• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Arsitektur Arsitektur Kota Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Arsitektur Arsitektur Kota Kota"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Arsitektur Kota dan Lingkungan

Pemanfaatan Infrastruktur Kota sebagai

Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Publik

Disusun Oleh :

Devina Chrisnawati

315100098

Guntur Haryadi Halim

315100112

Richard Steinhart

315100118

Dosen : Ark. Djauhari S.Dipl.Bldg.Sc

Asdos : Ir. Diah Anggraini, M.Si

Fakultas Teknik

Jurusan Arsitektur

Universitas Tarumanagara

Tahun 2013

(2)

ii Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan penelitian ini.

Laporan penelititan ini membahas tentang Pemanfaatan Infrastruktur Kota Sebagai Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Publik. Plug-in infrastruktur kota yang hadir sebagai pemecah masalah perkotaan. Penulis membahas teori yang dikemukakan oleh Jon Lang dalam buku Urban Design, Thomas Hauck dengan buku Infrastructural Urbanism dan Finding Lost Space karya Roger Trancik dengan objek penelitian kawasan Kanal Banjir Timur.

Dengan telah selesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen, Ark. Djauhari S. Dipl.Bldg.Sc, selaku dosen mata kuliah Kajian Arsitektur Kota dan Lingkungan yang telah memberikan materi kuliah yang bermanfaat bagi laporan penelitian ini.

2. Asisten dosen, Ir. Diah Anggraini, M.Si selaku pembimbing mata kuliah Kajian Arsitektur Kota dan Lingkungan yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

3. Kepada rekan-rekan mahasiswa yang secara tidak langsung membantu proses terbentuknya laporan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penelitian ini, baik dari materi maupun teknik penyajian, mengingat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman penulis dalam menyusun hasil penelitian. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar dapat lebih baik lagi pada hasil laporan penelitian selanjutnya.

Terima Kasih. Jakarta, 26 November 2013

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 1

1.3. Rumusan Masalah ... 1

1.4. Metodologi ... 1

1.4.1. Metode Pengumpulan Data ... 2

1.4.2. Metode Pengolahan Data ... 2

1.5. Batasan Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1. PLUG-IN DESAIN PERKOTAAN menurut John Lang ... 3

2.2. URBAN FORESTRY menurut Gene W Grey Dan Frederick J Deneke ... 3

2.3. INFRASTRUCTURAL URBANISM menurut Thomas Hauck ... 5

2.4. FINDING LOST SPACE menurut Roger Trancik ... 6

2.5. SIGNAGE DAN STREET FURNITURE 2.5.1. Tata tanda / Signage ... 7

2.5.2. Street Furniture a. Traffic sign / tanda lalu lintas ... 8

b. Trotoar ... 9

c. Halte ... 9

d. Bollard / pembatas jalan ... 9

e. Tempat duduk ... 10

f. Tempat sampah ... 11

g. Pot bunga ... 12

h. Vending stall / cart ... 12

i. Tempat parkir sepeda ... 13

(4)

iv BAB 3 TEMUAN DAN ANALISA

3.1. Data Umum Kanal Banjir Timur (KBT) ... 15

3.2. Activity support sebagai pengembangan infrastruktur KBT 3.2.1. Promenade ... 17

3.2.2. Jalur khusus sepeda ... 18

3.2.3. Terapi kesehatan ... 19

3.2.4. Tempat bermain anak ... 20

3.2.5. Ruang terbuka hijau 3.2.5.1. Tanaman sebagai buffer kebisingan dan polusi ... 21

3.2.5.2. Tanaman sebagai pembatas jalan ... 22

3.2.5.3. Tanaman sebagai pembatas kanal dan jalur khusus sepeda ... 22

3.2.5.4. Tanaman sebagai peneduh ... 23

3.2.5.5. Tanaman sebagai zona perlindungan terhadap angina ... 23

3.2.5.6. Tanaman sebagai elemen estetika ... 24

3.3. Aktivitas jalur KBT 3.3.1. Bersepeda dan jogging / olahraga ... 25

3.3.2. Berjualan ... 26 3.3.3. Bermain ... 27 3.3.4. Festival ... 28 3.4. Amenitas KBT 3.4.1. Traffic sign ... 28 3.4.2. Bollard ... 29 3.4.3. Lamp post ... 29 3.4.4. Flowerbed ... 29 3.4.5. Litter bin ... 30 3.4.6. Halte sepeda ... 30 3.4.7. Parkir sepeda ... 31 3.4.8. Vending stall ... 31 3.4.9. Kesimpulan ... 31 BAB 4 KESIMPULAN ... 33 DAFTAR PUSTAKA ... 34

(5)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Kanal Banjir Timur

Gambar 2. Digram pemanfaatan infrastruktur KBT menjadi ruang public Gambar 3. Lokasi promenade

Gambar 4. Area promenade yang dipenuhi pengunjung Gambar 5. Aktivitas bersepeda yang dilakukan pengunjung Gambar 6. Tempat parker sepeda

Gambar 7. Titik lokasi fasilitas terapi kesehatan Gambar 8. Lokasi fasilitas bermain anak

Gambar 9. Titik penerapan tanamana di sepanjang KBT

Gambar 10. Tanaman sebagai buffer kebisingan kendaraan bermotor Gambar 11. Tanaman sebagai pembatas jalan

Gambar 12. Tanaman sebagai pembatas kanal dengan jalur khusus sepeda Gambar 13. Tanaman sebagai peneduh

Gambar 14. Tanaman sebagai zona perlindungan terhadap angin yang ekstrem Gambar 15. Tanaman sebagai elemen estetika

Gambar 16. Potongan jalan khusus sepeda di KBT

Gambar 17. Bersepeda merupakan salah satu aktivitas pendukung di KBT Gambar 18. Aktivitas olahraga kaki di KBT

Gambar 19. Jalur sepeda yang juga digunakan sebagai area berjualan Gambar 20. Titik lokasi area bermain anak-anak

Gambar 21. Aktivitas bermain anak di kolam pasir Gambar 22. Bentuk traffic sign yang digunakan

Gambar 23. Bollard beton yang digunakan di area KBT Gambar 24. Bentuk lampu jalan yang digunakan di area KBT Gambar 25. Flowerbed di sepanjang KBT

Gambar 26. Tempat sampah di area KBT

Gambar 27. Titik aktivitas dengan tempat sampah terbanyak Gambar 28. Halte sepeda di area KBT

Gambar 29. Titik parkir sepeda

(6)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Permasalahan perkotaan kini menjadi perhatian khusus bagi masyarakat umum, dan khususnya bagi para arsitek dan perencana kota. Masalah-masalah yang terjadi, mendesak pemerintah dan para pakar perkotaan mencari solusi yang tepat, seperti banjir, macet, kepadatan hingga ruang terbuka hijau. Plug-in desain perkotaan menjadi penting sebagai alternatif dalam masalah perkotaan. Namun, dengan hadirnya plug-in infrastruktur dalam mengatasi masalah perkotaan, tidak jarang memberikan dampak seperti ruang kosong. Seperti contoh: ruang-ruang dibawah jembatan layang, disisi sepanjang kanal banjir. Ruang-ruang-ruang kosong tersebut dapat disiasati dengan aplikasi activity support didalamnya sebagai daya tarik minat masyarakat untuk memanfaatkan ruang publik kota.

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengolahan plug-in infrastruktur kota yang dapat meningkatkan kualitas hidup perkotaan melalui penambahan

activity support dan ruang terbuka hijau.

1.3. Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dibahas antara lain:

- Bagaimana menggabungkan infrastruktur kota dengan ruang publik dan ruang terbuka hijau?

- Apa dampak yang terjadi dari penggabungan infrastruktur kota dengan ruang public dan ruang terbuka hijau?

- Apakah kendala yang timbul akibat penggabungan infrastruktur kota dengan ruang public dan ruang terbuka hijau, dan bagaimana penyelesaiannya?

1.4. Metodologi

Lokasi penelitian, Kanal Banjir Timur (KBT) dipilih dengan pertimbangan: - KBT merupakan salah satu infrastruktur kota Jakarta yang dikembangkan

(7)

2 - Lokasi strategis dan sesuai dengan kriteria lokasi pengamatan yang

diinginkan.

1.4.1. Metode Pengumpulan Data

- Data dikumpulkan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan yang dilakukan antara lain mendata ruang-ruang apa saja yang didesain di sepanjang jalur KBT, mendata aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalamnya, mendata kelengkapan amenitas kota (kelengkapan

signage dan street furniture), serta mengambil beberapa foto lapangan. - Hasil pengumpulan data kemudian dibandingkan dengan teori / tinjauan

umum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

1.4.2. Metode Pengolahan data

- Data-data diterapkan dalam gambar denah dan potongan lokasi, dilengkapi dengan foto-foto lapangan.

- Data dianalisis dan dibandingkan dengan standar yang ada.

- Data pengamatan disusun secara sistematis menjadi laporan hasil pengamatan.

1.5. Batasan Penelitian

Pada penelitian ini. kami melakukan studi di Kanal Banjir Timur pada wilayah Rumah Sakit Duren Sawit hingga Pintu Air Besar Kanal banjir timur.

(8)

3 BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1. PLUG-IN DESAIN PERKOTAAN menurut Jon Lang

(SUMBER: Lang, John. 2006. Urban Design: A Typology of Procedures and Product. Australia: Architectural Press.)

Masalah desain infrastruktur dalam proses pembangunan kota terjadi dalam berbagai skala, mulai dari skala regional (pedesaan) hingga skala perkotaan. Proses ini dianggap memiliki dampak merusak kota. Jon Lang1 mengatakan Plug-in desain perkotaan hadir sebagai jawaban masalah perkotaan dan dianggap sebagai aspek penting dalam pembangunan suatu perkotaan. Kegunaan plug-in perkotaan antara lain:

Plug-in mengacu pada desain dan konstruksi infrastruktur pengembangan suatu kawasan untuk menarik minat investor dalam mengembangkan property

Plug-in dihadirkan untuk memberikan akses yang mudah untuk masyarakat beraktivitas

Plug-in dihadirkan sebagai penghubung antar kota • Plug-in dihadirkan sebagai pemecah masalah perkotaan

Bentuk-bentuk plug-in dapat berupa jalan raya, light-rail links, jalur pedestrian, jalur khusus sepeda, dll.

Jon Lang2 mengatakan, proyek infrastruktur memiliki tujuan efek katalis, fisik dan sosial terhadap lingkungannya. Kemudian, dalam proses pembangunan kota, aspek individu menjadi penting sebagai pendukung berkembangnya suatu kota.

2.2. URBAN FORESTRY menurut Gene W Grey dan Frederick J Deneke

(SUMBER: Grey, Gene W dan Frederick J Deneke. 1978. Urban Forestry. Canada: John Willey and Sons, Inc.)

Hutan kota merupakan salah satu elemen penting dalam suatu kota. Pohon-pohon didalamnya memberikan efek keteduhan, keindahan dan manfaat lainnya. Manfaat pohon dapat dikategorikan dalam empat kategori besar berikut:

1 Lang, John, Urban Design: A Typology of Procedures and Product (Australia: Architectural Press, 2006)

(9)

4 1. Sebagai Iklim Ameliorasi

2. Sebagai penggunaan teknik rekayasa 3. Sebagai elemen arsitektur

4. Sebagai elemen estetika

Tingkat kenyamanan manusia pada dasarnya terletak pada faktor yang mempengaruhi suhu kulit, persepsi panas dan dingin. Suhu optimal tubuh manusia adalah 98,7°F (37°C). Pergerakan udara atau angin juga mempengaruhi tingkat kenyamanan manusia. Efeknya dapat berupa hal negatif atau positif sangat tergantung pada vegetasi perkotaan.

Angin dapat meningkatkan pendinginan evaporative pada siang hari. Pohon dapat mengurangi kecepatan angin dan menciptakan zona terlindung dari angin. Dengan demikian, pohon dapat mengganggu proses pendinginan evaporative, yang memungkinkan suhu yang lebih tinggi dalam zona yang dilindungi. Efek ini lebih besar dibandingkan dengan penanaman semak dan pohon dan bisa berefek positif atau negatif tergantung pada waktu. Dibawah ini beberapa dampak yang diberikan pohon dan semak :

• Pohon dan semak dapat menciptakan ruang besar menjadi lebih kecil dengan memberikan efek pada perasaan individu.

• Pohon dan semak dapat memberikan efek unik dalam sebuah ruang

• Pohon dan semak dapat mengalihkan pandangan yang mengganggu secara visual.

Pohon dan semak memberikan elemen keindahan dalam ruang. Mereka dapat menjadi indah hanya karena garis, bentuk, warna, dan teksturnya. Pohon dan semak dapat melembutkan garis arsitektur, meningkatkan dan melengkapi elemen arsitektur, menyatukan elemen yang berbeda dan memberikan efek alami.

Rekomendasi Cook dan Van Haverbeke dikemukakan dalam studi sebagai berkut :

• Untuk mengurangi kebisingan dari lalu lintas berkecepatan tinggi, bentuk tanah harus cukup tingginya untuk menyaring lalu lintas dari pandangan. Beberapa baris pohon dan semak harus ditanam berdekatan dan pada bentuk lahan untuk perbaikan kebisingan sepanjang tahun.

(10)

5 • Untuk mereduksi suara dari lalu lintas pinggiran kota dapat dicapai dengan

penanaman deretan semak berat berdekatan dengan lalu lintas dan membangun 2 meter dibelakang semak-semak.

• Ketinggian bentuk lahan yang optimal akan bervariasi untuk setiap keadaan, namun ketinggian 2,5-3 m digunakan dalam kombinasi dengan varietas pohon tinggi yang direkomendasikan untuk menyaring kebisingan

• Penghambat kebisingan diletakkan relatif dekat dengan sumber kebisingan agar memberi manfaat yang maksimal dan dapat memastikan jarak yang cukup untuk menahannya.

• Karena tingkat kecepatan angin dapat mempengaruhi tingkat suara di lokasi tertentu, kondisi terparah harus digunakan untuk memperkirakan tingkat suara sebagai antisipasi dalam mendesain.

• Konfigurasi alami tanah, seperti bukit,pegunungan, sebuah jalan raya yang padat, harus digunakan sebagai buffer kebisingan untuk merencanakan perkembangan pinggir jalan, sekolah dan tempat tinggal yang berdekatan dengan jalan arteri.

• Pohon, semak dan rumput dibiarkan sebagai kontrol terhadap kebisingan.

2.3. INFRASTRUCTURAL URBANISM menurut Thomas Hauck

(SUMBER: Hauck, Thomas. 2011. Infrastructural Urbanism. Berlin: DOM Publisher.)

Tidak dapat dipungkiri bahwa arsitektur merupakan faktor penting dalam membentuk kota. Kebanyakan juga akan setuju bahwa lanskap juga mampu menciptakan dan membentuk alam perkotaan . Namun, bisakah infrastruktur juga mampu berfungsi sebagai generator ruang kota yang berkualitas?

Menurut Thomas Hauck (2011:33)3 , ubanisme infrastruktur mendesain ruang-ruang struktural infrastruktur yang menjamin kota tetap stabil dalam pemasokan dan mobilitas. Fokus penelitian ini adalah kualitas spasial dari pembangunan struktur infrastruktur sebagai ruang gerak dengan kecepatan yang berbeda dan sebagai struktur yang mempengaruhi lingkungan mereka. Masalah yang terjadi dalam desain perkotaan akhir-akhir ini adalah pilihan mengenai pola pertumbuhan yang terbentuk

(11)

6 dari rencana tata guna lahan 2 dimensional, tanpa memperhatikan hubungan 3 dimensional antara bangunan dengan ruang terbuka serta tidak adanya pengertian mendalam mengenai kebiasaan manusia. Hal ini mengarah pada terbentuknya ruang intertisial.

Thomas Hauck (2011: 147)4 mengatakan bahwa ruang intertisial / celah mengacu pada ruang yang kecil, panjang, dan mengintervensi. Meskipun bentuknya beragam, ketika sebuah ruang intertisial menjadi bagian dalam infrastruktur kota, mereka akan selalu menghasilkan kondisi tertutup, kosong, dan ditinggalkan.

Ruang intertisial seringkali menimbulkan tindakan-tindakan informal. Dengan kondisi tertutup dan kosong menimbulkan persaingan masyarakat memperebutkan lahan tersebut. Hal ini digambarkan melalui tindakan informal ini sebagai konstruksi sosial yang dapat dinyatakan, baik melalui perilaku sengaja individu atau kelompok, maupun dengan mendefinisikan informalitas masyarakat.

2.4. FINDING LOST SPACE menurut Roger Trancik

(SUMBER: Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space. New York: Van Nostrand Reinhold.)

Sejalan dengan berkembangnya suatu perkotaan, semakin bertambah pula infrastruktur yang dibutuhkan kota tersebut. Penambahan ruas-ruas jalan di perkotaan, disertai bertambahnya jenis moda transportasi yang ada, menciptakan bertambahnya ruang-ruang yang hilang dalam perkotaan.

Roger Trancik (1986: 1)5 menyatakan bahwa setiap kota modern memiliki sejumlah besar ruang yang tidak terpakai di pusat kotanya, khususnya jalan raya, rel kereta, dan waterfront, di mana jarak / gap ini mempengaruhi bentuk kota secara keseluruhan. Hubungan pejalan kaki antar bangunan sering rusak, dan berjalan kaki menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan.

Ruang hilang merupakan “ruang tak bertuan”, di mana masyarakat tidak mempedulikan pemeliharaan ruang-ruang ini. Ruang yang hilang juga dapat berupa plaza yang ditinggalkan, lokasi militer, maupun kompleks industri yang sudah dipindahkan ke lain tempat.

4 Ibid., h. 147

(12)

7 Namun, tidak selamanya ruang-ruang yang hilang ini menjadi ruang yang mati, ruang yang tidak berguna. Untuk menjawab semua pertanyaan mengenai ruang yang hilang, perancang harus menggambar rencana tapak (site plan) untuk menjadi generator mengenai konteks dan bangunan yang membentuk ruang luar. Pada kota-kota yang sukses, pengertian yang benar mengenai ruang terbuka sangat dibutuhkan, sama halnya dengan pengertian mengenai bangunan yang baik.

Dengan pemanfaatan, pemeliharaan, dan penambahan fungsi public yang baik dan sesuai, ruang-ruang yang hilang ini dapat berubah menjadi ruang-ruang baru, yang dapat menampung aktivitas baru masyarakat perkotaan.

2.5. SIGNAGE DAN STREET FURNITURE

(SUMBER: Diktat Kuliah Studi Perkotaan II Teknik Arsitektur Universitas Tarumanagara)

2.5.1. Tata tanda/signage

Signage selalu berkaitan dengan pesan atau informasi yang ingin disampaikan ke orang lain, dan menimbulkan respon pada manusia. Media untuk penyampaian pesan tersebut sangat bervariasi.

Fungsi signage antara lain:

- Sebagai alat untuk membantu manusia dengan cara mengarahkan, mengidentifikasi ruang atau struktur dan memberi informasi manusia dalam melakukan kegiatan dalam suatu ruang.

- Memperkuat kualitas lingkungan secara visual. - Melindungi kepentingan umum

Elemen-elemen signage:

- Typography (teks). Teks dengan style yang berbeda-beda menimbulkan nilai estetika dan atmosfir yang berbeda-beda sebagai efek dari bentuk huruf yang bervariasi dan unik.

- Warna. Aspek yang harus diperhatikan dalam penggunaan teks, simbol, dan background dari suatu sign adalah kadar kekontrasan yang cukup dari tiap-tiap elemen. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan legibilitas (bagaimana informasi paling penting dalam suatu signage dapat dibaca dengan jelas) sign.

- Simbol. Biasa merepresentasikan sesuatu dan merupakan cara yang sederhana untuk mengkomunikasikan sesuatu yang terhalang oleh bahasa

(13)

8 yang berbeda. Simbol juga berguna untuk orang-orang buta huruf mampu memahami signage tanpa memerlukan penjelasan teks sama sekali.

- Panah. Berfungsi untuk menunjukkan arah/orientasi, yang biasa diserta dengan teks untuk memperjelas maksud dari tanda. Panah bersifat universal dan hampir digunakan oleh seluruh dunia.

- Pencahayaan. Cahaya adalah hal yang penting untuk menjaga visibilitas dan legibilitas sign, terutama di daerah yang cukup gelap. Cahaya yang sesuai dan tidak berlebihan juga akan membuat sign menjadi lebih menark untuk dilihat.

Tipe-tipe signage:

- Pole mounted sign, yaitu sign yang dipasang menempel pada tiang penyangga horizontal berukuran kecil.

- Post mounted sign, yaitu hampir sama dengan pole mounted sign, namun tiang penyangga horizontal memiliki diameter yang lebih besar.

- Wall sign, yaitu sign yang menempel pada dinding bangunan dengan ketinggian tertentu.

- Awning and canopy sign, yaitu sign yang ditulis atau dilukis di kanopi bangunan.

- Projecting sign, yaitu sign yang dipasang dengan cara digantung pada tiang penyangga horizontal yang menempel pada dinding bangunan.

- Hanging sign, yaitu sign yang hampir sama seperti projecting sign, namun tiang penyangga horizontal tidak menempel pada bnagunan (berdiri sendiri) - Ground sign, yaitu sign yang dipasang menempel di tanah.

2.5.2. Street furniture

Street furniture adalah istilah kolektif yang digunakan untuk benda-benda yang berguna sebagai alat kelengkapan jalan. Street furniture berguna untuk memberi kemudahan dan kenyamanan para pengguna jalan saat menggunakan fasilitas publik.Jenis-jenis street furniture:

a. Trafic sign/tanda lalu lintas

Tanda lalu lintas umumnya diletakkan di daerah yang ramai, baik oleh kendaraan bermotor maupun oleh pejalan kaki. Tanda lalu lintas ini berguna untuk menjaga keamanan dan kenyamanan para pengguna jalan. Warna

(14)

9 dan tulisan yang digunakan harus dapat dilihat dengan jelas oleh para pengguna jalan.

b. Trotoar

Trotoar adalah fasilitas tepi jalan yang diperuntukkan untukpejalan kaki, trotoar ditinggikan untuk melindungi pejalan kaki dari lalu lintas kendaraan.

c. Bus stop/halte

Halte bus/tempat pemberhentian bus menjadi fasilitas yang sangat penting bagi para pengguna jalan, terutama para pengguna kendaraan/transportasi publik. Halte bus harus diletakkan di tempat yang aman (di tepi jalan) untuk meningkatkan kemanan dan kenyamanan. Halte bus juga harus memberikan perlindungan berupa atap yang dapat melindungi para penggunanya di saat malam hari atau di cuaca yang kurang baik. Desain halte bus juga harus bisa dibuat menarik sehingga orang-orang yang menggunakannya dapat merasa nyaman.

(15)

10 Bollard umumnya diletakkan di antara batas pejalan kaki dan kendaraan bermotor. Hal ini bertujuan untuk memberi bats yang jelas bagi pejalan kaki sehingga memberi ruang yang nyaman dan aman bagi para pejalan kaki. Bollard juga dapat dibuat fleksibel sehingga dapat digunakan pada saat yang dibutuhkan.

e. Bench/tempat duduk

Jenis kursi yang dipilih harus mencerminkan penggunaan daerah. Tempat dimana orang menunggu hanya untuk waktu yang pendek tidak mungkin memerlukan kursi. Misalnya, halte dalam kota mungkin tidak membutuhkan tempat duduk atau hanya mungkin memerlukan sebuah bangku. Bila memungkinkan, berbagai pilihan tempat duduk harus ditawarkan. Berbagai ketinggian kursi dan kursi dengan dan tanpa sandaran lengan membantu memberikan akses untuk orang yang lebih beragam. Dalam lokasi dengan intensitas orang yang tinggi, adalah keharusan untuk menyediakan akses ke kursi setiap 60 meter. Hal iIni mungkin semakin meningkat menjadi setiap 50 meter di daerah kegiatan intens. Duduk mungkin diperlukan untuk halte bus dan masyarakat di luar bangunan. Banyak orang merasa tidak nyaman saat duduk membelakangi

(16)

11 jalan yang ramai, mereka lebih memilih untuk menghadap daerah-daerah sibuk ketika duduk. Tempat duduk adalah komponen utama dalam ruang yang diciptakan terutama untuk bersantai atau beristirahat. Tempat duduk juga harus dirancang untuk durasi yang lebih lama. Agregasi atau kelipatan tempat duduk mungkin diperlukan di lokasi pusat di mana mereka dapat ditempatkan untuk mendorong percakapan atau untuk menghasilkan perasaan keruangan. Bentuk tempat duduk biasanya harus dapat terlihat, tapi tidak mengganggu dan tidak menghalangi garis pandang atau aktivitas. Kursi di daerah terpencil harus berlokasi dekat atau langsung di bawah penerangan jalan. Hindari meletakkan kursi di rumput di mana pemeliharaan rumput sekitar dan di bawah kursi akan sulit dilakukan. Juga hindari menempatkan kursi di sekitar pohon di mana akan sulit mengumpulkan sampah daun dan membutuhkan perawatan yang lebih ekstra.

f. Tempat/tong sampah

Tempat sampah umumnya diperlukan dekat pusat ritel, ruang rekreasi dan daerah lain dengan tingkat aktivitas yang tinggi. Mereka biasanya ditempatkan berjarak masing-masing 30 meter satu sama lain, kecuali kebutuhan lokasi yang meningkatkan permintaan. Perletakan tempat sampah harus mempertimbangkan aspek. Misalnya, ruang duduk dan bersantai akan memerlukan sampah. Mereka harus terlihat tetapi tidak terlalu mengganggu atau terlalu dekat dan mereka tidak boleh berada di antara kursi dan pandangan atau kegiatan. Tempat sampah harus diletakkan melawan arah angin dalam kondisi musim panas tempat kursi atau ruang pejalan kaki berkumpul. Tempat sampah harus ditempatkan dekat sumber sampah, misalnya, dekat toko-toko makanan dan outlet makanan cepat saji, dan pada titik-titik yang dekat sumber sampah, misalnya, halte bus dekat taman atau toko-toko. Perletakan tempat

(17)

12 sampah seharusnya tidak menghalangi akses kursi roda dan ketinggian tempat sampah harus sesuai untuk akses kursi roda dan anak.

g. Flowerbed dan flowerpot (pot bunga)

Pot bunga kadang-kadang digunakan dalam streetscapes dimana penanaman langsung ke dalam tanah tidak mungkin atau kurang praktis. Mereka biasanya digunakan dalam beberapa pengelompokan. Pot bunga harus dibangun menggunakan material yang kompatibel dengan street furniture sekitarnya atau materi perkerasan lainnya. Sudut pot bunga harus dibulatkan untuk meminimalkan risiko cedera pada pejalan kaki. Kondisi pertumbuhan di pot kebanyakan tidak optimal. Pot bunga juga harus dirancang untuk menyediakan irigasi dan memadai drainase. Desain pot bunga juga harus mencakup jaring yang ditempatkan di bawah mulsa untuk melindungi tanaman.

h. Vending stall/cart

Vending stall, atau biasa disebut gerobak, merupakan fasilitas portable/bisa berpindah tempat yang menjual makanan/minuman. Gerobak-gerobak ini biasanya berkumpul di kawasan yang ramai

(18)

13 dikunjungi orang banyak, atau di acara-acara tertentu, seperti pasar kaget.

i. Tempat parkir sepeda

Tempat parkir sepeda harus berlokasi di semua pusat komersial dan tujuan bersepeda lainnya. Misalnya, pusat kota, toko-toko pinggiran kota, fasilitas olahraga, perpustakaan, dan gedung-gedung publik. Penempatan tempat parkir harus berlokasi dekat dengan tujuan segera mungkin dan dapat dilihat orang banyak. Mereka harus mudah diakses dari jalan setapak dan jalan. Perletakan tempat parkir sepeda seharusnya tidak menghalangi kursi roda atau akses pejalan kaki. Tempat parkir sepeda tidak harus ditempatkan tepat di depan pintu masuk bangunan atau etalase toko. Tempat parkir sepeda harus mudah terlihat oleh pejalan kaki. Tempat sepeda tidak boleh dicat tetapi menggunakan bahan yang tahan lama, seperti logam galvanis, yang tidak rusak oleh kontak dengan sepeda.

j. Tree grate/alas pohon

Alas pohon ditempatkan di sekitar pohon di lokasi dengan volume pejalan kaki yang tinggi untuk mengurangi pemadatan tanah dan kerusakan pada zona akar. Alas pohon harus dirancang dan dipasang untuk

(19)

14 mempertahankan tingkat permukaan paving. Dimensi minimum untuk daerah alas adalah 1 m2. Alas desain harus kompatibel dengan streetscape dan street furniture. Setiap alas pohon memerlukan kerangka. Alas pohon harus memungkinkan untuk pertumbuhan batang pohon, misalnya, melalui penggunaan knock out cincin konsentris. Desainer hanya harus menentukan alas pohon yang dirancang tidak menghalangi pertumbuhan pohon. Alas pohon hanya satu pilihan untuk melindungi pohon dari pemadatan tanah dan kerusakan akar. Pilihan lain termasuk penggunaan batu-batuan atau permeabel paving.

(20)

15 BAB 3

TEMUAN DAN ANALISA

3.1. Data Umum Kanal Banjir Timur (KBT)

Lingkup wilayah pengamatan yang dilakukan adalah wilayah sepanjang jalur khusus sepeda Kanal Banjir Timur. Kanal Banjir Timur mengalir dari Jakarta Pusat hingga Jakarta Utara, yang diharapkan dapat mengurangi 13 wilayah genangan banjir di Jakarta.

Gambar 1. Lokasi Kanal Banjir Timur

Infrastruktur Kanal Banjir Timur menjadi plug-in perkotaan kota Jakarta dengan fungsi-fungsinya, antara lain :

• Jalur / sirkulasi pembuangan air perkotaan yang langsung mengarah ke laut • Jalur sutet

• Jalur gas pemerintah • Jalan layang

(21)

16 • Jalur saluran air bersih (PAM)

• Pembuangan limbah

Kemudian, Kanal Banjir Timur dikembangkan, tidak hanya sebagai infrastruktur kota yang mati, namun menjadi ruang terbuka baru bagi masyarakat Jakarta. Hal ini dilakukan dengan penambahan activity support berupa:

Promenade

• Jalur khusus sepeda • Terapi kesehatan • Tempat bermain anak • Ruang terbuka hijau

Activity support ini menarik minat masyarakat sekitar jalur KBT, sehingga menciptakan aktivitas-aktivitas baru di dalamnya. Aktivitas yang terjadi akibat penambahan ruang baru di jalur KBT antara lain:

• Bersepeda

• Jogging / olahraga • Berjualan

• Bermain

• Belajar / diskusi bersama • Festival

Pemanfaatan jalur KBT ini pun membutuhkan amenitas yang baik, lengkap, dan memadai untuk mendukung aktivitas di dalamnya. Amenitas yang dimaksud antara lain:

• Kelengkapan signage / rambu-rambu jalan • Kelengkapan street furniture, seperti:

- Tanda lalu lintas - Bus stop

- Bollard

- Bench / tempat duduk - Tempat sampah - Lampu jalan - Flower bed

(22)

17 Gambar 2. Diagram pemanfaatan infrastuktur KBT menjadi ruang publik

3.2. Activity support sebagai pengembangan infrastruktur KBT

Sebagai Plug-in desain perkotaan, KBT hadir dengan fungsi sebagai muara dari sungai-sungai yang mengalir di sepanjang Jakarta Timur hingga Utara. Untuk menghindari terciptanya ruang-ruang mati dan tidak menarik dalam kota, maka pemerintah kota Jakarta menambahkan / memasukkan activity support di sepanjang jalur infrastruktur KBT.

3.2.1. Promenade

Promenade diaplikasikan sebagai activity support pada plug-in, sehingga menarik minat masyarakat sekitar untuk datang ke KBT. Lokasi promenade

ini bersebelahan langsung dengan sungai / kanal, memberikan pemandangan tepi sungai yang menarik untuk berkumpul. Lokasinya yang berada di tepi jalur sepeda mengakibatkan tempat ini juga menjadi tempat beristirahat para pengunjung. Material kayu digunakan sebagai bahan lantainya, dengan lampu-lampu taman di sepanjang pembatas jalannya. Di lokasi ini, masyarakat melakukan interaksi sosial, bermain, hingga berjualan. Banyaknya masyarakat yang beraktivitas di area KBT, menjadikan kawasan ini potensial untuk berjualan, sehingga tumbuhnya pedagang-pedagang makanan, minuman, dan mainan di sepanjang area KBT.

(23)

18 Gambar 3. Lokasi promenade

Gambar 4. Area promenade yang dipenuhi pengunjung

3.2.2. Jalur khusus sepeda

Pada plug-in KBT, pemerintah DKI Jakarta mengaplikasikan jalur khusus sepeda sebagai daya tarik minat bagi masyarakat sekitar wilayah KBT, sehingga ruang-ruang di sepanjang KBT dapat digunakan sebagai ruang publik kota. Pada hasil survey, kami mendapati masyarakat lingkungan KBT yang antusias beraktivitas disepanjang jalur khusus sepeda. Ruang sosial bagi masyarakat lingkungan KBT terjadi didalam activity support tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Jon Lang dalam buku Urban Design, beliau mengatakan bahwa," proyek infrastruktur memiliki tujuan efek katalis, fisik dan sosial terhadap lingkungannya".

(24)

19 Gambar 5. Aktivitas bersepeda yang dilakukan pengunjung

Fasilitas pendukung yang diberikan oleh pemerintah sudah cukup memadai, dengan adanya parkir khusus sepeda pada titik - titik tertentu disepanjang jalur khusus sepeda KBT.

Gambar 6. Tempat parkir sepeda

3.2.3. Terapi kesehatan

Sebagai activity support bagi jalur KBT, pemerintah DKI menambahkan fasilitas terapi kesehatan. Fasilitas ini menjadi hal yang unik yang digunakan oleh masyarakat. Aplikasinya cukup sederhana, hanya dengan batu-batu coral yang ditanam dengan membentuk landscape yang menarik.

(25)

20 Gambar 7. Titik lokasi fasilitas terapi kesehatan

3.2.4. Tempat bermain anak

Pada hasil survey selanjutnya, kami mendapati area bermain anak sebagai

activity support pada jalur khusus sepeda di sepanjang jalur KBT. Fasilitas ini digunakan masyarakat dengan baik, hal ini menggambarkan bahwa masyarakat membutuhkan ruang terbuka publik yang dapat diakses dengan mudah, sebagai alternatif berlibur anak. Area bermain ini, dapat berbentuk area bermain pasir seperti pada contoh gambar. Namun, pada saat survey, kami mendapati para pedagang kaki lima yang berdagang disekitar area bermain anak, sehingga mengotori area tersebut.

Gambar 8. Lokasi fasilitas bermain anak

3.2.5. Ruang terbuka hijau

Area KBT tidak hanya diaplikasikan menjadi jalur khusus sepeda tetapi juga dikembangkan sebagai area ruang terbuka hijau bagi kota Jakarta. Masyarakat kota Jakarta yang sudah sulit mendapatkan area hijau, kini dapat memanfaatkan area sepanjang KBT. Seperti pada teori yang dikemukakan oleh Gene W Grey dan Frederick J Deneke dalam bukunya Urban Forestry, bahwa , area hijau merupakan salah satu elemen penting bagi masyarakat kota. Pohon-pohon di dalamnya memberikan efek keteduhan dan keindahan serta manfaat lainnya yang tidak disadari oleh masyarakat kota. Pohon-pohon pada sepanjang Jalur KBT, memiliki peran antara lain sebagai:

(26)

21 • Pembatas jalan

• Pembatas antara plug-in KBT dengan jalur khusus sepeda • Sebagai peneduh

• Sebagai zona perlindungan terhadap angina • Elemen estetika

Gambar 9. Titik penerapan tanaman di sepanjang KBT

3.2.5.1. Tanaman sebagai buffer terhadap kebisingan dan polusi kendaraan bermotor Peletakan tanaman pada pembatas antara jalur khusus sepeda dengan jalan arteri dengan intensitas kendaraan yang cukup tinggi merupakan alternatif tindakan yang baik bagi masyarakat yang beraktivitas disepanjang jalur khusus sepeda. Sehingga, ketika masyarakat beraktivitas di dalamnya tidak terganggu dengan kendaraan di jalan. Pada teori yang dikemukakan oleh Cook dan Van Haverbek, beliau merekomendasikan pohon tinggi digunakan sebagai tanaman buffer kebisingan yang cukup efektif serta semak juga digunakan sebagai tanaman buffer kebisingan lalu lintas. Begitu juga yang diaplikasikan di sepanjang jalur KBT.

(27)

22

Gambar 10. Tanaman sebagai buffer kebisingan kendaraan bermotor

3.2.5.2. Tanaman sebagai pembatas jalan

Pada area hijau KBT, terdapat tanaman yang berperan sebagai pembatas jalan. Tanaman atau pohon tersebut menjadi pembatas antara jalan arteri dengan jalur khusus sepeda, atau pada area jembatan, tanaman tersebut sebagai pembatas sudut jalan.

Gambar 11. Tanaman sebagai pembatas jalan

3.2.5.3. Tanaman sebagai pembatas kanal dengan jalur khusus sepeda

Pada hasil survey yang kami lakukan, tanaman diaplikasikan untuk membatasi plug-in KBT dengan jalur khusus sepeda, sehingga pengguna jalur khusus sepeda mendapatkan efek secara visual batas yang jelas dengan plug-in KBT, namun tidak menghalangi pandangan ke arah kanal.

(28)

23 Gambar 12. Tanaman sebagai pembatas kanal dengan jalur khusus sepeda

3.2.5.4. Tanaman sebagai peneduh

Pohon yang diaplikasikan pada area hijau KBT juga memiliki peran sebagai peneduh bagi pengguna jalur khusus sepeda, sehingga memberikan efek kenyamanan thermal. Hal ini,juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gene W Grey dan Frederick J Deneke dalam bukunya Urban Forestry.

Gambar 13. Tanaman sebagai peneduh

3.2.5.5. Sebagai zona perlindungan terhadap angina

Area terbuka hijau pada KBT rentan dengan angin yang berhembus kencang. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan bagi pengguna area terbuka hijau dan jalur khusus sepeda di sepanjang jalur KBT. Dengan alasan tersebut, tanaman seperti pohon dan semak diaplikasikan pada sepanjang jalur KBT sebagai elemen perlindungan terhadap angin kencang yang langsung berhembus mengarah area aktivitas pengguna.

(29)

24 Gambar 14. Tanaman sebagai zona perlindungan terhadap angin yang ekstrim

3.2.5.6. Sebagai elemen estetika

Pada teori oleh Gene W Grey dan Frederick J Deneke dalam bukunya Urban Forestry menyebutkan, pohon atau tanaman dapat dijadikan sebagai elemen estetika. Hal ini yang diaplikasikan pada activity support sepanjang

plug-in KBT sebagai penarik minat masyarakat untuk datang beraktivitas di lingkungan KBT.

Gambar 15. Tanaman sebagai elemen estetika

3.3. Aktivitas jalur KBT

Dengan adanya penambahan ruang-ruang public dalam plug-in KBT, menghasilkan terbentuknya aktivitas-aktivitas baru di dalamnya. Aktivitas tersebut antara lain:

- Bersepeda dan jogging / olahraga - Berjualan

(30)

25 - Festival

3.3.1. Bersepeda dan jogging / olahraga

Salah satu activity support yang ditambahkan di area KBT adalah jalur khusus pesepeda. Jalur ini menjadi salah satu tempat beraktivitas para pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari libur.

Jalur khusus sepeda didesain sepanjang KBT, bersebelahan langsung dengan kanal. Namun, di beberapa bagian, jalur sepeda ini ditambahkan dengan fungsi lain, sebagai daya tarik bagi pengunjung.

Gambar 16. Potongan jalan khusus sepeda di KBT

Dari gambar potongan yang ada menunjukkan lebar jalur sepeda adalah 5 meter, dan diapit oleh fungsi-sungsi lain, seperti taman bermain, tempat olah raga, trotar, dan halte.

(31)

26 Selain bersepeda, di akhir pekan, ataupun hari libur, jogging / olahraga juga menjadi salah satu aktivitas yang banyak ditemukan di sepanjang jalur KBT. Jalur khusus sepeda dipakai sebagai jalur pejalan kaki pengunjung. Selain berjalan kaki / jogging, terdapat fasilitas olahraga yang disediakan, yaitu fasilitas terapi kesehatan, berupa terapi kaki menggunakan batu-batu alam yang disusun sedemikian rupa, yang kemudian diinjak.

Gambar 18. Aktivitas olahraga kaki di KBT

Dari hasil survey yang dilakukan, kedua aktivitas ini paling banyak dilakukan di pagi dan sore hari. Saat siang, lokasi KBT agak sepi pengunjung. Bahkan di beberapa titik selalu sepi pengunjung. Dapat disimpulkan bahwa pengunjung lebih menikmati area KBT saat udara masih sejuk dan segar. Hal ini dikarenakan tanaman-tanaman sepanjang KBT, meskipun sudah banyak ditanam, namun belum mampu menambah kenyamanan di area KBT, terutama di siang hari.

3.3.2. Berjualan

Salah satu aktivitas yang menarik pengunjung ke area KBT adalah berjualan. KBT tidak menyediakan area khusus bagi para penjual. Hal ini mengakibatkan, jalur sepeda dan trotoar difungsikan juga sebagai area berjualan.

(32)

27

Gambar 19. Jalur sepeda yang juga digunakan sebagai area berjualan

Dari hasil survey yang dilakukan, kebanyakan penjual menjajakan makanan dan minuman, menggunakan gerobak dorong ataupun sepeda. Lokasinya yang tersebar, menyebabkan jalur sepeda di area KBT menjadi ramai dan berantakan, sampah dimana-mana, dan pesepeda sulit mengendarai sepedanya dengan baik.

3.3.3. Bermain

Aktivitas pendukung lain di area KBT adalah bermain. Hal ini kebanyakan dilakukan oleh anak-anak di akhir pekan atau hari libur. Bentuk permainan yang disediakan di area KBT adalah kolam pasir. Di lokasi ini juga dimanfaatkan para penjual untuk menjajakan dagangannya.

Gambar 20. Titik lokasi area bermain anak-anak

(33)

28 Dari hasil survey yang dilakukan, lokasi bermain khusus anak hanya terletak di 1 titik saja, padahal area bermain ini menjadi salah satu pusat aktivitas di KBT. Hal ini mengakibatkan titik-titik sepanjang KBT agak sepi pengunjung.

3.3.4. Festival

Festival yang diadakan tidak memiliki waktu yang pasti / tidak menentu. Biasanya KBT juga digunakan sebagai area perayaan hari-hari besar, seperti hari kemerdekaan. Saat hari-hari besar, KBT dijadikan area perlobaan dan berjualan yang menarik bagi pengunjung.

3.4. Amenitas KBT 3.4.1. Trafic sign

Trafic sign berada diujung jalur sepeda KBT.

Trafic sign yang tersedia menginformasikan bahwa jalur KBT dapat dipergunakan sebagai jalur pejalan kaki dan sepeda. Dan larangan pengendara sepeda motor untuk masuk dan menggunakan jalur tersebut.

Masalah : Letak dari trafic sign sudah berada pada posisi yang cukup jelas dan mudah di pahami, namun tidak banyak dari para pengguna jalur ini.

(34)

29 3.4.2. Bollard

Bollard yang dapat di lihat di jalur KBT ini memiliki fungsi sebagai penghalang bagi pengguna sepeda motor untuk dapat masuk ke jalur tersebut.

Bollard ini di buat dari beton sehingga semakin mempersulit pengendara motor untuk menerobos jalur ini.

Masalah : walaupun jalur ini sudah di tutupi oleh bollard beton, namun kenakalan pengguna motor tetap dapat terlihat dan masih dapat

masujk dan menggunakan jalur ini.

3.4.3. Lamp Post

Lampu yang berada di Jalur KBT di sediakan untuk menerangi jaur pesepeda di saat pagi dan malam hari. Lampu di sepanjang KBT disusun dengan jarak antar lampu tersebut 20m.

3.4.4. Flower bed

Flower bed berada di sepanjang bantaran BKT yang di manfaatkan sebagai ruang terbuka hijau. Jenis tanaman yang di tanam di sisni di dominasi oleh jeins rerumputan hujau. Kegunaan dari

Gambar 23. Bollard beton yang digunakan di area KBT

Gambar 24. Bentuk lampu jalan yang digunakan di area KBT

(35)

30 Flower bed ini dapat di gunakan sebagai sumber resapan air hujan bila mana air mulai naik dari permukaan banjir kanal.

3.4.5. Litter Bin

Tempat sampah disiapkan untuk membuang sampah. Sampah di kelompokan menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah untuk samah organik, sedangkan yang kedua untuk sampah un organik. Tempat sampah di siapkan di beberapa titik aktifitas.

Masalah : Tidak banyak kesadaran orang untuk mem buang sampah pada

tempatnya membuat KBT ini tetap terlihat banyak sampah dimana mana.

Gambar 27. Titik aktivitas dengan tempat sampah terbanyak.

3.4.6. Halte sepeda

KBT juga dilengkapi dengan beberapa halte sepeda di beberapa titik.

Masalah : Halte ini agak sepi pengunjung, karena lokasinya kurang strategis dan agak gersang.

Gambar 26. Tempat sampah di area KBT

(36)

31 3.4.7. Parkir Sepeda

Di sepanjang jalan KBT disaat pagi hari cukup dipadati oleh para penjual makanan. Disamping itu banyak para pangunjung yang datang tidak hanya untuk bermain sepeda melainkann untuk melakukan kegiatan lain sehingga mereka pasti akan mencari tempat perkir sepeda.

Tempat parkir sepeda tidak banyak disiapkan dan terletak di daerah yang kurang terlihat sehingga sedikit orang yang menggunakannya. Orang orang lebih memilih langsung parkir di tempat ataupun di letakan di atas rumput.

Gambar 29. Titik Parkir Sepeda

3.4.8. Vending Stall.

Gerobak di jalur KBT dapat di temui pada jam 6 hingga jam 9 pagi. Para penjual di gerobakan kebanyakan menjual makanan ringan.

Penjual di gerobakan ini terletak di ujung jalur KBT dengan jalur yang paling banyak di kunjungi.

Masalah: Para penjual di gerobakan ini tidak disiapkan tempat sampah untuk mereka membuang sampah sehingga para pembeli membuang sampahnya sembarangan.

3.4.9. Kesimpulan

Aminities yang berada di sepanjang KBT sudah baik. Hanya dalam pengamatan kami melihat kurangnya public toilet di sepanjang jalur KBT ini. Kami merasa cukkup kesulitan mencari toilet disana selain lokasi toilet pertamina yang berada di sebrang jalur KBT.

Gambar 30. Jenis gerobak yang paling banyak digunakan oleh

(37)

32 Kejelasan simbol dan bentuk fasilitas yang

disediakan ternyata masih kurang untuk memfasilitasi kebutuhan para pengujung KBT. Seperti contoh masalah orang membuang sampah sembarangan yang diakibatkan jarak antar tempat sampah maupun bentuk dari tempat sampah yang kurang terlihat.

(38)

33 BAB 4

KESIMPULAN

Pada hasil survey penelitian ini, kami mendapati activity support yang diterapkan pada plug-in KBT sudah memberikan dampak positif bagi masyarakat di lingkungan KBT. Aktivitas yang dilakukan di KBT berkembang dengan fasilitas-fasilitas penunjang, hanya saja, kesadaran bagi masyarakat untuk menjaga lingkungan KBT masih kurang, sehingga pemanfaatan lingkungan KBT menjadi kurang maksimal. Salah satunya adalah masuknya kendaraan bermotor kedalam jalur khusus sepeda, sehingga mengganggu aktivitas pengguna jalur khusus sepeda.

Activity support yang diaplikasikan dalam plug-in KBT sudah mendekati dengan prinsip-prinsip teori yang dikemukakan Jon Lang, Roger Trancik dan Thomas Hauck. Hal ini membuktikan bahwa plug-in infrastruktur di kawasan perkotaan, bila diolah dengan baik, dapat berpotensi menjadi ruang public dan ruang terbuka hijau yang semakin langka di perkotaan.

(39)

34 DAFTAR PUSTAKA

Diktat Mata Kuliah Studi Perkotaan II Teknik Arsitektur Universitas Tarumanagara. Grey, Gene W dan Frederick J Deneke. 1978. Urban Forestry. Canada: John Willey

and Sons, Inc.

Hauck, Thomas. 2011. Infrastructural Urbanism. Berlin: DOM Publisher.

Lang, John. 2006. Urban Design: A Typology of Procedures and Product. Australia: Architectural Press.

Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space. New York: Van Nostrand Reinhold. www.google.com

Gambar

Gambar 1. Lokasi Kanal Banjir Timur
Gambar 4. Area promenade yang dipenuhi pengunjung
Gambar 6. Tempat parkir sepeda
Gambar 8. Lokasi fasilitas bermain anak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan, perilaku dan penyuluhan kesehatan gigi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap status karies gigi sulung pada anak TK Aisyiyah BTP Makassar?.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran antara lain : (1) Perangkat media pembelajaran AutoPlay Media Studio ini dapat dijadikan alternatif dalam

Seleksi yang artinya memilih dilakukan pada setiap tahap program pemuliaan, seperti: memilih plasma nutfah yang akan dijadikan tetua, memilih metode pemuliaan yang

 Jumlah keberangkatan (embarkasi) penumpang angkutan laut dalam negeri melalui pelabuhan laut Tanjung Emas Semarang pada bulan April 2016 sebanyak 6.525 orang, turun

Garansi Internasional TEFAL / T-FAL hanya berlaku untuk produk yang dibeli di salah satu negara yang tercantum, dan digunakan untuk keperluan domestik hanya di salah satu negara

menjelaskan nilai – nilai moral yang.. terdapat dalam cerita tersebut. Tujuan kegiatan pada tahap ini adalah agar siswa memahami nilai – nilai Pancasila dan

Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis pertama yaitu tidak terdapat reaksi pasar akibat pengumuman dividen naik pada saat kondisi pasar bullish, hal ini ditunjukkan dengan hasil

Studi kasus ini hanya di lakukan pada 1 pasien saja tanpa harus membandingkan dengan klien yang lain dengan kasus yang sama. Keterbatasan lain yang penulis