• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLIVIA GUNAWAN ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OLIVIA GUNAWAN ABSTRACT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VISUAL MERCHANDISING DAN SALES PROMOTION TERHADAP

IMPULSE BUYING BEHAVIOUR YANG DI MEDIASI IMPULSE BUYING TENDENCY

PADA “ETUDE HOUSE” GRAND CITY MALL DI SURABAYA

OLIVIA GUNAWAN moxsoliv@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to prove the effect of visual merchandising and sales promotion on impulse buying behavior and impulse buying tendency as mediator variable on Etude House Grand City Mall Surabaya. The sample used is the consumers who live in Surabaya, female age 17-25 years, who knows the South Korean-made cosmetics, and consumers who ever buy cosmetic products in Etude House Grand City Mall Surabaya. The analysis technique used is Stuctural Equation Modeling (SEM), which will make it easier to see the effect of visual merchandising and sales promotion on impulse buying behavior in mediating the impulse buying tendency at Etude House Grand City Mall Surabaya.

The results showed that the Visual Merchandising positive effect on Impulse Buying Tendency. Sales promotion has positive influence on Impulse Buying Tendency. Impulse Buying Tendency have positive effect on Impulse Buying Behavior, as well as Visual Merchandising and Sales Promotion indirect effect on Impulse Buying Behavior and Impulse Buying Tendency act as a mediator variable.

Keywords: Visual Merchandising, Sales Promotion, Impulse Buying Behavior, Impulse Buying Tendency.

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan menjamurnya pembangunan mall dan shopping centre di Indonesia. Pertumbuhan signifikan dari mall di Surabaya dalam dua dekade terakhir menciptakan peluang bagi para pelaku bisnis terutama di industri kosmetika. Ketika mengunjungi sebuah mall, pengunjung khususnya kaum wanita atau remaja senang untuk berbelanja kosmetika dan melihat-lihat tren kosmetikaterbaru, terutama pada produk-produk asal Korea Selatan yang sedang tren di tahun 2012.

Dengan menerapkan konsep ritel, perusahaan-perusahaan dalam bidang kosmetika memanfaatkan peluang yang ada untuk mengembangkan produknya secara impulsif. Pembelian impulsif (impulse buying) dipengaruhi oleh visual merchandising di mana visual merchandising merupakan cara penyajian barang dagangan kepada pelanggan dengan cara yang sangat menarik. Apabila sebuah ritel dapat memberikan tampilan toko yang menarik dan bagus, maka penjualan atas barang yang di tawarkan kepada pelanggan akan meningkat, sedangkan salespromotion yang menarik juga memiliki pengaruh terhadap peningkatan impulse buying behaviour di mana promosi sebagai sebuah program untuk mendorong terjadinya penjualan atau untuk meningkatkan penjualan, maka pemberian sebuah promosi yang menarik kepada pelanggan akan semakin berguna untuk mendorong terjadinya impulse buying behaviour di sebuah ritel. Impulse buying tendency menjadi variabel mediasi antara visual merchandising dan promotions terhadap impulse buying behaviour karena, impulse buying tendency di definisikan sebagai tingkat “ dimana seorang individu kemungkinan untuk membuat yang tidak diinginkan atau tidak di rencanakan , langsung, dan pembelian secara unreflective” (Jones et al., 2003). Oleh sebab itu pengaruh antara visual merchandising dan sales promotion terhadap impulse buying behaviour dapat di mediasi melalui impulse buying tendency.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh visual merchandising terhadap impulse buying tendency pada pembeli “Etude

House” di Grand City Mall Surabaya.

2. Apakah terdapat pengaruh sales promotion terhadap impulse buying tendency pada pembeli “Etude House” di Grand City Mall Surabaya.

3. Apakah terdapat pengaruh terhadap impulse buying tendency terhadap impulse buying behaviour pada pembeli “Etude House” di Grand City Mall Surabaya.

4. Apakah impulse buying tendency berperan sebagai variabel mediasi dalam pengaruh antara visual merchandising terhadap impulse buying behaviour pada pembeli “Etude House“ di Grand City Mall Surabaya. 5. Apakah impulse buying tendency berperan sebagai variabel mediasi dalam pengaruh antara salespromotion

(2)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh visual merchandising terhadap impulse buying tendency pada pembeli “Etude House” di Grand City Mall Surabaya.

2. Pengaruh salespromotion terhadap impulse buying tendency pada pembeli “Etude House” di Grand City Mall Surabaya.

3. Pengaruh impulse buying tendency terhadap impulse buying behaviour pada pembeli “Etude House” di Grand City Mall Surabaya.

4. Pengaruh impulse buying tendency berperan sebagai variabel mediasi dalam pengaruh antara visual merchandising terhadap impulse buying behaviour pada pembeli “Etude House“ di Grand City Mall Surabaya.

5. Pengaruh impulse buying tendency berperan sebagai variabel mediasi dalam pengaruh antara sales promotion terhadap impulse buying behaviour pada pembeli “Etude House“ di Grand City Mall Surabaya.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN Landasan Teori

1. Visual Merchandising

Visual Merchandising didefinisikan sebagai "penyajian suatu toko atau merek dan barang dagangan kepada pelanggan melalui tim kerja dari toko, display, event tertentu, koordinasi fashion, dan merchandising departement untuk menjual barang dan jasa ditawarkan oleh perusahaan toko" (Mills et al., 1995) dalam Maymand dan Ahmadinejad (2011).

2. Sales Promotion

Promosi penjualan adalah program promosi ritel dalam rangka mendorong terjadinya penjualan atau untuk meningkatkan penjualan. Secara umum promosi penjualan yang dijalankan oleh ritel mempunyai beberapa tujuan antara lain: mempertahankan minat pelanggan untuk tetap berbelanja pada ritel tersebut, mengenalkan suatu produk baru atau gerai baru, menyaingi program para pesaing yang mengadakan program promosi penjualan, memancing konsumen potensial yang belum pernah berbelanja pada ritel tersebut, memanfaatkan musim/tren atau kecenderungan pola perilaku belanja pelanggan dalam Utami (2010:253)

3. Impulse Buying Behaviour

Menurut penelitian Engel (1995:156) dalam Japarianto (2011), pembelian berdasar impulse mungkin memiliki satu atau lebih karakteristik ini:

a. Spontanitas. Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan.

b. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.

c. Kegairahan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan”, “menggetarkan,” atau “ liar.”

d. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.

4. Impulse Buying Tendency (IBT)

IBT didefinisikan sebagai tingkat "dimana seorang individu kemungkinan untuk membuat yang tidak diinginkan, langsung, dan unreflective pembelian "(Jones et al., 2003) dalam Maymand dan Ahmadinejad(2011). Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa ciri-ciri kepribadian konsumen bisa lebih impulsif dari ciri-ciri lainnya. Penelitian menyatakan bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu menentukan tingkat IBT seseorang (Beatty dan Ferrell, 1998, Rook dan Fisher, 1995) dalam Maymand dan Ahmadinejad (2011).

Model Penelitian

Berdasarkan penjelasan diatas, maka model penelitian yang dibahas dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

 

H4

 

 

 

H5 H5 H2 H3 H5 H8 H6 Visual Merchandising Sales Promotion Impulse Buying Tendency Impulse Buying Behaviour H1 H2 H3

(3)

Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan model penelitian di atas, dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Visual merchandising mempunyai pengaruh positif terhadap impulse buying tendency pada pembeli “Etude House” di Grand City Mall Surabaya.

2. Sales Promotion mempunyai pengaruh positif terhadap impulse buying tendency pada pembeli “ Etude House” di Grand City Mall Surabaya.

3. Impulse buying tendency mempunyai pengaruh positif terhadap impulse buying behaviour pada pembeli “Etude House” di Grand City Mall Surabaya.

4. Impulse buying tendency mempunyai peran sebagai variabel mediasi antara visual merchandising terhadap impulse buying behavior pada pembeli “Etude House“ di Grand City Mall Surabaya.

5. Impulse buying tendency mempunyai peran sebagai variabel mediasi antara sales promotion terhadap impulse buying behavior pada pembeli “Etude House“ di Grand City Mall Surabaya.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal yang menganalisis pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan hipotesis yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh visual merchandising dan salespromotion terhadap impulse buying behaviour yang di mediasi

impulse buying tendency. Definisi Operasional Variabel 1. Visual Merchandising

Visual Merchandising adalah penyajian suatu toko atau merek dan barang dagangan kepada pelanggan melalui tim kerja dari iklan toko, display, event tertentu, koordinasi fashion, dan merchandising departement untuk menjual barang dan jasa ditawarkan oleh perusahaan toko (Mills et al., 1995) dalam Maymand dan Ahmadinejad (2011). Indikator-indikator visual merchandising antara lain:

1. Display meliputi :

Penempatan posisi display produk yang rapi mampu menarik perhatian konsumen. 2. Colour meliputi :

Pemilihan warna yang indah mampu mendukung suasana belanja konsumen. 3. Lighting meliputi :

Pencahayaan di dalam toko memudahkan konsumen melihat produk dengan jelas. 4. Assortment meliputi :

Keragaman produk akan membuat konsumen nyaman berbelanja.

2. Sales Promotion

Promotions adalah program promosi ritel dalam rangka mendorong terjadinya penjualan atau untuk meningkatkan penjualan Utami (2008). Indikator-indikator yang dapat di gunakan untuk mengukur variabel salespromotion antara lain:

1. Produk gratis dapat menjadi alasan konsumen untuk membeli kosmetika. 2. Konsumen membeli kosmetika di toko-toko apabila ada tawaran diskon.

3. Impulse Buying Tendency

Impulse Buying Tendency merupakan kecenderungan seseorang untuk membeli secara spontan. Selain faktor

lingkungan, faktor internal memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan kecenderungan untuk melakukan

impulse buying (Beatty dan Ferrell, 1998; Verplanken dan Herabadi, 2001; Harmancioglu et al. 2009) dalam Maymand dan Ahmadinejad (2011). Indikatornya meliputi:

1. ” Konsumen cenderung membeli kosmetika tanpa berpikir.

”Beli sekarang”, memikirkannya lagi nanti adalah gambaran diri konsumen saat membeli barang.

4. Impulse Buying Behaviour

Impulse Buying Behaviour merupakan “tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko” (Mowen dan Minor 2002:10) dalam Rahmawati (2009).Indikator yang digunakan adalah:

1. Konsumen tidak memperdulikan harga kosmetika saat berbelanja.

2. Setelah melakukan pembelian secara impulse atau spontan, konsumen merasa menyesal. 3. Konsumen tidak hanya berbelanja sesuai dengan di catatan belanjanya.

4. Setelah konsumen berbelanja merasa lebih baik atau senang.

5. Saat konsumen melihat kosmetika yang menarik, berarti harus membelinya. H7

(4)

Populasi, sampel, teknik pengambilan sampel dan analisis data Populasi dan Sampel

Populasi menurut Sekaran (2006) merupakan kumpulan semua elemen dalam populasi di mana sampel di ambil.. Dalam penelitian ini populasi yang akan digunakan adalah para pelanggan serta pengunjung Etude House di Grand City Mall Surabaya yang pernah melakukan pembelian produk. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 100 responden yang mewakili konsumen. Dengan kata lain sampel ditentukan berdasarkan pada pertimbangan peneliti. Dengan kriteria sebagai berikut :

1. Pernah melakukan pembelian produk secara tidak terencana di Etude House di Grand City Mall Surabaya, 2. Berjenis kelamin perempuan,

3. Berusia antara 17 – 25 tahun, 4. Berdomisili di Surabaya.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan untuk menarik sampel adalah teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, entah karena mereka adalah satu-satunya yang memilikinya, atau memenuhi beberapa kriteria yang di tentukan oleh peneliti menurut Sekaran (2006).

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Menurut Hair et al. (1995, dalam Yamin dan Kurniawan, 2009:3), SEM adalah sebuah evolusi dari model persamaan berganda yang dikembangkan dari prinsip ekonometri dan digabungkan dengan prinsip pengaturan dari psikologi dan sosiologi, SEM telah muncul sebagai bagian integral dari penelitian menajerial dan akademik.

 

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Realibilitas berkaitan erat dengan konsistensi variabel manifest dalam mengukur konstrak latennya.. Oleh karena itu, reliabilitas konstrak yang baik jika nilai construct reliability > 0,7 dan nilai variance extracted-nya > 0,5. suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap suatu konstrak atau variabel laten apabila:

1. Nilai t-mutlak muatan faktornya (factor loading) lebih besar dari nilai kritis (>1,96 atau untuk praktisnya >2). 2. Muatan faktor standarnya (standardized factor loadings) lebih besar atau sama dengan 0,7.

Uji Normalitas

Menurut Yamin dan Kurniawan (2009:29), ada dua output normalitas yang dihasilkan, yaitu: 1. Univariate Normality

2. Multivariate Normality

Kecocokan Keseluruhan Model

Menurut Yamin dan Kurniawan (2009:39), evaluasi terhadap model struktural berkaitan dengan pengujian hubungan antar variabel yang sebelumnya dihipotesiskan. Apakah koefisien hubungan antar variabel tersebut signifikan secara statistic atau tidak. Apabila digunakan pengujian satu arah dengan taraf nyata sebesar 5%, titik kritis untuk uji satu arah adalah 1,645. Sebaliknya untuk uji dua arah, titik kritisnya adalah 1,96.

Dalam praktiknya, pengujian yang biasa digunakan adalah pengujian dua arah, yaitu menggunakan batas nilai t-statistiknya 1,96. Untuk evaluasi terhadap keseluruhan persamaan struktural, koefisien determinasi (R2) yang digunakan serupa dengan analisis regresi. Nilai (R2) menjelaskan seberapa besar variabel eksogen yang dihipotesiskan dalam persamaan mampu menerangkan variabel endogen. Nilai (R2) yang besar menunjukkan bahwa variabel eksogen mampu menjelaskan variabel endogen.

Pengujian Hipotesis

Hipotesis Variabel thitung ttabel Keterangan

Hipotesis 1 VM Æ IBT 2.29 1,96 Signifikan

Hipotesis 2 SP Æ IBT 1.96 1,96 Signifikan

Hipotesis 3 IBT Æ IBB 8.84 1,96 Signifikan

Hipotesis 4 VM Æ IBT Æ IBB 2.30 1,96 Signifikan

(5)

Berdasarkan pengujian hipotesis pada tabel yang menunjukkan bahwa keempat hipotesis yang diajukan dalam riset semuanya terdukung, yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:

Hipotesis 1: Visual Merchandising mempengaruhi Impulse BuyingTendency. Hipotesis 2: Sales Promotion mempengaruhi Impulse BuyingTendency.

Hipotesis 3: Impulse buying tendency mempunyai pengaruh positif terhadap impulse buying behaviour .

Hipotesis 4: Impulse buying tendency mempunyai peran sebagai variabel mediasi antara visual merchandising terhadap impulse buying behavior.

Hipotesis 5: Impulse buying tendency mempunyai peran sebagai variabel mediasi antara sales promotion terhadap impulse buying behavior.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Visual Merchandising terhadap Impulse Buying Tendency

Dalam analisis data pun menunjukkan pengaruh Visual Merchandising terhadap Impulse Buying Tendency pada produk kosmetika Etude House Grand City Mall di Surabaya memiliki hubungan langsung sebesar 0,47. Di mana artinya pengaruh tersebut berpengaruh langsung secara positif dan sangat kuat. Karena nilai tersebut signifikan dengan nilai thitung sebesar 2.29 yang > 1,96. Dengan demikian hipotesis 1 terbukti.

2. Pengaruh Sales Promotion terhadap Impulse Buying Tendency

Dalam analisis data pun menunjukkan pengaruh Sales Promotion terhadap Impulse Buying Tendency pada kosmetika

Etude House Grand City Mall di Surabaya memiliki hubungan langsung 0,46. Di mana artinya pengaruh tersebut berpengaruh langsung secara positif dan sangat kuat. Karena nilai tersebut signifikan dengan nilai thitung sebesar 1.96 yang sama dengan 1,96 yang artinya Sales Promotion berhubungan positif dengan Impulse Buying Tendency. Dengan demikian hipotesis 2 terbukti.

3. Pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Impulse Buying Behaviour

Dalam analisis data pun menunjukkan pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Impulse Buying Behaviour pada kosmetika Etude House Grand City Mall di Surabaya memiliki hubungan langsung sebesar sebesar 0.98. Di mana artinya pengaruh tersebut berpengaruh langsung secara positif dan sangat kuat. Karena nilai tersebut signifikan dengan nilai thitung sebesar 8.84 yang > 1,96 yang artinya, Impulse Buying Tendency berhubungan positif dengan Impulse Buying Behaviour. Dengan demikian hipotesis 3 terbukti.

4. Pengaruh IBT sebagai variabel mediasi antara Visual Merchandising terhadap Impulse Buying Behaviour

Dalam analisis data pun menunjukkan pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Impulse Buying Behaviour pada kosmetika Etude House Grand City Mall di Surabaya memiliki hubungan langsung sebesar 0.98, yang artinya pengaruh tersebut berpengaruh langsung secara positif dan sangat kuat, karena nilai tersebut signifikan dengan nilai thitung sebesar 8.84 yang > 1,96. Sedangkan Visual Merchandising memiliki hubungan secara tidak langsung terhadap Impulse Buying Behaviour sebesar 0.46 dengan nilai thitung sebesar 2.29 yang > 1,96. Dengan demikian hipotesis 4 terbukti.

5. Pengaruh IBT sebagai variabel mediasi antara Sales Promotion terhadap Impulse Buying Behaviour

Dalam analisis data pun menunjukkan pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Impulse Buying Behaviour pada kosmetika Etude House Grand City Mall di Surabaya memiliki hubungan langsung sebesar sebesar 0.98. Di mana artinya pengaruh tersebut berpengaruh langsung secara positif dan sangat kuat. Karena nilai tersebut signifikan dengan nilai thitung sebesar 8.84 yang > 1,96. Sedangkan Sales Promotion memiliki hubungan secara tidak langsung terhadap Impulse Buying Behaviour sebesar 0.45 dengan nilai thitung sebesar 1.97 yang > 1,96. Dengan demikian hipotesis 5 terbukti.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini: Visual Merchandising berpengaruh positif terhadap Impulse Buying Tendency, diterima.

2. Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini: Sales Promotion berpengaruh positif terhadap Impulse Buying Tendency, diterima.

3. Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini: Impulse Buying Tendency berpengaruh positif terhadap Impulse Buying Behaviour, diterima.

4. Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini: Impulse Buying Tendency memiliki peran mediasi antara variabel Visual Merchandising terhadap variabel Impulse Buying Behaviour, diterima.

5. Hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini: Impulse Buying Tendency memiliki peran mediasi antara variabel Sales Promotion terhadap variabel Impulse Buying Behaviour, diterima.

 

SARAN

(6)

1. Perusahaan harus meningkatkan lagi tawaran diskon pembelian kosmetika agar Sales Promotion dalam sebuah toko dapat berperan penting untuk meningkatkan hasil penjualan toko yang maksimal. Misalnya : Penawaran diskon yang istimewa pada produk yang ingin dipromosikan atau produk yang sudah lama.

2. Perusahaan perlu memperhatikan variasi keragaman produk yang dibutuhkan oleh konsumen agar tetap membeli produk berdasarkan perilaku belanja konsumen. Misalnya: Produk yang dijual dan ditampilkan harus sesuai dan lengkap agar pembeli tidak kecewa saat ingin membelinya.

3. Perusahaan perlu memperhatikan penempatan posisi display produk yang lebih rapi, agar dapat lebih menarik perhatian konsumen. Misalnya : Produk New Arrival, Best Seller ditampilkan lebih menonjol dan terlihat berbeda atau khusus dengan produk yang lainnya.

4. Perusahaan perlu memperhatikan tata warna dalam sebuah toko agar dapat lebih mendukung suasana belanja konsumen. Misalnya : Pemilihan warna cerah yang menunjukkan kesan atau image“ Girly” seperti: Merah muda, ungu muda, kuning muda, ataupun warna pastel yang memberikan sentuhan kelembutan saat melihatnya

REFERENSI

Ali, Asim., dan Hasnu, SAF., 2011. An Analysis Of In-Store Shopping Environment On Consumers’Impulse

Buying:Evidence From

Pakistan,diakses1September2012http://saicon2011.ciitlahore.edu.pk/Management/1252A.pdf

Belch, G. E., dan Belch, M. A., 2009., Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perpective. New York: McGraw-Hill.

Chen, Tsai., 2008. Impulse Purchase Varied by Products and Marketing Channels. Journal of International Management Studies February 2008

http://bugardansehat.wordpress.com/2011/03/08/sejarah-singkat-kosmetik/, diakses 1 Sepetember 2012

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=22&submit.y=20&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiu nkpe%2Fs1%2Fmpar%2F2010%2Fjiunkpe-ns-s1-20135406073-19238-matahari-chapter3.pdf, diakses 1 September 2012

Japarianto, E., dan Sugiharto, S., 2012. Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behaviour Masyarakat High Income Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran. 32-41, 2012.

Karbasivar, A., dan Yarahmadi, H., 2011. Evaluating Effective Factors on Consumer Impulse Buying Behaviour. Asian Journal of Business Management Studies. 174-181, 2011.

Kotler, P, dan Armstrong, G., 2008., Principles of Marketing, New Jersey: Prentice Hall. Kotler, P., dan Keller, K.L., 2008, Marketing Management, New Jersey: Pearson. Education, Inc. Kotler, Philip., dan Keller, Kevin Lane, 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi ke-13. Jakarta: Erlangga. Lupiyoadi, H., 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Maymand, Mohammad M., dan Ahmadinejad, M., 2011. Impulse Buying: The Role of Store Environmental Stimulation and Situasional Factors (An Empirical Investigation). African Journal of Business Management. Vol. 5, pp 13057-13065, 2011.

Nailatie, M. N., 2008., The Power Of Marketing : Practitioner Perspectives In Asia. Jakarta: Salemba Empat

Rachmawati, V., 2009. Hubungan antara Hedonic Shopping Value, Positive Emotion, dan Perilaku Impulse Buying pada Konsumen Ritel. Majalah Ekonomi. Vol 2: 192-209, 2009.

Sekaran, U., 2006. Research Methods for Business, Edisi Keempat.Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono, 2008., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Utami, C.W., 2008, Manajemen Barang Dagangan Dalam Bisnis Ritel, Edisi Pertama. Malang: Bayumedia. Utami, C.W., 2010 Manajemen Ritel, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat

www.ilmuretail.com/artikel_vm/vm.php, diakses 1 September 2012

Yamin, S., dan Kurniawan, H., 2009 Structural Equation Modelling, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Infotek.

 

Referensi

Dokumen terkait

Hasil simulasi Comsol menunjukkan bahwa tekanan yang terjadi dari variasi bentuk pembuluh darah tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun untuk tegangan yang terjadi

Kendala tanah masam dapat diatasi dengan menggunakan varietas jagung toleran tanah masam dan kekeringan serta disertai perbaikan kesuburan tanah melalui ameliorasi

The data used in the Indonesia Specialized Financial Institutions Statistics are derived from Indonesia Eximbank Monthly Report, PT Pegadaian (Persero) Monthly

Fungsi mahalabiu yang digunakan, yakni (1) fungsi untuk gurauan atau bahan bercandaan, (2) fungsi untuk menguji kepandaian, (3) fungsi sebagai alat untuk menyindir seseorang,

Semenjak pertengahan tahun 1970-an hinggalah sekarang telah berlaku peningkatan pekerja asing ke Malaysia untuk mencari pekerjaan dan ini telah menimbulkan berbagai isu yang

Nilai potensial yang diukur setiap penambahan volume titran tertentu akan diplotkan menjadi kurva titrasi dan akan didapatkan titik ekuivalen titrasinya (Abriyanti, t.t.), yang

Structured lipids (SL), in this text, means fats that are modified or restructured from natural oils and fats, or the fatty acids therefrom, with regio-positional preference of each

ADISUWARNO / NGATINEM SLEMAN 15-10-1941 Perempuan Janda/Duda (C.Mati) Kepala Keluarga buruh tani... HARDJO PAWIRO YOGYAKARTA 08-12-1922 Perempuan Janda/Duda (C.Mati) Orang