• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TRADISI MITONI MASYARAKAT DESA TUNTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III TRADISI MITONI MASYARAKAT DESA TUNTANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III TRADISI MITONI MASYARAKAT DESA TUNTANG 1. Profil Umum Masyarakat Desa Tuntang

Desa Tuntang merupakan suatu desa yang menjadi bagian dari enam belas desa yang ada di Kecamatan Tuntang.1 Jumlah penduduk desa Tuntang pada tahun 2014 sebanyak 6117 orang.2 Penganut agama Islam di desa Tuntang sebanyak 5822 orang, sedangkan penganut agama Kristen Protestan sebanyak 245 orang.3Jumlah kepala keluarga di dusun Petet desa Tuntang ada

359 kepala keluarga. Mayoritas pekerjaan warga desa Tuntang adalah sebagai buruh, meliputi buruh pabrik, buruh bangunan dan buruh pertanian. Selanjutnya, ada warga yang bekerja sebagia pegawai, ABRI dan pensiunan pegawai.4Dilihat dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, masyarakat dusun Petet desa Tuntang merupakan penduduk yang bersifat majemuk dikarenakan terdiri dari berbagai agama dan sosial ekonomi yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, masyarakat memerlukan wadah kebersamaan sebagai nilai solidaritas kolektif untuk menjaga harmoni sosial yang telah terjalin dengan baik.

2. Sistim Kepercayaan Masyarakat Desa Tuntang

Masyarakat desa Tuntang mayoritas terdiri dari suku Jawa. Masyarakat Jawa desa Tuntang pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari selametan. Selametan merupakan upacara pokok atau unsur terpenting yang terdapat dalam hampir semua ritus dan upacara dalam sistem religi orang Jawa di Tuntang. Selamatan diadakan ketika akan mendirikan rumah, memasuki

1 BPS. 2015. “Data Starategis Kecamatan Tuntang 2015.” BAPPEDA Kabupaten Semarang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang.

http://www.semarangkab.go.id/skpd/bappeda/images/dokumen/statistik/dsk2015/dsk2015_tuntang_kabsmg.pdf. hlm. 1. Diakses pada 28 Mei 2018.

2 BPS. 2015, 16. 3 BPS. 2015, 34.

(2)

rumah baru, menikah, sebelum kelahiran, sesudah kelahiran, dan selametan ketika terjadi kematian.

3. Ritual Mitoni Masyarakat Desa Tuntang

Mitoni masih dilakukan oleh masyarakat di desa Tuntang hingga sekarang. Pelaksanaan mitoni tidak hanya sebatas untuk slametan anak pertama saja. Sebagian besar warga Tuntang menyelenggarakan mitoni untuk semua anaknya, sedangkan sebagian lagi melaksanakan mitoni hanya untuk anak pertama. Suatu keluarga di Tuntang memiliki tujuh anak dan tiga belas cucu, semuanya dilakukan tradisi mitoni, ketika akan melahirkan. Jadi, selamatan mitoninya tidak hanya untuk anak pertama saja. Selametan yang dilakukan mulai dari neloni, mitoni, dan sesudah melahirkan namanya brokohan, yaitu slamatan ucapan syukur kepada Tuhan. Dasar ucapan syukurnya ialah karena proses kelahiran sudah berjalan dengan lancar dan diberi keselamatan. Semua anak-anaknya diberi wejangan supaya mengadakan tradisi mitoni supaya diberikan keselamatan, walaupun anaknya berdomisili diluar desa Tuntang, akan tetapi slametan neloni dan mitoni tetap diadakan.5

Kebanyakan penyelenggara mitoni adalah warga masyarakat yang beragama Islam, sedangkan warga Kristiani jarang dijumpai mengadakan mitoni. Mereka hanya mengirimkan makanan kepada tetangga sekitar pada saat memperingati tujuh bulan kehamilan. Mitoni dipimpin oleh seorang modin atau pemimpin doa di kampung. Ada perbedaan antara modin jaman dahulu dan sekarang. Modin jaman dahulu kalau memimpin mitoni disertai dengan

(3)

penjelasan makna dari setiap sarana yang ada, sedangkan kebanyakan modin sekarang tidak menjelaskan makna dari unsur yang ada pada perlengkapan mitoni.6

Sesuai dengan adat Jawa, waktu pelaksanaan mitoni diadakan pada hari Sabtu Wage jam 6 pagi. Akan tetapi, sesuai perkembangan, kebanyakan keluarga muda tidak memahami aturan tersebut. Mereka mengadakan mitoni pada malam hari, yang penting disertai kemantapanhati. Sarana yang digunakan saat mitoni ialah: tumpeng, sega kluban, bucu kecil-kecil berjumlah tujuh, telur ayam berjumlah tujuh, dan minuman dawet. Dawet terbuat dari santan putih yang melambangkan suatu harapan agar ibu hamil setelah melahirkan dapat mengeluarkan air susu dengan lancar. Makanan dibagikan kepada undangan, selanjutnya dibawa pulang.7

Ibu hamil merasa cemas kalau anak yang dilahirkan akan cacat. Melalui slametan mitoni, ibu hamil merasa lebih tenang. Ia meyakini telah terbebas dari ‘kemalangan’ atau dalam bahasa Jawa disebut sukerta. Slametan untuk ibu hamil dimulai dari neloni atau tiga bulanan, dilanjutkan mitoni atau tujuh bulanan dan nyangani atau sembilan bulanan. Waktu pelaksanaan

neloni bersifat bebas, akan tetapi semestinya usia kandungan sudah mencapai usia lebih dari tiga

bulan kehamilan, misalnya, pada usia kandungan empat bulan diadakan slametan neloni. Mitoni juga bisa diadakan ketika usia kandungan mencapai delapan bulan. Hari yang dipilih untuk slametan adalah hari yang mendekati, sedangkan nyangani adalah slametan kelahiran bayi.8

Nenek moyang orang Jawa dahulu memberikan nasihat kepada anak cucunya. Kata nasihat dalam bahasa Jawa disebut pitutur. Nasihat berisi pantangan yang tidak boleh dilanggar dan melakukan hal-hal yang menjadi anjuran. Misalnya, seorang suami yang memiliki istri yang sedang mengandung, tidak diperkenankan membunuh binatang, menebang pohon dan

6 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 8 Oktober 2018. 7 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 8 Oktober 2018. 8 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 21 September 2018.

(4)

membicarakan keburukan tetangga. Jika dilanggar, maka akan dapat berdampak buruk pada bayi yang ada dalam kandungan. Pantangan lainnya ialah suami tidak diperkenankan menuntun kambing dengan cara menarik telinganya. Hal itu diyakini dapat berakibat pada telinga anaknya ketika lahir dapat menjadi cacat.9

Keyakinan orang Jawa jika hal-hal yang menjadi pantangan itu dilanggar, maka akan menyebabkan anaknya lahir cacat. Oleh sebab itu, ibu hamil dan suaminya tidak boleh berprilaku sembarangan. Bayi dalam kandungan sedang berada pada situasi rawan. Orang tua harus bersikap hati-hati. Meskipun demikian, ada orang Jawa yang tidak memikirkan pantangan-pantangan tersebut. Ia lebih memilih bersikap tidak mentaati terhadap aturan adat yang ada. Pantangan-pantangan ini merupakan warisan tradisi nenek moyang orang Jawa. Dalam perkembangannya, banyak orang Jawa yang mulai meninggalkan pantangan tersebut. Makna dari pantangan tersebut sebenarnya sebuah pengajaran atau pitutur agar ibu hamil dan keluarganya menunjukkan sikap hidup yang lebih berhati-hati.10

9Wawancara dengan warga desa Tuntang, 21 September 2018. 10 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 21 September 2018.

(5)

Di sisi lain, ada beberapa pengajaran atau pitutur supaya ibu hamil dan suaminya melakukan prilaku tertentu yang dianjurkan. Orang tua dianjurkan mengucapkan kata-kata yang intinya mendoakan anaknya supaya tidak terpengaruh hal-hal yang buruk. Kata doa yang disampaikan oleh tua-tua adat ketika memimpin mitoni ialah: “muga-muga dadi anak sholeh,

sholekah, lair ora ana alangan, lancar, gangsar, anak lan mbokne.” Artinya: “semoga menjadi

anak saleh, lahir tidak ada halangan, lancar, baik anak dan ibunya.” Orang Jawa meyakini dengan melakukan hal itu maka tidak akan terjadi hal buruk yang akan menimpa anaknya kelak. Orang tua juga memiliki kewajiban untuk memperdengarkan suara ayat-ayat suci kepada bayi yang masih alam kandungan, memperdengarkan shalawat dan berbuat baik. Isi shalawat bisa membaca kalimat sahadat dan istigfar.11

4. Tahapan Mitoni Masyarakat desa Tuntang

Tahapan mitoni di desa Tuntang meliputi beberapa acara yang akan dijelaskan pada bagian di bawah ini:

1) Tahapan Siraman

Pada saat mitoni calon ibu dimandikan oleh keluarga dekat sebanyak tujuh kali menggunakan air dari tujuh sumber. Ritual ini disebut siraman. Bagi orang Jawa makna ritual

siraman sangat penting, yaitu supaya ibu hamil karuwat saking sukerta atau ‘menjadi bersih dari

segala kekotoran jiwa.’ Air siraman dicampur dengan bunga yang disebut kembang

setaman.12Kekotoran batiniah tersebut bila tidak disucikan akan menjadi bencana. Kekotoran batin daalam istilah Jawa disebut sukerta.13 Air yang digunakan untuk siraman diambil dari

11 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 21 September 2018. 12 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 16 September 2017. 13 Wawancara dengan warga dusun desa Tuntang, 28 Pebruari 2018.

(6)

sumber air yang dianggap sakral. Sumber air tersebut beberapa diantaranya diambil dari daerah di Jawa Tengah yaitu Temanggung, Klaten, Jatinom, Senjoyo di Salatiga dan kraton Surakarta.14

Air yang digunakan untuk siraman diambil dari tujuh sumber mata air, dalam bahasa Jawa disebut tuk pitu. Hal ini sebenarnya merupakan bentuk edukasi dari orang tua jaman dahulu, agar manusia memelihara bumi, dalam bahasa Jawa ngrumat bumi. Memelihara bumi dilakukan dengan menjaga sumber air di setiap desa supaya tidak kering. Manusia tidak bisa hidup jika tidak ada air, sehingga dapat dikatakan air adalah kehidupan bagi manusia.15

Doa yang dipakai ketika akan siraman sesuai dengan cara Jawa, bunyi doanya sebagai berikut:

“Ya Allah, kula bade adus kramas, punika sampun tujuh bulan, mugi-mugi badan kula pinaringan sehat sakputranipun. Benjang menawi lair paringi gampil, lancar, paringi Wilujeng sedayanipun.”

Artinya:

“Ya Allah, saya akan mandi keramas, usia kandungan saya sekarang tujuh bulan. Besok kalau lahir supaya diberikan kemudahan, lancar dan diberikan keselamatan semuanya.” Ibu kandung menyiramkan air pada ibu hamil setelah selesai berdoa. Siraman bisa juga dilakukan oleh diri sendiri. Air yang dipakai merupakan air biasa. Siraman pertama sebanyak tujuh kali, selanjutnya jumlah siramannya bebas sampai semua badannya bersih.16

2) Tahapan Busanan

14 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 13 November 2017. 15 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 14 November 2018. 16 Wawancara dengan warga desa Tuntang , 18 Juli 2018.

(7)

Setelah acara siraman, ibu hamil berganti kain jarik dengan tujuh motif sebanyak tujuh kali. Acara ini disebut busananatau ganti busana. Setiap ganti jarik, pemimpin mitoni, yaitu seorang ibu yang menjadi sesepuh adat, bertanya kepada tamu yang hadir: “wis pantes?” artinya “apakah sudah sesuai?” Tamu undangan kemudian menjawab “durung” atau “belum,” demikian seterusnya sampai kain yang ke tujuh. Setelah ibu hamil selesai mengenakan jarik yang ke tujuh, yaitu kain lurik, pemimpin mitoni bertanya kepada tamu undangan yang hadir: “wis pantes

durung?” atau “apakah sudah sesuai?” Tamu undangan menjawab “pantes” atau “sesuai. Orang

tua berharap, oleh pertolongan Tuhan, setiap makna yang baik dari tujuh motif lurik diwariskan kepada anak kelak.” Kata durung atau belum memiliki makna belum siap secara mental dalam menghadapi persalinan. Pada motif lurik yang ke tujuh, oleh pertolongan Tuhan, ibu hamil menjadi siap dan pantas menjadi seorang ibu.17

Busanan dalam mitoni biasanya sebanyak tujuh kali. Angka tujuh dalam bahasa Jawa

disebut pitulungan atau pertolongan.Pertolongan berasal dari Tuhan. Meskipun demikian, ada keluarga ketika mengadakan ritual tersebuttidak sebanyak tujuh kali. Apabila orang tua diberikan

kaluberan atau kelimpahan rejeki, maka mereka akan mempersiapkan jarik tujuh motif, supaya

dapat sesuai tradisi. Tujuh jarik tersebut akan digunakan untuk ganti pakaian sebanyak tujuh kali. Kata “mempersiapkan” dalam bahasa Jawa disebut cecawis. Melalui ritual ini, anak dan cucu dikeluarga tersebut lebih siap secara psikologis untuk menghadapai persalinannya. Perasaan gelisah mereka akan persalinan yang gagal menjadi terkikis.Orang tua mengharap kepada Tuhan agar diberi kemurahan rejeki dan anak yang lahir sembada, atau memiliki sifat bertanggung jawab. Sembada memiliki arti bertanggung jawab dan serba berkecukupan.

3) Tahapan Brojolan

(8)

Acara brojolan memiliki makna bayi lahir dengan lancar, baik laki-laki ataupun perempuan dan selamat. Jika lahir perempuan, maka akan memiliki wajah cantik seperti

Kamaratih. Jika lahir laki-laki, maka akan memiliki wajah tampan seperti Kamajaya. Kekuatiran

ibu hamil dan suami akan persalinannya tidak lancar menjadi hilang. Setelah diadakan ritual, orang tua merasa lega.Tahap ini menggunakan cengkir gading atau kelapa kuning yang masih muda. Cengkir gading diteroboskan ke dalam kain ibu hamil oleh suaminya sampai ke bawah. Ritual meneroboskan cengkir gading ini dalam bahasa Jawa disebut brojolan. Berasal dari kata

brojol yang artinya lahir. Kelapa muda tersebut dilukis tokoh wayang Kamajaya dan dewi Kamaratih. Kedua tokoh wayang tersebut melambangkan kesetiaan cinta suami istri. Simbol

wayang ini digunakan untuk mengingatkan agar suami istri semakin saling mengasihi seperti Kamajaya dan Kamaratih. Penerimaan orang tua tersebut dalam bahasa Jawa disebut panampi. Setelah lahir atau brojol ibu hamil merasa lega. Sebelumnya Ibu hamil mengalami beban dalam perasaan dan pikirannya. Ia menantikan dan berharap agar persalinannya lancar. Ia mengalami perubahan emosi yang tidak terkontrol dan perubahan perangai. Ia menjadi mudah marah, mengalami ketakutan persalinannya akan sulit dan merasa khawatir akan ditinggalkan suami. Oleh sebab itu, dengan melihat karakter tokoh wayang yang baik seperti Kamajaya dan

Kamaratihakan menjadi inspirasi untuk menjadi baik tentang kesetiaan dan cinta kasih.18

4) Tahapan Kenduri

Perlengkapan utama yang digunakan saat kenduri ialah tumpeng atau bucu. Tumpeng terbuat dari nasi yang dibentuk mengerucut ke atas. Jumlah tumpeng sebanyak tujuh buah, dilengkapi dengan sega gudangan, yaitu sayur-sayuran disertai dengan lauk-pauk, ikan teri dan sambal. Tumpeng tujuh melambangkan usia kehamilan yang sudah menginjak tujuh bulan.

Tumpeng bentuknya mengerucut keatas melambangkan permohonan dan harapan yang tertuju

(9)

kepada Tuhan Sang Pencipta. Isi permohonannya ialah agar orang tua, anak dan tetangga diberi keselamatan. Keselamatan dalam bahasa Jawa disebut kawilujengan.Suami dan istri berharap agar semua proses persalinan dapat selamat.19

Perlengkapan kenduri lainnya berupa bubur merah dan bubur putih sebanyak lima piring kecil. Bilangan lima memiliki makna mendoakan keselamatan sedulur papat lima pancer. Kata

sedulur berarti “saudara” atau “kerabat.” Melalui ritual kenduri memiliki makna bahwa orang

Jawa menghargai persaudaraan atau kekerabatan. Acara kenduri mitoni diisi dengan doa yang dipanjatkan dengan cara agama Islam oleh tokoh masyarakat. Tamu yang diundang berjumlah tujuh. Meskipun demikian, bila ekonomi keluarga mampu, maka mitoni bisa diadakan secara besar-besaran dengan mengundang banyak undangan.20

Nasi dibuat mengerucut sebanyak tujuh buah, disebut bucu atau tumpeng kecil-kecil, sambel urap dan sayur-sayuran atau yang disebut dengan gudangan dengan sambel urap. Bubur merah dan bubur putih sebanyak lima lepek. Bilangan lima disini ialah: bancaki awake dewe,

sedulur papat lima pancer atau mendoakan agar diri sendiri selamat, sebab bila ibu hamil

selamat maka anak juga akan selamat. Bubur diberi kelapa, garam dan diambil sedikit-sedikit lalu dibagi menjadi lima piring kecil. Sedangkan sisanya diberi gula merah lalu ditaruh dalam

lepek dan diberi putihnya. Warna merahnya berasal dari gula merah, atau sering disebut gula

jawa.21

Sarana kenduri mitoni lainnya berupa buah-buahan yang disebut rujak dan pasung

procot. Rujak melambangkan supaya ibu hamil dan keluarga mengalami kesegaran. Arti pasung

19 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 8 Oktober 2018. 20 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 18 Juli 2018. 21 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 18 Juli 2018.

(10)

procot ialah supaya ibu hamil melahirkan dengan mudah. Kata procot itu sendiri digambarkan

seperti suatu barang yang ditekan, sehingga keluar dengan cepat dan lancar.22

Tamu yang diundang kenduri mitoni berjumlah tujuh orang, biasanya berasal dari tetangga dekat dan saudara yang ada dalam ikatan keluarga. Suaminya ketika mengundang tamu menyampaikan perkataan seperti ini:“Aku mau mitoni anakku. Ini istriku minta doa, supaya diberi keselamatan, agar bisa melahirkan dengan mudah dan lancar.” Tetangga dekat perlu diundang untuk menjadi saksi adanya ritual mitoni tersebut. Waktu pelaksanaan mitoni tidak ada yang khusus, bisa diadakan pada pagi, siang atau malam hari, tergantung pada kesiapan keluarga. Hari yang dipilih biasanya harus Sabtu, pada pagi atau pertengahan siang.23

Kenduri sebagai wujud syukur kepada Tuhan, sedangkan dalam masyarakat Jawa yang

yang beragama Kristen kenduri ini disebut dengan istilah bidston. Pada saat bidston pihak keluarga mengundang pendeta dan warga gereja untuk hadir. Sarana yang digunakan biasanya berupa tumpeng rombyong, yang memiliki makna supaya rejeki yang diterima jabang bayi dan rejeki orang tuanya berlimpah. Tumpengrombyong dilengkapi sayur-sayuran dan beberapa lauk ikan. Nasi dibentuk bulat dalam bahasa Jawa disebut sega golong pitu atau nasi bulat tujuh. Sega

golong pitu merupakan simbol gumolonging manah, atau hati yang bulat, utuh, sepenuh hati.

Artinya, orang tua telah dengan segenap hati siap untuk mengadapi proses persalinan. Ibu hamil sudah tidak gelisah ataupun cemas, dikarenakan sudah di slameti mitoni. Perlengkapan selanjutnya berupa cabe merah yang dibentuk seperti tanda tambah dipasang di atas tumpeng.

22 Wawancara dengan warga desaTuntang, 21 September 2018. 23 Wawancara dengan warga desaTuntang, 18 Juli 2018.

(11)

Warna merah melambangkan api, hal ini bermakna manusia harus menyala semangatnya di dalam menjalani hidup, akan tetapi pada saat sekarang ini tanda tambah ini telah dihilangkan.24

Ritual mitoni dilakukan supaya suatu keluarga tidak hidup terasing di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Keluarga tersebut diharapkan mengakomodir nilai-nilai spiritual yang ada pada ritual mitoni, supaya dapat hidup rukun di tengah masyarakat. Melalui mitoni kerukunan ditengah masyarakat dapat terbangun. Hal ini dikarenakan ketika dilakukan peringatan tujuh bulan kehamilan ini, tamu yang diundang adalah anggota masyarakat dari berbagai agama. Mereka menghadiri undangan tersebut dan merasa nyaman dengan bahasa budaya mitoni. Para undangan yang hadir dapat menerima mitoni, karena ritual ini merupakan bagian dari budaya.25

Manfaat lainnya, secara psikologis mitoni berdampak baik bagi, keluarga dan orang tua jabang bayi. Keluarga merasa tenteram ketika dihadiri tamu. Perasaan ibunya merasa damai dikarenakan diberi nasihat dari tokoh masyarakat atau atau tokoh agama, dalam bahasa Jawa nasihat disebut dengan istilah pitutur. Sehingga inti dari mitoni ialah Pitulungan atau pertolongan dan pitutur atau nasihat. Itulah sebabnya dalam mitoni bilangan yang dipakai adalah tujuh.26

Pelaksanaan mitoni disalah satu keluarga desa Tuntang sudah dimodifikasi menggunakan perpaduan antara tradisi Jawa dengan tata cara modern. Mitoni diadakan dalam bentuk Kenduri yang dipimpin oleh tokoh masyarakat. Pemimpin mitoni menyampaikan nasihat, dalam bahasa Jawa disebutpitutur, yang ditujukan kepada keluarga dan warga masyarakat. Inti dari nasihat

24 Wawancara dengan warga desaTuntang, 13 November 2019. 25 Wawancara dengan warga desaTuntang, 13 November 2019. 26 Wawancara dengan warga desaTuntang, 13 November 2019.

(12)

yang diberikan ialah supaya orang tua menghadapi persalinan dengan perasaan tenang dan damai. Selanjutnya, pemimpin mitoni juga menyampaikan nasihat kepada undangan yang hadir supaya memelihara kerukunan dan kedamaian di tengah kehidupan sosial masyarakat dengan bersikap toleransi dan saling menghormati satu dengan yang lainnya. Keluarga ini tidak menggunakan tahapan siraman dan brojolan seperti terdapat dalam literatur, akan tetapi langsung kepada tahapan kenduri. Keluarga merasa sebagai orang Jawa tetap memiliki kewajiban untuk memelihara adat-istiadat walaupun kualitas pelaksanaan mitoni tidak sesuai dengan tradisi Jawa. Hidangan yang disediakan dibuat sesuai dengan tradisi Jawa agar tidak jauh meninggalkan adat Jawa.27

Tahapan mitoni di desa meliputi empat tahapan, yaitu siraman, ganti busana, brojolan dan kenduri. Hal ini dikarenakan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Jika suatu keluarga memiliki kemampuan sosial dan ekonomi, maka ia akan menyelenggarakan mitoni dengan tahapan yang lengkap.28

Table 1. Mitoni di desa Tuntang

No Tahapan mitoni Dilakukan oleh Perlengkapan

1 Siraman Kerabat dekat Air tujuh sumber dan

kembang setaman

2 Ganti busana Sesepuh adat atau tokoh adat

Kain jarik tujuh motif

3 Upacara brojolan Suami Kelapa gading muda

4 Upacara kenduri Pihak keluarga dan Tokoh masyarakat

Tumpeng, bubur merah,

bubur putih, dan sega

gudangan.

Sumber:Dikembangkan oleh penulis sesuai hasil wawancara. 5) Asal-usul Pelaksanaan Tradisi Mitoni di Tuntang

27 Wawancara dengan warga desaTuntang, pada 14 November 2018. 28Wawancara dengan warga desaTuntang, pada 8 Oktober 2018.

(13)

Tradisi mitoni diketahuidari pengajaran yang diwariskan oleh orang tuanya dahulu. Isi pengajarannya ialah: “kalau memiliki anak harus diadakan slametan mitoni supaya anak cucunya dapat lahir dengan selamat.” Melakukan mitoni mendatangkan rasa mantep atau kemantapan dalam hati. Semboyannya ialah, “pokoknya mantep, madep kalih Gusti,” artinya, “yang penting hatinya mantap, fokus menghadap kepada Tuhan.” Tuhan yang memberikan segala-galanya.29

6) TradisiNeloni danMitoni di desa Tuntang

Budaya Jawa memiliki beberapa selamatan seputar kelahiran. Selamatan itu berawal dari

neloni, yaitu selamatan peringatan tiga bulan masa kehamilan, setelah itu diselenggarakan mitoni

sebagai selamatan peringatan tujuh bulanan usia kehamilan. Semua selamatan ini memiliki makna tersendiri. Pada saat neloni, sukma sudah masuk, mapan dan menyatu ke jabang bayi, sehingga sukma itu tidak akan berubah. Saat neloni terjadi apa yang disebut dalam bahasa Jawa

manunggaling sukma lan raga atau menyatunya nyawa dan raga. Oleh sebab itu, pada usia

kehamilan tiga bulan, janin harus dikuatkan dengan melakukan ritual selamatan neloni.Setelah perjalanan usia kehamilan sampai bulan ke tujuh, keluarga mengadakan selamatan mitoni, sebagai ucapan syukur. Saat usia kehamilan sampai bulan ke tujuhsukma dan raga sudah menyatu dalam kandungan.Calon manusia baru yang dianggap sudah tua dan utuh telah tercipta. Peristiwa ini diperingati oleh keluarganya dengan mengadakan mitoni.30

7) Kesimpulan bab 3 Tradisi Mitoni Masyarakat desa Tuntang.

1. Asal-usul Pelaksanaan tradisi mitoni di desa Tuntang berasal dari tradisi yang diwariskan oleh orang tuanya secara turun-temurun, tanpa penjelasan yang mendetail, sehingga ada beberapa hal penting yang tidak dipahami maknanya.

29 Wawancara dengan warga desaTuntang, pada 18 Juli 2018. 30 Wawancara dengan warga desa Tuntang, 13 November 2017.

(14)

2. Tahapan mitoni di Tuntang dapat diringkas meliputi: Siraman, Ngagem busana, atau ganti pakaian, Brojolan, Kenduri atau selametan.

3. Pelaksanaan tradisi mitoni di Tuntang bersifat fleksibel menyesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi keluarga dan keinginan penyelenggara. Kebanyakan masyarakat melakukan mitoni dengan tidak sesuai teori dalam literatur.

4. Pemaknaan tradisi mitoni dihayati sebagai sebuah sarana untuk mencapai keselamatan. Selamat artinya anak lahir dengan baik tidak mengalami cacat atau hal buruk lainnya ataupun meninggal.

5. Mitoni di Tuntang dilakukan tidak hanya kepada anak pertama, akan tetapi kepada semua anak dan cucu yang akan lahir.

6. Tahapansiraman bertujuan untuk ngruwat sukerta atau menghilangkan kekotoran batin dan ngrumat bumi atau merawat bumi.

7. Tahapanganti busanauntuk mengajarkan tentang cecawisatau persiapan, sembadaatau bertanggung jawab dan pitulungan atau pertolongan.

8. Tahapanbrojolanmemiliki tujuan panampi atau penerimaan.

9. Tahapan kenduribertujuan untuk memohon kawilujengan atau selamat.

10. Tahapan kenduri memiliki fungsi sosial supaya masyarakat hiduprukundan memiliki fungsi menyampaikanpituturatau nasehat.

(15)

Gambar

Table 1. Mitoni di desa Tuntang

Referensi

Dokumen terkait

- Bahwa menurut Pihak Terkait, dalil Pemohon tersebut merupakan alasan yang premature sebab secara hukum Surat Nomor 270/6504/2012, tertanggal 24 Oktober 2012 tersebut tidak

huruf j UU KIP menyebutkan suatu informasi dikecualikan berdasarkan undang-undang, tidak cukup diatur dalam Peraturan Kepala BPN. Kedua, mengenai pihak yang berkepentingan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik fraksi etil asetat ekstrak etanol akar pasak bumi terhadap sel kanker T47D dengan metode MTT..

Lewat desain proses, data dan instalasi yang dilakukan, fungsi layanan BK pada sekolah multijenjang X diharapkan dapat mengalami percepatan, peningkatan

Dan disimpan dalam bentuk .jpg yang nantinya di masukan dalam folder asset Tentang di unity dengan nama tentang.jpg Gambar tampilan menu Tentang dapat dilihat pada

Kompos juga dapat digunakan sebagai mulsa karena dapat menekan pertumbuhan gulma dengan cara penutupannya yang rapat sehingga menghalangi masuknya cahaya sampai

Fungsi sistem informasi akuntansi atas pengendalian internal pendapatan adalah untuk dapat memberikan pedoman kepada manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan perusahaan