• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan opini sesuai dengan kondisi senyatanya dari auditee. Namun dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan opini sesuai dengan kondisi senyatanya dari auditee. Namun dengan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Auditor dalam memberikan opininya harus bertindak independen dengan memberikan opini sesuai dengan kondisi senyatanya dari auditee. Namun dengan adanya reaksi irasional dari investor, sangat dimungkinkan auditor mempertimbangkan reaksi tersebut dalam proses memberikan opini going concernnya (going concern adalah keraguan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan keberlanjutan hidupnya) sehingga tindakan auditor tersebut adalah tindakan irasional yang mengganggu keputusan rasional auditor (Guiral, Ruiz, dan Rodgers, 2011)

Kasus kebangkrutan dibeberapa perusahaan terjadi setelah perusahaan tersebut mendapatkan opini going concern (GC) dari auditor (Parker dan Forgaty, 2012). Opini GC sebenarnya bermanfaat sebagai sinyal peringatan dini bagi publik, namun seharusnya secara rasional mempertimbangkan berbagai indikator lain dalam pengambilan keputusan. Keputusan penarikan dana oleh investor dan kreditor tanpa mempertimbangkan indikator-indikator lain dikatakan merupakan tindakan irasional dari investor dan kreditor.

Opini GC merupakan signal peringatan dini bagi publik, para pelaku bisnis, investor, kreditor, dan regulator sehingga auditor beranggung jawab untuk memberikan peringatan dini terhadap risiko kegagalan perusahaan pada saat terjadi kasus kebangkrutan perusahaan publik. Weiss (2002) menemukan bahwa

(2)

dari 228 perusahaan publik Amerika yang mengalami kebangkrutan, sebanyak 95 perusahaan, termasuk Enron, mendapatkan opini clean setahun sebelum kebangkrutan. Pada saat krisis moneter di Indonesia, Basri (1998) dalam Fanny dan Saputra (2005) memberikan bukti bahwa sekitar 80% dari 280 perusahaan publik di Indonesia dapat dikategorikan sudah bangkrut sebab nilai aset perusahaan-perusahaan tersebut jauh di bawah angka nominal utang atau pinjaman luar negerinya. Padahal beberapa di antara perusahaan tersebut mendapatkan opini clean.

Deteksi dini terhadap risiko kebangkrutan perusahaan di masa depan telah diatur dalam standar pengauditan. Statement on Auditing Standards (SAS) No 59 menyebutkan tanggung jawab auditor untuk mengukur kemampuan entitas untuk berlanjut. Respon yang sama diberikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan mengeluarkan Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 30, seksi 341, yang menyebutkan bahwa auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan keberlanjutan usahanya dalam perioda waktu pantas. Lebih jauh lagi, PSA No 30 (2001) menyebutkan bahwa evaluasi auditor tersebut berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. SAS 59 menyebutkan bahwa tidak perlu untuk mendesain prosedur audit semata-mata untuk tujuan mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk berlanjut sebagai GC. Jika konsekuensi dari pelaksanaan prosedur standar audit yang lainnya menyimpulkan bahwa terdapat

(3)

keraguan tentang kemampuan perusahaan untuk berlanjut sebagai GC, laporan audit harus dimodifikasi untuk merefleksi kesimpulan tersebut.

Asumsi GC mendasari penyajian laporan keuangan, berkaitan dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU). PSA 29 paragraf 11 huruf d menyatakan bahwa keragu-raguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan keberlanjutan usahanya merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Statement on Auditing Standards (SAS) No. 58 secara eksplisit meminta ketidakpastian yang terkait dengan kemampuan perusahaan untuk berlanjut dalam eksistensinya untuk menerima jenis laporan audit yang sama dengan kondisi ketidakpastian lainnya (opini audit seharusnya wajar dengan pengecualian dengan paragraf penjelas yang berkaitan dengan ketidakpastian keberlanjutan perusahaan).

Pertanyaan apakah opini GC memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan masih belum terjawab. Asare (1990) mengkaji riset atas isu tersebut dan menemukan hasil yang inkonklusif. Rau dan Moser (1999) mengkaji ulang literatur-literatur yang terkait dengan topik ini dan menunjukkan dukungan bahwa opini GC memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan. Chen dan Church (1996) menemukan bahwa perusahaan yang menerima opini GC mengalami return negatif ketika melakukan pendaftaran kebangkrutan dibandingkan perusahaan bangkrut yang menerima opini wajar tanpa syarat.

(4)

Hopwood, et al. (2012) menemukan bahwa opini GC memberikan kekuatan penjelas inkremental terhadap model statistis.

Fenomena seorang auditor menerbitkan opini GC kepada perusahaan dan diikuti dengan tindakan penyedia sumber daya eksternal perusahaan merespon dengan menarik dukungannya (penyedia eksternal memutuskan tidak melanjutkan pendanaan kepada perusahaan) maka tindakan tersebut diasumsikan sebagai tindakan irasional. Jika penarikan sumber daya eksternal mengakibatkan perusahaan mengalami kebangkrutan dan auditor dalam memberikan keputusan profesional mengalami bias akibat mempertimbangkan reaksi irasional pengguna laporan keuangan, maka dapat dikatakan terjadi self-fulfilling prophecy (SFP).

Merton (1948) mendefinisi SFP yaitu “Any positive or negative expectation about circumstances, events, or people that may affect a person's behavior toward them in a manner that causes those expectations to be fulfilled.An employer who, for example, expects the employees to be disloyal and shirkers, will likely treat them in a way that will elicit the very response he or she expects digunakan pada bidang ilmu sosiologi. Pryor dan Terza (2001) menyatakan bahwa keberadaan pengaruh SFP menjadikan opini GC memberikan informasi inkremental untuk mempengaruhi tindakan beberapa pihak eksternal.

Pertanyaan dari pengguna laporan auditan yaitu apakah SFP mempengaruhi keputusan auditor dalam pemberian opini GC merupakan isu pertama penelitian ini. Penelitian awal keberadaan pengaruh SFP mengenai keberlanjutan perusahaan tidak mengidentifikasi dasar teoretis pengaruh tersebut terjadi. Walaupun demikian SFP setidaknya cukup banyak dijadikan referensi

(5)

oleh auditor dan pihak-pihak lainnya. Berdasar bukti yang diberikan oleh Favere-Marchesi (2006), Parker dan Forgaty (2012), dan Carmichael dan Pany (1993), terdapat pengaruh SFP untuk pengguna laporan keuaangan, setidaknya untuk beberapa perusahaan.1 Penelitian Zhang dan Harrold (1997) memberikan bukti empiris bahwa opini GC dengan SFP menyebabkan kebangkrutan dikarenakan kebangkrutan merupakan proses yang kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor bukan opini GC semata.

Auditor pada kondisi rasional akan memberikan keputusan GC sesuai dengan bukti yang diperoleh dan prosedur audit yang dilakukan. Namun auditor dapat mengalami SFP dalam keputusan GC dikarenakan adanya bias keputusan profesional akibat rasionalitas yang terbatas. Dalam mengambil keputusan, auditor lebih banyak terpengaruh oleh pertimbangan kemungkinan reaksi investor dan kreditor atas opini GC, yaitu respon penarikan dukungan pendanaan dari pada bukti obyektif yang dikumpulkan. Penelitian Guiral, Ruiz, dan Rodgers (2011) memberikan bukti bahwa ekspektasi auditor tentang SFP berakibat pada perilaku auditor melalui bukti yang mengkonfirmasi dan bukti yang tidak mengkonfirmasi. Selain itu auditor dengan ekspektasi yang lebih besar tentang SFP memiliki sensitivitas lebih besar untuk mengurangi bukti dan pada waktu yang bersamaan, tendensi yang lebih kecil untuk menyukai kejadian yang berlawanan

Setelah Merton memperkenalkan konsep SFP, Rosenthal dan Jacobson (1968) melakukan penelitian eksperimen di bidang pendidikan yang disebut

1

Sebagai contoh, dari pengumuman BEJ no:85/BEJ-CAT/03-2000, tgl 26/3/2000 dan pengumuman BEJ No : 89/BEJ-PEM/04-2000 tanggal 24 April 2000 pada tahun 2000 sebanyak 26 perusahaan di Bursa Efek Indonesia yang mendapat opini GC hanya 7 perusahaan yang bertahan hidup, sedangkan sisanya (19 emiten) terbukti bangkrut.

(6)

pygmalion effect. Fenomena menunjukkan bahwa guru yang diberikan informasi dari sumber yang kredibel mengenai murid-murid kelas enam yang akan dinilai adalah murid yang memiliki kemampuan terbaik dan telah diuji, padahal murid-murid tersebut dipilih secara acak, hasil penilaian menunjukkan murid-murid-murid-murid tersebut memiliki nilai ujian di atas rerata. Sebaliknya, murid yang dipilih secara acak namun guru diberikan informasi kredibel bahwa kemampuan di bawah rata-rata maka hasil penilaian menunjukkan murid tersebut di bawah rerata-rata. Dari hasil penelitian tersebut maka disimpulkan bahwa guru mengalami bias dalam penilaian yang disebut dengan istilah pygmalion effect.

Pengaruh SFP telah diatribusikan pada opini audit GC dalam kaitan bahwa opini tersebut berkontribusi pada pelaporan kegagalan entitas (Commission on Auditors‟ Responsibilities, 1978; Menon and Schwartz, 1986). Asumsi keberadaan dampak SFP adalah salah satu alasan yang diterima oleh Commission on Auditors‟ Responsibilities (1978) untuk rekomendasi menghilangkan opini

subject-to (termasuk GC). Terdapat bukti kualitatif (Bell, 1991; Guiral et, al (2011), Parker dan Forgaty, 2012) bahwa keputusan opini GC auditor mempengaruhi pemberi pinjaman untuk menarik dukungannya sehingga berkontribusi untuk kegagalan perusahaan (pengaruh SFP). Akan tetapi, peneliti lainnya (Altman, 1982 dan Boritz, 1991) menyatakan bahwa pengaruh SFP terhadap kegagalan perusahaan masih menjadi keraguan karena banyak perusahan yang menerima opini GC tidak menjadi bangkrut.

Selain adanya pengaruh SFP dalam pemberian opini GC oleh auditor, opini GC diharapkan memberikan informasi inkremental bagi pengguna. Oleh karena

(7)

itu perlu dipertimbangkan jenis dan dampak informasi yang digunakan oleh auditor dalam keputusan GC (selain informasi keuangan). Auditee dengan kondisi akan memperoleh opini GC tentunya akan melakukan beberapa tindakan perbaikan berupa inisiatif manajemen. Pertanyaan apakah auditor yang mempertimbangkan dampak SFP disertai dengan perolehan informasi inisiatif perubahan manajemen akan mempengaruhi atau merubah keputusan auditor dalam pemberian opini GC merupakan isu kedua dari penelitian ini.

Penelitian ini memfokuskan pada evaluasi auditor terhadap inisiatif perubahan manajemen dalam konteks GC. Penelitian sebelumnya (Behn, et al., 2001; Geiger dan Rama, 2003) menunjukkan bahwa dalam perusahaan yang bermasalah, inisiatif pengelolaan operasi seperti pengurangan biaya mempunyai dampak negatif terhadap keberlanjutan usaha, sedangkan inisiatif strategik dengan dampak positif terhadap likuiditas umumnya mempunyai dampak positif juga atas keberlanjutan usaha.

Guiral, et al (2011) menyatakan bahwa keputusan opini GC merupakan proses dua tahap yaitu (1) auditor mengidentifikasi kesulitan keuangan perusahaan yang dapat mengindikasi kemungkinan bagi perusahaan untuk gagal, kemudian (2) auditor menentukan apakah situasi perusahaan menjamin penerbitan opini GC. Faktor-faktor kualitatif lainnya selain kesulitan keuangan dengan indikator rasio keuangan dapat mempengaruhi keputusan opini audit GC, namun kebanyakan penelitian terkini berfokus pada rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi auditor dalam pengambilan keputusan GC.

(8)

Dopuch et al. (1987) memasukkan perubahan dalam rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan variabel saham dalam studi kualifikasi ketidakpastiannya (termasuk opini GC). Biggs, et al. (1993), menyatakan bahwa komponen utama opini GC adalah pengetahuan ekstensif auditor tentang operasi, industri klien dan peristiwa global. Rahayu (2007) menambahkan informasi tambahan untuk meningkatkan kualitas opini GC adalah informasi afiliasi komite audit, opini audit perioda sebelumnya, dan reputasi auditor. Hal tersebut adalah pengetahuan tambahan yang dapat memberikan informasi tambahan terkait dengan kemampuan perusahaan untuk berlanjut sebagai GC di luar informasi yang terkandung dalam laporan keuangan.

PSA 30 yang menyebutkan bahwa jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan keberlanjutan usahanya dalam jangka waktu pantas, auditor harus melakukan tindakan berikut.

i. Memperoleh informasi mengenai inisiatif manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan

ii. Menentukan apakah kemungkinan bahwa inisiatif tersebut dapat secara efektif dilaksanakan,

iii. Setelah auditor mengevaluasi inisiatif manajemen, auditor mengambil kesimpulan apakah masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam memepertahankan keberlanjutan usahanya dalam jangka waktu pantas.

(9)

1.2. Masalah Penelitian

Opini GC diberikan oleh auditor untuk menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para pengguna laporan keuangan mengharapkan auditor untuk memberikan signal peringatan dini akan kegagalan perusahaan (Chen dan Church, 1996). Opini GC merupakan pernyataan eksplisit auditor yang dapat menjadi signal apakah auditte dapat mempertahankan keberlanjutan usahanya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (AICPA, 1998).2

Pengaruh SFP terhadap opini audit GC menimbulkan dampak ekonomik dan litigasi bagi auditee, pengguna laporan keuangan dan auditor itu sendiri. Hal ini disebabkan GC yang dipengaruhi oleh SFP berdampak pada subjektifitas atau bias keputusan profesional auditor dan menyebabkan timbulnya masalah etika yaitu subjektifitas pemberian keputusan GC dengan mengabaikan bukti audit. Perusahaan yang menerima opini GC menunjukkan returns saham yang negatif, sedangkan bagi pengguna laporan keuangan, khususnya investor dan kreditor, menyebabkan penundaan atau bahkan penghentian investasi dan pendanaan.

Selain memahami pengaruh SFP dalam pemberian opini GC, untuk memperoleh keakuratan prediksi kebangkrutan juga diperlukan pemahaman terhadap tindakan manajemen untuk berubah dalam konteks GC. Memahami

2 Di Indonesia, contohnya adalah PT Fiskara Agung yang dilikuidasi tahun 2000 setahun setelah

(10)

pengaruh langsung dan tidak langsung dari tindakan manajemen terhadap keputusan auditor adalah penting dalam rangka pengenalan metoda pengauditan risiko bisnis di kebanyakan Kantor Akuntan Publik (KAP) pengukuran viabilitas strategik, yang memberikan pemahaman mendalam terhadap strategi klien untuk memperoleh keunggulan kompetitif dalam lingkungan bisnisnya dan risiko yang mengancam pencapaian tujuan perusahaan (Bell, et al., 1997). Pengukuran viabilitas strategik ini cenderung mempengaruhi ekspektasi auditor tentang hasil operasi klien dan kondisi keuangan, dan juga dapat berdampak pada evaluasi auditor atas bukti audit.

Berkaitan dengan hal tersebut maka permasalahan yang hendak diuji secara empiris dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah pertimbangan SFP akan mempengaruhi keputusan GC?

2. Apakah auditor yang mempertimbangkan pengaruh SFP dan kemudian memperoleh informasi tambahan mengenai pengelolaan strategik dan operasi perusahaan akan berpengaruh terhadap keputusan GC?

1.3. Motivasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi pengaruh SFP pada keputusan profesional auditor dan dampak insiatif perubahan manajemen dapat mengurangi pengaruh SFP atas keputusan GC. Terdapat beberapa motivasi yang mendorong dilakukannya penelitian ini. Pertama, penelitian ini termotivasi karena hasil penelitian sebelumnya yang melihat pengaruh SFP terhadap opini GC memberikan hasil yang bertentangan. Bell (1991), Parker dan Forgaty (2012)

(11)

menyebutkan bahwa keputusan opini GC dipengaruhi oleh keyakinan auditor bahwa opini GC dapat mempengaruhi pemberi pinjaman untuk menarik dukungannya yang menyebabkan perusahaan mengalami kegagalan. Di sisi lain penelitian Guiral et, al (2011) memberikan bukti empiris bahwa auditor juga mengalami bias dalam keputusan GC dengan kecenderungan mencari bukti yang berlawanan yang mengurangi kemungkinan penerbitan opini GC. Akan tetapi Altman (1982) dan Boritz (1991) memberikan bukti bahwa SFP tidak terkonfirmasi karena perusahaan yang menerima GC tidak menjadi bangkrut.

Oleh karena itu penelitian ini menggabungkan perbaikan dari kelemahan studi-studi sebelumnya. Pertama, secara eksperimental meneliti pengaruh SFP pada auditor dalam konteks keputusan GC. Kedua, menginvestigasi pengaruh opini GC dibatasi pemberian opini GC awal oleh auditor karena pengaruh SFP paling kuat terjadi pada penerimaan opini GC pertama kali (Parker dan Forgaty, 2012). Hal ini berkaitan dengan pengaruh SFP didefinisi sebagai kegagalan perusahaan yang mengikuti penerimaan opini GC (yang tidak sama dengan kegagalan yang terjadi setelah perusahaan menerima opini GC ulangan selama beberapa perioda). Ketiga, informasi inisiatif perubahan pengelolaan strategik dan operasi digunakan untuk menginvestigasi keakuratan keputusan GC oleh auditor dalam konteks SFP .

Kedua, belum ada penelitian konteks Indonesia yang menginvestigasi pengaruh pembuatan keputusan GC oleh auditor yang dipengaruhi oleh SFP. Auditor dalam membuat keputusan GC akan mempertimbangkan penarikan dukungan pendanaan oleh investor dan kreditor yang diikuti dengan

(12)

kebangkrutan. Menurut Pryor dan Terza (2001) opini GC tidak berpengaruh secara langsung terhadap kebangkrutan perusahaan. Hal inilah yang menyebabkan tidak banyak peneliti berusaha meneliti pengaruh opini GC terhadap kebangkrutan. Penelitian-penelitian di Indonesia umumnya, hanya melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pemberian opini GC (dan umumnya didasarkan pada rasio-rasio keuangan yang bermasalah saja).

1.4.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris bagaimana pengaruh SFP dan inisiatif perubahan manajemen terhadap keputusan GC bagi pengguna laporan keuangan auditan, auditee dan auditor. Secara lebih spesifik penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Menguji pengaruh SFP terhadap keputusan GC bagi auditor.

2. Menguji pengaruh SFP yang disertai informasi inisiatif perubahan manajemen terhadap keputusan GC auditor.

1.5.Kontribusi Penelitian

Telaah, metoda dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan literatur pengauditan melalui kontribusinya secara teoretis, metodologis, praktis dan penetapan kebijakan. Secara teoretis, ada empat kontribusi bagi pengembangan literatur keputusan auditor, SFP, dan model kebangkrutan. Pertama, bagi pengembangan literatur pengauditan, terutama yang berkaitan dengan pemberian keputusan GC,

(13)

diharapkan dapat memberikan tambahan tinjauan kontekstual berkaitan dengan keputusan GC yang merupakan sinyal peringatan dini yang mengindikasikan atau mensyaratkan kebangkrutan. Beberapa penelitian sebelumnya (Bell, 1991; Guiral et, al (2011) dan Parker dan Forgaty (2012) telah memberikan bukti secara kualitatif bahwa opini GC dapat mempengaruhi pemberi pinjaman untuk menarik dukungannya terkait dengan kemungkinan kegagalan perusahaan. Chen dan Church (1996) menunjukkan bahwa perusahaan yang menerima opini GC direspon oleh pasar dengan returns yang negatif.

Kedua, bagi pengembangan literatur SFP. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti terdapat pengaruh SFP pada auditor dalam proses pemberian opini GC, meskipun dalam kenyataannya terdapat beberapa kejadian yang menunjukkan fenomena perusahaan dengan opini GC dapat terus melanjutkan usahanya.3 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut terjadi terkait dengan kualitas teknis pengambilan keputusan pemberian opini GC. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa akuntabilitas auditor mempengaruhi tidak hanya strategi pembuatan keputusan auditor tetapi juga mempengaruhi keputusan akhir (Weldon dan Gargano, 1988). Studi lain menyebutkan bahwa karena perikatan audit melibatkan banyak auditor yang masing-masing mempunyai tanggung jawab, peran, dan tingkatan yang berbeda, maka aturan keputusan dan status pembuat keputusan (Ho, 1994) mempengaruhi proses pembuatan keputusan kelompok. Selain itu, Libby (1985) menyatakan bahwa keahlian auditor yang

3 Sebagai contoh, PT Pakuwon Jati pada tahun 1998 dan 1999 mendapat opini GC dan terancam

(14)

diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun mempengaruhi pengambilan keputusan auditor.

Ketiga, penelitian ini memperkaya literatur prediksi GC dengan menguji asosiasi antara keputusan GC dan sekumpulan tindakan perubahan manajemen secara komprehensif yang dipersyaratkan untuk dipertimangkan oleh auditor. Kebanyakan penelitian prediksi penerbitan keputusan opini GC berbasis pada variabel keuangan sebagai prediktor (Levitan dan Knoblett, 1985; Dopuch, et al 1987; Menon dan Schwartz, 1987; Bell dan Tabor, 1991) sedangkan penelitian tentang peran informasi inisiatif perubahan manajemen masih belum ada.

Terdapat tiga kontribusi metodologis dari penelitian ini. Pertama adalah variabel interaktif digunakan untuk menguji apakah pengaruh opini atas kebangkrutan bervariasi menurut karakteristik spesifik perusahaan yang terkait dengan inisiatif perubahan manajemen terkait dengan kesulitan keuangannya. Pengujian mempertimbangkan kemungkinan bahwa pengaruh SFP seharusnya tidak konstan di antara perusahaan namun bervariasi di antara berbagai inisiatif perubahan manajemen yang dipilih perusahaan.

Kedua, studi ini menginvestigasi pengaruh opini GC awal. Hal ini dilakukan karena pengaruh SFP didefinisi sebagai kegagalan perusahaan segera setelah menerima opini GC (yang tidak setara dengan kegagalan yang terjadi setelah perusahaan menerima opini GC ulangan pada beberapa perioda berikutnya).

Ketiga, penggunaan desain eksperimen dalam penelitian yang menguji pengaruh opini GC terhadap kebangkrutan perusahaan merupakan hal baru terutama untuk wacana penelitian di Indonesia. Desain eksperimen akan

(15)

mengijinkan penelitian ini untuk menginvestigasi bagaimana SFP dan inisiatif perubahan manajemen mempengaruhi proses pembuatan keputusan GC. Diharapkan desain eksperimen pada penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian-penelitian berikutnya sehingga dapat menginspirasi penelitian berikutnya untuk mengembangkan material eksperimen. Sebagai tambahan, dalam desain eksperimen ini hendak diuji pula jenis informasi yang digunakan auditor yang terkena SFP.

Kontribusi praktis dari penelitian ini adalah pertama, bagi auditor adalah memperkuat keyakinan dalam keputusan pemberian opini GC bagi perusahaan didasari bukti-bukti yang obyektif. Kedua, bagi manajemen perusahaan yang mendapatkan opini GC untuk mempersiapkan dan menyusun inisiatif perubahan manajemen yang lebih baik untuk menjamin keberlangsungan usahanya.

Ketiga, bagi pengguna laporan keuangan menunjukkan bahwa opini GC merupakan informasi bernilai yang dapat digunakan sebagai peringatan dini atas permasalahan keuangan perusahaan bukan alat penentu kegagalan perusahaan dengan demikian pengguna laporan keuangan dapat memasukkan opini GC sebagai salah satu sumber informasi dalam pengambilan keputusan investasi dan pendanaan secara obyektif.

Kontribusi kebijakan dari penelitian ini adalah memberikan bukti empiris sebagai masukan bagi dewan penyusun kebijakan dan regulator di Indonesia untuk menetapkan kualifikasi yang lebih obyektif agar auditor tidak terkena pengaruh SFP pada proses mengeluarkan opini GC. Di Amerika, dewan penyusun kebijakan yaitu Commission on Auditor‟s Responsibilities merumuskan dengan

(16)

jelas pengaruh SFP terhadap opini GC bahkan merekomendasi untuk menghapuskan paragraf penjelas (subject-to) dalam pemberian opini tidak memberikan pendapat.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu terhambatnya laju pertumbuhan kalus dapat juga dikarenakan kondisi kalus pada saat tahap inisiasi, yang artinya jika pada tahap inisiasi kalus dalam

Keadaan di lapangan menunjukkan pola internalisasi nilai tasawuf tersebut masih dalam banyak tantangan dan hambatan salah satunya karakter sifat santri yang keras dan kasar

Setelah tiang terbentuk maka selanjutnya terarah pada papan dinding yang dapat dihitung berdasarkan luas rumah.Untuk memperkuat tiang biasanya dibuatlah palang-palang

Telah dilakukan penelitian mengenai efek antihiperglikemia ekstrak daun saga ( Abrus precatorius Linn. ) pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh atribut ekstrinsik dan intrinsik produk serta sikap menolak resiko terhadap niat beli dan perasaan paska beli sepatu

target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. 8) Keadilan Mendapatkan Pelayanan, adalah pelaksanaan

Setiap material sisa harus ditempatkan dilokasiyang ditentukan oleh PT PJB UP Gresik dan menjadi tanggung jawab pelaksana pekerjaan untuk proses merapikan atau

Puri merupakan tempat tinggal untuk kasta Ksatria yang memegang pemerintahan Umumnya menempati bagian kaja kangin di sudut pempatan agung di pusat desa.. Puri umumnya