1
SISTEMATIKA PENULISAN NASKAH
PADA JURNAL FTK UNSURYA
I.
Pedoman Penulisan
1.1 Judul
Judul harus ditulis dalam bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan
ketentuan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Judul yang ditulis
harus singkat, padat dan jelas, serta membawa misi. Penulisan judul
menggunakan jenis huruf Arial ukuran 16 pt dan rata tengah (center).
1.2 Nama Penulis
Nama penulis ditulis berurutan dari penulis utama kemudian penulis
pendamping (penulis kedua, ketiga dan seterusnya). Nama penulis ditulis tanpa
gelar. Penulisan nama penulis menggunakan jenis huruf Arial ukuran 12 pt dan
rata tengah (center).
1.3 Keterangan Instansi
Keterangan instansi berupa Program Studi, Fakultas, Universitas dan
alamat Universitas. Penulisan keterangan instansi menggunakan jenis huruf
Arial ukuran 10 pt dan rata tengah (center).
1.4 Penulis Korespondensi (
Corresponding Author)
Penulis korespondensi adalah penulis utama atau penulis pendamping
yang bertugas mengurus korespondensi. Penulis korespondensi ditandai
dengan tanda bintang (*) pada penulisan Nama Penulis. Penulis korespondensi
ditulis dengan *Corresponding Author lalu diikuti dengan alamat email.
Penulisan penulis korespondensi menggunakan jenis huruf Arial ukuran 10 pt
dan rata tengah (center).
1.5 Abstrak
Isi dari abstrak adalah deskripsi singkat dari apa yang akan dikerjakan
dalam penelitian. Abstrak terdiri dari satu paragraf dan tidak lebih dari 250 kata.
Penulisan abstrak menggunakan jenis huruf Arial ukuran 11 pt dan rata kanan
kiri (justify), serta cantumkan kata kunci dibagian bawah (2 sampai 5 kata
kunci). Abstrak disajikan dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris.
1.6 Pendahuluan
Pendahuluan berupa latar belakang yang berisi uraian gambaran
alasan-alasan mengapa perlu dilakukan penelitian, termasuk beberapa uraian singkat
penelitian terdahulu yang dapat memperkuat alasan mengapa penelitian ini
2
dilakukan. Pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan
serta daftar pustaka ditulis dalam format dua kolom
dan penulisan
menggunakan jenis huruf Arial ukuran 11 pt dan rata kanan kiri (justify).
1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian berisi tahapan kerja yang akan dilakukan dalam
penelitian, serta bahan dan alat yang digunakan. Bahan yang digunakan
dikelompokkan sesuai fungsinya. Untuk instrumentasi analisis, merk dan tipe
peralatan harus dicantumkan. Uraian cara kerja dijabarkan secara secara urut
mulai dari persiapan, pengambilan data dan pengolahan data.
1.8 Hasil dan Pembahasan
Bagian ini memuat semua temuan ilmiah yang diperoleh sebagai data
hasil penelitian. Bagian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan ilmiah
yang secara logis dapat menerangkan alasan diperolehnya hasil-hasil tersebut.
Untuk memperjelas penyajian, hasil penelitian disajikan secara cermat dalam
bentuk tabel, kurva, grafik, foto atau bentuk lain sesuai keperluan secara
lengkap dan jelas, seperti: satuan, kondisi eksperimen dan lain-lain. Perlu
diusahakan agar saat membaca hasil penelitian dalam format tersebut
pembaca tidak perlu mencari informasi terkait dari uraian dalam pembahasan.
1.9 Kesimpulan
Kesimpulan memuat secara singkat dan jelas tentang hasil penelitian
yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian.
1.10 Daftar Pustaka
Bagian ini memuat pustaka yang digunakan dalam naskah. Penulisan
daftar pustaka menggunakan sistem Vancouver (numbering).
II. Ketentuan Umum Pengetikan Naskah
2.1 Jenis Huruf, Jarak baris dan Batas Tepi
Jenis huruf yang digunakan adalah Arial dan seluruh isi naskah harus
seragam menggunakan jenis huruf Arial. Jarak baris adalah 1 spasi. Batas tepi
yaitu kiri 1 inch, atas 1 inch, kanan 1 inch dan bawah 1 inch. Judul, Nama
Penulis, Keterangan Instansi, dan Abstrak menggunakan format satu kolom,
sedangkan untuk Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan
serta Daftar Pustaka menggunakan format dua kolom.
2.2 Sitasi
Sitasi
menggunakan
sistem
Vancouver.
Sistem
Vancouver
menggunakan cara penomoran (pemberikan angka) yang berurutan untuk
menunjukkan rujukan pustaka (sitasi). Dalam daftar pustaka, pemunculan
3
sumber rujukan dilakukan secara berurut menggunakan nomor sesuai
kemunculannya sebagai sitasi dalam naskah tulisan, sehingga memudahkan
pembaca untuk menemukannya.
Contoh :
Perhitungan rentang pesawat terbang mengharuskan kita menggambarkan
seluruh "misi" atau profil penerbangan
[1].
2.3 Penyajian Tabel dan Gambar
Perlu diperhatikan bahwa penyajian tabel dan gambar harus memuat
semua informasi yang diperlukan secara lengkap dan jelas, sehingga pembaca
tidak perlu mencari informasi tersebut dari dari uraian naskah. Apabila pada
uraian
teks
dipandang
perlu
merujuk
tabel/gambar
tertentu
cukup
mencantumkan nomor tabel/gambar.
2.3.1 Penyajian Tabel
Judul tabel ditulis secara singkat tetapi jelas, dan ditempatkan di atas
tabel, tanpa diakhiri dengan titik dan ditulis dengan tebal nama tabelnya saja,
misal “Tabel 4.1 Hasil perhitungan daya”. Huruf pertama pada kata pertama
judul ditulis kapital, kata selanjutnya dengan huruf kecil. Apabila judul tabel
lebih dari satu baris maka harus ditulis dalam satu spasi.
Pada prinsipnya tabel tidak boleh dipenggal. Apabila tabel berukuran
cukup besar atau panjang maka, ukuran huruf dapat diperkecil tetapi harus
tetap mudah dibaca. Jika tabel tidak bisa diperkecil maka tabel boleh
memotong kolom disebelahnya. Jika tabel dikutip dari referensi maka sitasi
dituliskan pada bagian terakhir judul. Perkecualian untuk tabel yang
memodifikasi beberapa data yang berasal dari berbagai sumber, maka sitasi
ditunjukkan dengan simbol pada data dan di bagian bawah tabel dituliskan
referensi yang dimaksud.
2.3.2 Penyajian Gambar
Judul gambar diletakkan di bawah gambar, tanpa diakhiri dengan titik
dan ditulis dengan huruf tebal bagian nama gambarnya saja, misal “Gambar
3.1 Grafik hubungan gaya dorong (N) dengan kecepatan propeller (rpm)”. Huruf
pertama pada kata pertama ditulis kapital, kata selanjutnya dengan huruf kecil.
Apabila judul gambar lebih dari satu baris maka harus ditulis satu spasi.
Keterangan gambar dituliskan pada hakaman yang sama dengan gambar
tersebut, jangan pada halaman selanjutnya.
Gambar yang terdiri dari beberapa bagian harus digunakan keterangan
urutan menggunakan (a), (b) dan seterusnya, dengan keterangan yang
tercakup pada bagian judul gambar. Seluruh gambar harus diatur pada
halaman yang sama. Untuk gambar berwarna hendaknya dicetak warna. Jika
4
gambar dikutip dari referensi maka sitasi dituliskan pada bagian terakhir judul
gambar.
2.4 Urutan Penulisan Berbagai Bentuk Pustaka
2.4.1 Pustaka dalam bentuk buku dan buku terjemahan
Buku, dengan urutan penulisan : Penulis, tahun, judul buku (harus
ditulis miring), volume (jika ada), edisi (jika ada), nama penerbit dan
kota penerbit
Buku Terjemahan, dengan urutan penulisan : Penulis asli, tahun buku
terjemahan, judul buku terjemahan (harus ditulis miring), volume (jika
ada), edisi (jika ada), (diterjemahkan oleh : nama penerjemah), nama
penerbit terjemahan dan kota penerbit terjemahan
Artikel dalam buku, dengan urutan penulisan : Penulis artikel, tahun,
judul artikel (harus ditulis miring), nama editor, judul buku (harus
ditulis miring), volume (jika ada), edisi (jika ada), nama penerbit dan
kota penerbit.
2.4.2 Pustaka dalam bentuk artikel dalam majalah ilmiah
Urutan penulisan : Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (harus
ditulis miring sebagai singkatan resminya), nomor, volume dan
halaman.
2.4.3 Pustaka dalam bentuk artikel dalam seminar ilmiah
Artikel dalam prosiding seminar, dengan urutan penulisan : Penulis,
tahun, judul artikel, Judul prosiding Seminar (harus ditulis miring, kota
seminar.
Artikel lepas tidak dimuat dalam prosiding seminar, dengan urutan
penulisan : Penulis, tahun, judul artikel, Judul prosiding Seminar
(harus ditulis miring), kota seminar, dan tanggal seminar.
2.4.4 Pustaka dalam bentuk Skripsi/Tesis/Disertasi
Urutan penulisan : Penulis, tahun, judul skripsi, Skripsi/Tesis/Disertasi
(harus ditulis miring), nama fakultas, universitas, dan kota.
2.4.5 Pustaka dalam bentuk Laporan Penelitian
Urutan penulisan : Peneliti, tahun, judul laporan penelitian, nama
laporan penelitian (harus ditulis miring), nama proyek penelitian,
nama institusi, dan kota.
2.4.6 Pustaka dalam bentuk artikel dalam surat kabar
Urutan penulisan : Penulis, tahun, judul artikel, nama surat kabar
(harus ditulis miring), nama surat kabar, tanggal terbit dan halaman.
2.4.7 Pustaka dalam bentuk dokumen paten
Urutan penulisan : Penemu, tahun, judul paten (harus ditulis miring),
paten Negara, Nomor.
5
Artikel majalah ilmiah versi cetakan, dengan urutan penulisan :
Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (harus ditulis miring),
nomor, volume dan halaman.
Artikel majalah ilmiah versi online, dengan urutan penulisan : Penulis,
tahun, judul artikel, nama majalah (harus ditulis miring), nomor,
volume, halaman dan alamat websie
Artikel umum, dengan urutan penulisan : Penulis, tahun, judul artikel,
alamat website (harus ditulis miring), diakses tanggal ….
2.5 Tata Cara Penulisan Pustaka
2.5.1 Nama penulis lebih dari satu kata
Jika nama penulis terdiri atas dua nama atau lebih, cara penulisannya
menggunakan nama keluarga atau nama utama diikuti dengan koma dan
singkatan nama-nama lainnya masing-masing diikuti titik. Contoh :
Soeparna Darmawijaya, ditulis : Darmawijaya, S.
Shepley L. Ross, ditulis Ross, S.L.
2.5.2 Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama utama atau nama keluarga yang diikuti dengan singkatan, ditulis
sebagai nama yang menyatu. Contoh :
Mawardi A.I. , ditulis Mawardi, A.I.
William D. Ross Jr. , ditulis Ross Jr., W.D.
2.5.3 Nama dengan garis penghubung
Nama yang lebih dari dua kata tetapi merupakan kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, dirangkai dengan garis penghubung. Contoh :
Ronnie McDouglas, ditulis : McDouglas, R.
Hassan El-Bayanu, ditulis : El-Bayanu, H.
Edwin van de Saar, ditulis : Van de Saar, E.
2.5.4 Penulisan gelar kesarjanaan, anonim dan nama-nama penulis
Gelar kesarjanaan dan gelar lainnya tidak boleh dicantumkan dalm
penulisan daftar pustaka
Gunakan istilah “anonim atau tanda underscores panjang” untuk
referensi tanpa nama penulis
Dalam daftar pustaka, semua nama penulis harus dicantumkan tidak
boleh menggunakan dkk. atau et al.
2.6 Penulisan Daftar Pustaka
Contoh penulisan Daftar Pustaka menggunakan sistem Vancouver
sebagai berikut :
[1] Grinspoon, L. dan Bakalar, J.B., 1993, Marijuana: the Forbidden Medicine.
Yale Univ Press, London
6
[2] Grimes, E.W., 1994, A use of freeze-dried bone in Endodontic. Journal
Endod, 20: 355-6
[3] Morse, S.S., 1995, Factors in the emergence of infectious disease. Emerg
Infect Dis., http://www/cdc/gov/ncidoc/EID/eid.htm., diakses pada 25
Desember 1999
[4] Salim, S., 1995, Pengaruh humiditas dan waktu penyimpanan serta cara
curing terhadap sifat fisik, kimia dan mekanik akrilik basis gigi tiruan,
Contoh Naskah Jurnal FTK - Unsurya
Pemilihan Motor Listrik Sebagai Penggerak Utama dan
Propeller Sebagai Alat Gerak Pada Sistem Propulsi
Pesawat Flying Wing PX
Endah Yuniarti
*, Tri Susilo, Aji Prakoso, Albi Nuari Hastono
Prodi Teknik Penerbangan, Fakultas Teknologi Kedirgantaraan, Universitas Suryadarma Komplek Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta 13610, Indonesia
*
Corresponding Author : endah.yuniarti13@gmail.com
Abstrak – Pemilihan motor listrik sebagai mesin penggerak utama dan propeller sebagai
alat gerak sistem propulsi pesawat Flying Wing PX telah dilakukan. Motor listrik yang diteliti adalah tipe EMAX BL 2382/05, NTM Pprop Drive Series 42-58 dan Turnigy 3648. Propeller yang diuji coba adalah propeller berukuran 12x8, 13x8, 14x7 dan 15x7. Parameter yang diteliti adalah daya motor, kecepatan motor, kecepatan propeller dan gaya dorong. Pengaruh parameter terhadap performa pesawat telah dianalisis. Daya motor diperoleh dari arus masing-masing tipe motor dikalikan dengan tegangan baterai yang digunakan yaitu sebesar 11,1 volt. Kecepatan motor diperoleh dari nilai KV yaitu istilah pabrikan yang menyatakan banyaknya motor berputar per menit jika diberi tegangan 1 volt. Kecepatan propeller diukur dengan alat Tachometer. Kecepatan aliran udara diukur dengan alat Digital Anemometer Air Flow Meter untuk selanjutnya kecepatan aliran udara ini digunakan untuk menghitung gaya dorong. Hasil menunjukkan bahwa tipe motor yang menghasilkan daya dan kecepatan motor tertinggi adalah Emax BL 2382/05 yaitu sebesar 888 watt dan 8935 rpm. Dengan daya sebesar 888 watt maka pesawat dapat melakukan sport performance. Propeller yang menghasilkan kecepatan yang sesuai dengan batas maksimum dari motor ialah tipe 13x8 dan 14x7, namun propeller 14x7 mempunyai gaya dorong yang lebih besar daripada propeller 13x8 yaitu sebesar 159,6 N. Sehingga motor EMAX BL 2382/05 dan propeller 14x7 dapat digunakan pada pesawat Flying Wing PX agar performa pesawat maksimal
Kata kunci: Motor listrik, Propeller, Daya, Kecepatan, Gaya Dorong, Flying Wing PX
Abstract – Election electric motor as main motor engine and propeller as mechanical device
of propulsion system Flying Wing PX aircraft has been done. The types of investigated electrics motor are EMAX BL 2382/05, NTM Pprop Drive Series 42-58 and Turnigy 3648. The propellers that have been tested are 12x8, 13x8, 14x7 and 15x7 dimension propeller. Parameters that have been investigated are power, velocity of motor, velocity of propeller and thrust. Effect of parameters on aircraft performance has been analyzed. Power as result from motor currents multiplied 11,1 volt baterai voltage. Velocities of motors as result from value of KV that technical term for explain how many motor rotation each second in 1 volt applied voltage. Propeller velocities were measured by Tachometer device. Air flow velocities were measured by Digital Anemometer Air Flow Meter. Furthermore, it’s used for thrust calculation. The result showed that the highest power and motor velocities obtained by EMAX BL 2382/05 is 888 watts and 8935 rpm. With the 888 watts as highest power, the aircraft is able to do sport performance. The propeller velocities which is appropriate with motor velocities maximum limit is 13x8 and 14x7 dimensions, but the highest thrust obtained by 14x7 dimensions. Thus, EMAX BL 2382/05 electric motor and 14x7 dimension propeller can used at Flying Wing PX aircraft in order to aircraft performance is maximal.
Contoh Naskah Jurnal FTK - Unsurya I. PENDAHULUAN
Aeromodelling adalah suatu kegiatan yang mempergunakan sarana miniatur (model) pesawat terbang yang tidak berawak atau tidak dapat membawa manusia dan terdapat batasan ukuran. Kegiatan tersebut untuk tujuan rekreasi, edukasi, olahraga dan dapat juga digunakan untuk pemetaan dan pemantauan. Pesawat model pada
aeromodelling dibagi menjadi dua yaitu,
pesawat statik dan pesawat dinamik. Pesawat statik adalah jenis pesawat yang tidak dapat terbang, pesawat jenis ini biasanya digunakan sebagai hiasan ataupun sebagai benda uji di laboratorium. Sedangkan pesawat dinamik merupakan pesawat yang dapat terbang. Pesawat dinamik dibagi menjadi pesawat dinamik bermotor dan ada yang tidak. Pesawat tidak bermotor yaitu pesawat yang proses penerbangannya tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan tali dengan cara ditarik atau dilempar. Pesawat dinamik yang bermotor proses terbangnya menggunakan mesin, biasanya penggeraknya berupa remote control dan
control line [1]. Sistem propulsi adalah bagian terpenting dalam perancangan pesawat model dinamik bermotor sebagai sumber penggerak.
Sistem propulsi adalah sistem yang menghasilkan gerakan kedepan atau gaya dorong (Thrust). Sistem propulsi pada pesawat model terdiri dari motor penggerak utama, sistem transmisi dan alat gerak (propulsor). Prinsip kerja dari sistem propulsi adalah motor penggerak utama (main engine) sebagai sumber daya utama memberikan daya output kepada alat gerak (propulsor) melalui sistem transmisi daya. Besarnya daya yang diserap oleh propulsor
tergantung pada besarnya efisiensi sistem transmisi tersebut. Daya yang diserap inilah yang selanjutnya digunakan untuk menggerakkan alat gerak (propulsor)[2].
Motor penggerak utama pada sistem propulsi pesawat model biasanya berupa motor listrik (electric). Ada dua tipe motor motor listrik (electric) yang digunakan yaitu motor AC dan motor DC.
Motor brushless adalah contoh motor yang menggunakan arus searah (DC) dan biasa disebut sebagai Motor Brushless
Direct Current (BLDC). Motor brushless
digunakan di dunia industri seperti industri mobil, otomasi medis, instrumentasi dan industri pesawat model. Keuntungan motor Brushless Direct Current (BLDC) antara lain high speed operasi, high
power density, efisiensinya tinggi dan usia
pakainya lebih lama. Alat gerak (propulsor) pada pesawat model biasanya
propeller atau baling-baling. Propeller yang akan digunakan harus disesuaikan ukurannya baik diameter, kebutuhan dan karakteristik dari motornya[3].
Flying Wing merupakan istilah untuk desain pesawat terbang yang bentuknya menyerupai dua sayap pesawat yang menyatu (blended-wing
body). Desain pesawat tidak memiliki
bagian utama yang disebut fuselage dan ekor (tail) seperti pada pesawat yang kita kenal saat ini. Bentuk Flying Wing
menyerupai Boomerang yang pada dasarnya memang merupakan dua bilah sayap yang digabungkan menjadi satu unit. Pesawat Flying Wing memiliki ukuran sayap yang lebih tebal dibandingkan dengan sayap pada pesawat biasa, maka pesawat flying wing harus mengatasi masalah hambatan udara (drag) yang lebih besar pula. Besarnya hambatan udara sangat dipengaruhi oleh kecepatan pesawat yaitu semakin tinggi kecepatan pesawat, semakin besar pula drag yang harus diatasi dan luas permukaan yang tegak lurus arah getaran fluida berarti ketebalannya. Sayap pesawat biasa yang sangat tipis menghasilkan drag yang jauh lebih kecil dari flying wing saat meluncur di udara pada kecepatan sama. Dengan semakin besarnya hambatan udara, flying
wing harus memiliki mesin yang mampu
menghasilkan gaya dorong (thrust) yang lebih besar dan stabil supaya bisa mengatasi hambatan udara tersebut [4]. Pada penelitian ini akan dilakukan pemilihan tipe motor Brushless Direct
Current (BLDC) dan propeller yang sesuai
dengan karakteristik pesawat Flying Wing PX.
Contoh Naskah Jurnal FTK - Unsurya II. METODE PENELITIAN
Pesawat yang digunakan adalah pesawat model Flying Wing PX dengan spesifikasi pesawat tertera pada Tabel 2.1. Sistem propulsi yang diterapkan pada pesawat Flying Wing PX adalah sistem propulsi elektrik. Motor listrik yang digunakan adalah motor Brushless yang menggunakan arus searah (DC). Motor
Brushless yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga tipe yaitu: Motor
Brushless Emax BL2382/05 sebagai motor 1, NTM Pprop Drive Series 42-58 sebagai motor 2, Turnigy 3648 600KV sebagai motor 3. Ketiga tipe motor brushless dipilih berdasarkan ketersediaannya di Indonesia. Langkah pertama adalah menghitung besar daya output motor listrik, lalu besar gaya dorong (thrust) minimum dan kecepatan motor maksimum motor listrik. Berdasarkan ketiga data tersebut maka dapat ditentukan satu tipe motor
brushless yang paling sesuai dengan
spesifikasi pesawat Flying Wing PX. Kemudian tipe motor tersebut digunakan untuk pengujian selanjutnya yaitu pengujian propeller. Propeller yang digunakan adalah propeller 12x8, 13x8, 14x7 dan 15x7 yang terbuat dari kayu balsa. Angka 12, 13, 14, 15 merupakan diameter dari propeller (inchi) dan angka 7 dan 8 merupakan picth propeller atau sudut yang dibentuk oleh propeller. Propeller tersebut diuji dengan alat Tachometer untuk mendapatkan data kecepatan propeller dalam satuan rotasi per menit dan diuji dengan Digital Anemometer Air Flow Meter untuk mendapatkan data kecepatan aliran udara ( dan ). Keempat tipe propeller dibandingkan berdasarkan data rotasi per menit, kemudian disesuaikan dengan kecepatan maksimum motor listrik. Kemudian tipe propeller yang sesuai dengan batas rotasi permenit maksimum motor listrik diukur nilai kecepatan aliran angin ( dan ) untuk mendapatkan gaya dorong dan effiensi propeller.
Tabel 2.1 Spesifikasi Pesawat[5]
Spesifikasi Ukuran Wingspan 220 cm Length 70.5 cm Heigth 12 cm Luas pesawat 7115,3 cm² Weight 2,753 kg
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Variasi Tipe MotorBrushless 3.1.1 Daya Output Motor
Tegangan (V) yang digunakan adalah tegangan dari baterai lipo (lithium polimer) yaitu 11,1 volt. Arus yang digunakan berdasarkan spesifikasi masing-masing tipe motor Brushless yaitu : I1 = 80 A, I2 = 70 A, I3 = 70 A. Hasil
perhitungan daya dari ketiga motor
Brushless disajikan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Daya Motor Brushless[5]
Motor Tegangan (Volt) Arus (A) Daya (W) Emax BL2382/05 11,1 80 888 NTM Pprop Drive Series 42-58 11,1 70 777 Turnigy 3648 11,1 70 777 Pemilihan motor untuk pesawat model yaitu menggunakan prinsip power
ratio dengan asumsi watts/pounds berat
pesawat. Dengan ketentuan daya minimum yang diperlukan agar pesawat dapat melakukan:
ready to fly dan slow fly adalah 50 watts/pounds berat pesawat
sport performance maka diperlukan minimum 100 watts/pounds berat pesawat
terbang vertical, diperlukan minimum 150 watts/pounds berat pesawat.
Hal ini adalah pandangan secara garis besar dan berlaku untuk model pesawat yang umum[6]. Sehingga jika dibandingkan dengan massa pesawat yaitu 2752 gram = 26, 97 N, maka diperlukan:
, ×
26,97 = 303,17 daya minimum agar pesawat dapat melakukan ready to
fly atau slow fly. Kemudian diperlukan
, × 26,97 = 606,34 daya
minimum agar pesawat dapat melakukan
sport performance dan diperlukan
, × 26,97 = 909,51 daya
minimum agar pesawat dapat terbang vertikal. Tabel 3.1 menunjukkan bahwa ketiga tipe motor brushless memenuhi syarat daya minimum yang diperlukan pesawat untuk melakukan ready to fly dan
sport performance, tetapi tidak memenuhi
syarat untuk terbang vertikal. Untuk terbang vertikal, minimum daya yang diperlukan adalah 909,51 watt maka berdasarkan daya masing-masing motor, yang paling mendekati nilainya adalah tipe motor Emax BL2382/05 yaitu sebesar 888watt.
Contoh Naskah Jurnal FTK - Unsurya 3.1.2Thrust of Weight
Pesawat membutuhkan gaya dorong (thrust) minimal 80% dari berat total (berat pesawat ditambah berat motor) untuk dapat melakukan take off [5]. Hasil perhitungan thrust of weight
disajikan pada Tabel 3.2, dimana WE
adalah berat motor dan WP berat
pesawat.
Tabel 3.2 Thrust of Weight[5]
Tabel 3.2 memperlihatkan minimum thrust yang diperlukan agar pesawat Flying Wing PX dapat melakukan
take off, yaitu 80% dari berat total (berat
pesawat ditambah berat motor). Terlihat bahwa tipe motor Turnigy 3648 hanya membutuhkan minimum thrust 22,76 N untuk dapat take off. Jika dikaitkan
dengan daya motor pada Tabel 3.1, tipe motor ini hanya mempunyai daya 777 watt, tetapi membutuhkan minimum thrust yang terendah diantara tipe motor lainnya, hal ini disebabkan berat motor ini yaitu 1,36 N paling ringan diantara motor yang lain. Tipe motor NTM Pprop Drive Series 42-58 membutuhkan minimum thrust 24,13 N, angka tersebut paling tinggi diantara tipe motor lainnya. Hal tersebut dikarenakan motor ini hanya mempunyai daya motor sebesar 777 watt tetapi berat motor 3,19 N atau berat yang paling besar diantara motor lainnya. Sehingga jika tipe NTM Pprop Drive Series 42-58 dibandingkan dengan tipe Turnigy 3648 yang memiliki daya yang sama yaitu 777 watt, sedangkan minimum thrust yang harus dihasilkan berbeda, hal tersebut dikarenakan perbedaan berat motor itu sendiri. Tipe Emax BL2382/05 membutuhkan minimum thrust sebesar 23,26 N. Tipe motor ini mempunyai daya motor 888 watt dan berat motor 2,1 N.
3.1.3 Kecepatan Motor
KV merupakan istilah yang dikeluarkan oleh pabrik. KV dalam penelitian ini menjelaskan berapa kali motor berputar dalam satu menit pada saat diberi dengan tegangan 1 Volt tanpa diberi beban (contohnya, tanpa
baling-baling pesawat). Satuan KV adalah rpm/volt. Dimana KV1 = KV Motor
Brushless Emax BL2382/05 = 805 rpm/volt, KV2 = KV Motor NTM Pprop
Drive Series 42-58 = 500 rpm/menit dan KV3 = KV Motor Turnigy 3648 = 600
rpm/menit. Hasil perhitungan rotasi permenit dari ketiga motor Brushless disajikan dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kecepatan Motor[5]
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa tipe motor yang menghasilkan kecepatan rotasi tertinggi adalah Emax BL2382/05 yaitu sebesar 8935 rpm. Tipe Turnigy 3648 hanya mampu menghasilkan kecepatan rotasi sebesar 6660 rpm dan NTM Pprop Drive Series 42-58 menghasilkan kecepatan paling rendah yaitu 5550 rpm. Rotasi permenit yang diperoleh pada Tabel 3.3 adalah gambaran berapa kali motor dengan diberi tegangan 11,1 volt tanpa diberi beban atau tanpa propeller.
Berdasarkan daya output motor dan kecepatan motor berputar (rotasi per menit), maka diperoleh bahwa tipe motor Emax BL 2382/05 mempunyai nilai tertinggi diantara kedua tipe motor lainnya yaitu tipe NTM Pprop Drive Series 42-58 dan Turnigy 3648. Selanjutnya tipe motor Emax BL 2382/05 akan digunakan untuk pengujian variasi propeller.
3.2 Variasi Tipe Propeller 3.2.1 Kecepatan Propeller
Propeller yang digunakan adalah propeller dengan konfigurasi 12x8, 13x8, 14x7 dan 15x7. Pengukuran kecepatan propeller dalam satuan rotasi permenit diperoleh dari pengukuran langsung menggunakan alat Tachometer. Tabel 3.4 adalah hasil pengukuran kecepatan propeller 12x8, 13x8, 14x7, 15x7.
Tabel 3.4 Kecepatan Propeller[7]
Propeller vprop(rpm)
12 x 8 9971,33 ± 2,64 13 x 8 8536,00 ± 1,73 14 x 7 7685,33 ± 3,50 15 x 7 6976,33 ± 2,64
Motor Weight (N) Thrust
(N) WE WP Emax BL2382/05 2,1 26,97 23,26 NTM Pprop Drive Series 42-58 3,19 26,97 24,13 Turnigy 3648 1,36 26,97 22,76 Motor KV Teg. (volt) vmotor (rpm) Emax BL2382/05 805 11,1 8935 NTM Pprop Drive Series 42-58 500 11,1 5550 Turnigy 3648 600 11,1 6660
Contoh Naskah Jurnal FTK - Unsurya Tabel 3.4 memperlihatkan bahwa untuk propeller dengan pitch 8, yaitu propeller 12x8 dan 13x8 mempunyai kecepatan sebesar 9971 dan 8536 rpm, dua angka dibelakang koma dapat diabaikan karena angka tersebut merupakan hasil perhitungan rata-rata (pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali). Jika disesuaikan dengan kecepatan motor Emax BL2382/05 yang digunakan pada pesawat Flying Wing PX, yaitu sebesar 8935 rpm maka propeller 13x8 yang paling mendekati yaitu sebesar 8536 rpm. Sedangkan untuk propeller dengan pitch 7 yaitu 14x7 dan 15x7 mempunyai kecepatan 7685 rpm dan 6976 rpm. Jika dikaitkan dengan kecepatan motor yang digunakan maka kedua tipe propeller tersebut masih berada dalam batas maksimum, namun untuk propeller 15x7 yang mempunyai 6976 rpm dirasa terlalu jauh dari batas maksimum yaitu 8935 rpm, artinya masih terdapat rentang batas 1959 rpm yang tidak digunakan oleh propeller tersebut. Sehingga untuk propeller dengan pitch 7, diperoleh tipe propeller 14x7 yang paling mendekati batas kecepatan motor yang digunakan.
Berdasarkan batas maksimum kecepatan motor yang diperbolehkan maka diperoleh tipe propeller yang paling mendekati adalah 13x8 untuk propeller dengan pitch 8 dan 14x7 untuk propeller dengan pitch 7. Selanjutnya akan diketahui besar gaya dorong dari kedua propeller ini.
3.2.2 Kecepatan Aliran Udara
Kecepatan angin diukur menggunakan alat Digital Anemometer Air Flow Meter EAI000604. Dari pengukuran alat tersebut, diperoleh nilai yaitu kecepatan udara saat udara akan melewati propeller dan yaitu kecepatan udara setelah melalui propeller (Gambar 3.1). Luas disk propeller (A) dihitung dengan luas lingkaran karena propeller yang berputar akan membentuk lingkaran. Densitas yang digunakan adalah densitas udara pada sea level.
Gambar 3.1 Aliran udara yang melalui propeller[8] Kita berasumsi bahwa udara yang dipengaruhi oleh disc terbatas pada slip
stream seperti yang ditunjukkan Gambar
3.1 sehingga daerah penampang 2 dan 3 adalah sama, maka:
(3.1) Tekanan dan sama dengan nilai free
stream. Kita menganggap volume control
yang dibentuk oleh slip stream pada akhir 1 dan 4. Aplikasi dari persamaan kontinuitas memberi suatu persamaan matematika:
(3.2)
Mengingat satu-satunya gaya yang bekerja atas volume control adalah gaya total pada disc atau thrust. Tekanan yang sama pada p1 dan p4 tidak memberikan
kontribusi pada gaya di permukaan. Karena aliran berlangsung dalam arah horizontal tidak ada body force untuk dipertimbangkan, oleh karena itu[8]:
(3.3)
Jika kecepatan di depan propeller disebut kecepatan freestream, yaitu . Kita melihat bahwa propeller bergerak pada kecepatan , usaha yang dilakukan oleh propeller pada aliran udara disebut juga output daya yaitu:
(3.4) Selain itu beberapa energi kinetik ditambahkan ke aliran udara yang berjalan, oleh karena itu daya input yang diberikan adalah:
Contoh Naskah Jurnal FTK - Unsurya
Propeller efficiency adalah prosentase perbandingan keluaran power output dengan power input[8]:
= ( )× 100% (3.6)
dimana,
̅ = (3.7)
Sehingga
= × 100% (3.8)
Melalui persamaan (3.3) dan (3.8) diperoleh gaya dorong dan efisiensi propeller seperti tertera pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Gaya Dorong dan Efisiensi[7]
Parameter 13x8 14x7 (m/s) 31,30±0,35 37,63±0,36 (m/s) 55,60±0,35 63,57±0,53 (m/s) 42,03 50,60 D (m) 0,3302 0,3556 A (m2) 0,085 0,099 ρ (kg/m3) 1,225 1,225 F (N) 101,96 159,60 Ƞp (%) 72,5 74,5
Berdasarkan Tabel 3.5, tipe propeller 14x7 mempunyai gaya dorong yang lebih besar dibandingkan dengan tipe 13x8, efisiensi propellernya pun demikian. Sehingga propeller yang sesuai dengan karakteristik pesawat Flying Wing PX adalah 14x7 dengan gaya dorong (thrust) sebesar 159,6 N dengan menggunakan motor EMAX BL2382/05 dengan daya yang dihasilkan sebesar 888 watt.
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh adalah tipe motor yang menghasilkan daya dan kecepatan motor tertinggi adalah EMAX BL 2382/05 yaitu sebesar 888 watt dan 8935 rpm. Dengan daya 888 watt yang dihasilkan maka pesawat sudah dapat melakukan sport performance. Propeller yang menghasilkan kecepatan yang sesuai dengan batas maksimum dari motor ialah tipe 13x8 dan 14x7, namun yang mempunyai gaya dorong lebih besar adalah 14x7. Sehingga motor EMAX BL
2382/05 dan propeller 14x7 dapat digunakan pada pesawat Flying Wing PX agar performa pesawat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Dendhi, G., 2013. BLDC Motor,
http://gerry24dendhi.blogspot.com/2 013/12/bldc-motor.html diakses
tanggal 20 Agustus 2015
(2) Atmoko, B., _____, Merakit Sendiri Pesawat Terbang Model R/C,
http://bandung-aeromodeling.com/tutorials/Engine_ dan_Motor_Pesawat_Model.pdf,
diakses pada 28 Januari 2016 (3) _____, 2003, Sistem Propulsi
Electrical,http://www.oocities.org/tin
bd g/sistem-propulsi-elictrical.htm,
diakses pada 21 Agustus 2015 (4) Surya, Y., 2010, Desain Pesawat
Masa Depan,
http://www.ilmuterbang.com/artikel- mainmenu-29/teori-penerbangan- mainmenu-68/384-desain-pesawat-masa-depan diakses tanggal 27
Januari 2016
(5) Hastono, A.N., 2015, Rancang Bangun Pesawat Model UAV Flying Wing PX dan Pemilihan Motor Listrik Berdasarkan Tiga Tipe Motor
Brushless, Skripsi, Prodi Teknik
Penerbangan Universitas Suryadarma, Jakarta
(6) Michael, 2005, Brusless Convenrsion,
http://miketigabelas.webs.com/brus hless.html diakses tanggal 20 Mei
2015
(7) Prakoso, A., 2015, Performa Propeller Pada Pesawat Flying Wing PX Dengan Motor Brushless Melalui Variasi Efisiensi Propeller
Berdasarkan Konfigurasi Panjang Propeller, Skripsi, Prodi Teknik Penerbangan Universitas Suryadarma, Jakarta (8) Arismunandar, W., 2002,
PengantarTurbin Gas dan Motor Propulsi, ITB Bandung.