• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ASAM HUMAT DALAM MENAHAN PELEPASAN UNSUR HARA MARO PADA BLOK MEDIA SEMAI (BMS) Dr. Sutanto, M.Si, Hilman Affandi, Ph.D, Achmad Syuhada ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN ASAM HUMAT DALAM MENAHAN PELEPASAN UNSUR HARA MARO PADA BLOK MEDIA SEMAI (BMS) Dr. Sutanto, M.Si, Hilman Affandi, Ph.D, Achmad Syuhada ABSTRAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

Universitas Pakuan Bogor, Agustus 2015.

PERAN ASAM HUMAT DALAM MENAHAN PELEPASAN UNSUR HARA MARO PADA BLOK MEDIA SEMAI (BMS)

Dr. Sutanto, M.Si, Hilman Affandi, Ph.D, Achmad Syuhada Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pakuan

Jalan Pakuan PO.BOX 452 Bogor, Jawa Barat

ABSTRAK

BMS hadir sebagai suatu bahan yang dikembangkan untuk menggantikan fungsi plastik

bag dalam hal persemaian. Sebelumya, tanaman yang sudah ada pada BMS tidak efektif terhadap penambahan pupuk kimia yang berlebih. Diduga, karena pelepasan unsur hara dalam BMS akan cepat tercuci oleh air karena bentuk BMS yang kecil, oleh karena itu ditambahkan suatu senyawa sehingga tidak mudah tercuci oleh air, yaitu asam humat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam humat dalam menahan pelepasan unsur hara makro serta mengetahui perubahan nilai kandungan unsur hara makro sebelum dan setelah perlakuan pada BMS. Tahap pertama penelitian adalah pembuatan BMS, penambahan variasi konsentrasi asam humat masing-masing 15 %, 10 %, 5 % dan 1 %, konsentrasi 0 % dilakukan sebagai kontrol terhadap perlakuan sebelum BMS dicetak dan penentuan unsur hara makro pada BMS sebelum ditanam. Tahap kedua, penanaman BMS dalam tanah selama 3 bulan. Tahap ketiga, penentuan unsur hara makro pada BMS setelah ditanam 3 bulan. Pengolahan data Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan untuk mengetahui konsentrasi asam humat yang baik, agar dapat mengurangi pelepasan unsur hara makro pada BMS. Pada penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa penambahan asam humat pada BMS, semakin tinggi konsentrasi asam humat yang ditambahkan berkorelasi negatif dengan kemampuannya untuk menahan pelepasan kandungan C-organik, N Total dan P Total. Tetapi pada K Total berkorelasi positif, semakin tinggi konsentrasi asam humat yang ditambahkan maka semakin kuat pula kemampuan menahan pelepasannya. Nilai kandungan C-organik, N Total, P Total dan K Total pada BMS yang sebelum dicetak ditambahkan asam humat mengalami penurunan.

Kata kunci: Asam Humat, Unsur Hara Makro, BMS PENDAHULUAN

Seiring berjalannya waktu, masyarakat semakin menyukai sesuatu hal dengan proses yang cepat atau instan, mudah dan juga bisa menghasilkan sesuatu dengan hasil yang optimal. Sebelumnya untuk persemaian atau nursery digunakan plastik

bag. Kini untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini, bisa digunakan BMS.

BMS hadir sebagai suatu bahan yang dikembangkan untuk menggantikan fungsi plastik bag dalam hal persemaian. Beberapa kelebihan dari penggunaan BMS, apabila dibandingkan dengan penggunaan plastik bag, yaitu : kemudahan saat transportasi atau pemindahan bibit dari persemaian ke lapangan; bibit pada BMS pada umur siap tanam akan lebih ringan daripada bibit pada plastik bag dengan tanah sebagai media, sehingga memudahkan pada saat pengangkutan dan penanaman bibit di

lapangan; sebelum penanaman bibit, tidak perlu melepaskan plastik terlebih dahulu, sehingga tidak akan menimbulkan masalah lingkungan; bibit pada BMS dapat ditanam langsung ke tanah pada waktu penanaman bibit; biaya secara keseluruhan pekerjaan di persemaian sampai ke penanaman di lapangan akan lebih murah.

Penggunaan BMS pada prinsipnya, yaitu untuk penyemaian benih tanpa memakai kantong plastik dan persemaian khusus. BMS sendiri berfungsi sebagai penyedia/pensuplai nutrisi untuk bibit tanaman yang ditanam.

Sebelumya, tanaman yang sudah ada pada BMS tidak efektif terhadap penambahan pupuk kimia yang berlebih. Diduga, karena pelepasan unsur hara dalam BMS akan cepat tercuci oleh air karena bentuk BMS yang kecil, oleh karena itu ditambahkan suatu senyawa sehingga tidak

(2)

2

mudah tercuci oleh air, yaitu salah satunya

asam humat.

Asam humat adalah salah satu fraksi dari substansi humat yang larut di dalam larutan alkali tetapi terkoagulasi bila ekstrak alkali ini diasamkan. Menurut Tan (2003), asam humat dapat ditemukan pada berbagai jenis tanah, kompos, batu bara, lignit, sedimen-sedimen yang terdapat pada sungai, danau bahkan laut, dengan jumlah dan karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari jumlah bahan organiknya. Hasil penelitian Ayuso et al., (1996) membuktikan bahwa penambahan asam humat meningkatkan kemampuan penyerapan unsur hara makro (N, P, K) tetapi banyaknya hara yang terserap berbeda untuk setiap unsurnya. Kemampuan asam humat dalam meningkatkan serapan hara juga ditunjukkan dalam penelitian Cooper et al., (1998) menunjukkan adanya peningkatan penyerapan P pada tanaman

Agrostis stolonifera L.

Pada penelitian ini, asam humat dengan beberapa variasi konsentrasi, ditambahkan ke dalam BMS sebelum dicetak. BMS tersebut setelah dicetak, dikering udarakan, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kandungan kimianya (analisis sebelum perlakuan). Selanjutnya, BMS yang mengandung asam humat serta kontrol dimasukkan ke dalam pot yang telah terisi tanah. Penyiraman dilakukan 1 hari 2 kali (pagi dan sore) seperti pemakaian BMS di lapangan selama 3 bulan. Pada penelitian ini, BMS ditanam tanpa menggunakan tanaman. Setelah BMS tersebut ditanam selama 3 bulan, diangkat dari pot tersebut, lalu kembali dikering udarakan untuk dianalisis kembali kandungan kimianya (analisis setelah perlakuan) untuk mengetahui pengaruh asam humat terhadap pelepasan N, P dan K pada BMS setelah aplikasi di dalam pot tersebut selama 3 bulan.

Bibit media semai dilengkapi dengan pupuk organik ramah lingkungan yang mengandung unsur Nitrogen, Fosfor, Kalium dan beberapa unsur mikro yang dibutuhkan untuk perkecambahan dan pertumbuhan bibit tanaman.

Kandungan pupuk yang terkandung dalam BMS, baik pupuk anorganik maupun organik, dapat dimodifikasi susunannya apabila diperlukan sesuai dengan kebutuhan setiap komoditi tanaman yang akan ditanam. BMS terbukti berhasil dapat digunakan untuk perbanyakan pohon jati

dengan menggunakan stek. Akan tetapi, pertumbuhan selanjutnya sedikit melambat bila dibandingkan pertumbuhan stek yang sama dengan menggunakan plastik bag

biasa. Oleh karena itu, pada penelitian ini, penggunaan BMS akan diperbaiki dengan penambahan asam humat sebelum BMS dicetak, lalu ditanam untuk memperbaiki tingkat germinasi maupun pertumbuhan tanaman pada BMS.

Kandungan BMS dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan pada BMS Parameter Satuan Konsentrasi

pH - 7.01 Moisture Content % 9.92 C-organik % 40.99 N Total % 2.29 Rasio C/N - 17.89 Fosfor (P) ppm 1308 Kalsium (Ca) Meq/100g 27.67

Magnesium (Mg)

Meq/100g 17.08 Kalium (K) Meq/100g 17.40 Natrium (Na) Meq/100g 1.78

Salt Content % 1.14

Sumber: Affandi et al., 2014

Asam humat pada umumnya memiliki gugus-gugus fungsi –COOH, -OH fenolik, -OH alkoholik, C=O kuinoid, C=O ketonik dan –OCH3 metoksi (Tan, 1982).

Gambar 2. Struktur Asam Humat (Stevenson, 1982)

Menurut Legiartini (2007), unsur karbon dalam asam humat ditemukan dalam struktur aromatik maupun alifatik,

(3)

3

sedangkan oksigen sebagian besar sebagai

gugus-gugus fungsional yang berada pada rantai alifatik dan pada cincin aromatik. Asam humat dari sumber berbeda memiliki struktur molekul total yang berbeda. Namun, memiliki sifat yang mirip seperti menggunakan gugus-gugus yang sama. METODE PENELITIAN

Penelitian secara global dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu rancangan penelitian, pembuatan dan persiapan BMS, analisis, pengolahan data dan kesimpulan. Sebelum BMS dicetak, masing-masing bahan ditambah dengan asam humat, konsentrasi penambahan pada BMS adalah 15 %, 10 %, 5 % dan 1 % beserta kontrol, setelah BMS dicetak lalu dikering udarakan, BMS dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama untuk analisis unsur hara makro sebelum BMS ditanam, meliputi : kadar air, C-organik, N Total, P Total dan K Total, bagian kedua untuk ditanam dalam pot yang telah terisi tanah dan penyiraman dilakukan 1 hari 2 kali (pagi dan sore) seperti pemakaian BMS di lapangan selama 3 bulan. Setelah 3 bulan, BMS diangkat dari pot tersebut, lalu dikering udarakan dan dianalisis kembali unsur hara makro setelah BMS ditanam, meliputi : kadar air, C-organik, N Total, P Total dan K Total. Alat

Alat tekan hidrolik (perangkat

molding), alat pencampur (mixer), pot, spatula, tisu, neraca analitik Mettler Toledo Dragon 204, oven Heraeus Instruments, cawan alumunium, desikator, kertas minyak, erlenmeyer, pipet gondok 10 mL, penangas air, gelas piala, labu ukur, buret 50 mL, labu Kjeldahl, digestion apparatus (pemanas listrik/block digestor Kjeldahl therm), alat pendestilasi N BUCHI Distillation unit

K-350 dan kelengkapannya, kertas saring, spektrofotometer serapan atom novAA 300

analytikjena, pipet mikro 1 mL, vortex mixer, spektrofotometer UV-VIS Thermo Scientific GENESYS 10S UV-VIS.

Bahan

Kompos, serbuk sabut kelapa, asam humat, air suling, bahan perekat, tanah, larutan K2Cr2O7 2 N, larutan H2SO4 pekat, larutan indikator feroin, larutan FeSO4 0,2 N, larutan H2O2 30 %, larutan NaOH 40 %, larutan H3BO3 1 %, larutan indikator

conway, larutan HCl 0,02 N, kertas saring,

gas asetilen-udara, standar K, standar P, larutan pereaksi pembangkit warna P. RANCANGAN PERCOBAAN

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Analisis Sidik Ragam (Analysis of Variance) pada tingkat kepercayaan 95 % (taraf α 0.05). Jika nilai P ≤ 0.05 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap respon yang dianalisis, maka uji lanjut yang digunakan ialah uji Duncan. PEMBUATAN DAN PERSIAPAN BMS

Kompos, serbuk sabut kelapa dan kedua bahan tersebut ditambahkan asam humat, dilakukan juga kontrol, selanjutnya campuran tersebut ditambahkan air suling sampai menggumpal. Kemudian dicampur perekat 1 % berat dan dicetak dengan alat cetak. Jumlah asam humat konsentrasinya bervariasi, yaitu 15 %, 10 %, 5 % dan 1 % beserta 0 % (kontrol). Sebanyak 5 BMS masing-masing dihasilkan dari variasi konsentrasi asam humat yang ditambahkan. Penentuan Kadar Air (SNI 19-7030-2004)

Ditimbang 5,00 gram sampel lalu dimasukkan ke dalam cawan timbang yang bersih dan kering serta telah diketahui bobotnya. Kemudian ditimbang bobot cawan beserta sampel. Dikeringkan sampel tersebut di dalam oven dengan tutup cawan agak terbuka dan dipanaskan pada suhu 105 °C selama 24 jam. Didinginkan cawan dan isinya dalam keadaan tutup cawan tertutup di desikator sampai dicapai suhu kamar, kemudian ditimbang. Dihitung kadar air sampel dan faktor koreksi kelembaban. Kadar air dan faktor koreksi diperoleh dengan mengunakan rumus :

Keterangan :

BKU = Bobot sampel yang digunakan BKM = Bobot sampel setelah dikeringkan di dalam oven selama 24 jam.

(4)

4

Penentuan C-organik Metode Walkley &

Black (SNI 19-7030-2004)

Ditimbang 0,10 gram sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL. Ditambahkan 10 mL larutan K2Cr2O7 2 N dan 7,5 mL larutan H2SO4 pekat. Dipanaskan di atas penangas air pada suhu 90 °C selama 90 menit (setiap 15 menit erlenmeyer digoyang pelan agar larutan homogen secara merata). Kemudian larutan sampel didinginkan hingga mencapai suhu kamar. Selanjutnya larutan sampel di dalam erlenmeyer dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, lalu diencerkan dengan air suling hingga mencapai tanda tera dan dihomogenkan. Dipipet 10 mL larutan, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 3 tetes larutan indikator feroin. Kemudian dititrasi dengan larutan FeSO4 0,2 N sampai warna larutan berubah menjadi merah anggur. Kadar C-organik diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

me = volume (v) × Normalitas (N) FK = Faktor Koreksi Kadar Air FP = Faktor Pengenceran (bila ada)

Penentuan N Total Metode Kjeldahl (SNI 19-7030-2004)

Ditimbang 0,25 gram sampel, dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. Ditambahkan 5 mL larutan H2SO4 pekat lalu dipanaskan di atas pemanas listrik (alat destruksi N) labu Kjeldahl dan diatur suhunya 350 °C selama 15 menit. Kemudian ditambahkan 2 mL larutan H2O2 30 % lalu dipanaskan kembali selama 15 menit. Jika belum jernih ditambahkan lagi 2 mL larutan H2O2 30 % dan dipanaskan hingga jernih. Jika sudah jernih, dibiarkan dingin hingga suhu kamar, kemudian larutan sampel di dalam labu Kjeldahl dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, lalu diencerkan dengan air suling hingga mencapai tanda tera dan dihomogenkan. Dipipet 10 mL larutan ke dalam labu Kjeldahl dan dimasukkan ke dalam alat penyuling, ditambahkan 25 mL larutan NaOH 40 % lalu didestilasi selama 3 menit 30 detik sampai isi erlenmeyer berisi 100 mL, sebagai penampung digunakan 10

mL larutan H3BO3 1 % yang telah dicampur 3 tetes larutan indikator conway. Dibilas ujung pendingin dengan air suling. Dititar dengan larutan HCl 0,02 N hingga berwarna merah muda. Dikerjakan penetapan blanko. Kadar N Total diperoleh dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

V1 = Volume HCl 0,02 N yang dipergunakan penitaran contoh (mL)

V2 = Volume HCl 0,02 N yang dipergunakan penitaran blanko (mL)

N HCl = Normalitas HCl FK = Faktor koreksi kadar air FP = Faktor pengenceran (bila ada) Penentuan P Total dan K Total (SNI 19-7030-2004)

Hasil dari destruksi penentuan N Total yang ada di dalam labu ukur 50 mL dihomogenkan kembali lalu disaring menggunakan kertas saring.

Untuk pengukuran P Total. Dipipet 1 mL ekstrak yang telah disaring. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi volume 20 mL, begitupun masing-masing deret standard P. Ditambahkan masing-masing 5 mL larutan pereaksi pembangkit warna P ke dalam setiap sampel dan deret standard, dihomogenkan dengan vortex mixer, dibandingkan warna sampel terhadap deret standard, jika warna sampel lebih pekat dari deret standard konsentrasi tertinggi, maka sampel diencerkan. Dibiarkan 30 menit, lalu diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm dan dicatat nilai absorbansinya. Berikut rumus untuk memperoleh kadar P Total :

Kadar P Total (%) = ppm kurva × mL ekstrak 1000 mL-1 × 100 mg sampel -1× FK × FP × 31/95

Untuk pengukuran K Total. Diukur ekstrak sampel dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm dengan deret standard sebagai pembanding, jika sampel tidak masuk range deret standard, sampel diencerkan hingga masuk range deret

(5)

5

standard. Lalu dicatat nilai absorbansinya.

Berikut rumus untuk memperoleh kadar K Total :

Kadar K Total = ppm kurva × mL ekstrak 1000 mL-1 × 100 mg sampel-1× FK × FP Keterangan :

ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva regresi hubungan antara kadar deret standar dengan pembacaannya setelah dikurangi blanko.

FK = faktor koreksi kadar air FP = faktor pengenceran (bila ada) 100 = faktor konversi ke % 31 = bobot atom P

95 = bobot molekul PO4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kandungan C-organik, N Total, P Total dan K Total Sebelum dan Setelah Penanaman pada BMS

Pada penelitian ini dilakukan analisis penentuan kandungan C-organik, N Total, P Total dan K Total pada BMS sebelum dan setelah penanaman untuk mengetahui pengaruh asam humat terhadap kandungan C-organik, N Total, P Total dan K Total pada BMS sebelum dilakukan penanaman di dalam pot yang telah terisi tanah dan setelah dilakukan penanaman di dalam pot tersebut sambil dilakukan penyiraman 1 hari 2 kali (pagi dan sore) selama 3 bulan.

Dari hasil analisis yang telah didapatkan (Lampiran 9) menunjukkan bahwa kandungan C-organik, N Total, P Total dan K Total dalam BMS mengalami penurunan. Oleh karena itu diperlukan cara untuk menahan pelepasan kandungan C-organik, N Total, P Total dan K Total pada BMS ini sehingga dapat meminimalkan pelepasan kandungan C-organik, N Total, P Total dan K Totalnya. Salah satu cara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan penambahan asam humat sebelum BMS dicetak.

Pengaruh Konsentrasi Asam Humat terhadap Kandungan C-organik, N Total, P Total dan K Total pada BMS

Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam humat terhadap kandungan C-organik, N Total, P Total dan K Total yang terkandung pada BMS sebelum

dilakukan penanaman dan setelah dilakukan penanaman di dalam pot yang telah terisi tanah selama 3 bulan dan penyiraman dilakukan 1 hari 2 kali (pagi dan sore), pengolahan datanya dilakukan dengan menggunakan uji Duncan dan hasil dari uji Duncan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi Asam Humat terhadap Kandungan C-organik, N Total, P Total dan K Total pada BMS Perlak uan Parameter C-organi k (%) N Total (%) P Total (%) K Total (%) AH.15 92,8633c 80,0433a 63,2567cd 83,8833a AH.10 94,9900b 77,9733ab 59,0333d 66,8967b AH.5 100,0000a 72,5367bc 70,0133b 44,6333c AH.1 86,2633d 78,1533ab 79,3467a 44,1667c Kontr ol 99,9500a 68,8533c 66,1300bc 29,6367d Keterangan:

angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan uji lanjut Duncan pada taraf kepercayaan 95%.

AH.15 : Penambahan asam humat 15 %

AH.10 : Penambahan asam humat 10 %

AH.5 : Penambahan asam humat 5 %

AH.1 : Penambahan asam humat 1 %

Kontrol : Tanpa penambahan asam humat

Pengaruh Konsentrasi Asam Humat dalam Menahan Pelepasan Kandungan C-organik pada BMS

Grafik pengaruh konsentrasi asam humat dalam menahan pelepasan kandungan C-organik pada BMS dapat dilihat pada Gambar 5.

(6)

6

Gambar 5. Grafik Pengaruh Konsentrasi

Asam Humat dalam Menahan Pelepasan Kandungan C-organik pada BMS

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil, penahanan kandungan C-organik terbaik pada BMS diperoleh dengan perlakuan penambahan asam humat sebesar 5 % bukan pada asam humat 15 %, ini tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Hal tersebut dapat disebabkan karena pada penambahan asam humat 5 % ini, antara asam humat dengan komposisi lain pada BMS mengalami kesetimbangan yang baik, sehingga ikatan antara asam humat dengan komposisi lain pada BMS saling mengikat dengan kuat dan berpengaruh terhadap kemampuan asam humat dalam menahan pelepasan C-organik, sehingga pada penambahan asam humat 5 % ini penahanan pun maksimal.

Pengaruh Konsentrasi Asam Humat dalam Menahan Pelepasan Kandungan N Total pada BMS

Grafik pengaruh konsentrasi asam humat dalam menahan pelepasan kandungan N Total pada BMS dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Pengaruh Konsentrasi Asam Humat dalam Menahan Pelepasan Kandungan N Total pada BMS

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil, penahanan kandungan N Total terbaik pada BMS diperoleh dengan perlakuan penambahan asam humat sebesar 15 %, hal ini hampir sesuai dengan hasil yang diharapkan, yaitu penahanan N Total yang optimal terjadi pada penambahan konsentrasi asam humat 15 %, walaupun pada penambahan asam humat dari 1 % ke 5 % sempat mengalami penurunan.

Pengaruh Konsentrasi Asam Humat dalam Menahan Pelepasan Kandungan P Total pada BMS

Grafik pengaruh konsentrasi asam humat dalam menahan pelepasan kandungan P Total pada BMS dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik Pengaruh Konsentrasi Asam Humat dalam Menahan Pelepasan Kandungan P Total pada BMS

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil, penahanan kandungan P Total terbaik pada BMS diperoleh dengan perlakuan penambahan asam humat sebesar 1 % bukan pada asam humat 15 %, ini tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Hal tersebut dapat disebabkan karena pada penambahan konsentrasi asam humat 1 % ini, antara asam humat dengan komposisi lain pada BMS mengalami kesetimbangan yang baik, sehingga ikatan antara asam humat dengan komposisi lain pada BMS saling mengikat dengan cukup kuat dan berpengaruh terhadap kemampuan asam humat dalam menahan pelepasan P Total, sehingga pada penambahan konsentrasi asam humat 1 % ini penahanan pun optimal.

(7)

7

Pengaruh Konsentrasi Asam Humat

dalam Menahan Pelepasan Kandungan K Total pada BMS

Grafik pengaruh konsentrasi asam humat dalam menahan pelepasan kandungan K Total pada BMS dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik Pengaruh Konsentrasi Asam Humat dalam Menahan Pelepasan Kandungan K Total pada BMS

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penahanan kandungan K Total terbaik pada BMS diperoleh dengan perlakuan penambahan asam humat sebesar 15 %, hal ini sesuai dengan hasil yang diharapkan, yaitu penahanan K Total yang optimal terjadi pada penambahan konsentrasi asam humat 15 %. Dan konsentrasi asam humat yang ditambahkan ini berkorelasi positif dengan kemampuannya dalam menahan pelepasan N Total, yaitu semakin tinggi konsentrasi asam humat yang ditambahkan maka semakin kuat pula kemampuannya untuk menahan pelepasan N Total.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penambahan asam humat pada BMS, semakin tinggi konsentrasi asam humat yang ditambahkan berkorelasi negatif dengan kemampuannya untuk menahan pelepasan kandungan C-organik, N Total dan P Total. Tetapi pada K Total berkorelasi positif, semakin tinggi konsentrasi asam humat yang ditambahkan

maka semakin kuat pula kemampuan menahan pelepasannya.

2. Nilai kandungan C-organik, N Total, P Total dan K Total pada BMS yang sebelum dicetak ditambahkan asam humat mengalami penurunan.

SARAN

1. Penambahan asam humat ditambahkan sesuai kebutuhan. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut

dengan penambahan konsentrasi asam humat lebih tinggi dari 15 %. DAFTARA PUSTAKA

Affandi Hilman, Nuryadin Arif dan Rojak. 2014. Upaya Peningkatan Kualitas Blok Media Semai. Laporan Akhir DIPA BIOTROP.

Ayuso MT, Hernandez C, Gracia and JA Pascual. 1996. Stimulation of Barley Growth and Nutrient Absorption by Humic Substances Orginating from Various Organic materials. Bioresource Technology 57, 251-257.

Cooper RJ, Liu C and Fisher DS. 1998. Influences of Humic Subtances on Rooting and Nutrient Content of Creeping Bentgrass. Crop Science 38: 1639-1644.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 1991. Kimia Tanah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. hal : 65-68.

SNI 19-7030. 2004. Standard kualitas

Kompos. Jakarta: Badan

Standardisasi Nasional.

Stevenson, F.J. 1982. Humus Chemistry Genesis, Composition, Reaction. New York: John Willey and Sons. Tan, K.H. 1982. Principles Of Soil

Chemistry. Marcel Dekker, Inc. New York.

Tan, K.H. 2003. Humic Matter in Soil and The Environment. Marcel Dekker,

Gambar

Gambar 2. Struktur Asam Humat  (Stevenson, 1982)
Tabel  3.  Pengaruh  Konsentrasi  Asam  Humat  terhadap  Kandungan   C-organik, N Total, P Total dan  K Total pada  BMS Perlak uan  Parameter  C-organi k (%)  N  Total (%)  P  Total (%)  K  Total (%)  AH.15  92,863 3 c 80,0433a 63,2567cd 83,8833a AH.10  94
Gambar  6.  Grafik  Pengaruh  Konsentrasi  Asam  Humat  dalam  Menahan  Pelepasan  Kandungan N Total pada BMS
Grafik pengaruh konsentrasi asam  humat dalam menahan pelepasan kandungan  K  Total  pada  BMS  dapat  dilihat  pada  Gambar 8

Referensi

Dokumen terkait

Bernhard pun tertarik dengan motif dan kerumitan teknik pembuatan songket dan akhirnya Benhard memutuskan untuk membuka Studio Songket pada tahun 2005 yang dahulu

Kesimpulan Tidak terdapat korelasi antara volume perdarahan intraserebral dengan nilai indeks barthel pada stroke hemoragik. Kata Kunci volume perdarahan, Indeks Barthel,

Kondisi di atas sesuai dengan prinsip-prinsip literasi dalam tahap pembiasaan, antara lain peserta didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah dan buku yang dibaca

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua beban kognitif ini pada ketiga materi kemungkinan disebabkan oleh penguasaan pengetahuan awal yang tidak tuntas dan

Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani padi di lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro

Dari hasil normalisasi tersebut diatas, maka didapat jumlah masukan yang sama untuk seluruh pola wilayah kecamatan yang diberikan (tabel 1) dan jumlah masukan yang akan masuk

Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa apartemen merupakan alternatif tertinggi dan terbaik untuk didirikan pada lahan di Jalan Tenggilis Timur 7 Surabaya ini

[r]