• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Kebutuhan Knowledge Pada Dinas Line dan Cabin Maintenance PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Kebutuhan Knowledge Pada Dinas Line dan Cabin Maintenance PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— PT. Garuda Maintenace Facility (GMF) AeroAsia merupakan MRO (maintenance, repair, and overhaul) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Asia Tenggara Knowledge Management (KM) merupakan suatu alat untuk mengelola intangible assets perusahaan yaitu knowledge yang dapat menunjang pencapaian tujuan organisasi. Dalam pelaksanaannya, KM perlu selaras dengan performance measurement yang berlaku. KM yang dibangun pada penelitian ini diselaraskan dengan Key Performance Indicator (KPI). Hal ini dilakukan agar knowledge yang ada dapat menunjang pencapaian tujuan organisasi, dimana tujuan tersebut digambarkan dalam bentuk KPI. Untuk menggambarkan hubungan antara Key Performance Indicator (KPI) pada Performance Measurement (PM) dengan knowledge yang telah dibobotkan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan matriks korelasi. Selain itu disusun juga KPI dari knowledge yang selaras dengan KPI dinas. Kemudian akan dibangun sebuah diagram knowledge untuk menggambarkan bagAImana knowledge berpengaruh pada proses bisnis, dimana kesuksesan proses bisnis akan mempengaruhi ketercapaian tujuan organisasi. Dengan adanya hal ini, diharapkan nantinya perusahaan dapat mengetahui knowledge mana yang paling kritis bagi pencapaian tujuan perusahaan dan dapat mengevaluasi kinerja KM berdasarkan KPI KM yang telah ditentukan.

Kata Kunci— Knowledge Management (KM), Performance Measurement (PM), Knowledge Audit, Analytical Hierarchy Process (AHP), Matriks Korelasi

I. PENDAHULUAN

Pada masa globalisasi saat ini, transportasi merupakan suatu hal yang penting dalam menunjang kelangsungan suatu negara terutama dari segi ekonomi. Infrastruktur bidang transportasi sangat diperlukan dalam menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya baik secara domestik maupun internasional, hal ini untuk menunjang keberlangsungan berbagai aktivitas yang dapat memajukan negara.. Menurut (Susantono, 2013) transportasi udara adalah tulang punggung konektivitas Indonesia karena geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar. Transportasi udara mendukung pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan pariwisata.

Pertumbuhan penumpang udara di Indonesia sangatlah pesat sekitar 15 % setiap tahunnya dikarenakan efisiensi waktu yang dapat dijawab oleh jenis transportasi ini. Untuk menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia akan transportasi udara yang hemat biaya maka berbagai maskapai penerbangan mendirikan low cost carrier (LCC) airplane. Low cost carrier (LCC) airplane merupakan sebuah maskapai penerbangan yang umumnya memiliki tarif lebih rendah dan lebih sedikit kenyamanan. LCC mungkin mengenakan biaya untuk ekstra seperti makanan, prioritas boarding, alokasi kursi, dan bagasi, dll (The Law Dictionary, 2012) Menurunkan biaya maintenance merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk mewujudkan LCC.

Maintenance atau pemeliharaan didefinisikan sebagai suatu kegiatan utnuk memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta memperbaiki (O'Connor, 2001). Maintenance merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan karena transportasi udara berkaitan dengan manusia dimana keselamatan dan kenyamanan merupakan hal yang utama. Perusahaan MRO (maintenance, repair, and overhaul) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang aircraft maintenance dan belum terlalu banyak berdiri di dunia sehingga berbagai perusahaan MRO yang ada saling berlomba-lomba untuk memberikan services terbaiknya dalam menjawab kebutuhan akan maintenance pesawat.. Dikarenakan kebutuhan Indonesia yang semakin tinggi akan transportasi udara, maka berdirilah PT. Garuda Maintenace Facility (GMF) AeroAsia, sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan salah satu perusahaan MRO terbesar di Asia Tenggara. PT. Saat ini pelanggan dari PT. GMF AeroAsia tersebar di lebih dari 40 negara, dimana para pelanggan tidalah hanya pesawat domestik namun juga pesawat internasional contohnya yaitu Lion Airlines, China Airways, dan Qantas.

Dikarenakan posisi PT. GMF AeroAsia saat ini serta peranannya yang besar terhadap kemajuan transportasi khususnya di Indonesia, maka diperlukan perhatian khusus untuk memajukan perusahaan ini. Hal ini dimaksudkan agar sistem transportasi udara dapat berjalan lancar dan demi menjaga keberlangsungan infrastruktur negara. Perkembangan PT. GMF AeroAsia yang begitu pesat serta keberlangsungan perusahaan ini tentunya tidak terlepas dari sumbangsih setiap sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Para pegawai merupakan elemen yang berperan penting dalam pencapaian tujuan perusahaan sendiri, maka dari itu perlu diberikan

Identifikasi Kebutuhan Knowledge Pada

Dinas Line dan Cabin Maintenance PT. Garuda Maintenance Facility (GMF)

AeroAsia

Lubis A. T. S. , Wessiani N. A. , Syarudin B.

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: wessiani@ie.its.ac.id

(2)

perhatian dan pengembangan lebih dalam hal masalah kepegawaian. Mengingat bahwa MRO (maintenance, repair, and overhaul) merupakan core business dari perusahaan ini, maka adanya tenaga ahli atau sumber daya berkemampuan khusus sangatlah diperlukan terutama di bagian atau dinas yang berhubungan langsung dengan maskapai penerbangan (pelanggan), sehingga knowledge yang berada pada bagian maintenance dapat dikatakan sebagai knowledge yang kritis. Pelayanan maintenance dapat mempengaruhi pilihan pelanggan dan akan berdampak kepada pendapatan perusahaan (Bowo Panolo, 2013). Bagian pesawat yang berperan besar dalam menjaga keselamatan pelanggan adalah mesin pesawat dan bagian yang memiliki kontak langsung dengan para pelanggan adalah bagian kabin pesawat. Line dan Cabin Maintenance menjadi sangat penting dikarenakan kedua dinas yang bersifat operasional ini memiliki kontak yang sangat erat dengan pelanggan, sehingga dapat mempengaruhi jumlah profit yang diperoleh perusahaan. Maka dari itu pemerataan knowledge yang dimiliki individu dirasa sangatlah penting, terutama dikarenakan struktur organisasi yang dianut oleh perusahaan adalah struktur organisasi fungsional. Maka dari itu untuk menanggulangi tidak meratanya knowledge yang dimiliki, dibangunlah suatu Knowledge Management (KM) agar keberlangsungan perusahaan dapat terus terjaga.

Knowledge management merupakan suatu proses terformat dan terarah dalam mencerna informasi yang telah dimiliki suatu perusahaan dan mencari apa yang dibutuhkan oleh masing-masing individu didalam perusahaan tersebut untuk kemudian memfasilitasinya agar mudah diakses dan selalau tersedia bilamana dibutuhkan” (Sembel dan Santoso, 2002). Pembangunan Knowledge Management dilakukan agar dapat mengetahui knowledge yang kritis bagi pencapaian tujuan perusahaan, sehingga dapat diketahui knowledge apa yang paling dipentingkan dan harus terus dipahamkan kepada sdm milik perusahaan. Sehingga KM yang dibuat haruslah selaras dengan tujuan strategis perusahaan agar dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan.

PT. GMF AeroAsia menggunakan Balanced Scorecard (BSC) sebagai model Performance Measurement (PM) yang diberlakukan di perusahaan.BSC merupakan PM yang dibangun dengan dua jenis pengukuran yaitu lag indicators (outcome inti dari strategic level) dan lead indicators (faktor pendorong kinerja pada level operasional). Hal ini menimbulkan gap sehingga terjadi knowledge bottlenecks, karena kesulitan mentranslasikan tujuan strategis top level organisasi menjadi tindakan yang harus dilakukan tiap individu untuk berkontribusi bagi pencapaian tujuan organisasi (Roy et al, 2000). Dalam menangani gap tersebut maka (Roy et al, 2000) mengatasinya dengan cara membuat indikator kinerja knowledge yang selaras dengan indikator tujuan strategis perusahaan.

Mission of the Business

Internal Scrunity at

the Business Level at the Business LevelEnvironmental Scan

Formulation of the Business Strategy Balanced Scorecard or Top Level Measurement System Knowledge Processes STRATEGIC LEVEL OPERATIONAL LEVEL Business Process

Gambar 1 The Gap (Roy et al, 2000)

Perancangan indikator untuk KM dimulai dari pembuatan indikator yang disesuaikan dengan Strategic Objectives milik perusahaan sehingga nantinya indikator pada KM dapat selaras dengan KPI (knowledge merupakan hal yang menunjang KPI) pada BSC sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan strategis perusahaan. Jika KPI tercapai maka knowledge yang ada sudah memadai untuk mencapai tujuan perusahaan maka KM pun dirasa sudah tepat, namun jika KPI tidak tercapai maka kemudian dapat dianalisa knowledge apa yang kurang atau belum dimiliki perusahaan sehingga tujuan tidak tercapai dan KM yang diterapkan berarti kurang tepat karena knowledge yang dibutuhkan belum tersedia untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya KM yang tepat diharapkan kedepannya perusahaan dapat terus membangun perusahaan dan menjaga keberlangsungan perusahaan dengan lebih baik dan lebih tepat.

. Dengan adanya hal ini, diharapkan nantinya perusahaan dapat menanggulangi perihal kurang meratanya knowledge dengan baik, dapat mengukur seberapa efektifkah KM yang diterapkan, serta dapat diketahui knowledge mana yang paling mempengaruhi tidak tercapainya KPI perusahaan.

II. URAIANPENELITIAN A. Tahap Brainstorming Permasalahan

Pada tahap ini dilakukan brainstorming bersama dengan staff atau pimpinan dari pihak Dinas Line Maintenance, Dinas Cabin Maintenance, dan Dinas Knowledge and Learning Center selaku pihak yang memahami bagaimana kondisi terkini mengenai knowledge management yang diterapkan pada perusahaan dan dinas-dinas yang terkait.

B. Tahap Perumusan Masalah dan Penetuan Tujuan

Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah setelah diketahui masalah apakah yang terjadi pada perusahaan, kemudian ditentukan tujuan yang ingin dicapai dengan diselesaikannya masalah yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya tahapan ini agar diketahui dengan jelas apa yang ingin diselesaikan dan apa yang ingin dicapai melalui penelitian ini.

(3)

C. Tahap Studi Literatur

Setelah dilakukan perumusan masalah dan penetapan tujuan penelitian, maka yang dilakukan berikutnya adalah studi literatur dan studi lapangan. Kedua hal ini sangat penting dilakukan karena hal-hal ini merupakan landasan teori awal yang memperkuat dilaksanakannya penelitian ini serta dapat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian. Studi literatur dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber tertulis baik dalam bentuk jurnal maupun buku unuk memperkuat pemahaman dan sebagai pembelajaran penulis mengenai hal-hal atau teori-teori yang terkait dengan penelitian. Sedangkan studi lapangan dilakukan melalui pengamatan langsung di perusahaan terkait kondisi eksisting perusahaan seta pelaksanaan knowledge management dan performance measurement perusahaan.

D. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan berbagai data yang akan digunakan dalam penelitian. Tahapan ini terbagi atas 2 tahap yaitu :

 Identifikasi Kondisi Eksisting Knowledge management PT. GMF AeroAsia

Knowledge management eksisting pada perusahaan sangatlah perlu untuk dipahami lebih lanjut agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan tujuan penelitian tercapai. Kondisinya, saat ini KM merupakan sesuatu yang baru pada perusahaan dan baru diterapkan selama 1 tahun, maka dari itu perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian antara KM dengan PM perusahaan sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk KM perusahaan.

 Pengumpulan data primer Peta Business Process, Strategic Objectives, dan Key Performance Indicator Pada tahapan ini dilakukan kegiatan pengumpulan data terkait peta business process, strategic objectives, dan key performance indicator korporasi, dinas line maintenance, dan dinas cabin maintenance yang sigunakan untuk menunjang tahapan pengolahan data dalam menyusun KM yang baru bagi perusahaan.

E. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini, data yang telah didapatkan pada tahap selanjutnya diolah untuk mencapai tujuan penelitian. Tahap pengolahan data terbagi menjadi 5 tahap yaitu :  Identifikasi Business Process Dinas Line Maintenance

dan Dinas Cabin Maintenance

 Identifikasi tingkat kepentingan KPI Dinas Line Maintenance dan Dinas Cabin Maintenance dalam menunjang pencapaian KPI Korporasi

Knowledge Audit (Kuisioner) Dinas Line Maintenance dan Dinas Cabin Maintenance

 Pembuatan database Dinas Line Maintenance dan Dinas Cabin Maintenance

 Pembobotan knowledge yang sesuai dengan KPI Dinas Line Maintenance dan Dinas Cabin Maintenance dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

 Pembuatan Matriks Korelasi Knowledge Dinas Line Maintenance dan Dinas Cabin Maintenance

 Penyusunan indikator kinerja knowledge yang sesuai dengan KPI Dinas Line Maintenance dan Dinas Cabin Maintenance

 Pembuatan diagram knowledge Dinas Line Maintenance dan Dinas Cabin Maintenance

F. Tahap Analisis dan Interpretasi Data

Pada tahapan ini dilakukan analisis dan interpretasi terkait berbagai data yang dihasilkan melalui tahapan pengolahan data. Tahapan ini berisi mengenai analisis dan interpretasi data terkait kesesuaian knowledge management dengan indikator-indikator kinerja pada performance measurement perusahaan dan analisis terkait konsep KM baru yang dirancang oleh penulis.

 Analisa Database Knowledge Dinas Line Maintenance dan Dinas Cabin Maintenance

 Analisa Pembobotan Knowledge Dinas Line

 Analisa Matriks Korelasi Knowledge Dinas Line Maintenance dan Dinas Cabin Maintenance

 Analisa Knowledge Diagram Dinas Line Maintenance dan Dinas Cabin Maintenance

G. Tahap Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini akan disusun keimpulan dan saran terkait penelitian. Kesimpulan dan saran ini disusun berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data pada tahapan sebelumnya. Kesimpulan dirumuskan untuk menjawab tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya diawal penelitian. Sedangkan saran yang diberikan bersifat rekomendasi (tidak harus dilaksanakan) oleh berbagai pihak yang terkait khususnya oleh perusahaan.

III. PETUNJUKTAMBAHAN A. Knowledge Audit Kuisioner

Merupakan sebuah metode kuisioner terbuka untuk memperoleh nilai-nilai knowledge yang dimiliki suatu organisasi. Berikut merupakan contoh bentuk kuisioner knowledge audit :

(4)

Gambar 2. Kuisioner Knowledge Audit B. Formula Matematika

Nilai bobot knowledge terhadap perspektif secara keseluruhan :

Nilai bobot knowledge terhadap perspektif secara keseluruhan bisa didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

:Bobot knowledge terhadap keseluruhan Perspektif

= Bobot knowledge per Perspektif x Bobot KPI

Nilai Cummulative Pareto Knowledge Contribution : Contoh perhitungan TN-K-26 :

% Presentase Kumulatif kontribusi Knowledge TL-K-15 =

Contoh perhitungan TN-K-02 :

% Presentase Kumulatif kontribusi Knowledge TL-K-14 =

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN

Melalui penelitian ini didapatkan knowledge database bagi kedua dinas di PT. GMF AeroAsia yaitu dinas Line Maintenance dan Dinas Cabin Maintenance. Database knowledge dibangun dengan menggunakan knowledge audit berbasis survey expert untuk mengetahui apa saja knowledge yang dibuutuhkan dlaam pencapain tuuan strategis organisasi.

Dinas Line Maintenance memiliki 13 Key Performance Indicator (KPI) yang ditunjang oleh 48 Knowledge, dimana 3 buah knowledge merupakan knowledge kritis dengan nilai cummultive pareto yang tinggi. TL-K-15 (Quality System Management) memiliki nilai cummulative pareto sebesar 15%, TL-K-14 (Operations Management in Aircraft MRO and Airline) sebesar 17%, dan TL-K-12 (Technical Procedure) sebesar 22%. Hal ini berarti bahwa knowledge tersebut harus dimiliki dinas Line Maintenance guna mencapai tujuan strategis organisasi.

Dinas Cabin Maintenance memiliki 11 Key Performance Indicator (KPI) yang ditunjang oleh 50 Knowledge. 2 buah knowledge merupakan knowledge kritis dengan nilai cummultive pareto yang tinggi. TN-K-02 (Operational Management) memiliki nilai cummulative pareto sebesar 12% dan TN-K-26 (Perencanaan Produksi) dengan nilai cummulative pareto sebesar 24%. Maka knowledge tersebut harus dimiliki dinas Cabin Maintenance guna mencapai tujuan strategis organisasi.

Seluruh knowledge tersebut memiliki hubungan dnegan knowledge lainnya yang diperlihatkan melalui matriks korelasi. Ada 3 kategori hubungan yaitu snagat kuat, moderat, dan lemah, namun kesemuanya menunjukkan bahwa dalam pencapaian tujuan strategis organisasi maka knowledge tidak dapat berdiri sendiri atau tidak independen, melainkan bergantung ada knowledge

lainnya atau dependen. Sehingga untuk mencapai tujuan strategis organisasi, tidak hanya knowledge kritis yang diperlukan namun juga diperlukan knowledge pendukung lainnya yang memiliki hubungan dengan knowledge kritis.

Seluruh knowledge serta hal-hal lain yang dibutuhkan dinas dalam menjalankan aktivits bisnis prosesnya dipetakan kedalam diagram IDEF 0 yang berisi input, control, ouput, dan mechanism. Melalui diagram ini akan lebih mudah bagi dinas untuk mengetahui apa sajakah knowledge yang diperlukan dalam menjalankan bisnis proses tersebut seingga dapat mencapai tujuan strategis organiisasi.

LAMPIRAN

Gambar 3. Cummulative Pareto Chart Knowledge Contribution Dinas TL

Gambar 4. Cummulative Pareto Chart Knowledge Contribution Dinas TN

UCAPANTERIMAKASIH

Tuliskan ucapan terima kasih dengan bahasa baku, misalnya, “Penulis ATSL, mengucapkan terima kasih kepada Orang tua dan dosen pembimbing, serta teman-teman tercinta.

DAFTARPUSTAKA

[1]Ahn, J., & Chang, S. (2004). Assesing the contribution of knowledge to business performance : the KP3

(5)

methodology. Decis. Support System, 36, 403-416. Dipetik 2013

[2]Andre, B. (2012). What is Knowledge. Dipetik September 22, 2013, dari Business Dictionary: http://www.businessdictionary.com/definition/knowl edge.html

[3]Anonim. (2008). Quality Engineering. Quality Engineering. Dipetik 2013, dari http://qualityengineering.wordpress.com/page/2/ [4]Bahm. (1995). Knowledge. Dipetik Juli 25, 2013 [5]Belavendram, N. (1995). Quality by Design, Taguchi

Techniques for Industrial Experimentation. Prentice Hall. Dipetik Januari 14, 2014

[6]Berkeley. (1957). Knowledge. Dipetik Juli 25, 2013 [7]Bowo Panolo, A. (2013, Agustus 30). Pentingnya

Knowledge Pada Departemen Maintenance. (L. Arvinda, Pewawancara) Cengkareng, Jawa Barat, Indonesia. Dipetik 2013

[8]Carillo et all. (2004). Tacit Knowledge. Tacit Knowledge. Dipetik Juli 24, 2013

[9]Changchit C et al. (2001). Transferring Auditors Internal Control Evaluation Knowledge to Management. Expert System Appl, 20, 275-291. Dipetik 2013

[10]Chen, A., & Chen, M. (2005). A Review of Survey Research In Knowledge Management Performance Measurement. J. Univesal Knowledge Mangement, 1, 4-12. Dipetik 2013

[11]Chin et all. (2010). Development of user-satisfaction-based knowledge management performance measurement system with evidential reasoning approach. Expert Syst Appl, 37, 366-382. Dipetik 2013

[12]Darroch J, & MacNaughton R. (2002). Developing a Measure of Knowledge Management. World Congress on Intelectual Capital Readings, Bontis N (Ed), 226-243. Dipetik 2013

[13]Davenport, & Prusak. (1998). Working Knowledge. Boston, England: Harvard Business School Press. Dipetik September 19, 2013, dari http://www.nwlink.com/~donclark/knowledge/knowl edge.html

[14]F Drucker, P. (2012). The New Realities. Dipetik September 23, 2013, dari NW Link: http://www.nwlink.com/~donclark/knowledge/knowl edge.html

[15]Fikrotuzzakiah, F. (2012). Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Project-Based dengan Menggunakan Balanced Scorecard (studi kasus : PT. WIjaya Karya Bangunan Gedung). Laporan Tugas Akhir. Dipetik September 18, 2013

[16]GMF. (2013). Garuda Maintenance Facility. Dipetik Juni 19, 2013, dari Garuda Maintenance Facility:

http://www.gmf-aeroasia.co.id/staticpage/PassionQS.aspx?pageBodyI D=10&pageheaderid=13&lang=1

[17]H. Forman, E., & I. Gass, S. (2013). The Analytical Hierarchy Process - An Exposition. The Analytical Hierarchy Process. Dipetik September 2013

[18]Harvard College. (1999). Knowledge Management. Knowledge Management. Dipetik Juli 18, 2013 [19]Hellmie. (2009, 12 29). Kelebihan dan Kelemahan

Struktur Organisasi Fungsional. Dipetik Juli 28,

2013, dari Hellmie Blog:

http://hellmie.wordpress.com/2009/12/29/kelebihan-dan-kelemahan-struktur-organisasi-fungsional/ [20]Hist, R. (2012). Europe: Beam Steams International.

Dipetik Oktober 1, 2013

[21]Investopedia. (2012). Key Performance Indicator (KPI) Definition. Dipetik Oktober 1, 2013, dari Investopedia: www.investopedia.com/terms/k/kpi.asp [22]Jac, F.-e., & Barbara, D. (2001). How To Measure Human Resources Management (3rd ed.). Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: Kencana Prenada Media Group. Dipetik September 19, 2013

[23]Jaworski BJ, K. (1993). Market Orientation Antecendents and Consequences. 57, 53-70. Dipetik 2013

[24]Jr. Patton. (1995). Maintenance. 23. Dipetik Oktober

16, 2013, dari http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s &source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDcQFjAB& url=http%3A%2F%2Flibrary.binus.ac.id%2FeColls %2FeThesisdoc%2FBab2%2F2010-1-00622-TISI%2520Bab%25202.pdf&ei=JzteUof0HuPOiwLh -oDYCA&usg=AFQjCNEJd_VPOaHRJSNHdlGBkb KmweFD6w&s

[25]Kaplan, R., & Norton, D. (1996). The Balanced Scorecard ; translating strategy into action (1st ed.). Boston, United States of America: The Harvard Business School Press. Dipetik Juli 16, 2013

[26]Kusnadi, E. (2009). Wordpress. Dipetik Januari 14,

2014, dari Wordpress:

http://eriskusnadi.wordpress.com/2012/01/27/pareto-chart-microsoft-excel/

[27]L. Saaty, T. (1980). Analytical Hierarchy Process. New York: Mc. Graw Hill. Dipetik 2013

[28]L. Saaty, T. (1980). The Analytical Hierarchy Process. New York: Mc. Graw Hill Book Co. Dipetik September 2013

[29]Laitamaki, J., & Kordupleski, R. (1997). Building and deploying profitable growth strategies based on the waterfall of customer valu added. Eur. Manage. J, 15(2), 158-166. Dipetik 2013

[30]Locke, J. (1689). BBOK IV Of Knowledge and Probability. An Essay : Concerning Human Understanding. Dipetik September 19, 2013

[31]Luis, S., & Prima A, B. (2007). Step by Step in Cascading Balanced Scorecard to Functional Scorecard (1st ed.). (W. Daniel, & M. S. Roza, Penyunt.) Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: PT. Gramedia Pustaka Utama. Dipetik September 19, 2013

[32]Manalu, F. (2013, September). Dinas Cabin Maintenance. (A. Lubis, Pewawancara) Dipetik September 2013

(6)

[33]Mar'atus, S. (2012, Februari). Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja ITS International Office Dengan Menggunakan Blaanced Scorecard. Laporan TUgas Akhir. Dipetik 2013

[34]Martin. (2010). Knowledge. Dipetik Juli 26, 2013 [35]Merkin, B. (1979). Group Choice. New York: John

Wiley & Sons. Dipetik September 2013

[36]Moulin. (2007). Performance Measurement: Guidelines, Myths and Examples. Dipetik Juli 27,

2013, dari Management Help:

http://managementhelp.org/performancemanagement/ guidelines.htm

[37]Mulyadi. (2011). What is the Balanced Scorecard? Dipetik Juli 26, 2013, dari About the Balanced Scorecard:

http://www.balancedscorecard.org/bscresources/abou tthebalancedscorecard/tabid/55/default.aspx

[38]Mulyadi, & Jhony, S. (2000). Balanced Scorecard, Definisi, Konsep dan Perspektif. Dipetik Juli 25, 2013, dari Jurnal SDM: http://jurnal- sdm.blogspot.com/2009/04/balanced-scorecard-definisi-konsep-dan.html

[39]Nelly, A., Gregory, M., & and Plats, K. (1996, 4 15). Performance Measurement System Design. International Journal of Operations & Production Management, 80-116. Dipetik Juli 20, 2013

[40]Nonaka, & Takeuchi. (1995). Knowledge - Definition and More from the Free Merriam-Webster Dictionary. Dipetik Juli 23, 2013, dari Free Merriam-Webster Dictionary: http://www.merriam-webster.com/dictionary/knowledge

[41]O'Connor. (2001). Maintenance. 407. Dipetik

Oktober 16, 2013, dari http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s &source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDcQFjAB& url=http%3A%2F%2Flibrary.binus.ac.id%2FeColls %2FeThesisdoc%2FBab2%2F2010-1-00622-TISI%2520Bab%25202.pdf&ei=JzteUof0HuPOiwLh -oDYCA&usg=AFQjCNEJd_VPOaHRJSNHdlGBkb KmweFD6w&s

[42]Paramasivan, T. (2003). Knowledge Audit. The Charactered Accountant, November. Dipetik 2013 [43]Parmenter, D. (2007). Key Performance Indicator.

Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: PT. Elex Media Komputindo. Dipetik 2013

[44]Polanyi. (1996). Tacit Knowledge. Dipetik Juli 24, 2013

[45]Prof. Sir Andrew Likierman. (2012). Key Performance Indicator. London: London Business School. Dipetik Oktober 1, 2013

[46]Roy et al, R. (2000, Oktober). A Framework To Create Performance Indicators In Knowledge Management. Dipetik Oktober 12, 2013

[47]S. Diangga, I. (2013, Juli). Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Dengan Mempertimbangkan Aspek Sosial dan Bisnis. Laporan Tugas Akhir. Dipetik 2013

[48]Sembel dan Santoso. (2002). Knowledge Management. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia. Dipetik September 10, 2013

[49]Shah et al, P. (1998). Knowledge Audit of the Call Center at MindSpring Enterprises. Dipetik 2013 [50]Sholihah, M. (2012, Februari). Perancangan Sistem

Pengukuran Kinerja ITS International Office Dengan Menggunakan Blaanced Scorecard. Laporan TUgas Akhir. Dipetik 2013

[51]Simon. (1999). Balanced Scorecard, Definisi, Konsep dan Perspektif. Dipetik Juli 25, 2013, dari

Jurnal SDM:

http://jurnal- sdm.blogspot.com/2009/04/balanced-scorecard-definisi-konsep-dan.html

[52]Susantono, B. (2013, 03). Indonesia Berkomitmen untuk Mencapai Transportasi Udara Berkelanjutan. Dipetik September 12, 2013, dari Embassy of the Republic of Indonesia in Ottawa, Kanada: http://www.indonesia-ottawa.org/2013/03/indonesia- berkomitmen-untuk-mencapai-transportasi-udara-berkelanjutan/

[53]Sveiby, K. (2012). What is Knowledge. Dipetik September 22, 2013, dari Business Dictionary: http://www.businessdictionary.com/definition/knowl edge.html

[54]The Law Dictionary. (2012). What is Budget Airline ? (2nd ed.). (G. James, Penyunt.) Dipetik September 12, 2013, dari http://thelawdictionary.org/budget-airline/

[55]Tiwana, A. (2000). Knowledge Management. Knowledge Management, 5. Dipetik Juli 18, 2013 [56]Tse Kuah, C., & Yew Wong, K. (2011, Januari 14).

Knowledge Management Performance Measurement : A Review. Dipetik 2013

[57]Von et all, K. (1999). Knowing in firms : understanding, managing, and measuring knowledge. Dipetik 2013

[58]Wiig, K. (1993). Knowledge Management Methods. Arlington. Dipetik 2013

[59]Yamit, Z. (2005). Manajemen Kualitas, Produk dan Jasa. EKONISIA Yogyakarta. Dipetik Januari 14, 2014

[60]Yohan, D. (2008). Peningkatan EBITDA dengan pendekatan siklus six sigma menggunakan metode path analysis (studi kasus : telkom kendatel Jember). Laporan Tugas Akhkir. Dipetik September 18, 2013 [61]Zain, E. (2013, September 9). Knowledge

Management pada PT. GMF AeroAsia. (L. Arvinda, Pewawancara) Cengkareng, Jawa Barat, Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Pemaparan materi Tata Rias dan Tata Busana (Treny.. Moderator membuka acara workshop virtual dan mengenalkan para pemateri. Berlangsungnya workshop virtual dari awal

Buku Laporan Isi buku laporan tidak isi buku laporan rajin Isi buku laporan Pada umumnya baik, Kurang bersih dan Jarang membuat Tidak membuat pernah ada hal-hal yang dan

Hasil pengujian signifikansi parameter secara serentak terhadap model akhir dari regresi logistik menunjukkan nilai statistik uji sebesar 16,316 dan p-value

Hasil simulasi pengendalian sistem dengan waktu tunda menggunakan Fuzzy Neural Network (FNN) controller menunjukkan bahwa, meskipun dengan menggunakan rule base yang terbatas pada

Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 22 Tahun 2010 dan Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Semarangan kelas VI D di SD Nasima sudah diatas batas nilai ketuntasan dengan rata-rata 83,3 yang termasuk dalam kategori baik (4) Antusias siswa terhadap penerapan model

Pendidikan seni yang diberlakukan dalam kurikulum 2013 saat ini merupakan bagian dari mata pelajaran Seni dan Budaya, yang secara konseptual memberikan tempat tidak hanya

Pro dan Kontra tentang Tingkat Efisiensi Penggunaan Ruang Sebuah Unit Hunian di Perumahan Vertikal Berkaitan dengan Perbandingan antara Ruang yang Terisi Perabot dengan