• Tidak ada hasil yang ditemukan

Audit Penilaian Kinerja Pengelolaan Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Audit Penilaian Kinerja Pengelolaan Keuangan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

AUDIT PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN

SOP

No. Dokumen :

No. Revisi :

Tanggal Terbit :

Halaman :

PUSKESMAS

PUGUNGRAHARJO

KEPALA UPTD PUSKESMAS

DitetapkanOleh

Hj. Emyatun. SKM

Nip. 19660411 198603 2 004

Pengertian Komunikasi efektif melalui telepon yang dilakukan oleh perawat untuk melaporkan segala bentuk keluhan, keadaan dan permasalahan pasien kepada dokter yang merawat secara tepat waktu, lengkap, akurat , jelas dan dipahami oleh kedua belah pihak.

Tujuan 1. Untuk menjalin kerjasama dokter & perawat.

2. Mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.

3. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Kebijakan 1. PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011

2. SK Direktur tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro NOMOR 0943/KEP/III.6.AU/2013

Prosedur 1. Identifikasi pasien secara langsung dengan tanya nama pasien atau keluarga bila pasien tidak sadar, melihat gelang identifikasi dan siapkan status pasien.

2. Verifikasi identitas pasien sesuai antara gelang pasien, status pasien dan nama pasien, siapkan lembar konsul pertelpon.

3. Tekan nomor ekstensi dokter yang merawat pasien 4. Setelah terdengar nada sambung ucapkan salam

5. Laporkan identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, umur, keluhan, hasil pemeriksaan dan pengamatan serta obat-obatan bila ada.

6. Tanyakan tindak lanjut pengobatan kepada dokter yang merawat. 7. Catat secara lengkap perintah dari dokter yang merawat pada form

yang telah disediakan.

8. Konfirmasi apa yang sudah dituliskan dan bacakan ulang kepada pemberi perintah (dokter ).

9. Eja ulang obat-obat yang diberikan secara perlahan-lahan terutama untuk obat-obatan yang termasuk dalam golongan NORUM ( Nama obat rupa obat mirip ),untuk konsultasi pertelpon yang nama obat mirip, blangko terlampir untuk obat-obat yang nama mirip.

10. Cantumkan tanda cawang pada kolom membaca ulang isi laporan bila sudah dibacakan ulang.

11. Telpon ulang pemberi perintah bila laporan belum dibacakan ulang,dan konfirmasikan ulang isi perintah.

12. Cantumkan nama lengkap dan tanda tangan pelapor pada form yang telah disediakan.

13. Cantumkan tandatangan saksi yang ikut mendengarkan saat menelpon dokter (bisa keluarga pasien, perawat jaga, pasien sendiri ,dokter jaga,dokter yang merawat sebelumnya )

(2)

15. Mintakan tanda tangan saat dokter visite.

Unit Terkait 1. UGD

2. Ruang Rawat Inap Keperawatan 3. Unit bedah sentral

4. Unit Care Intensive 5. Unit Rawat Jalan 6. Unit penunjang medik

(3)

R S A

BOJONEGORO

PROSEDUR

KOMUNIKASI VIA TELEPON ANTAR PARA PEMBERI LAYANAN (PERAWAT & PETUGAS LAB)

Nomer Dokumen

SPO A/TKPRS-/2013 Revisi ke : 0

Halaman 1/1

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

(S P O)

Tgl diterbitkan : 10 Desember 2013 Direktur RSA Bojonegoro (dr. H. SUDJARWANTO) Pengertian Komunikasi efektif melalui telepon yang dilakukan oleh perawat untuk

menanyakan hasil pemeriksaan laboratorium pada petugas laboratorium dan dicatat oleh perawat secara lengkap , akurat dan jelas.

Tujuan 1. Sebagai acuan untuk melaporkan hasil pemeriksaan laboratorium klinis.

2. Terjalinnya kelancaran komunikasi antar perawat dan petugas laboratorium.

3. Mengurangi kesalahan / kekeliruan hasil pelaporan pemeriksaan laboratorium .

4. Mengurangi kesalahan / kekeliruan dalam pemberian terapi. 5. Meningkatkan keselamatan pasien.

6. Terpeliharanya mutu pelayanan.

Kebijakan 1. PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011

2. SK Direktur tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro NOMOR 0943/KEP/III.6.AU/2013

Prosedur 1. Identifikasi pasien sebelum menelpon ruang laboratorium dengan mencocokkan kebenaran identitas pasien

2. Tanya nama pasien atau keluarga pasien, lihat gelang identifikasi, siapkan status pasien.

3. Bila antara pertanyaan, gelang identifikasi dan status pasien sudah sesuai hubungi no unit laboratorium.

4. Tekan nomor ekstensi ruang laboratorium.

5. Setelah terdengar nada sambung ucapkan salam. 6. Sebutkan identitas diri / ruangan perawatan. 7. Siapkan lembar status pasien.

8. Sebutkan nama / nomor rekam medis / alamat pasien yang dimaksud.

9. Catat hasil pelaporan dari petugas laboratorium pada status pasien 10. Bacakan kembali hasil pelaporan secara lengkap, akurat dan jelas

pada petugas laboratorium

11. Telpon ulang petugas laboratorium bila hasil laborat belum dikonfirmasikan ke petugas laborat.

12. Cantumkan nama lengkap dan tanda tangan pelapor pada form yang disediakan.

(4)

13. Cantumkan tandatangan saksi yang mendengarkan saat menanyakan hasil laborat (keluarga pasien, pasien atau perawat jaga ,dokter jaga, dokter yang merawat )

14. Ucapkan terima kasih dan salam. Unit Terkait 1. UGD

2. Ruang Rawat Inap Keperawatan 3. Unit bedah sentral

4. Unit Care Intensive 5. Unit Rawat Jalan 6. Unit Laboratorium

R S A

BOJONEGORO

PROSEDUR

IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM PEMBERIAN OBAT PARENTERAL,ORAL,SUPPOSITORIA

Nomer Dokumen

SPO A/TKPRS-04/2013 Revisi ke : 0 Halaman1/1

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

(S P O)

Tgl diterbitkan : 1 Nofember 2013 Direktur RSA Bojonegoro (dr. H.Sudjarwanto) Pengertian Merupakan proses verifikasi identitas pasien sebelum memberikan obat

parenteral, oral, suppositoria kepada pasien

Tujuan 1. Mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien. 2. Sebagai acuan dalam pemberian pengobatan secara parenteral, oral,

suppositoria

3. Terpeliharanya mutu pelayanan 4. Terjaganya keselamatan pasien

Kebijakan 1. PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011

2. SK Direktur tentang Keselamatan pasien rumah sakit aisyiyah bojonegoro NOMOR 0943/KEP/III.6.AU/2013

Prosedur 1. Siapkan status pasien

2. Tanya nama pasien (pasien langsung atau keluarga ) 3. Lihat gelang Identifikasi yang terpasang

4. Cocokkan antara status pasien, nama yang disebut dengan gelang identifikasi yang terpasang.

5. Lakukan pemberian obat sesuai advis bila status pasien, nama yang disebut dan gelang identifikasi sudah sesuai

6. Identifikasi ulang pasien bila tidak ada kesesuaian identitas kepada rekam medis

7. Dokumentasikan pemberian obat distatus pasien Unit Terkait 1. UGD

2. Ruang Rawat Inap Keperawatan 3. Unit bedah sentral

4. Unit Care Intensive 5. Unit Rawat Jalan

(5)

R S A

BOJONEGORO

PROSEDUR

IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM PEMBERIAN DARAH/PRODUK DARAH

Nomer Dokumen

SPO A/TKPRS-05/2013 Revisi ke : 0 Halaman 1/1

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

(S P O)

Tgl diterbitkan : 1 Nofember 2013 Direktur RSA Bojonegoro (dr. H.Sudjarwanto) Pengertian Merupakan proses verifikasi identitas pasien sebelum memberikan darah

atau produk darah yang lain

Tujuan 1. Mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien. 2. Sebagai acuan dalam pemberian darah dan produk darah 3. Terpeliharanya mutu pelayanan

4. Terjaganya keselamatan pasien

Kebijakan 1. PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011

2. SK Direktur tentang Keselamatan pasien rumah sakit aisyiyah bojonegoro NOMOR 0943/KEP/III.6.AU/2013

Prosedur 1. Siapkan status pasien

2. Tanya nama pasien (pasien langsung atau keluarga ) 3. Lihat gelang Identifikasi yang terpasang

4. Cocokkan antara status pasien, nama yang disebut dengan gelang identifikasi yang terpasang.

5. Siapkan darah / produk darah yang akan dimasukkan

6. Lakukan verifikasi ulang pada darah / produk darah yang ada, meliputi nama pasien, golongan darah, jenis darah yang akan dimasukkan .

7. Setelah verifikasi pada identitas sesuai , dan produk darah yang ada sesuai dengan identitas pasien masukkan darah / produk darah sesuai advis dokter.

8. Klarifikasi ulang pada rekam medis bila ada ketidak sesuaian identitas

(6)

Unit Terkait 1. UGD

2. Ruang Rawat Inap Keperawatan 3. Unit bedah sentral

4. Unit Care Intensive

R S

A

BOJONEGORO

PROSEDUR

IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM PENGAMBILAN DARAH DAN SPECIMEN LAIN

Nomer Dokumen

SPO A/TKPRS-06/2013 Revisi ke : 0 Halaman1/1

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

(S P O)

Tgl diterbitkan : 1 Nofember 2013 Direktur RSA Bojonegoro (dr.H. sudjarwanto) Pengertian Merupakan proses verifikasi identitas pasien sebelum pemgambilan

darah dan specimen lain

Tujuan 1. Mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien. 2. Sebagai acuan dalam pemberian pengobatan dan tindakan atau

prosedur pemeriksaan.

3. Terpeliharanya mutu pelayanan 4. Menjaga keselamatan pasien

Kebijakan 1. PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011

2. SK Direktur tentang Keselamatan pasien rumah sakit aisyiyah bojonegoro NOMOR 0943/KEP/III.6.AU/2013

Prosedur 1. Siapkan status pasien

2. Tanya nama pasien (pasien langsung atau keluarga ) 3. Lihat gelang Identifikasi yang terpasang

4. Cocokkan antara status pasien, nama yang disebut dengan gelang identifikasi yang terpasang.

5. Lakukan pengambilan darah atau specimen lain sesuai advis bila status pasien, nama yang disebut dan gelang identifikasi sesuai. 6. Identifikasi ulang pasien bila tidak ada kesesuaian identitas kepada

rekam medis

(7)

pasien

Unit Terkait 1. UGD

2. Ruang Rawat Inap Keperawatan 3. Unit bedah sentral

4. Unit Care Intensive 5. Unit Rawat Jalan

R S A

BOJONEGORO

PROSEDUR

IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM TINDAKAN ECG/RONTGEN FOTO/USG/CT SCAN/EEG Nomer Dokumen

SPO A/TKPRS-07/2013 Revisi ke : 0 Halaman1/1

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

(S P O)

Tgl diterbitkan : 1 Nofember 2013 Direktur RSA Bojonegoro (dr. Sudjarwanto)

Pengertian Merupakan proses verifikasi identitas pasien sebelum melakukan tindakan penunjang medis

Tujuan 1. Mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien. 2. Sebagai acuan dalam pemberian pengobatan dan tindakan atau

prosedur.

3. Terpeliharanya mutu pelayanan 4. Menjaga keselamatan pasien

Kebijakan 1. PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011

2. SK Direktur tentang Keselamatan pasien rumah sakit aisyiyah bojonegoro NOMOR 0943/KEP/III.6.AU/2013

(8)

Prosedur 1. Siapkan status pasien

2. Tanya nama pasien (pasien langsung atau keluarga ) 3. Lihat gelang Identifikasi yang terpasang

4. Cocokkan antara status pasien, nama yang disebut dengan gelang identifikasi yang terpasang.

5. Siapkan blangko pemeriksaan yang diminta.

6. Bila proses verifikasi identitas sudah sesuai antar pasien ketempat pemeriksaan

7. Identifikasi ulang pasien bila tidak ada kesesuaian identitas kepada rekam medis

8. Dokumentasikan proses tindakan yang dilakukan dalam tatus pasien. 1. UGD

2. Ruang Rawat Inap Keperawatan 3. Unit bedah sentral

4. Unit Care Intensive 5. Unit Rawat Jalan

R S A

BOJONEGORO

PROSEDUR

IDENTIFIKASI KESELAMATAN PASIEN SEBELUM PEMBEDAHAN Nomer Dokumen SPO A/TKPRS-01/2013 Revisi ke : 0 Halaman 1/1

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

(S P O)

Tgl diterbitkan : 1 Nofember 2013 Direktur RSA Bojonegoro (dr. Sudjarwanto)

Pengertian Merupakan proses verifikasi identitas pasien sebelum melakukan tindakan pembedahan dari ruang rawat inap, rawat jalan, UGD ke kamar operasi.

Tujuan 1. Mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien. 2. Sebagai proses verifikasi sebelum pindah keruang operasi. 3. Terpeliharanya mutu pelayanan

4. Menjaga keselamatan pasien

(9)

Kebijakan 1. PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011

2. SK Direktur tentang Keselamatan pasien rumah sakit aisyiyah bojonegoro NOMOR 0943/KEP/III.6.AU/2013

Prosedur 1. Siapkan status pasien

2. Tanya nama pasien (pasien langsung atau keluarga ) 3. Lihat Identifikasi yang terpasang

4. Cocokkan antara status pasien, nama yang disebut dengan gelang identifikasi yang terpasang.

5. Siapkan penunjang medis pasien yang diperlukan di ruang operasi 6. Cocokkan penunjang medis pasien dengan identifikasi pasien. 7. Laporkan dokter yang akan melakukan tindakan dan minta untuk

diberi tanda daerah area operasi (Marking Area Operasi )

8. Identifikasi ulang dan libatkan pasien dalam pencocokkan daerah mana yang akan dioperasi sebelum diantar ke ruang operasi

9. Laporkan pada dokter anasthesi.

10. Bila ada darah yang harus dibawa kekamar operasi jumlah darah, jenis darah, golongan darah harus diidentifikasi secara benar.

11. Siapkan form timbang terima keselamatan pembedahan dan isi sesuai kriteria yang ada di form pada kolom pertama

12. Bila sudah sesuai antara identifikasi pasien, penunjang medis,marking area sudah sesuai ,antar pasien keruang operasi. 13. Lakukan timbang terima antara perawat rawat inap/ruang asal

pasien dengan perawat ruang operasi untuk melakukan verifikasi ulang pada pasien dengan penandatanganan form timbang terima keselamatan pembedahan antara petugas pengantar pasien ke OK dan petugas penerima dikamar OK, pada form kolom pertama. 14. Beri tandatangan antara perawat pengantar dari ruang asal dengan

petugas OK. .

Unit Terkait 1. UGD

2. Ruang Rawat Inap Keperawatan 3. Unit bedah sentral

4. Unit Care Intensive 5. Unit Rawat Jalan

R S A

BOJONEGORO

PROSEDUR

IDENTIFIKASI KESELAMATAN PASIEN SESUDAH PEMBEDAHAN Nomer Dokumen SPO A/TKPRS-02/2013 Revisi ke : 0 Halaman1/1

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

(S P O)

Tgl diterbitkan : 1 Nofember 2013 Direktur RSA Bojonegoro (dr. Sudjarwanto)

Pengertian Merupakan proses verifikasi identitas pasien sesudah pembedahan dari kamar operasi kembali keruang rawat inap, rawat jalan, ICU.

(10)

Tujuan 1. Mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien. 2. Sebagai proses verifikasi sebelum pindah keruang ICU / ruang

perawatan/ rawat jalan

3. Terpeliharanya mutu pelayanan

4. Menjaga keselamatan pasien sesudah operasi

Kebijakan 1. PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011

2. SK Direktur tentang Keselamatan pasien rumah sakit aisyiyah bojonegoro NOMOR 0943/KEP/III.6.AU/2013

Prosedur 1. Siapkan status pasien

2. Pastikan kondisi pasien sudah sadar 3. Lihat Identifikasi yang terpasang

4. Siapkan penunjang medis pasien yang ada dan siapkan untuk dikembalikan ke pasien atau ke perawat yang mengambil pasien 5. Siapkan form timbang terima keselamatan pembedahan dan isi

sesuai kriteria yang ada di form kolom kedua untuk pasca pembedahan.

6. Siapkan specimen PA bila harus PA dan blangko PA

7. Lakukan verifikasi ulang saat menyerahkan specimen PA dan pastikan antara nama yang ada di wadah specimen yang ada, dengan identifikasi pasien, dan blangko sudah sesuai

8. Dokumentasikan proses timbang terima dengan petugas OK dengan petugas ruang / keluarga pasien pada form keselamatan pembedahan dikolom kedua.

9. Beri tandatangan pada form tandatangan antara petugas kamar operasi dengan petugas ruangan pengambil pasien , atau keluarga pasien.

. Unit Terkait 1. UGD

2. Ruang Rawat Inap Keperawatan 3. Unit bedah sentral

4. Unit Care Intensive 5. Unit Rawat Jalan

R S A

BOJONEGORO

PROSEDUR

IDENTIFIKASI KESELAMATAN PASIEN SAAT TIMBANG TERIMA

ANTAR RUANG Nomer Dokumen SPO A/TKPRS-03/2013 Revisi ke : 0 Halaman1/1

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

(S P O)

Tgl diterbitkan : 1 Nofember 2013 Direktur RSA Bojonegoro (dr. Sudjarwanto)

(11)

Pengertian Merupakan proses verifikasi identitas pasien saat timbang terima pemindahan pasien dari unit asal ke unit yang akan ditempati pasien Tujuan 1. Mengurangi terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien.

2. Sebagai proses verifikasi identitas pasien saat timbang terima antar ruang

3. Terpeliharanya mutu pelayanan 4. Menjaga keselamatan pasien .

Kebijakan 1. PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011

2. SK Direktur tentang Keselamatan pasien rumah sakit aisyiyah bojonegoro NOMOR 0943/KEP/III.6.AU/2013

Prosedur 1. Siapkan status pasien

2. Tanyakan nama pasien bila pasien dalam kondisi sadar, bila tidak tanyakan pada keluarga atau perawat yang mengantar

3. Lihat Identifikasi yang terpasang

4. Bila sudah sesuai terima pasien dan status pasien , perhatikan form timbang terima yang ada.

5. Bila sudah sesuai beri tandatangan perawat pengantar asal dengan perawat ruang penerima.

.

Unit Terkait 1. UGD

2. Ruang Rawat Inap Keperawatan 3. Unit Care Intensive

4. Unit Rawat Jalan

R S A

BOJONEGORO

PROSEDUR

PENCEGAHAN RESIKO PASIEN JATUH

Nomer Dokumen SPO A/TKPRS-09/2014

(12)

STANDAR

PROSEDUR

OPERASIONAL

(S P O)

Tgl diterbitkan : 1 Maret 2014 Direktur RSA Bojonegoro (dr. Sudjarwanto)

Pengertian Merupakan proses pencegahan pasien jatuh selama dalam masa perawatan di rumah sakit.

Tujuan 1. Sebagai acuan dalam mengevaluasi resiko pasien jatuh

2. Mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cidera bila sampai jatuh

3. Terpeliharanya mutu pelayanan 4. Menjaga keselamatan pasien .

Kebijakan 1. PERMENKES NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011

2. SK Direktur tentang Keselamatan pasien rumah sakit aisyiyah bojonegoro NOMOR 0943/KEP/III.6.AU/2013

Prosedur A. Persiapan Alat

1. Status Rekam Medis Pasien

2. Tanda resiko pasien jatuh (gelang kuning )

3. Form pengkajian resiko jatuh (skala jatuh morse ) 4. Form pengkajian Humpty Dumpty untuk anak-anak 5. Form dokumentasi informasi pasien jatuh

B. Pelaksanaan Tindakan

I. Tindakan pencegahan umum (untuk semua pasien rawat inap ) 1. Ucapkan salam

2. Sebutkan nama dan peran anda

3. Informasikan pada pasien /keluarga pasien tentang kegiatan pengkajian resiko jatuh yang akan dilakukan beserta tujuannya.

4. Kaji tingkat resiko pasien jatuh sesuai format pengkajian resiko jatuh .

5. Tentukan tingkat resiko pasien jatuh ringan, sedang, tinggi 6. Informasikan pada pasien /keluarga pasien tentang tindakan

yang dilakukan untuk mencegah resiko jatuh sesuai format dokumentasi pemberian informasi resiko pasien jatuh

7. Orientasikan pasien dan keluarga terhadap lingkungan ruang perawatan dan petugas yang merawat.

8. Atur posisi tempat tidur senyaman mungkin

9. Pasang pengaman tempat tidur dikedua sisi terutama untuk pasien resiko sedang dan tinggi

10. Kunci roda tempat tidur (sesuaikan fasilitas tempat tidur ) 11. Dekatkan semua kebutuhan pasien (bel, dan barang-barang

yang dibutuhkan oleh pasien )

12. Berikan pencahayaan yang kuat sesuai dengan kebutuhan pasien

13. Lakukan pemantauan terhadap obat-obat yang digunakan 14. Berikan edukasi pada pasien dan keluarga .

15. Ucapkan terimakasih setelah selesai melakukan kegiatan pencegahan dan sampaikan semoga lekas sembuh.

II. Untuk pasien yang beresiko jatuh (risiko sedang dan tinggi ) 1. Lakukan semua pencegahan umum

2. Pasang tanda risiko pasien jatuh (gelang kuning )

3. Libatkan pasien dan keluarga dalam pencegahan risiko jatuh 4. Berikan informasi risiko jatuh pada pasien dan keluarga 5. Dokumentasikan pemberian informasi pada formulir

(13)

6. Beritahu pasien untuk meminta bantuan saat ambulasi 7. Observasi secara teratur kenyamanan pasien

8. Kaji ulang risiko jatuh tiap shift

9. Komunikasikan risiko pasien jatuh saat timbang terima pasien antar shift

10. Dokumentasikan semua kegiatan pencegahan risiko jatuh pada catatan kegiatan.

III. Untuk pasien setelah kejadian jatuh 1. Perawat segera memeriksa pasien

2. Laporkan dokter jaga untuk menentukan evaluasi lebih lanjut 3. Perawat melaksanakan terapi dari dokter jaga

4. Jika ada gangguan kognitif beritahukan keluarga untuk menekan alarm /bel yang tersedia, jika tidak ada bel anjurkan untuk segera melaporkan ke perawat.

5. Dilakukan pemeriksaan neurologi dan tanda-tanda vital. 6. Pasien diperbolehkan turun dari tempat tidur dengan seijin

perawat dan didampingi oleh keluarga untuk 24 jam pertama kemudian dilakukan asessmen ulang.

7. Beritahu keluarga bahwa pasien telah mengalami kejadian jatuh dan kemungkinan cedera yang mungkin timbul

8. Catat kejadian jatuh di Tim keselamatan Pasien Rumah Sakit 9. Keluarga atau orang yang mengetahui kejadian jatuh mengisi

laporan kejadian dan memberikan kepada perawat dan meneruskan ke Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

10. Perawat melengkapi formulir jatuh dan menyertakan ke laporan kejadian.

11. Berikan edukasi mengenai risiko jatuh dan pencegahan kepada pasien dan keluarga.

12. Resiko jatuh pasien akan dinilai ulang dengan menggunakan “ Assesmen Risiko Jatuh Harian “ kemudian ditentukan intervensi dan pemilihan alat pengaman yang sesuai.

Unit Terkait 1. UGD

2. Ruang Rawat Inap Keperawatan 3. Unit Care Intensive

Referensi

Dokumen terkait

Karya tulis ilmiah berupa Skripsi ini dengan judul “Pengaruh Hot Dipping Baja Karbon SS400 Dalam Timah (Pb) Terhadap Laju Korosi Air Laut” telah dipertahankan di hadapan

Perlu diupayakan secara kongkrit dalam hal: (1) Mencabut sekaligus mengganti Peraturan Perundang-undangan yang tidak sesuai kondisi kebutuhan petani serta dengan

Pada tahap ini seorang guru menjadi guru model, dan 24 guru yang lain menjadi peng- amat (observer). Setelah tahap do, dilanjutkan dengan tahap see, yaitu

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah hasil belajar manakah yang lebih baik antara siswa yang diberi tes tertulis dengan siswa yang diberi tes lisan pada pokok

Kuesioner MMAS-8 adalah alat penilaian dari WHO yang sudah divalidasi dan sering digunakan untuk menilai kepatuhan pengobatan pasien dengan penyakit kronik,

Söylenmesi gerekin şudur: El-Barî (Yaratıcı) kendisiyle mevcuddur (vardır), vücudunu (varlığını) hiç kimseden almamıştır. Yani; O'ndan başka bir şey yoktur. Âlem

EKG perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat normal, stress test harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer. Menilai sakit dada

1. Bantul tidak mempunyai pelabuhan sungai, udara dan laut Sumber : BLH kabupaten Bantul.. Buku Data L aporan Status Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2012. Badan Lingkungan