• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN KOPI BANARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN KOPI BANARAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN KOPI BANARAN

A. Kondisi Geografis Perkebunan Kopi Banaran

Kabupaten Semarang merupakan salah satu Kabupaten dari 29 kabupaten dan 6 kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Semarang terletak pada posisi 1100 141 5411 sampai dengan 1100391 311 Bujur Timur dan 7031 5711 sampai dengan 70

3015411 Lintang Selatan. Luas keseluruhan wilayah Kabupaten Semarang adalah

95.020,674 Ha atau sekitar 2,92% dari luas Provinsi Jawa Tengah. Ibu kota Kabupaten Semarang terletak di kota Ungaran.1

Secara administratif Kabupaten Semarang tahun 2004 terbagi menjadi 17 Kecamatan, 27 Kelurahan dan 208 desa. Batas-batas Kabupaten Semarang adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Boyolali. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kendal.2

Dari segi Fisiografis keadaan topografi kabupaten Semarang berupa daratan- daratan dan perbukitan yang landai hingga curam pada ketinggian rata-rata

1

Pemerintah Kabupaten Semarang., Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang No.8 Seri D, (Semarang: Pemerintah Kabupaten Semarang 1989), hlm. 14.

2

Dinas Pariwisata Kebudayaan Kabupaten Semarang, Sejarah Kabupaten Semarang, (Semarang:Dinas Pariwisata Kebudayaan Kabupaten Semarang 2007), hlm. 9.

(2)

1450m diatas permukaan air laut serta sebuah danau atau rawa-rawa yang luas. Dengan ketinggian terendah terletak di desa Candirejo Kecamatan Pringapus dan tertinggi di desa Batur Kecamatan Getasan. Rata-rata curah hujan 1.979 mm dengan banyaknya hari hujan adalah 104. Kondisi yang demikian memungkinkan untuk budidaya pertanian. Kurang lebih 74,55% dari luas wilayah ini dipergunakan sebagai lahan pertanian antara lain berupa sawah, tegalan, perkebunan, hutan, dan kolam-kolam ikan.3

Batas administrasi Kabupaten Semarang adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kota Semarang, dan Kabupaten Demak. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Grobogan. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Kendal. Ditengah-tengah wilayah ini terdapat Kota Salatiga. Rata-rata ketinggian tempat di Kabupaten Semarang 607 meter di atas permukaan laut. Daerah terendah di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran. Daerah tertinggi di Desa Batur Kecamatan Getasan, Ungaran.

Ibukota Kabupaten Semarang tepat berbatasan dengan Kota Semarang. Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan dataran tinggi dan perbukitan. Sungai besar yang mengalir adalah Kali Tuntang. Di bagian barat wilayahnya berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ungaran (2.050 meter) di perbatasan dengan Kabupaten Kendal, serta Gunung Merbabu (3.141 meter) di barat daya.4

3

Pemerintah Kabupaten Semarang. Ibid,hlm. 14.

4

(3)

Bawen merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Semarang dan merupakan tempat dimana terdapat Perkebunan Kopi Afdeling Assinan/ Banaran PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas/ Assinan Kabupaten Semarang. Afdeling Assinan Kebun Getas PT Perkebunan Nusantara IX terletak di Desa Asinan dan Desa Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Kebun Getas Afdeling Assinan dikelilingi oleh lima desa. Sebelah barat dan utara berbatasan dengan Desa Bawen. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Polosiri, Desa Kandangan dan Desa Tuntang serta sebelah selatan berbatasan dengan Desa Asinan. Jarak perkebunan dengan Kecamatan Bawen 5 km dan jarak dengan Kabupaten Semarang sekitar 25 km.

Bawen merupakan kota persimpangan jalur menuju Solo dan menuju Yogyakarta atau Purwokerto. Jalur kereta api Semarang-Yogyakarta merupakan salah satu yang tertua di Indonesia, namun saat ini tidak lagi dioperasikan, sejak meletusnya Gunung Merapi yang merusakkan sebagian jalur tersebut. Jalur lain yang kini juga tidak beroperasi adalah Ambarawa-Tuntang-Kedungjati. Di Ambarawa terdapat Museum Kereta Api. Kereta api uap dengan rel bergerigi kini dugunakan sebagai jalur wisata dengan rute Ambarawa – Bedono, di samping itu telah dikembangkan kereta wisata Ambarawa-Tuntang PP. dengan menyusuri tepian Rawapening.5

Secara keseluruhan perkebunan kopi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) terbagi dalam tujuh kebun kopi yang terletak di lima Kabupaten, dimana Kebun Getas

5

(4)

memiliki produksi kopi yang tertinggi diantara Kebun Kopi lainnya. Berikut ini daftar Kebun milik PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang memiliki perkebunan kopi dan menghasilkan kopi untuk di eksport maupun dijual di dalam negeri. Perkebunan kopi banaran yang dikelola Kebun Getas yang memiliki produksi dan produktivitas tertinggi diantara perkebunan kopi lainnya yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) divisi tanaman tahunan.

Tabel 1.

Nama Kebun PT. Perkebunan Nuantara IX (Persero) yang memiliki perkebunan kopi dan produktivitasnya tahun 2005-2009

Sumber: Profil PT. Perkebunan IX (Persero)

No Nama Kebun Kabupaten Produktivitas (kg) 2005 2006 2007 2008 2009 1 Kebun Blimbing/ Jallotigo Kabupaten Batang 282.000 125.643 174.350 120.000 76.000 2 Kebun Sukamangli Kabupaten Kendal 325.000 179.449 78.045 114.000 158.000 3 Kebun Merbuh Kabupaten Kendal 60.000 24.554 3.280 - - 4 Kebun Ngobo Jatirunggo Kabupaten Semarang 200.000 117.860 74.860 100.000 46.000 5 Kebun Getas/ Assinan Kabupaten Semarang 926.333 602.156 344.384 698.853 768.000 6 Kebun Batujamus/ Kerjoarum Kabupaten Karanganyar 125.000 160.571 80.027 177.000 - 7 Kebun Jolong/ Kalitelo Kabupaten Pati 550.000 303.336 88.449 213.000 184.000

(5)

Berdasarkan data pada tabel 1 dapat dilihat bahwa Perkebunan Kopi Banaran PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) menghasilkan produktifitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kebun kopi milik PT. Perkebunan Nusantara (Persero) lainnya. Kebun Getas/ Assinan rata-rata menghasilkan 650.518 kg dalam kurun waktu lima tahun. Produksi kopi Kebun Getas memberikan kontribusi yang cukup besar dalam ekspor kopi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). Hal itu dapat didukung dengan produktivitas kebun yang tinggi agar produksinya dapat terus meningkat.6

Kebun Getas/ Assinan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) terletak di tiga Kecamatan di Wilayah Kabupaten Semarang. Wilayah tersebut meliputi Kecamatan Bringin, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Pabelan. Wilayah Administratif Kebun Getas terbagi dalam lima afdeling/ wilayah perkebunan, diantaranya Afdeling Tembir, Afdeling Galardowo, Afdeling Begosari, Afdeling Assinan Kempul, dan Afdeling Bandel. Daftar afdeling perkebunan di Kebun Getas Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel 2.

6

Venti Dini Rahmatika., Analisis Daya Saing Kopi (Coffea sp) PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas/ Assinan Kabupaten Semarang, (skripsi, Universitas Sebelas Maret, 2011), hlm. 5.

(6)

Tabel 2.

Afdeling/ Wilayah Perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas

Sumber: Profil singkat PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Getas

Berdasarkan data pada tabel 2 Afdeling Assinan Kempul adalah Afdeling perkebunan kopi. Empat afdeling lainnya digunakan untuk perkebunan karet pada saat ini. Tetapi wilayah afdeling Assinan Kempul merupakan perkebunan kopi yang cukup luas jika dibandingkan dengan wilayah perkebunan kopi lainnya yang merupakan milik PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero).

Total seluruh areal Kebun Getas adalah 2 216.060 ha, sedangkan luas untuk tanaman kopi 401.06 ha. Luas konsesi untuk Afdeling Assinan 424.58 ha, terdiri atas 401.060 ha kebun kopi dan 23.520 ha untuk pembibitan, kebun percobaan, kebun entres dan kantor. Perkembangan dalam perluasan komoditi yang diusahakan diikuti puladengan perkembangan perluasan areal lahan pertanaman. Komposisi areal tanaman di Kebun Getas PTPN IX dapat dilihat pada tabel 3.

Afdeling Kecamatan Desa

Tembir Pabelan Tembelangan, Sembir

Galardowo Bringin, Tuntang Canggal, Larangan, kebondowo

Begosari Bringin, Tuntang Tawangari, Kalijambe,

Gogodalem

Assinan Kempul Bawen, Tuntang Assinan, Bawen, Kandangan,

(7)

Tabel 3

Komposisi Areal Tanaman di Kebun Getas, PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Tahun 2004

Sumber : Kantor Administrasi Kebun Getas PT Perkebunan Nusantara IX 2005

Dari data pada tabel 3 dapat dilihat bahwa tanaman karet mempunyai wilayah yang paling luas dengan total wilayah 1.420.720 ha yang terdiri dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yaitu 364.390 ha, Tanaman Menghasilkan (TM) seluas 931.790 ha, dan lain-lain seluas 124.540 ha yang digunakan untuk kantor, pembibitan, dan lain-lain. Sedangkan untuk Kopi luas areal yang ditanami adalah 424.580 ha dengan wilayah TM seluas 401.060 ha dan wilayah lain-lain 23.520 ha. Dan untuk tanaman kakao hanya seluas 370.760 ha pada tahun 2004.

Kebun Getas awalnya memiliki tiga komoditi tanaman perkebunan yaitu karet kopi dan kakao. Akan tetapi pada perkembangannya Kebun Getas hanya mempunyai dua komoditi tanaman perkebunan yaitu karet dan kopi. Dikarenakan pada tanaman kakao yang dimiliki Kebun harus di tebang semua dikarenakan penyakit yang sangat menyebar hingga membuat PT. Perkebunan Nusantara IX mengalami kerugian. Tanaman kakao yang awalnya berada di afdeling Bandel atau Banaran Delik digantikan dengan tanaman karet yang dinilai lebih menguntungkan. Penanaman

No Area Konsesi Luas Area (ha) Lain-lain (ha) Total (ha)

TBM TM

1 Karet 364.390 931.790 124.540 1.420.720

2 Kopi - 401.060 23.520 424.580

3 Kakao 162.750 199.810 8.200 370.760

(8)

karet di wilayah bekas perkebunan kakao pertama kalinya dimulai pada tahun 2007 sehingga wilayah Bandel untuk sekarang ini telah menjadi perkebunan karet.7

B. Kondisi Ekologis Perkebunan Kopi Banaran

Budidaya kopi di Indonesia diusahakan oleh Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara, dan Perkebunan Besar Swasta. Pada tahun 2002 Perkebunan Rakyat mempunyai areal 1 318 020 ha, Perkebunan Besar Negara 26 954 ha, dan Perkebunan Besar Swasta 27 210 ha dengan produksi dari Perkebunan Rakyat sebesar 654 281 ton, Perkebunan Besar Negara 18 128 ton, dan Perkebunan Besar Swasta 9 610 ton.8

Pada tahun 2002 Perkebunan Rakyat memiliki luas tanaman menghasilkan seluas 929 460 ha, Perkebunan Besar Negara memiliki luas tanaman menghasilkan sebesar 24 398 ha, dan Perkebunan Besar Swasta 16 396 ha.9 Ditinjau dari produktivitasnya, Perkebunan Besar Negara memiliki nilai terbesar yaitu 0.74 ton/ha, Perkebunan Rakyat 0.70 ton/ha dan Perkebunan Besar Swasta 0.58 ton/ha, sedangkan produktivitas nasional 0.70 ton/ha. Produksi dan pertumbuhan kopi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor genetika (jenis tanaman, varietas/klon tanaman), faktor lingkungan (iklim, tanah), dan faktor teknik budidaya. Supaya diperoleh tanaman kopi yang sehat, kuat dan produksinya tinggi, diperlukan aspek pemeliharaan tanaman yang meliputi pemupukan, pemangkasan tanaman, pengendalian hama dan

7

Wawancara dengan Takari. Tanggal 25 April 2016.

8

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi, (Jakarta:Departemen Pertanian 2004), hlm. 97.

9

(9)

penyakit serta gulma, dan pemeliharaan tanaman pelindung. Upaya peningkatan produksi kopi di perkebunan dapat dilakukan melalui perluasan areal, perbaikan teknik budidaya, dan rehabilitasi perkebunan.10

Tanaman kopi terutama kopi robusta memiliki sistem tanam yang harus disesuaikan dengan kondisi tanah perkebunan. Tanaman kopi memiliki umur tanaman menghasilkan (TM) yang umumnya sudah cukup tua yaitu 16-31 tahun untuk dapat di petik buahnya untuk diproses ke pabrik sehingga mendapat biji kopi yang sudah siap jual. Selain itu kopi juga dapat diolah menjadi kopi bubuk yang tentunya menjadikan harga jual kopi menjadi relatif lebih mahal. Perkembangan tanaman kopi pun sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah maupun iklim di wilayah perkebunan.11

1. Tanah

Tanaman kopi membutuhkan tanah yang lapisan atasnya dalam dan gembur, lebih baik pada tanah yang bahan organisnya tinggi, lebih-lebih bila tanah itu berasal dari abu gunung berapi.12Jenis tanah pada Afdeling Assinan/ Banaran Kebun Getas adalah Latosol, Regosoldan Grumosol dengan derajat keasaman tanah (pH) 5.5-6.5. Tanah mempunyaikesuburan sedang dengan topografi bergelombang dengan kemiringan antara6.67 % sampai 17.78 %. Afdeling Assinan Kebun Getas menurut termasuk dalam tipe iklim C (agak basah) dengan nilaiQ = 40.25 persen. Curah hujan

10

Wachjar, A. Pengantar Budidaya Kopi. Jurusan Budidaya Pertanian, (Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 1984),hlm. 76.

11

Wawancara dengan Budi Rahayu. Mandor Pabrik Kopi Banaran, (Tanggal 25 April 2016)

12

Dinas Pertanian., Bercocok tanam kopi., (Yogyakarta: Kanisius. 1978), hlm. 18.

(10)

rata-rata 2 282 mm/tahun dan hari hujan 142.5 haridengan rata-rata 3 bulan kering untuk 10 tahun terakhir. Afdeling Assinan beradapada ketinggian 480-600 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata29-30 ºC.13

2. Iklim

Faktor utama daripada iklim, besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan/produksi tanaman kopi. Dalam garis besarnya dapat dibagi: a. tinggi tempat dan derajat panas

Tidak semua jenis kopi dapat subur dan produktif pada ketinggian yang sama, hal ini sangat tergantung dari jenisnya, misalnya:

- Kopi arabica dapat hidup di dataran rendah sampai dataran tinggi. Tetapi di dataran rendah kurang dari 1000 m dari permukaan laut, mudah diserang oleh penyakit HV (Hemileia Vastatrix) atau penyakit karat daun. Begitu juga pada ketinggian melebihi 1700 m sudah tidak baik lagi, karena sudah terlalu dingin, lebih-lebih pada malam hari. Kopi Arabica yang yang baik pada pada tinggi 1000 – 1700 m, dengan derajat panas 16-20 derajat Celcius. Derajat panas ini penting kerena akan mempengaruhi cepat atau lambatnya kopi itu mulai berhasil.

- Kopi Robusta masih dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga 1000 m tetapi yang ekonomis pada batas tinggi 800 m dengan derajat panas 20 derajat celcius, yang optimal pada tinggi 500 m.

- Sedang jenis liberica dapat tumbuh baik pada dataran rendah.

13

(11)

Letak ketinggian dari permukaan laut, mempengaruhi besar kecilnya adanya hujan dan kekuatan panas pancaran sinar matahari. Semakin tinggi letaknya, sering jatuh hujan, tetapi semakin berkurang jumlah pancaran sinar matahari pada tiap hari. Semua itu besar pengaruhnya atas pembentukan bunga dan buah kopi.14

b. curah hujan

Mengenai curah hujan , yang terpenting bukan banyaknya dalam satu tahun melainkan pembagian curah hujan dalam masa satu tahun.Batas minimal dalam satu tahun adalah 1000-2000 mm, sedang yang optimal adalah 2000-3000 mm. di Indonesia curah hujan terletak antara 2000-3000 mm.Kopi robusta menghendaki musim kemarau yang berlangsung 3-4 bulan, tetapi pada waktu itu harus sering ada hujan yang cukup.

c. angin

Pohon kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih di muim kemarau, karena angin ini akan mempertinggi penguapan air di permukaan tanah pada perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi, sehingga dapat merusak tanaman di bawahnya. Untuk mengurangi kerasnya guncangan angin, di tepi-tepi perkebunan dapat ditanami pohon penahan angin. Selain itu pohon pelindung dapat mengurangi derasnya guncangan angin.15

14

Bercocok tanam kopi, Ibid,hlm. 18.

15

(12)

C. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Banaran

Wilayah Kabupaten Semarang yang sebagian besar merupakan wilayah pertanian maupun perkebunan memungkinkan para pengusaha untuk menanamkan modal berupa perkebunan yang bisa menghasilkan produk perkebunan yang menjanjikan. Areal perkebunan yang terdapat di wilayah Kabupaten semarang tentu saja membutuhkan banyak pekerja perkebunan dalam proses penanaman, pemeliharaan, sampai memanen tanaman perkebunan.

Dalam perkembangannya, seiring dengan semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan lahan/ tanah, maka hutan-hutan yang terdapat di wilayah tersebut akhirnya berubah menjadi pemukiman dan areal perkebunan. Hal ini dapat di lihat dari banyaknya areal yang dimanfaatkan untuk dikelola oleh Perusahaan Besar sebagai lahan perkebunan salah satunya adalah PT Perkebunan Nusantara IX (Persero).

Wilayah Bawen yang merupakan kecamatan yang berada di kawasan administratif dari PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) dan sebagian wilayahnya merupakan perkebunan kopi yang membentang di daerah Assinan-Bawen. Dalam hal tersebut penduduk wilayah Bawen tentunya mempunyai peran penting dalam mengelola wilayah perkebunan kopi milik PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). Berikut adalah jumlah penduduk di wilayah Bawen yang dapat dilihat pada tabel4.

(13)

Tabel 4.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Bawen Tahun 1997-2008

Sumber: Kecamatan Bawen Dalam Angka 1997-2008

Dari data tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kecamaan Bawen mayorias adalah perempuan. Pada tahun 1997-2008 penduduk wilayah Bawen mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat pada tahun 1997 dengan jumlah penduduk sebesar 46.138 dan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2008 dengan jumlah penduduk sebesar 60.823. Selain itu jumlah penduduk perempuan selalu memiliki jumlah lebih banyak daripada laki-laki disetiap tahunnya.

Penduduk merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu perusahaan perkebunan. Penduduk sebagai tenaga kerja bagi perusahaan dan perusahaan perkebunan khususnya sebagai tempat mencari nafkah bagi penduduk merupakan suatu contoh simbiosis mutualisme, artinya, penduduk dan perusahaan sama-sama membutuhkan satu sama lain. Masuknya perusahaan perkebunan ke pedesaan

No Tahun Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan 1 1997 22.449 23.689 46.138 2 1998 22.889 23.820 46.709 3 1999 24.030 24.784 48.814 4 2000 24.600 25.070 49.670 5 2001 25.565 26.765 52.330 6 2002 25.677 26.990 52.667 7 2003 26.654 27.230 53.884 8 2004 26.950 27.600 54.550 9 2005 27.750 28.180 55.930 10 2006 28.339 29.100 57.439 11 2007 28.850 29.490 58.340 12 2008 29.950 30.873 60.823

(14)

mengakibatkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, tak terkecuali kehidupan perekonomian masyarakatnya.

Dalam struktur ekonomi pertanian tradisional, usaha kebun sering merupakan usaha tambahan atau pelengkap dari kegiatan kehidupan pertanian pokok. Sistem kebun biasanya diwujutkan dalam bentuk usaha kecil, tidak padat modal, penggunaan lahan terbatas dan sumber tenaga kerja berpusat pada anggota keluarga. Namun setelah masuknya sistem perkebunan, masyarakat banyak yang beralih menjadi buruh di perkebunan karena tanah mereka banyak yang disewa oleh pengusaha perkebunan dan juga perusahaan perkebunan menggunakan tenaga kerja upahan.16

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda kebanyakan Masyarakat Bawen khususnya masyarakat sekitar perkebunan kopi Assinan/ Banaran banyak yang bekerja sebagai buruh industri perkebunan. Hal tersebut dikarenakan hubungan perusahaan dan penduduk sekitar perkebunan terjalin baik karena sama-sama membutuhkan. Penduduk sekitar perkebunan yang ingin menjadi buruh industri perkebunan tinggal mendatangi perusahaan dan dapat bekerja sebagai buruh perkebunan tanpa ada persyaratan.17

Seiring berkembangnya jaman mata pencaharian penduduk Bawen tidak lagi hanya sebatas buruh industri di perkebunan seperti pada masa-masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, namun mata pencaharian penduduk Bawen sudah

16

Sartono Kartodirjo, Djoko Suryo., Sejarah Perkebunan Di Indonesia, Kajian Sosial Ekonomi. (Yogyakarta: Aditya Media 1991), hlm. 4.

17

Wawancara dengan Kasidi, Buruh perkebunan kopi, Kebun Getas/ Assinan (Tanggal 25 April 2016)

(15)

bervariasi. Mata pencaharian penduduk yang ada di wilayah Bawen dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.

Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Bawen Tahun 1997

Sumber: Kecamatan Bawen Dalam Angka 1997

Berdasarkan pada tabel 5 mata pencaharian penduduk di wilayah Bawen ada tahun 1997 sudah bervariasi bukan hanya sekedar buruh pabrik maupun buruh industri. Mata pencaharian penduduk Bawen diantaranya pedagang, pengusaha, buruh bangunan, dan lain sebagainya. Seperti kita lihat bahwa mata pencaharian penduduk Bawen yang terbanyak adalah petani yang menggarap sawahnya sendiri dimana jumlah petani sendiri mencapai 8.183 jiwa.

Kemudian mata pencaharian penduduk bawen yang terbanyak kedua adalah buruh industri yaitu 6.375 jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa di wilayah Bawen

No Desa

Jenis Mata Pencaharian Petani Sendiri Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang 1 Domplang 732 191 11 276 78 34 2 Bawen 1243 705 121 1.845 164 24 3 Asinan 221 710 1 115 25 2 4 Polosiri 539 594 7 198 175 31 5 Kandangan 881 997 2 868 310 223 6 Lemahireng 828 194 220 1.280 840 375 7 Harjosari 800 101 201 980 620 57 8 Samban 615 81 7 317 59 30 9 Poncoruso 113 146 9 235 406 10 10 Jimbaran 772 180 8 50 57 300 11 Pakopen 864 610 2 168 64 54 12 Sidomukti 575 60 2 43 70 25 Jumlah 8.183 4.569 591 6.375 2.868 1.165

(16)

mata pencaharian penduduk terbesar adalah sebagai petani sendiri dan buruh industri. Namun penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani juga tidak kalah banyaknya yaitu mencapai 4.569.

Wilayah Bawen yang sebagian wilayahnya digunakan untuk perkebunan ternyata cukup berperan dalam menentukan mata pencaharian penduduk. Terbukti penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai buruh industri mencapai 6. 375 jiwa. Adanya PT. Perkebunan Nusantara IX pada tahun 1996 menjadikan penduduk Bawen menjadi buruh industri pada tahun-tahun setelah pendirian. Selain jumlah penduduk dan mata pencaharian, pendidikan merupakan faktor penting yang tidak bisa terlepas dari kehidupan penduduk di suatu wilayah tertentu. Pendidikan di wilayah Kecamatan Bawen dapat dilihat pada tabel 6.

(17)

Tabel 6

Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Bawen Tahun 1997.

Sumber: Kecamatan Bawen Dalam Angka 1997

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa penduduk Bawen pada tahun 1997 mayoritas penduduknya sudah pernah mengenyam pendidikan, baik itu Perguruan Tinggi, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), maupun Sekolah Dasar (SD). Tetapi penduduk yang belum mengayom pendidikan juga tidak sedikit yaitu mencapai 4.898 jiwa. Dari data di atas juga menunjukkan bahwa penduduk di wilayah Bawen yang paling banyak adalah tamatan Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah penduduknya 5.715 jiwa. Tetapi data di atas juga menunjukkan bahwa penduduk yang belum tamat Sekolah Dasar juga lumayan banyak yaitu 4.515 jiwa.

No Desa Belum Sekolah Belum Tamat SD Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar SLTP SLTA Diploma III Sarjana Muda Perguruan Tinggi 1 Domplang 103 205 164 102 4 - 4 2 Bawen 96 81 271 118 33 - 27 3 Asinan 125 50 132 98 - - - 4 Polosiri 72 457 487 188 77 - 7 5 Kandangan 42 512 2.676 461 97 - 3 6 Lemahireng 235 613 55 20 60 - - 7 Harjosari 530 471 412 160 - - - 8 Samban 1.613 702 378 226 147 - 4 9 Poncoruso 420 490 305 172 - - - 10 Jimbaran 1.154 474 516 210 120 - 17 11 Pakopen 503 460 319 106 19 - 4 12 Sidomukti 305 314 234 143 44 - 5 Jml 4.898 4.515 5.715 1.861 557 - 66

(18)

Walaupun mayoritas penduduk di wilayah Bawen hanya sampai tamatan Sekolah Dasar (SD) namun ada juga yang mengenyam pendidikan hingga Perguruan Tinggi, walaupun jumlahnya minoritas yaitu hanya sebesar 66 jiwa. Dari data pada tabel 6 menunjukkan bahwa pendidikan di wilayah Bawen pada tahun 1997 bisa dikatakan masih sangat rendah. Hal tersebut disebabkan karena keadaan ekonomi penduduknya yang masih lemah, karena mayoritas penduduk di wilayah Bawen bermata pencaharian sebagai petani dan buruh industri (lihat tabel 5).

Referensi

Dokumen terkait

Proyek ini memiliki tujuan menciptakan sebuah golf clubhouse yang mendukung kegiatan bermain golf di Arcamanik dengan harga yang terjangkau dengan cara menekan biaya

Hasil penghitungan populasi dan rata-rata koloni aktinomiset pada masing-masing medium uji menunjukkan bahwa aktinomiset mampu beradaptasi dengan baik terhadap medium yang

Tujuan program ini untuk mengajak para mahasiswa peduli dengan lingkungan yang ada, di samping untuk menanamkan kebiasaan bagaimana berdialog yang baik, juga

Fungsi tujuan dari algoritma sinkronisasi jadwal pembibitan dan penanaman dengan rencana penjualan dengan mempertimbangkan luas lahan, produktivitas dan aspek biaya adalah

3 Hari Setelah Aplikasi Pada Herbisida

Relevansi yang sinergi antara hukum pidana Islam dan sistem kehidupan masyarakat Indonesia dari aspek nilai ilahiyah merupakan nilai tambah bagi kontribusi hukum

Meningkatkan persediaan cadangan pangan dan penyaluran cadangan pangan, memberi bantuan ke petani miskin dengan beras (program raskin), sewa lahan pertanian 1-4 ha untuk