro hingga nano sebagai pembalut luka dan publikasinya secara rinci mengenai efeknya terhadap penyembuhan luka belum banyak dijumpai. Oleh karenanya diperlukan penelitian lebih lanjut, karena dengan menggunakan metoda elektrospining akan diperoleh membran berkualitas tinggi, karena memiliki luas permukaan yang besar dan berpori [2,3,10] Adapun pengujian yang dilakukan meliputi analisa gugus fungsi, Pembuatan serat mikro hingga nano analisa struktur mikro, uji resistensi dari larutan polimer alami, misalnya terhadap bakteri dan uji pre klinis.

chitosan, gelatin dan alginat tidak mungkin

dilakukan, karena sifat mekanik dari polimer BAB II. METODE PENELITIAN tersebut memiliki banyak kekurangan

dibanding polimer sintetik, sehingga sukar Bahan

u n t u k d i p r o s e s m e n g g u n a k a n Alginat (hasil ekstraksi rumput laut elektrospining. Oleh karenanya larutan coklat Sargassum sp.), aquades, PVA dan pintal/polimernya harus dicampur dengan alkohol p.a. grade.

polimer sintetik, seperti PVA atau PEO (polietilena oksida) [2,3,12]. Melalui

metoda elektrospining, dapat diperoleh Peralatan

webs (membran) dari serat alginat/PVA Mesin Elektrospining (Gambar 2), yang dapat digunakan sebagai scaffold peralatan gelas lengkap, neraca analitis dan pada rekayasa jaringan (tissue engineering) Ionizer (untuk sterilisasi). Adapun pada uji [2] atau webs serat chitosan/PVA untuk pre klinis digunakanjarum suntik biasa dari

pembalut luka [3]. syringe 5 ml dan 10 ml, Laminar Airflow dan

Dari uraian di atas, maka dilakukan r e s t r a i n e r ( k a n d a n g u n t u k k e l i n c i penelitian pembuatan webs alginat/PVA percobaan).

melalui proses elektrospining yang

diharapkan dapat digunakan sebagai Metoda

pembalut luka. Pada penelitian ini Larutan alginat (A) dan polivinil alhohol digunakan alginat, karena harganya relatif (PVA) dibuat dengan cara melarutkannya lebih murah dibanding chitosan. dalam aquades, kemudian kedua larutan P e n e l i t i a n i n i m e r u p a k a n tersebut dicampurkan dengan komposisi pengembangan dari penelitian terdahulu, tertentu (Tabel 1). Larutan spining (pintal) yaitu pembuatan serat nano dengan metoda tersebut kemudian dituangkan ke Syringe elektrospining [12] (hanya produk akhirnya u n t u k d i p r o s e s d e n g a n m e t o d a belum berhasil menghasilkan webs, elektrospining. Lembaran tipis berupa

Gambar 1. Pembuatan Serat Nano Dengan Metoda Elektrospining

(4)

webs yang terbentuk kemudian diuji (khusus Uji pre klinis

untuk uji pre klinis, dilakukan dulu proses

sterilisasi dengan alat Ionizer). Uji pre klinis dimulai dari persiapan kelinci yang akan diuji, persiapan peralatan yang diperlukan, pelaksanaan percobaan d a n p e m e l i h a r a a n s e t e l a h p r o s e s pendedahan (melukai kulit dengan cara menggoresnya dengan syringe 5 ml). Pendedahan dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku dan dilaksanakan di dalam ruangan sterilisasi (Laminar air flow) yang sesuai dengan persyaratan [18,19]. Adapun evaluasi terhadap adanya eritema (pemerahan) dan edema (pembengkakan) dilakukan dengan menggunakan skala pada Tabel 2.

Pengujian

Pengujian yang dilakukan meliputi analisa gugus fungsi (Perkin Elmer Spectrum One - FTIR - Spectrometer) [15], analisa struktur mikro (SEM - Jeol, JSM 6360 LA), uji resistensi terhadap mikroba [16,17] dan uji pre klinis melalui uji iritasi pada kulit kelinci albino jantan [18,19]

Pelaksanaan pengujian tersebut dilakukan bersama-sama dengan tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya dari Kelompok Keahlian Farmakologi – Farmasi Klinik – ITB. Selama uji coba kelinci-kelinci tersebut disimpan di ruang pemeliharan pada suhu 24 2C dengan kelembaban relatif 70-80%. Pencahayaan adalah 12 jam terang dan 12 jam gelap. Pakan konvensional dan air minum diberikan secara ad libitum (secukupnya).

Tabel 1. Komposisi Larutan Spining

Kode Larutan Komposisi larutan spining Alginat 3% PVA 10% 3 (A/PVA 7/3) 7 3 4 (A/PVA 6/4) 6 4 5 (A/PVA 5/5) 5 5 6 (A/PVA 4/6) 4 6 7 (A/PVA 3/7) 3 7

Alat Elektrospining Tabung Larutan

Spining

Sample Collector

Gambar 2. Alat Elektrospining

Tabel 2 Sistem Skor Draize-FHSA [18]

Reaksi kulit Skor

Pembentukan eritema dan luka dalam

Tidak terbentuk eritema 0

Eritema yang sangat ringan 1

Eritema tampak jelas 2

Eritema sedang sampai parah 3

Eritema parah (warna merah keunguan) sampai pembentukan eschar ringan (luka dalam)

4

Pembentukan edema

Tidak terbentuk edema 0

Edema yang sangat ringan 1

Edema ringan (bagian tepi area edema

sangat jelas meninggi)

2

Edema sedang (tinggi tepi area edema

naik  1 mm)

3

Edema parah (tinggi tepi area edema naik > 1 mm dan meluas ke bagian yang lebih luar dari area

pendedahan)

(5)

Uji ini dilakukan dengan cara mencukur rambut pada punggung kelinci bagian kiri dan kanan. Proses pendedahan dilakukan dengan digores sepanjang 2 cm; 3 goresan pada 2 tempat punggung kiri dan kanan. Punggung kanan digunakan untuk sediaan uji dengan menempelkan contoh uji berupa membran berukuran 2 x 3 cm, punggung kiri digunakan sebagai kontrol. Selanjutnya membran tersebut ditutupi kain kasa, kemudian kain kasa diberi plester untuk mencegah terlepasnya kain kasa dari kulit. Seluruh badan kelinci kemudian dibungkus dengan kain pembalut untuk menutupi punggung kiri dan kanan. Satu jam setelah perlakuan, pembalut dibuka dan membran diangkat lalu dilakukan pengamatan terhadap adanya eritema dan edema. Pengamatan tersebut diulangi pada jam ke-24; 48 dan 72. Selanjutnya dievaluasi dengan menggunakan skala pada Tabel 2. BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Webs/Membran

a. Analisa Struktur Permukaan

Pembuatan serat A/PVA diawali dengan percobaan awal dengan komposisi larutan seperti tercantum pada Tabel 1. Prosesnya dilakukan pada tegangan listrik 22 KVA, jarak antara ujung jarum dan kolektor (sample collector) 15 cm. Larutan-larutan tersebut diuji pula viskositas dan daya hantar listriknya, seperti terlihat pada Gambar 3. Selanjutnya foto SEM serat hasil percobaan di atas disajikan pada Gambar 4.

Gambar 3a. Viskositas

Gambar 3b. Daya Hantar Listrik

a. A/PVA 7/3 b. A /PVA 6/4

c. A /PVA 5/5 d. A/PVA 4/6

e. A /PVA 3/7 f. PVA

Gambar 4. Struktur Permukaan Serat Alginat/PVA (SEM, 4000 x) dan PVA (SEM, 5000 x)

(6)

Dari Gambar 3 terlihat bahwa semakin viskositas larutan dan daya hantar besar kandungan alginat dalam larutan, listriknya, juga dipengaruhi oleh jarak maka viskositasnya semakin rendah, antara ujung spinneret ke kolektor dan sedangkan daya hantar listriknya semakin tegangan listrik yang digunakan. Apabila tinggi. Konduktivitas polimer yang jarak antara ujung spinneret dan kolektor berhubungan dengan muatan ion pada terlalu jauh atau terlalu dekat, maka akan percobaan ini relatif kurang berpengaruh terbentuk banyak beads bukan serat. Selain terhadap pembentukan serat nano. Jadi itu, semakin tinggi tegangannya, maka laju walaupun konduktivitas larutan pintal sudah proses berlangsung pembentukan serat cukup untuk membentuk serat, namun tidak lebih cepat dikarenakan laju massa polimer terbentuk serat nano, karena serat yang yang keluar dari ujung spineret meningkat terbentuk masih terlalu besar diameternya dan diameter serat yang terbentuk akan d a n b a n y a k t e r b e n t u k b e a d s semakin kecil. Akan tetapi, pada kondisi (butiran–butiran polimer bukan serat) tegangan yang terlalu tinggipun dapat (Gambar 4a, dan 4b.). Adapun larutan No. menyebabkan pembentukan beads pada 6 dan 7 yang viskositasnya lebih tinggi, serat nano semakin banyak [7]. Selain itu, tetapi daya hantar listriknya lebih rendah, dalam proses elektrospining, tegangan ternyata dapat diproses dengan metoda listrik atau tegangan Maxwell adalah sama

2 2

elektrospining dengan hasil yang relatif baik dengan V /d. adalah permitivitas, V adalah

(Gambar 4d. dan 4e). tegangan listrik dan d adalah jarak antara

Viskositas dan tegangan permukaan elektroda. Dari kesetimbangan antara larutan berhubungan dengan konsentrasi tegangan kapiler dengan tegangan Maxwell larutan polimer. Viskositas larutan yang dapat diperkirakan berapa tegangan kritis terlalu rendah akan menyebabkan larutan V c yang diperlukan agar dapat dihasilkan mudah menetes, sedangkan viskositas pancaran larutan polimer dari ujung larutan yang terlalu tinggi menyebabkan meniskus [10,20]. Oleh karenanya untuk serat menjadi sukar terbentuk. Adapun mengetahui pengaruh jarak antara ujung konduktivitas atau daya hantar listrik larutan spinneret ke kolektor dan tegangan listrik, polimer berhubungan dengan muatan ion maka percobaan dilanjutkan dengan yang akan berpengaruh terhadap pancaran memvariasikan jarak dan tegangan listrik larutan polimer dari ujung spineret. Dari tersebut.

literatur diketahui Untuk mengetahui kondisi optimal jarak

bahwa proses pembuatan serat dengan antara ujung spinneret dan kolektor pada metoda elektrospining untuk larutan alginat proses elektrospining, maka dilakukan saja sangat sukar dilakukan, walaupun daya percobaan lanjutan. Pada percobaan ini hantar listriknya cukup untuk membentuk digunakan larutan alginat/PVA dengan serat. Hal tersebut tidak hanya disebabkan komposisi 4/6, sebagai upaya untuk oleh viskositas, tetapi juga karena ada mengoptimalkan pemakaian alginat. gangguan lainnya, yaitu repulsive force Adapun hasil analisa struktur mikro serat diantara polianion dari polimer alginat, hasil percobaan melalui foto SEM, disajikan karena alginat terdiri dari residu asam β - d pada Gambar 5.

manuronat dan asam α - l- guluronat , sehingga larutan tersebut lebih bersifat polielektrolit kationik [2].

Dari Gambar 4 terlihat bahwa, semakin rendah kandungan alginat ternyata dapat menghasilkan serat berukuran nano, walaupun strukturnya tidak kontinyu apabila dibandingkan dengan serat yang dihasilkan oleh larutan PVA saja (Gambar 4f.).

Pembentukan serat mikro hingga nano melalui proses elektrospining, selain dipengaruhi oleh konsentrasi atau

(7)

Gambar 5. Pengaruh Jarak terhadap Pembentukan Serat (SEM 4000 x)

a. 12 KVA b. 15 KVA

c. 18 KVA) d. 23 KVA

Gambar 6. Pengaruh Tegangan Listrik Terhadap Pembentukan Serat (SEM 4000 X)

a.10 cm b.15 cm

c. 20 cm d. 25 cm

Dari Gambar 5 diketahui bahwa jarak selain menghasilkan serat, juga beads, antara ujung spinneret dan kolektor sedikit sedangkan bila terlalu tinggi (sampai 23 berpengaruh terhadap pembentukan serat KVA) akan dihasilkan beads yang lebih dan timbulnya beads , yaitu apabila terlalu besar. Beads yang terjadi tersebut berasal jauh (25 cm) atau terlalu dekat (10 cm), dari polimer A/PVA yang tidak berhasil maka akan terbentuk banyak beads bukan ditarik oleh medan listrik, namun diduga serat. Dari Gambar tersebut diketahui pula mungkin pula karena tidak seimbangnya bahwa pembentukan serat yang relatif baik antara tegangan listrik dengan laju alir adalah pada jarak 15 – 20 cm. polimer [10,12]. Dari hasil evaluasi diketahui Selanjutnya untuk mengetahui kondisi bahwa, pada tegangan listrik sebesar 15 optimal tegangan yang diperlukan pada KVA, maka akan terbentuk serat yang relatif proses elektrospining di atas, selain melalui lebih kontinyu dengan jumlah beads perhitungan, dapat pula dilakukan minimal dan didominasi oleh serat percobaan dengan cara memvariasikan berukuran diameter 100 nm – 300 nm, tegangan listrik yang digunakan. Untuk itu Dari literatur diketahui bahwa, dalam percobaan dilanjutkan dengan cara dunia perdagangan serat nano adalah memvariasikan tegangan pada jarak tetap serat yang mempunyai diameter kurang (15 cm), dengan menggunakan larutan dari 0,5 mikron (500 nm), sedangkan serat A/PVA 4/6. Adapun hasil analisa struktur yang telah diproduksi dan diperdagangkan mikro serat hasil percobaan melalui foto mempunyai diameter antara 50 nm sampai SEM, disajikan pada Gambar 6. 300 nm [2]. Oleh karenanya, maka webs

Dari hasil analisa struktur permukaan hasil proses elektrospining dengan produk melalui foto SEM (Gambar 6) komposisi larutan alginat/PVA 4/6, pada diketahui bahwa tegangan listrik yang tegangan 15 KVA dengan jarak 15 cm, d i g u n a k a n b e r p e n g a r u h t e r h a d a p dapat dikatakan cukup sesuai apabila pembentukan serat dan timbulnya beads. digunakan sebagai pembalut luka dengan Tegangan yang terlalu rendah (12 KVA) kualitas serat mikro hingga nano,

(8)

karena didominasi oleh serat berukuran gabungan antara spektra dari alginat dan sekitar 100 nm s/d 300 nm dengan jumlah PVA. Dengan demikian dapat dikatakan beads minimal (Gambar 6b.). Adapun untuk bahwa membran tersebut mempunyai pelaksanaan uji selanjutnya, terutama serapan pada panjang gelombang yang resistensi terhadap mikroba dan pre klinis, relatif sama dengan alginat dan PVA, maka dilakukan percobaan lanjutan pada sehingga dapat dikatakan bahwa produk kondisi tersebut, sehingga dihasilkan tersebut memiliki kandungan senyawa membran yang memiliki ketebalan sekitar organik yang sama dan menunjuk kepada

0,4 mm (Gambar 7). struktur kimia alginat dan PVA.

b. Analisa Gugus Fungsi

Alginat terdiri dari residu asam-asam β - d manuronat dan asam α - l- guluronat, dan merupakan polimer dengan gugus aromatik (R-O-R) yang mengandung gugus - OH, - COOH dan - C-H, - C = C - dan - C = O [4], sedangkan PVA merupakan polimer dengan rumus kimia (C H O)x [8,9]. Gugus-gugus 2 4

fungsi tersebut dapat diidentifikasi melalui analisa spektra FTIR [15], dan hasilnya disajikan pada Gambar 8 – 10.

Dari hasil analisa FTIR (Gambar 8), diketahui alginat mempunyai serapan pada beberapa panjang gelombang tertentu,

-1

yaitu pada 3000 – 3100 cm (pita uluran C-H

-1 aromatik), 1000 – 1100 cm dan 1400 – 1600 -1 -1 cm (gugus aromatik), 1466 1605 cm -1 (gugus C-C), 675 - 900 cm dan 2900 - -1

3000 cm (C-H bending dan stretching),

-1 -1

1600 cm dan 3500 cm (gugus karbonil) serta sekitar 1400 (gugus aromatik R-O-R). Adapun PVA mempunyai serapan pada

-1

panjang gelombang 1466 – 1605 cm

-1

(gugus C=C), 675 - 900 cm dan 2900 -

-1

3000 cm ( C-H bending dan stretching),

- -1

1420 - 1330 cm dan 3600 - 3200 cm (O-H bending dan stretching) (Gambar 9). Selanjutnya dari Gambar 10 diketahui spektra membran A/PVA merupakan

Gambar 7. Contoh Produk (persiapan untuk uji pre klinis)

4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0 0.00 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.46 cm-1 A C-H 1100 R- O - R dan R -R 1400 C-H 750 C-H 2900

Gambar 8. Spektra FTIR Alginat

cm 4000 3000 2000 1500 1000 450 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 A C=C 1640 C-H 2900 C-H 1100

Gambar 9. Spektra FTIR PVA

O-H 3400 -C=O 3500 C=C 1640

(9)

Dari hasil ujidiketahui bahwa membran bukanlah merupakan antibiotik, karena tidak ditemukan daerah zonasi di sekitarnya, namun produk tersebut bersifat anti bakteri atau bakteri tidak tumbuh pada contoh uji (bukan media pertumbuhan bakteri atau bukan makanan/nutrisi bagi bakteri). Dengan adanya sifat anti bakteri ini, maka apabila digunakan sebagai pembalut luka primer, produk tersebut mampu bertindak sebagai barrier yang dapat melindungi luka dari bakteri.

Uji Pre Klinis

Uji pre klinis dilakukan melalui uji iritasi yang dilakukan terhadap 3 ekor kelinci albino jantan untuk mengetahui keamanan topikal, yaitu apakah membran A/PVA dapat mengiritasi kulit atau tidak. Melalui uji tersebut dapat diketahui pula kemampuan

c. Uji Resistensi Terhadap Mikroba produk tersebut untuk berfungsi sebagai

(bakteri) pembalut luka (Lampiran A dan B).

Tekstil medis berupa membran hasil Adapun evaluasi terhadap adanya proses elektrospining ini berasal dari alginat eritema dan edema dilakukan dengan dan polivinil alkohol. Alginat sendiri telah menggunakan skala pada Tabel 2 dan diketahui mempunyai sifat anti bakteri hasilnya disajikan pada Tabel 4.

[4,13], namun membran serat alginat/PVA belum diketahui sifatnya terhadap bakteri. Oleh karena itu, maka dilakukan percobaan dengan menggunakan bakteri patogen, yaitu Escherichia coli dan

aureus. Metode yang digunakan dalam uji resistensi ini adalah metode difusi dan hasilnya disajikan pada Tabel 3.

Staphylococcus

Gambar 10. Spektra FTIR Alginat/PVA

4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0 0.35 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.53 cm-1 A O-H C-H C=C C- H C-H 750 R- O - R dan R -R

Tabel 3. Hasil Uji Resistensi Membran Alginat/PVA Terhadap

E. coli dan S. aureus

Hasil Uji Resistensi Terhadap Bakteri Keterangan E. coli Tidak terdapat zona bening, bakteri tetap tumbuh tapi tidak tumbuh pada membran S. areus

Tabel 4. Pengamatan Iritasi Kulit Kelinci

Kelin ci No : Pengamatan Waktu Pengamatan (jam) 1 24 48 72 1 Pembentukan eritema dan Eschar 0 0 0 0 Pembentukan edema 0 0 0 0 2 Pembentukan eritema dan Eschar 0 0 0 0 Pembentukan edema 0 0 0 0 3 Pembentukan eritema dan Eschar 0 0 0 0 Pembentukan edema 0 0 0 0 Keterangan :

(10)

Dari hasil pengujian tersebut, Produk tersebut bersifat anti bakteri diketahui bahwa punggung ketiga kelinci dan lolos uji pre klinis, karena tidak pada bagian uji tidak memperlihatkan menyebabkan iritasi serta dapat berfungsi terbentuknya eritema maupun edema dan sebagai pembalut luka dengan kualitas sebanding dengan kontrol (dilukai tetapi yang lebih baik dibanding pembalut luka tidak ditempeli membran), bahkan pada alginat konvensional, yaitu mampu bagian yang ditempeli dengan membran mempercepat penyembuhan luka dari 24 A/PVA, setelah 1 jam menunjukkan jam menjadi 1 jam.

perbaikan pada bekas goresan, jaringan

lebih menutup yang menunjukkan adanya Ucapan Terima Kasih efek membran terhadap penyembuhan luka

(Gambar A, No. 1.). Kondisi yang lebih baik P a d a k e s e m p a t a n i n i p e n u l i s ditemukan ketika pengamatan diulang mengucap-kan terima kasih kepada Prof. kembali pada jam ke-24, 48 dan 72 jam Dr. Elin Yulinah Sukandar dari Sekolah setelah perlakuan. Setelah 3 hari tampak F a r m a s i I T B a t a s b i m b i n g a n d a n bahwa luka sembuh secara sempurna b a n t u a n n y a d a l a m m e n y e l e s a i k a n (Gambar A, No. 3). Oleh karena itu penelitian ini.

berdasarkan percobaan tersebut di atas,

dapat disimpulkan bahwa produk tersebut DAFTAR PUSTAKA

tidak menyebabkan iritasi kulit, bahkan

mampu mempercepat penyembuhan luka Edward, J.V., “et.al., 2006, “The Future of dibandingkan dengan kontrol. Selain itu Modified Fibers” , Southern Regional apabila dibandingkan dengan penelitian Research Center, New Orleans.

terdahulu dengan menggunakan membran Sun Ing Jeong, 2010 “Electrospun Alginate alginat konvensional [13], ternyata Nanofibers with Controlled Cell membran tersebut mempunyai kecepatan Adhesion for Tissue Engineering”,J. of penyembuhan yang lebih tinggi, yaitu dari Macromolecular Bioscience, 10, 24 jam menjadi 1 jam atau 24 kali lebih p.934-943

cepat Panboon, M.S.S, 2005 , “Electro- spinning

Dari uraian di atas, diharapkan dimasa of PVA/chitosan Fibers for Wound yang akan datang membran yang dibuat Dressing Application”, King Mongkut's dengan metoda elektrospining tersebut I n s t i t u t e o f Te c h n o l o g y N o r t h

dapat dimanfaatkan sebagai produk Bangkong.

alternatif tekstil medis pembalut luka, Mury, J.M. and P.J. Brown. 2005, Alginate k a r e n a b e r s i f a t a n t i b a k t e r i t i d a k F i b e r s. B i o - d e g r a d a b l e a n d menyebabkan iritasi kulit, bahkan mampu Sustainable fibers edited by R.S. Black mempercepat penyembuhan luka dan lebih Burn,Woodhead, Manchester.

cepat dibanding yang konvensional. Selain Jana, T.A. dkk., 2006, Rumput Laut, itu, juga bersifat non-toksik, non- Pembudidayaan, Pengolahan dan k a r s i n o g e n i k , b i o c o m p a t i b l e d a n Pemasaran Komoditi Perikanan

biodegradable (1,2,4,6,7). Potensial, Edisi Kedua. Penebar

Swadaya. Jakarta.

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN Thomas, A, et.al., 2000, “Alginates from Wound Dressing Activate Human Dari hasil penelitian di atas dapat Macro-phages to Secrete Tumor disimpulkan bahwa proses elektrospining Nectrosis Factor - Alpha,Biomaterials, m e n g g u n a k a n l a r u t a n a l g i n a t / P VA , 21, p. 1797 – 1802.

berkomposisi 4/6, pada tegangan 15 KVA Ueyama, Y, 2002, Usefulness As Guided dengan jarak 15 cm, akan menghasilkan Bone Regeneration Membrane of the webs yang mayoritas terdiri dari serat-serat Alginate Membrane”, Biomaterials, berukuran 100 nm - 300 nm, sehingga dapat May; 23(9) : 2027-33.

digolongkan sebagai produk berkualitas www.merckmillipore.co.id/.alcohol, 2012. mikro hingga nano.

(11)

Gessner G, Hawley, 1981., The Condensed S i l v e r s t e i n , R . M . , e t . a l . , 1 9 7 5 , Chemical Dictionary, Tenth Edition, Van Spectrometric Identification of Organic Nostrand Reinhold Company, New Compound, Third Edition, John Willey

York. & Sons, New York.

Brown, P.J. et.al., 2007, “Nano-fibers and Schlegel, H.G., 1994, Mikrobiologi Umum, Nano-technology in Textiles”, the Edisi Keenam, Diterjemahkan oleh Textile institute, Woodhead Pub. Ltd., Tedjo baskoro, Gajah Mada University

Cambridge. Press, Yogyakarta.

Seungsin Lee, et al., 2007. “Use Jawelz, M. A., 1995, Mikrobiologi Electrospun Nanofiber web for Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta. Protective Textile Material As Barriers Anonymous, 2002, “OECD Guide-lines for to Liquid Penetration”.Textile research the Testing of Chemiscals, 404 :Acute journal, Vol. 77,, No. 9. Skin Irritation/ Corrosion”, April.

Tatang W., Doni S., 2011, “Pembuatan Serat Hayes, A.W., 1989. “Principles and Methods N a n o M e n g g u n a k a n M e t o d e of Toxicology”, Second Ed., Raven Electrospinning”, Arena Tekstil, Vol. 26. Press Ltd., New York.

No.1, Juni. Peter, P. Tsai, et.al., 2004, “Investigation of

Theresia Mutia, 2011., “Penggunaan Fiber, Bulk and Surface Properties of Membran Alginat sebagai Produk Meltblown and Electrospun Polymeric Alternatif Tekstil Medis Pembalut Luka Fabrics”, Textile and Nonwoven Primer pada Kelinci Albino Jantan”, D e v e l o p m e n t C e n t e r , Arena Tekstil, Vol. 26. No. 1., Juni . INJ Fall.

Bangun, Hakim, et.al., 2005. “Pembuatan Membran Alginat Sebagai System Penyampaian Obat Topikal Baru : Asam Salisilat Sebagai Model Obat”, Dep.Farmakologi USU, Medan, 4 Maret

Gambar

Gambar 1.  Pembuatan Serat Nano                     Dengan Metoda Elektrospining
Gambar 2. Alat Elektrospining
Gambar  3b. Daya Hantar Listrik
Gambar  5. Pengaruh Jarak terhadap                   Pembentukan Serat                   (SEM 4000 x)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dalam laporan keuangan terdapat temuan – temuan yang diduga pada masa depan akan memberikan kerugian kepada semua pihak yang bersangkutan, maka seorang

Penelitian ini dilakukan untuk mengamati pengaruh pengaruh pergantian manajemen, opini audit, financial distress, profitabilitas, ukuran KAP dan ukuran klien

4. Darah terdeoksigen akan kembali ke atrium di jantung melalui vena. Sistem peredaran tunggal – darah mengalir dalam satu hala. Darah terdeoksigen dari badan akan disalurkan ke

[r]

Menurut salah seorang pedagang bibit dalam melakukan pinjam meminjam uang dengan petani pembibitan, mereka melakukan dengan dasar suka sama suka, yaitu memberikan pinjaman

pada tahun 2013 tentang analisis aktivitas antibakteri dan antifungal dari MADN terhadap beberapa jenis bakteri, dapat disimpulkan bahwa MADN memiliki daya hambat

1) Melaksanakan aktivitas guru dan siswa dengan maksimal, jika pada siklus I masih banyak langkah-langkah pembelajaran yang belum dilanksanakan, maka pada siklus

Hasil yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini adalah LKS Kelas IX Semester 2 berbasis pendekatan konsep yang sudah valid dan dapat digunakan dalam